NovelToon NovelToon

Let Me Enjoy My New Life As A Duchess

Bab 1 Mayuri Camelia Bright

Click.

Click.

Click.

Jari-jari gadis itu sedang leluasa menari di atas keyboard komputer. Sesekali matanya menoleh kearah dokumen dan monitor secara bergantian.

" Huff..."

TING!

Ponsel gadis itu berbunyi. Pandangan matanya pun segera berpindah dari monitor kearah ponsel. Sebuang pesan masuk dan dengan cepat dia langsung membuka pesan tersebut.

" Diana, apa kamu lembur lagi hari ini?"

" Iya. Kamu tidur duluan saja."

" Apa kamu lupa ini hari apa?"

Agak lama gadis itu membalas pesan tersebut.

" Sudah kuduga kalau kamu pasti lupa. Ini adalah hari anniversary kita yang kedua."

" Ah, maaf. Aku lupa."

" ... Kamu selalu saja lebih mementingkan pekerjaanmu. Coba kamu ingat, sudah berapa lama kita tidak pergi liburan berdua? "

Diana terdiam sambil memegang erat ponselnya. Jari-jarinya hendak mengetikkan sesuatu. Tetapi tidak tau kalimat apa yang harus di ketik.

" Ayo kita akhiri saja hubungan kita, Din. Aku tidak sanggup bertahan dengan hubungan ini. Punya pacar, serasa tidak mempunyai sama sekali."

Agak lama Diana membalas pesan terakhir itu. Masih memikirkan tulisan apa yang harus dia ketikkan di layar ponselnya.

" Baiklah."

Usai mengirimkan balasannya, Diana langsung meletakan ponselnya di samping mejanya dan kemudian menghela nafas panjang.

" Arggh! Ada aja hal-hal yang tidak terduga. Sial!" gerutunya.

Matanya kemudian menoleh kearah jam dinding. Tepat pukul 10 malam. Suasana kantor yang hening membuat suara perut Diana yang kelaparan terdengar sangat jelas.

Sambil mengelus perutnya yang lapar itu,Diana bangkit dari tempat duduknya.

" Sebaiknya aku mencari makan dulu. Perutku mulai merasa tidak enak. Jam segini toko mana yang masih buka." gumamnya.

Hanya dalam beberapa langkah, Diana merasakan kakinya terlalu berat dan akhirnya dia terjatuh di lantai. Matanya yang sayu akibat kekurangan tidur akhirnya dengan perlahan menutup.

...****************...

" ...Ri!"

" ...Yuri!"

" Nona Mayuri!!"

Mendengar seseorang meneriakkan namanya, Mayuri Camelia Bright tersadar dari lamunannya.

" Nona Mayuri , apa yang sedang anda lakukan di halaman dengan memakai baju yang tipis sekali. Apa anda tidak sadar bahwa cuaca sangat dingin? Bagaimana kalau anda sakit lagi?" gerutu Emilia, pelayan pribadi Mayuri.

Mayuri menatap pelayannya itu dengan penuh tanda tanya.

" Mayuri? Saya yang kamu maksud?" tanyanya.

" Nona, apa anda sedang melamun lagi? "

" Ah, tidak. Aha..ha..ha.."

" Namaku bukan Mayuri, tapi Diana Veronica. Apa yang terjadi padaku? Seingatku, kakiku lemas dan kemudian aku tak sadarkan diri..." Batinnya.

Kemudian Emilia menyandarkan cardigan tebal di bahu Mayuri yang seketika membuyarkan pikirannya.

" Ah, Tuan Leon tadi mencari anda, nona."

" Leon? Siapa?" batinnya.

Emilia dengan sopan menuntun Mayuri untuk kembali ke dalam kastil untuk menemui Leon. Leon Versaile Bright, seorang penguasa di salah satu wilayah di kerajaan Versaile, dan juga merupakan saudara kandung raja Versaile, Yang Mulia Antonius Versaile Bright.

Selama dalam perjalanan menuju ruang kerja Leon, Diana masih berusaha untuk mencerna apa yang sedang terjadi pada dirinya. Berbagai potongan ingatan Mayuri perlahan muncul di kepalanya.

Mayuri Camelia Bright, gadis berusia 18 tahun, merupakan putri dari Duke Leon. Ibu kandungnya, Maria Hennes Bright, sudah meninggal sejak Mayuri berusia 5 tahun. Hubungan Mayuri dengan ayahnya tidak begitu dekat. Ditambah dengan kondisi tubuh Mayuri yang lemah membuatnya hampir tidak pernah keluar dari kamarnya.

" Hm? Lemah? Tubuh ini? Kenapa aku merasa baik-baik saja sampai saat ini?" batin Diana.

Tok!

Tok!

Tok!

" Tuan Leon, saya membawa nona Mayuri." sahut Emilia.

" Masuklah."

Pintu ruangan pun dibuka. Emilia mempersilahkan Mayuri untuk masuk. Dengan santai, gadis itu melangkahkan kakinya dan masuk. Matanya menatap lurus ke arah Duke Leon.

" Anda mencari saya?" tanyanya.

Leon menginstruksikan Emilia untuk keluar dari ruangan. Emilia mengangguk pelan dan kemudian keluar sambil menutup pintu ruangan. Setelah Emilia keluar dari ruangan, Leon pun bangkit dari meja kerjanya.

" Kenapa sikapmu tegang sekali?" tanyanya.

Seketika sekujur tubuh Mayuri tegang.

" Ah, tidak ... Itu saya mendegar dari Emilia kalau anda mencari saya." balas Mayuri gugup.

" Yuri... "

Tangan hangat Leon membelai lembut kepala Mayuri.

" Santai saja. " sambung Leon.

" Oh,ya. Papa mau tanya, bagaimana hubunganmu dengan Duke Fridzen?" lanjutnya.

" Duke.. Fridzen?"

" Jangan bilang kamu lupa kalau dia itu tunanganmu. Duke Fridzen Emerald Primos. Apa dia sering menulis surat untukmu?"

" Tu.. Tunangan? Mayuri mempunyai tunangan?!"

" Yuri?" panggil Leon.

" I.. Iya...?"

" Papa bertanya, apakah si maniak perang itu sering menulis surat untukmu?"

" Bu.. Bukannya dia sedang ada di medan perang? Mana mungkin dia menulis surat untukku pada saat dia sedang perang?" balas Mayuri.

Leon menatap Mayuri agak lama. Sedangkan Mayuri hanya bisa tersenyum kaku.

" Baiklah kalau begitu. Kamu bisa kembali beristirahat. Badanmu lemah, butuh istirahat yg banyak."

" Fuh.. Baiklah. Saya permisi." balas Mayuri.

...****************...

Saat ini Diana sedang berada di kamarnya dan berusaha untuk memahami apa yang sedang terjadi dengan dirinya.

" Baiklah. Pertama-tama, tubuh ini adalah milik Mayuri Camelia Bright, seorang putri dari Duke Leon Versaile Bright yang merupakan saudara kandung dari raja Antonius Versaile Bright. Dengan kata lain, Mayuri adalah keturunan kerajaan."

Diana mengecap teh yang telah di seduh oleh Emilia dan kemudian menghela nafas panjang.

" Jika jiwaku sekarang berada di tubuh Mayuri, apa yang bakal terjadi dengan jiwa Mayuri? Bagaimana dengan tubuh asliku? Apakah aku sudah meninggal? Sial! Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan di otakku!" gerutu Diana sambil mengernyitkan keningnya.

Terasa angin sepoi berhembus dari arah jendela kamarnya. Perlahan Diana berjalan menuju teras beranda kamarnya. Matanya kemudian memandang kesekeliling luar kamarnya.

Diana perlahan menutup matanya. Hembusan angin sepoi masih perlahan menampar lembut di wajahnya. Tak lama kemudian, Diana menampar keras wajahnya.

" Baiklah! Ini bukan mimpi! Untuk sementara, aku akan berpura-pura untuk menjadi Mayuri Camelia Bright!" batinnya.

" Tapi akan terasa aneh juga. Aku seorang wanita karir berusia 30 tahun, sedang berada di tubuh seorang gadis berusia 18 tahun. Dulu di putusin pacar gara-gara tidak ada waktu untuk berduaan, sekarang malah mempunyai seorang tunangan." gumamnya pelan sambil tersenyum kecil.

" Ah, tapi tunanganku itu seorang maniak perang. Kuharap aku akan baik-baik saja."

TOK!

TOK!

TOK!

" Masuklah." sahut Mayuri.

" Nona Mayuri. Surat dari Duke Fridzen untuk nona." kata Emilia sambil menyerahkan sepucuk surat dan sebuah bingkisan ke Mayuri.

" Duke Fridzen?"

Mayuri pun mengambil surat dan bingkisan itu dari Emilia. Setelah Mayuri menerima surat dan bingkisan itu, Emilia pun permisi keluar kamar.

Perlahan Mayuri membuka surat itu.

" Kepada Ms. Bright,

Bagaimana hari-harimu? Maaf jika saya tidak pernah menulis surat untuk anda sampai saat ini.

Saya mendengar bahwa anda sedang tidak sehat akhir-akhir ini. Perbanyaklah beristirahat. Saya mendoakan kesembuhan anda.

Jika ekspedisi ini telah berakhir, kuharap kita bisa bertemu dan berbincang sambil meminum secangkir teh.

Tertanda,

Duke Fridzen Emerald Primos"

" Uwaaa.."

Wajah Mayuri terlihat memerah.

" A.. Apa-apaan pria ini?! Apa dia tidak malu menulis surat ini?" gerutu Mayuri.

" P.S : Surat ini di sertai dengan bingkisan kecil. Saya harap anda menyukainya."

" Bingkisan kecil?"

Mayuri pun dengan perlahan membuka bingkisan kecil yang diterimanya. Didalamnya terdapat sebuah kalung liontin dengan batu topaz yang berwarna kuning keemasan.

" Uwaa.. Cantik sekali.."

Dengan cepat Mayuri berjalan ke arah meja riasnya untuk mencoba kalung tersebut. Kemudian dia pun tersenyum kecil.

...****************...

Bab 2 Fridzen Emerald Primos

Di sebuah perkemahan, terlihat para prajurit berlalu-lalang. Ada pula yang terlihat sedang bergurau canda, ada pula yang sedang menikmati segelas minuman anggur.

Sekitar beberapa meter dari kumpulan para prajurit, terlihat seorang prajurit sedang berjalan mendekati sebuah tenda perkemahan yang terlihat lebih besar daripada tenda yang lain.

" Permisi,Komandan!" sahutnya.

" Yuma? Masuklah."

Terlihat seorang pria berpakaian layaknya seorang ksatria, dengan pedang menggantung di pinggangnya. Matanya yang berwarna kuning topaz, serta rambut silvernya sungguh membuat para wanita langsung jatuh cinta padanya. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak banyak wanita ketahui, bahwa dia memiliki julukan si Maniak Perang. Nama pria itu adalah Fridzen Emerald Primos.

Di usianya yang masih berusia 23 tahun, Fridzen berhasil mendapatkan gelar Duke berkat prestasinya dalam berperamg melawan pasukan monster sihir yang datang menyerbu kerajaan beberapa tahun yang lalu.

" Zen.." sahut Yuma.

Marquis Yuma Alexander Xaverius, sahabat sekaligus tangan kanan Fridzen. Yuma merupakan tipe pria yang kalem dalam segala hal. Dia pun menduduki peringkat kedua " Pria yang ingin di pacari oleh gadis-gadis" setelah Zen.

" Sampai kapan kau akan terus memandangi surat itu dan mengirimkannya kepada nona Bright?" tanya Yuma.

Zen menatap tajam kearah sahabatnya itu.

" Bu.. Bukan urusanmu!" balas Zen.

Yuma pun berjalan kearah barel yang ada di dekat Zen, kemudian menumpahkan semua isi barel tersebut. Setumpuk surat yang tidak terkirim bertuliskan " Kepada Ms. Bright" berserakkan di lantai.

" Yu..! Yuma! Apa yang kau lakukan!?"

" Apa kau akan memasukan surat ini ke dalam barel lagi? Bersamaan dengan kalung topaz yang kau beli beberapa hari yang lalu?"

Zen terdiam. Wajahnya memerah.

Tak lama kemudian, terdengar suara keributan dari luar tenda. Seorang prajurit tiba-tiba masuk kedalam tenda.

" Sebuah pasukan monster sihir sedang datang mendekat!!!"

Mendengar laporan itu, Zen langsung bergegas keluar dari tenda dan memimpin pasukan untuk bergerak. Di samping itu, Yuma yang masih berada di dalam tenda, melirik ke arah surat beserta bingkisan yang berada di atas meja.

" Hm.." gumamnya.

Di ambilnya surat beserta bingkisan itu dan bergegas keluar ruangan. Dengan santai dia berjalan ke arah prajurit yang sedang mempersiapkan dirinya untuk bertempur dengan monster sihir.

" Prajurit!" panggilnya.

" Siap!" balas prajurit itu.

" Tolong kamu kirimkan surat beserta bingkisan ini ke kediaman Duke Bright."

Prajurit itu mengangguk, dan kemudian segera berlari untuk melaksanakan perintah Yuma.

...****************...

Di tengah perkemahan, Zen terlihat memberikan pidato singkat serta mulai memerintahkan pasukannya agar segera bergerak ke medan pertempuran. Sorakan keras pun terdengar dari prajurit-prajurit yang berkumpul di tengah perkemahan.

" Jadi, ketika ekspedisi ini selesai, apa kau akan menemui nona Bright?" tanya Yuma.

Zen terkejut mendengar suara Yuma yang tiba-tiba datang bertanya padanya.

" Apa kau sudah tidak waras. Mana mungkin dia mau menemuiku." jawab Zen.

" Apanya yang tidak mungkin. Sudah hampir setengah tahun kalian bertunangan, tetapi masih belum pernah bertemu sama sekali."

" Satu.. Kali.." jawab Zen dengan nada kecil.

" HAH? APA?" teriak Yuma.

" Pernah bertemu dengannya hanya satu kali."

" Kapan?! Bukankah kalian mulai bertunangan sebelum kau berangkat ekspedisi?!"

" Di pesta perjamuan di kerajaan 12 tahun yang lalu."

" Apa kau sudah gila? Anak itu masih berumur 6 tahun! Mana mungkin dia ingat denganmu!"

" Iya,kan?! Sudah kuduga!"

" 'Iya,kan' kepalamu! Hahh.." Yuma menghela nafas panjang.

" Pokoknya!! Setelah ekspedisi ini selesai, kau harus bertemu dengannya!" sambung Yuma.

Zen hanya mengangguk kecil. Tak lama kemudian, seorang prajurit datang menginformasikan bahwa semua pasukan sudah siap untuk berangkat.

...****************...

" HIYAAA!!!"

CLANG!

CLANG!

CLANG!

Pedang- pedang saling beradu. Ini adalah medan perang. Pasukan elite Duke Zen melawan pasukan monster sihir yang di komando oleh high orc.

" Flare!!" teriak Zen sembari mengayunkan tangannya ke udara untuk membuat sebuah lingkaran sihir.

BLAARRR!!!

Sebuah ledakan besar terdengar. Terlihat sekumpulan monster sihir itu terpental jauh dan bersimbah darah.

" Pasukan!!! Maju!!!" teriak Yuma begitu melihat ada kesempatan untuk menyerang monster sihir itu.

Sekali lagi, suara pedang-pedang yang saling beradu, suara ledakan akibat sihir-sihir yang dilemparkan terdengar.

Zen memang sangat terampil dalam penggunaan sihir dan pedang. Di usianya yang masih muda itu, Zen telah mencapai tingkat sihir yang tertinggi. Zen pun menguasi berbagai macam elemen sihir. Dia pun kemudian menjadi penerus menara sihir dan di juluki sebagai Master of Magic Tower.

" Zen!!!" teriak Yuma.

Terlihat dari arah belakang Zen, seekor monster sihir, Lamia tengah mengarahkan senjatanya ke arah Zen. Dengan cepat, Yuma melontarkan sihirnya.

" Stone Wall!!" teriak Yuma.

Zen terlihat kaget, kemudian dia menghela nafas.

" Thanks!" sahut Zen.

Kemudian Zen dan Yuma pun melanjutkan pertempuran mereka melawan para monster sihir itu. Pertempuran itu berlangsung lama. Zen yang sudah tidak tahan dengan lamanya pertempuran itu, akhirnya memulai untuk mengambarkan sebuah lingkaran sihir. Lingkaran sihir kali ini agak besar.

" Ulurkan waktu selama 1 menit, Yuma!" teriak Zen

Yuma mengangguk. Kemudian dia pun memulai untuk kembali menyerang monster sihir itu. Dari arah kejauhan, terlihat pasukan monster sihir datang kembali.

" Ck! Zen!!" teriak Yuma.

Zen menganggukan kepalanya, mengisyaratkan bahwa sihirnya sudah siap di luncurkan.

" Prajurit!! Mundurr!!" perintah Yuma.

Prajurit yang sedang bertarung pun, langsung berhenti dan berlari menjauh dari zona pertempuran. Setelah memastikan pasukannya sudah tidak ada lagi yang tertinggal di zona perang, Zen pun melontarkan sihirnya tepat di tengah zona.

" Mega Flare!!"

Sihir Zen kali ini merupakan sihir tingkat atas, yang dimana mampu untuk menghanguskan seluruh pasukan monster sihir itu. Sudah dapat dipastikan, pasukan Zen memenangkan pertempuran ini.

" Huff.. " Zen menghela nafas.

" Terima kasih atas kerja kerasmu,Zen" sahut Yuma sambil mengacungkan jempolnya.

" Bagaimana dengan yang lain?" tanya Zen.

Yuma hanya mengacungkan jempol. Zen mengernyitkan keningnya. Dan melihat ke sekeliling mereka, pasukannya selamat. Tidak ada yang tewas dalam peperangan itu.

" Melihat kekuatan sihirmu itu, aku ragu bahwa monster sihir itu akan datang menyerang lagi." kata Yuma.

" Ya. Ekspedisi ini telah berakhir. Setelah memasang sihir pelindung di desa sekitar, kita akan bersiap-siap untuk kembali ke kerajaan." balas Zen sambil menginstruksikan pasukannya untuk kembali ke perkemahan.

...****************...

SRAK!

SRAK!

SRAK!

" Tidak ada..." gumam Zen.

" Apanya yang tidak ada?" tanya Yuma penasaran.

" Surat beserta bingkisan untuk Mayuri.. Tidak ada.."

" Ah.. Sudah kukirimkan." kata Yuma dengan santai.

Bola mata Zen membesar. Dia tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.

" Apa?" tanyanya.

" Surat dan bingkisan itu, sudah kubantu kirimkan." jawab Yuma.

" A.. Apa yang telah kau lakukan?!" teriak Zen.

Yuma hanya tersenyum sinis.

" Sampai dunia kiamat, kau tidak akan pernah mengirimkan surat beserta bingkisan itu kepada nona Bright. Jadi, aku sendiri memutuskan untuk membantumu mengirimkannya." kata Yuma.

Zen terduduk lemas.

" Segeralah berkemas. Kita akan kembali ke kerajaan besok pagi." kata Yuma dan kemudian dia pun keluar dari tenda di sertai dengan ketawa yang keras.

" Yuma brengsek!" gumam Zen.

...****************...

Bab 3 Zodiac & Summoner

Hiruk pikuk terdengar di seluruh kerajaan. Para prajurit yang baru saja tiba dari ekspedisi mereka perhalan memasuki gerbang kerajaan.

" DUKE FRIDZEN!!" teriak salah satu warga.

Zen yang menunggangi kudanya berjalan dengan santai. Tidak menghiraukan sorakan warga. Yuma tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya.

Beberapa warga melemparkan beberapa tangkai bunga ke arah Zen dan Yuma. Tak lama, terdengar suara letusan kembang api beberapa kali.

" Komandan Zen, tolong wajahmu di sesuaikan sedikit dengan kondisi kita ini." sahut Yuma.

Zen menatap tajam ke arahnya.

" Huaa.. Galaknya."

Zen pun menunggangi kudanya berjalan menjauhi Yuma.

" Masih mengambek ternyata." kata Yuma sambil tersenyum kecil.

...****************...

" Hormat kepada Yang Mulia Raja Antonius Versaile Bright!!" teriak salah satu prajurit pelindung raja.

Zen beserta pasukannya kemudian berlutut di hadapan raja.

" Terima kasih atas kerja keras kalian, para prajurit. Saya mendengar betapa hebatnya kalian di medan pertempuran. Bertarung melawan monster sihir tidaklah muda. Jasa kalian akan di hargai dan selalu di ingat." kata sang Raja, Antonius Versaile Bright.

" Terima kasih atas pujian anda, Yang Mulia." sahut Zen.

" Baiklah. Saya akan menghadiahkan kalian semua sejumlah uang atas kerja keras kalian dalam melawan monster sihir yang datang mengacau." kata Raja Antonius dan kemudian berbisik ke salah satu ajudannya.

" Terima kasih, Yang Mulia!" sahut Zen beserta para prajuritnya bersamaan.

" Kalian sudah boleh kembali ke kediaman masing-masing. Berkumpullah dengan keluarga kalian masing-masing. Seminggu lagi akan di adakan pesta penyambutan untuk kalian, para prajurit." kata Raja Antonius.

Zen dan prajuritnya memberi hormat dan kemudian bergegas untuk keluar dari ruangan.

" Duke Fridzen." panggilnya.

Zen berbalik dan menatap Raja Antonius. Raja Antonius kemudian mengisyaratkan agar mengosongkan ruang itu.

" Apakah kamu sudah menghubungi Mayuri, keponakan saya?" tanya Raja Antonius begitu dia memastikan hanya tersisa dua orang di ruangan tersebut.

Mendengar pertanyaan raja, zen tertegun.

" Eh.. Ah.. Itu.."

Raja menghela nafas.

" Apa kamu sudah lupa, bahwa kamu sendiri yang mengajukan permintaan untuk menikahi Mayuri?"

" Maaf. Saya masih menunggu waktu yang tepat untuk menemuinya. Sebelumnya saya (Yuma) sudah mengirimkan surat beserta bingkisan untuknya." jawab Zen.

" Ohooo... Surat dan bingkisan. Baiklah kalau begitu. Saya harap kamu sesuai dengan ekspetasi saya dalam menjalin hubungan dengan Mayuri. Walaupun saudara laki-laki saya, Duke Leon, menentang pertunangan ini, saya akan sebisa mungkin membantumu."

" Me.. Menentang? Duke Leon menentang pertunangan ini?" tanya Zen.

Raja Antonius mengangguk.

" Ya, si daughter complex itu menetang terang-terangan pertunangan ini. Tetapi saya, raja Antonius Versaile Bright, telah menanda-tangani surat pertunangan ini, maka, saudara laki-laki saya tidak dapat berbuat apa-apa." jawab raja Antonius sambil tertawa keras.

" A.. Apakah hal itu tidak akan menjadi masalah di kemudian hari, Yang Mulia?" tanya Zen ragu.

" Hmph.. Pria itu sudah harus mulai belajar melepaskan anak gadisnya itu. Mau sampai kapan dia terus-terusan menolak semua ajakan pertunangan dari semua pria yang ingin meminang anaknya itu." jawab raja Antonius.

" Untung saja kamu langsung datang kepada saya untuk menyetujui pertunangan ini." sambungnya.

Mendengar jawaban raja Antonius, Zen tidak bisa berkata apa-apa.

" Sepertinya aku harus pasrah jika Duke Leon menelanku pelan-pelan" batinnya.

...****************...

" Hermmm.." guman Mayuri.

Sekali lagi, Mayuri di landa kebingungan. Saat ini dia berada di tengah taman bunga yang bedara di kediaman Bright dan di kelilingi oleh 5 peri kecil.

" Selamat siang, nona Mayuri." sambut salah satu peri.

" Perkenalkan, nama saya Leo." sambungnya.

" Saya Pieces."

" Aku Taurus. Senang berkenalan denganmu!"

" Kami berdua, Gemini! Kyahaha.."

" Sebenarnya masih ada 7 peri lagi. Tetapi mereka sedang berhalangan." jelas Leo.

Mayuri mengedipkan matanya beberapa kali. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

" Peri.. Leo, Pieces, Taurus, Gemini. Zodiac!" sahut Mayuri.

" Tepat sekali nona Mayuri. Atau lebih bagus saya pangil Diana Veronica?" tanya Leo.

Mayuri terdiam. Kemudian dia tersenyum kecil.

" Apa yang kamu katakan Leo? Saya Mayuri Camelia Bright." jawab Mayuri.

Leo tersenyum.

" Baiklah kalau begitu. Nona Mayuri."

" Leooo! Kenapa kau malah membicarakan hal-hal yang tidak penting?" tanya Pieces.

" Nona Mayuri! Nona Mayuri!" panggil Gemini.

Mayuri menatap ke arah Gemini.

" Kedatangan kami adalah untuk membuat perjanjian dengan anda." sambung Gemini.

" Perjanjian?" tanya Mayuri.

" Perjanjian pengikat dengan kami,zodiac. Nona Mayuri adalah seorang summoner." jawab Taurus.

" Su.. Summoner? Maksudnya seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memanggil kalian, dan kemudian meminjam kekuatan kalian untuk membasmi musuh?"

Taurus mengangguk. Mayuri mengernyitkan keningnya. Kemudian menghela nafas.

" Kutolak." sambung Mayuri singkat sambil tersenyum kecil.

" HAHH?!"

Kelima peri itu tidak percaya dengan apa yang barusan mereka dengar.

" Ke.. Kenapa nona?! Kekuatan seorang summoner itu langka dan sangat kuat!" tanya Pieces panik.

" Jika saya menerima kekuatan kalian, bukankah sesuatu akan terjadi?" tanya Mayuri balik.

Leo menghela nafas.

" Apa nona berpikir bahwa dunia ini merupakan dunia yang damai?" tanya Leo.

" Tentu tidak." jawab Mayuri datar.

" Saya berencana untuk hidup dengan aman di sini. Menikah dan kemudian berkeluarga. Bukan menjadi seorang penyelamat dunia. Itu akan sangat merepotkan." sambung Mayuri.

" Di kehidupan sebelumnya, aku sudah bekerja lembur setiap hari. Tapi apa yang kudapat. Di putusin pacar, dan meninggal tanpa sempat berkeluarga. Aku tidak akan lagi bekerja mati-matian apa lagi sebagai penyelamat dunia." batinnya.

Leo terdiam. Pieces dan Gemini saling bertukar pandang, sedangkan Taurus hanya menunggu reaksi Leo.

" Apa kalian paham? Jika sudah pahan, kembalilah." kata Mayuri.

" Baiklah, jika sudah begini keadaannya..." gumam Leo.

" Hm?"

Mayuri menatap ke arah Leo dengan tatapan tanda tanya.

" AKU AKAN MEMBUAT PERJANJIAN PAKSA DENGANMU, NONA MAYURI!! TAURUS, PIECES, GEMINI, BERSIAPLAH!!" teriak Leo.

" BAIK!"

" Eh?! Ehhhh??!!!"

Dari tempat berdirinya Mayuri, muncul sebuah lingkaran sihir.

" Aku, Leo, roh rasi bintang kelima. Membuat perjanjian kepada Nona Mayuri Camelia Bright." gumam Leo dan kemudian mengecup kening Mayuri sebagai tanda perjanjian mereka.

Apa yang dilakukan Leo, akhirnya di ikuti oleh keempat peri lainnya. Dan kemudian ritual perjanjian itu telah selesai.

" Di bagian mana yang kubilang "kutolak" itu tidak kalian mengerti?" tanya Mayuri geram.

" Hmph! Aku tidak akan bisa semudah itu menyerah. Sampai jumpa, Mayuri!" sahut Leo dan kemudian menghilang.

Disusul oleh Taurus dan Pieces.

" Sampai jumpa, nona Mayuri." pamit Gemini.

Mayuri terduduk lemas.

" Celaka! Kehidupanku yang damai ini akan berakhir segera berakhir. Sialan, Leo. Kalau ketemu lagi, akan kuhajar kamu! " jerit batin Mayuri.

...****************...

" Hm? Ada apa ini? Koq tumben sekali orang-orang pada sibuk?" tanya Mayuri.

Dua hari telah berlalu sejak Mayur bertemu dengan Leo dan yang lainnya. Dan sampai saat ini, Mayuri masih menikmati hari damainya tanpa di ganggu oleh apapun dan siapapun.

Siang ini Mayuri sedang menikmati waktu siangnya dengan menikmati secangkir teh di temani oleh beberapa aneka kue yang lucu dan cantik di beranda kamarnya.

" Ah, itu.. Lima hari lagi akan ada acara perjamuan di istana untuk menyambut kepulangan pasukan Duke Primos." jawab Emilia.

" Hm? Primos? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu." batin Mayuri.

" Duke Fridzen Emerald Primos." sambung Emilia.

" Khh!! A.. Apa yang barusan kamu katakan?" Mayuri terkejut mendengar nama tunangannya itu.

Emilia tersenyum kecil.

" Raja mengundang anda bersama tuan Leon untuk menghadiri acara tersebut."

" Yah, walaupun tuan Leon sempat menyobek undangan dari raja." gumam Emilia kecil.

" Apa?" tanya Mayuri.

" Ah, tidak apa-apa nona. Oh, ya. Setelah anda selesai, saya akan mengantarkan anda ke ruang fitting gaun pesta."

" Buat apa? Bukankah gaun pestaku sudah banyak bertumpuk di lemari?" tanya Mayuri.

" Duh, nona! Gaun-gaun itu sudah keluaran lama! Dan sudah tidak modis lagi! Apa lagi dalam acara perjamuan ini, anda akan bertemu dengan duke Primos untuk pertama kalinya! Wajar saja kalau nona harus tampil cantik dan menawan di pesta nanti!" jawab Emilia dengan semangat.

" Akh! Gawat.. Aku akan bertemu dengan maniak perang itu.." sahut Mayuri spontan.

" Apanya yang gawat, nona?" tanya Emilia.

" Ti... Tidak apa-apa!" jawab Mayuri sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Mayuri menghela nafas panjang dam kemudian menatap jauh ke arah langit.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!