NovelToon NovelToon

KUTUKAN MANTAN ( Istri Jelekku )

MIMPI BURUK

"Aku sumpahi kau menjadi perjaka tua. Tak akan ada yang mau denganmu. Kalau adapun, kau akan mendapatkan istri yang sangat jelek."

Hos hos hos

Heaven terbangun dari tidurnya dengan nafas ngos ngosan. Lagi dan lagi, mimpi buruk itu datang. Selena, sang mantan pacar saat kuliah tak bosan bosannya hadir dalam mimpi dengan kutukannya. Padahal kejadian itu sudah terjadi 12 tahun yang lalu, saat usianya baru 21 tahun. Tapi hingga sekarang usianya 33 tahun, tetap saja kutukan Selena terus hadir dalam mimpinya.

Heaven bangkit dari pembaringan lalu mengambil segelas air yang ada diatas nakas dan menegaknya hingga tandas.

Selena, diantara ratusan mantan pacarnya, Heaven tak akan pernah bisa melupakannya. Meski wajahnya sangat cantik, tapi ketika marah, terlihat sangat mengerikan.

Hari itu, Selena mendatanginya dikampus. Wajah angry bird nya membuat Heaven yakin jika kekasihnya itu tengah marah. Ternyata benar, Selena mengetahui jika dia bukanlah kekasih satu satunya, bukan diduakan, melainkan di empatkan oleh Heaven. Dalam waktu bersamaan, Heaven memiliki 4 orang pacar sekaligus yang membuat Selena sangat murka.

Disaat kutukan Selena masih terngiang di kepala, Heaven tersadar jika dia sudah kesiangan.

"****." Pria berusia 33 tahun itu melompat dari atas ranjang lalu berlari menuju kamar mandi.

Dibawah, tepatnya diruang makan, sang mama sudah berteriak teriak memanggil anak bujangnya. Anak semata wayang yang dia harap segera memberi cucu tapi sayangnya tak laku laku.

Setelah cukup lama memanggil, tampaklah batang hidung putranya yang berjalan menuruni tangga.

"Morning mom." Sapa Heaven sambil mencium pipi mamanya.

"Mam mom, mam mom. Gak usah sok manis. Kenapa kesiangan, jangan bilang kalau kamu mimpiin Selena lagi tadi malam?"

Heaven mengangguk sambil menarik kursi lalu duduk. Menyeruput coklat hangat lalu mengambil sandwich yang sudah disiapkan sang mama.

"Makanya, nurut sama mama. Ikuti saran Ki gombal."

Ki Gombal adalah paranormal yang beberapa kali didatangi mamanya untuk menghapus kutukan Selena.

"Saran tidak masuk akal itu?" Sahut Heaven geram. Bisa bisanya Ki Gombal menyuruhnya mengemudi kearah selatan hingga 50km. Paranormal tersebut mengatakan jika jodohnya ada disana.

"Ki Gombal itu orang pinter, dia pasti benar kali ini."

Namanya saja sudah tidak meyakinkan. Pasti dia hanya sedang menggombal pada mama.

Heaven mengunyah sandwichnya sambil menggerutu dalam hati.

Tiba tiba ponsel Heaven berbunyi. Ada pesan masuk dari Naya, pacar online yang dia kenal sejak sebulan yang lalu. Hanya ucapan good morning, tapi langsung bisa menaikkan mood Heaven.

Melihat putranya senyum senyum, sang mama langsung bisa menebak.

"Mau kencan buta lagi? Mau ketemuan sama makluk jadi jadian yang kamu kenal dari sosmed?" tebaknya.

"Kali ini bukan jadi jadian, dia beneran perempuan dan sangat cantik. Hari ini kami akan bertemu. Doakan saja kali ini putramu berhasil mendapatkan jodoh."

Mama Mita hanya menyebikkan bibir mendengar itu.

Tak mau tertipu seperti dulu dulu, Heaven mengajak kenalannya video call beberapa kali. Dulu pernah dia kencan buta dengan beberapa wanita yang baru dikenal lewat sosmed, dan hasilnya, selalu saja mengenaskan. Rata rata berbeda dengan yang difoto. Bahkan pernah sekali teman kencannya ternyata nenek nenek usia 50 tahunan. Pernah juga yang katanya cewek, pas ketemu ternyata cowok.

"Baiklah, tapi ini yang terakhir. Jika kali ini gagal lagi. Kamu harus ikuti saran Ki Gombal." Mama Mita coba bernegosiasi.

"Hem, baiklah." Heaven sedang malas berdebat. Tapi kali ini, dia yakin akan berlanjut dengan Naya.

.

.

.

Heaven menyesap jus alpukat dihadapannya. Berkali kali melihat kearah pintu cafe karena tak sabar ingin segera bertemu dengan Naya. Ini sudah lebih dari 10 menit waktu janjian, tapi Naya belum juga kelihatan.

[ Aku masih dijalan. Maaf macet ]

Heaven bernafas lega setelah membaca chat dari Naya. Dan benar saja, 15 menit kemudian, sang wanita cantik bernama Naya muncul dihadapannya.

Cantik, meski tak secantik foto profilnya. Tapi masih bisa diterima, masih tak memalukan saat diajak ke kondangan.

"Heaven."

"Naya."

Keduanya saling berjabat tangan sambil tersenyum malu malu lalu duduk.

"Ternyata kamu lebih tampan daripada fotonya," puji Naya.

"Bisa saja." Heaven jumawa dipuji seperti itu. Tapi ketampanannya memang diatas rata rata. Dan itulah yang membuatnya menjadi play boy sejak SMP.

"Rasanya aneh jika pria setampan kamu dan juga kaya, selalu gagal dalam urusan cinta," ujar Naya. Dia yakin jika pria seperti Heaven pasti jadi incaran wanita, rasanya mustahil jika tak laku laku. Meski bukan ceo perusahaan besar yang lingkupannya hingga luar negeri. Heaven tetaplah seorang ceo, pemimpin perusahaan snack yang baru berkembang. Perusaaan yang dirintisnya bersama seorang teman sejak mereka lulus kuliah.

"Tapi memang seperti itu kenyataannya," sahut Heaven.

Sudah 10 tahun, tiap kali pacaran, tak pernah bertahan lebih dari 2 bulan. Pernah juga hampir menikah, tapi calon istrinya kabur. Dan setiap kencan buta selalu zonk, tak pernah ada yang cocok.

Mereka mulai bercakap cakap, saling mengenal satu sama lain. Naya nyambung saat diajak bicara, membuat Heaven merasa langsung klik.

"Jadi benar dugaanku, kamu selingkuh Mah?" Teriakan seorang pria yang menggendong balita mengagetkan Naya dan Heaven.

"P, P, Papah." Ucap Naya dengan bibir gemetar dan wajah pucat pasi.

"Anak kamu titipkan dirumah ibu, lalu kamu ketemuan sama selingkuhan kamu." Pria itu menatap tajam kearah Heaven.

Heaven seketika syok mengetahui jika Naya ternyata sudah memiliki suami dan anak. Padalah saat kenalan, ngakunya masih perawan.

"Ayo pulang." Pria tersebut menarik lengan Naya tapi wanita tersebut berontak.

"Aku gak mau. Aku mau pisah sama pria kere kayak kamu. Aku mau nikah sama Heaven yang kaya raya."

Heaven seketika muak mendengar itu. Tanpa berkomentar sedikitpun, dia langsung pergi dari sana.

MENJEMPUT JODOH

Dengan sangat terpaksa, Heaven menuruti kemauan mamanya. Hari minggu pagi, mereka berdua melakukan perjalanan menjemput jodoh seperti perintah Ki Gombal.

Heaven melajukan mobilnya kearah selatan hingga 50km. Tapi dia sangat syok saat tiba ditempat tujuan yang ternyata adalah pemakaman umum.

"Mah." Ucap Heaven sambil menatap nanar area pemakanan yang sepi.

"Hwaaa..." Heaven terjingkat kaget saat tangis mamanya tiba tiba pecah. "Jangan jangan jodoh kamu sudah meninggal. Hwaa...." Mama Mita teringat kata tetangganya. Jika tak kawin kawin, bisa jadi karena jodohnya sudah meninggal. Jika itu benar, artinya Heaven sudah tak memiliki jodoh lagi didunia ini. Dia akan menjadi perjaka hingga meninggal.

Heaven menelan ludah susah payah. Jika itu benar, artinya dia akan menjadi perjaka seumur hidup. Dia menatap burung perkututnya yang saat sedang tidur. Kasihan sekali nasibnya jika tak pernah merasakan masuk sarang seumur hidup.

"Tunggu, tunggu. Coba cek map, siapa tahu ini bukan 50km, tapi masih 49 atau 49 setengah?" Mama Mita masih belum bisa terima begitu saja jika garis keturunannya akan berhenti sampai pada Heaven saja.

"Udah tepat Mah," sahut Heaven lemas sambil menyandarkan punggung di jok.

"Kata orang, good looking bisa mengatasi setengah dari masalah hidup. Tapi kamu, good looking justru menjadi masalah utama hidupmu." Mama Mita menatap Heaven nyalang. Ingin sekali dia menghajar putranya itu. Kalau saja dulu dia tak play boy gara gara good looking. Tak menyakiti hati wanita, sudah pasti tidak akan bernasib sial dengan mendapatkan kutukan seperti ini.

Kring kring kring

Mendengar ponselnya berdering. Dengan hati yang masih kesal sekaligus sedih, mama Mita merogoh ponselnya didalam tas.

"Siapa yang menelepon disaat tidak tepat seperti ini? Awas saja kalau tidak penting, aku maki dari A sampai Z, dari hewan melata hingga hewan purba." Gerutunya dengan bersungut sungut. "Ki Gombal." Melihat nama itu dilayar ponsel, mama Mita segera menjawab panggilan.

"Sudah sampai?" tanya Ki Gombal.

"Sudah Ki. Tapi kenapa di kuburan? hiks hiks hiks." Mama Mita menyeka air mata yang tak habis habis keluar.

"Heh, terus lagi."

"What! Apa Ki?" teriak mama Mita.

"Masih terus. Nanti ada kampung disebelah kiri jalan, kalian belok. Cari rumah yang catnya biru, yang punya anak gadis usia diatas 20 tahun."

"Siap Ki, siap, laksanakan." Mama Mita kembali bersemangat seperti awal berangkat tadi.

"Ada apa Mah?" tanya Heaven.

"Udah nyalain mesin mobilnya, kita lanjut. Jodohmu belum meninggal."

Heaven berdecak kesal. Awalnya bilang 50km, sekarang ternyata masih lanjut. Jangan jangan dukun tersebut hanya sedang mempermainkannya.

"Cepat." Seru mama Mita sambil menepuk lengan Heaven.

Tak ingin berdebat, Heaven melajukan mobilnya sesuai arahan mamanya, hingga sampailah mereka disebuah kampung.

Mobil melaju pelan sembari mama Mita mencari rumah bercat biru. Sampai akhirnya, matanya berbinar melihat rumah sederhana bercat biru. Gegas dia menyuruh Heaven berhenti lalu keduanya turun.

"Mah, terus mama ngomongnya gimana sama mereka? Emang ada, orang mau nikahin anaknya dengan orang yang tak dikenal?" Heaven merasa ragu.

"Sudahlah. Ini perintah Ki Gombal. Sudah pasti nanti ada jalan keluar."

"Mamah terlalu percaya padanya. Percaya sama dukun itu musyrik Mah."

"Dia bukan dukun, tapi paranormal. Mama tidak percaya sama dia, hanya saja sedang ikhtiar."

Heaven menghela nafas sambil memutar kedua bola matanya malas. Percuma debat dengan mamanya, karena hasilnya sudah pasti, dia akan kalah.

Tok tok tok

Mama Mita mengetuk rumah tersebut sambil mengucap salam. Tak berapa lama, keluar seorang wanita berdaster dengan rambut awut awutan dan koyo menempel dipipinya.

"Heh, gak lihat ditembok ada tulisan keluarga prasejahtera alias miskin. Kenapa masih minta sumbangan kesini?" Hardik wanita berdaster yang sedang sakit gigi tersebut. Tapi setelah dia perhatikan lamat lamat, kedua orang didepannya itu penampilannya seperti orang kaya. Dan matanya langsung melotot melihat mobil mewah parkir didepan rumahnya. "Eh, bukan mau minta sumbangan ya?" Wajah garang tadi tiba tiba berubah 180 derajat.

Mama Mita dan Heaven kompak membuang nafas kasar.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya wanita itu ramah.

"Em...begini, apa ibu punya anak gadis?" tanya mama Mita.

Wanita itu langsung menebak nebak. Jangan-jangan kedua orang didepannya ini adalah orang agensi model atau artis. "Punya, punya, saya punya," jawabnya semangat. Dia sudah membayangkan jika sebentar lagi akan kaya karena anaknya jadi artis.

"Boleh minta tolong pang_"

"Monica, Isabella, kesini nak." Teriak wanita itu memanggil kedua anaknya. Mendengar namanya yang bagus bagus, mama Mita menebak jika mereka pasti cantik. Tak berselang lama, muncul dua anak gadis dari dalam rumah.

Heaven dan mamanya syok karena yang keluar tak seperti bayangnnya. Ternyata dua gadis tersebut masih bau kencur. Yang satu sekitar umur 8th dan satunya lebih parah, masih balita.

"Sepertinya mereka bukan yang kami cari." Mama Mita langsung menarik tangan Heaven pergi darisana. Terdengar cacian dari di wanita berdaster, tapi tak digubris oleh mama Mita. Dia merutuki dirinya sendiri, kenapa tadi tak menyebutkan yang usia 20 tahun keatas.

Meski sudah ditujuan, ternyata tak semudah itu mencari jodohnya Heaven. Terhitung sudah 6 rumah bercat biru mereka datangi, tapi tak satupun memiliki anak gadis usia diatas 20 tahun. Sampai akhirnya, mereka menemukannya dirumah ke-7.

"Boleh kami bertemu dengannya?" Tanya Mama pada bapak si gadis.

"Kalian masuk dulu."

Mereka lalu masuk kedalam rumah sempit yang kursinya sudah reyot. Sampai sampai Heaven ragu mau duduk, takut kursinya malah roboh.

"Tenang saja, itu masih aman diduduki." Ujar Pak Sobri, bapak si gadis.

Heaven tersenyum lalu duduk. Seperti yang dia takutkan. Kursi tersebut mengeluarkan bunyi krek saat bokongnya baru mendarat.

"Tania," teriak Pak Sobri.

Jantung Heaven berdebar kencang. Sebentar lagi dia akan melihat wanita yang digadang gadang akan menjadi istrinya.

Tak lama kemudian, keluar gadis cantik berlesung pipi memakai hijab instan warna pink.

Melihat gadis cantik bernama Tania itu, Mama Mita menyenggol lengan Heaven sambil tersenyum. "Dia cantikkan?"

Heaven mengangguk.

"Pinjam hp nya Nduk. Mau nunjukin foto mbakmu kemereka."

Mama Mita dan Heaven langsung kaget. "Jadi bukan dia anak Bapak?" tanya mama Mita.

"Bukan, dia keponakan saya. Lagian usianya masih 17 tahun, bukan diatas 20 tahun seperti yang kalian maksud."

Tania menutup mulutnya menahan tawa melihat ekspresi kecewa diwajah Heaven.

MAHAR 100 JUTA

Cantik, satu kata yang keluar dari bibir Heaven saat melihat foto yang ditunjukkan oleh Pak Sobri. Seorang gadis dengan hijab warna hitam, memakai seragam salah satu minimarket yang cukup terkenal. Senyumnya sangat manis, ditambah lesung pipi yang membuatnya lebih manis dari gula jenis apapun.

Sepertinya kutukan itu sudah tak berlaku sekarang. Aku akan segera menikah dengan gadis cantik.

Heaven sedang mengejek Selena dalam hati.

"Itu anak saya, namanya Mayra, usia 21 tahun," terang Pak Sobri.

Mama Mita langsung cocok hanya melihat fotonya saja. Tidak rugi dia memberi uang banyak pada Ki Gombal. Akhirnya anaknya akan menikah dan kutukan itu terpatahkan.

"Ngomong ngomong, kalian mencari gadis berusia diatas 20 tahun untuk apa ya?" Pak Sobri bahkan belum paham maksud kedatangan sejak tadi.

"Em...begini Pak. Saya ingin melamar anak Bapak untuk putra saya ini, Heaven." Mama Mita menepuk bahu putranya.

"Hah, lamar!" Bu Jamilah yang baru keluar dengan nampan berisi teh langsung kaget. "Kenapa tiba tiba mau melamar anak saya? Kami tidak kenal kalian." Ibu mana yang tak curiga jika anaknya tiba tiba dilamar orang asing.

"Em...begini Bu. Anak saya ini susah jodoh. Dan kata salah satu paranormal jodohnya ada dirumah ini."

Bu Jamilah dan Pak Sobri langsung melotot dan saling menatap. Mendengar kata paranormal, Bu Jamilah jadi ngeri. Dia sudah membayangkan yang tidak tidak.

"Tidak, saya tidak setuju. Jangan jangan anak saya mau dijadikan tumbal pesugihan," tolak Bu Jamilah mentah-mentah.

"Saya sudah kaya Bu, tak perlu cari pesugihan lagi." Celetuk Heaven yang tak terima dikatakan demikian.

Bu Mita langsung mencubit lengan Heaven, menyuruhnya diam agar tak merusak rencana.

"Tidak mungkin itu Bu. Kami bukan penganut pesugihan atau aliran sesat semacamnya," jelas Bu Mita.

"Kalau memang tidak, kenapa harus anak kami yang dipilih? Dan gitu, kenapa bawa bawa paranormal segala?"

Bingung juga Bu Mita menjelaskan. Tapi tiba tiba, lampu pijar diotaknya menyala. Uang, tidak ada orang yang akan menolak uang.

"Kami akan memberikan mahar yang tinggi jika kalian setuju." Mama Mita mulai tawar menawar.

"Berapa?" Sahut Pak Sobri cepat. Kalau sudah urusan dengan uang, refleknya jauh lebih cepat.

"Bapak, apa apan sih." Omel Bu Jamilah yang masih belum percaya orang didepannya itu orang baik.

"20 juta," jawab Heaven.

"Ck, pulang sana," Usir Pak Sobri. Bu Jamilah lega karena suaminya tak tergoda dengan uang meski saat ini, mereka tengah butuh uang. "Kalau ditambah lagi, baru saya baru akan setuju." Kalimat lanjutan itu membuat Bu Jamilah melotot tajam.

"Bapak apa apaan sih." Bu Jamilah kembali memukul lengan suaminya.

"100 juta."

Pak Sobri dan Bu Jamilah langsung melongo mendengar nominal uang yang dikatakan Mama Mita. Seumur umur, belum pernah mereka melihat apalagi mempuanyai uang sebanyak itu.

"Baik, kami setuju." Karena keadaan rumah reyotnya perlu segera direnovasi, tanpa berfikir dua kali, Pak Sobri langsung menyetujuinya. Dan ketika istrinya hendak protes, segara dia meletakkan telapak tangan dimulut sang istri agar diam.

"Oh iya, ngomong ngomong, dimana anak bapak, Mayra?" tanya mama Mita. Rasanya belum afdol jika tak melihat langsung.

"Ada, dia ada." Mata Heaven seketika berbinar, tak sabar melihat calon istrinya. "Tapi gak disini, lagi di Madura, ditempat neneknya." Seketika Heaven lemas kembali.

"Terus gimana ini, kami maunya nikah secepatnya. Kalau bisa minggu depan, terus gimana?" tanya mama Mita.

"Itu bukan masalah Bu. Kami akan meneleponnya dan menyuruh pulang. Lusa dia pasti sudah ada disini."

Mendengar itu, Mama Mita dan Heaven langsung tersenyum. Akhirnya setelah ratusan kali gagal mendapatkan calon istri, sebentar lagi Heaven akan menikah. Menyesal kenapa tak dari dulu saja mengikuti saran mamanya, agar dia tak perlu capek capek kencan buta.

.

.

.

Dipesisir pantai, seorang gadis tengah meratapi nasibnya, siapa lagi kalau bukan Mayra, anak Pak Sobri. Dalam 1 bulan terakhir, dia mendapatkan banyak sekali kesialan. Mulai dari dipecat, ditinggal selingkuh pacarnya lalu diputusin. Dan sekarang, ada yang lebih parah lagi. Wajahnya rusak karena skincare abal abal. Niat hati ingin semakin glow up dan membuat mantannya menyesal, yang ada wajahnya malah rusak.

Belum lagi ditambah sebulan ini dia membantu kakeknya yang punya usaha ladang garam. Makin hitam saja kulitnya karena terbakar matahati.

Mayra memandang lautan lepas. Langit sangat indah karena sebentar lagi matahari tenggelam. Badannya terasa lelah setelah seharian ini membantu kakeknya memanen garam.

"Kak May, Kak May." Seorang bocah laki laki berlari kearah Mayra. "Ada telepon dari Pak De." Ujarnya sambil mengangkat ponsel sambil berlari. Dia berhenti disebelah Mayra dengan nafas ngos ngosan lalu menyerahkan ponsel.

"Hallo Pak." Sapa May dengan suara lemah.

"Besok pulang, minggu depan kamu nikah."

"Apa, menikah?" Pekik Mayra sambil langsung beridiri. Tapi saat ingat Bapaknya itu suka becanda, dia kembali santai. "Iya Bapak. Anak gadismu ini besok akan pulang dan minggu depan akan langsung menikah. Jangan lupa maharnya yang besar, calonnya yang tampan dan kaya." May menanggapinya dengan candaan karena berfikir bapaknya juga sedang bercanda.

"Beres, semua sudah bapak atur. Mahar 100 juta."

Mayra langsung ngakak mendengarnya. Menurutnya angka tersebut sangat mustahil. Biasanya teman atau tetangganya yang menikah maharnya paling paling antara 1 sampai 5 juta. Dan itu artinya, fix bapaknya sedang bercanda.

"Heh, kenapa kamu ketawa, gak percaya?" bentak Pak Sobri.

"Percaya Pak, percaya. Udah Bapak atur saja. Minggu depan anakmu ini akan menikah dan aku serahkan mahar 100 juta itu semuanya pada Bapak." Mayra masih saja tertawa. Dia sangat yakin jika ini semua hanya candaan bapaknya. Mana ada laki laki yang mau memberinya mahar 100 juta.

"Beneran kamu kasih Bapak semua May?" Disebearang sana, Pak Sobri senang bukan kepalang. Padahal niatnya jika Mayra dapat mahar, dia ingin minta sedikit untuk tambahan renovasi atap yang mau ambruk. Tapi jika dikasih semuanya, benar benar rejeki nomplok.

"Iya, Bapak ambil semuanya, May gak doyan duit, doyannya nasi padang."

"Nasi padang urusan gampang, besok pas kamu pulang, langsung bapak sambut dengan 2 porsi nasi padang." Mayra langsung menelan ludah mendengar itu. "Ya udah nduk, sekarang kamu berkemas, besok pagi langsung pulang. Bapak mau mikir sekarang."

"Mikir apa Pak?"

"Mikir duit 100 juta mau dipakai apa saja."

Klik

Sambungan telepon seketika tertutup, membuat Mayra geleng geleng.

"Dasar bapak, suka sekali ngehalu dapat mantu kaya. Mahar 100 juta." Mayra cekikian jika mengingat itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!