Hai, guys, novel ini author ikutan dalam lomba PERNIKAHAN TAK DIRESTUI. Mohon dukungan nya yah 🥰😇
...****************...
Bagaimana jadinya bila dirimu dipaksa menikah dengan pria kasar dan hobinya suka mabuk-mabukan? Apakah kamu akan menerimanya? Jawabannya, tentu semua wanita tidak ingin memiliki pasangan yang kasar. Suami itu layaknya pelindung bagi seorang istri. Bak matahari yang siap mengeringkan air di rerumputan, begitu pula tugas seorang suami yang sudah sewajarnya menghapus air mata sang istri.
Namun, bagaimana bila air mata istri jatuh, karena ulah suami itu sendiri?
Kamelia hanya mampu menahan pedih dalam hatinya. Hidupnya penuh derita bersama ibu tirinya, lalu saat dewasa dia dipaksa menikah dengan anak walikota yang hobinya mabuk-mabukan.
Mahar ratusan juta yang ditujukan untuk Kamelia, dirampas oleh ibu tiri dan ayah kandungnya.
Luka yang dulunya belum pulih dan kering, kini malah semakin lebar terluka dan basah.
Saat gadis harapannya hanya satu, bertemu dengan pria baik-baik dan menikah. Berharap punya suami romantis dan melindunginya dari kejamnya dunia.
Nyatanya takdir belum mengizinkan Kamelia bahagia.
Mario adalah suaminya – anak wali kota setempat. Orang tua Mario sengaja memilih Kamelia, karena gadis itu sangat baik dan lugu.
Berbeda dengan anak gadis lain yang nakal.
Akankah, penderitaannya berakhir? Apakah Mario akan berubah? Ataukah, Tuhan berbaik hati dengan mengirimkan pengganti Mario?
*
*
Acara pernikahan berjalan lancar, Kamelia dan Mario telah sah menjadi sepasang suami istri. Semua mata laki-laki menatap Kamelia penuh damba, si bunga desa telah disengat manisnya oleh kumbang kota.
Mirisnya semua pemuda tahu siapa Mario. Pria nakal si anak walikota.
"Semoga kamu bahagia ya, Nak!" Ningsih ibu tiri Kamelia memeluk tubuh anak tirinya itu.
"Hihi … terima kasih, karena sudah memberi harta banyak untuk kami. Bersenang-senanglah dengan suami pemabuk mu itu," bisik Ningsih di telinga Kamelia membuat gadis lugu itu sakit hati.
Ningsih melepaskan pelukannya, kemudian dia beranjak berjabat tangan dengan Mario.
"Selamat ya, Nak Mario!"
Namun, tangannya mengambang di udara, pria itu tak menerima uluran tangan ibu mertuanya itu.
Mario tersenyum dingin.
Danuarta – walikota setempat sekaligus ayah Mario merasa geram dengan putranya.
"Mario, cium tangan ibu mertuamu!" titah pria paruh baya itu tak membuat Mario berkutik.
"Aku tidak mau bersentuhan dengan orang miskin dan ulat gatal sepertinya. Bisa-bisa tanganku gatal-gatal lagi!" balas Mario sinis membuat wajah Ningsih berubah suram.
Ibu tiri Kamelia itu sekuat mungkin menahan dirinya agar tak lepas kendali. Mulut Mario sangatlah tajam, benar-benar membuat Ningsih geram.
Sedangkan, Kamelia sekuat mungkin menahan senyumnya. Dia bersyukur bisa melihat seseorang mempermalukan ibu tirinya.
"Mario," desis Danuarta pada anaknya itu.
Pemuda itu tidak menggubrisnya. Dia tetap menatap lurus ke depan tanpa mau bertatap muka dengan ibu mertuanya.
Terpaksa Ningsih menurunkan tangannya kembali. Dia tersenyum kecil menutupi rasa dongkol nya dalam hati.
"Ah, Nak Mario, benar. Orang kaya tidak pantas berjabat tangan dengan Irang miskin seperti saya!"
Ningsih langsung turun dari panggung. Mulutnya mendumel sedari tadi, karena marah pada sikap Mario.
"Dasar anak orang kaya, songong nya minta ampun. Macam uang bapaknya halal saja," dengus Ningsih pelan tak terdengar oleh siapapun.
Kamelia tersenyum manis. Dia menutup mulutnya, agar orang-orang tak melihat tawanya. Mario melirik ke samping kanan melihat wajah cantik Kamelia saat tertawa.
"Cantik, tapi, sayang … miskin," batin Mario pelan.
Acara pernikahan berjalan lancar. Malam telah tiba, Mario dan Kamelia masuk ke dalam kamar pengantin.
Jantung Kamelia berdegup kencang. Dia merasa sangat malu dengan Mario, sebentar lagi tubuhnya akan polos di hadapan suaminya.
Kamelia sering mendengar cerita teman-temannya yang telah menikah, malam pengantin adalah malam paling bersejarah.
"Huff … tenang, Amel. Ingat kata Fika! Awalnya memang sakit, tapi setelahnya nikmat dan nagih," batin Kamelia berusaha menenangkan diri nya.
Mario segera melepas jas dan kemejanya, lalu ia lempar secara asal. Pria itu menatap Kamelia yang berdiri tak jauh dari arahnya.
Tampak gadis itu malu-malu kucing membuat Mario tersenyum sinis.
"Oi," seru Mario membuat Kamelia menatap wajah tampan Mario.
"Lekas mandi, setelah itu tidur di lantai!" titah Mario datar membuat Kamelia mengerutkan keningnya.
"Mas, mau main di lantai? Tapi, kalau pinggang ku sakit gimana?" tanya Kamelia polos membuat Mario tersedak ludahnya.
Sakit pinggang? Memang apa yang ada di kepala gadis itu?
"Haiss, gadis nakal?! Ternyata otakmu lebih kotor dari toilet. Maksudku, setelah mandi, kamu tidur di lantai. Karena aku tidak mau tidur satu kasur dengan orang miskin sepertimu!" sentak Mario kesal dengan nada tinggi membuat Kamelia terkejut.
Dia mengelus dadanya pelan.
"Tapi, bukannya malam ini harusnya kita …"
"Ya ya aku tahu, harusnya kita hubungan badan. Tapi, aku terlalu lelah. Saat bulan madu saja kita melakukannya! Ingat! Aku mau melakukannya, karena n*fsu, bukan cinta. Karena sampai kapanpun aku tidak akan mencintai gadis miskin sepertimu?!" tegas Mario mampu membuat hati Kamelia terasa sangat sakit.
Dia di rendahkan oleh suaminya sendiri.
Tuhan, neraka dunia seperti apa lagi yang harus kulalui?
Kamelia bertanya-tanya dalam hati.
"
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating lima yah 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh
Kamelia memejamkan matanya, karena terlalu lelah membuat wanita itu terlelap di lantai dingin beralaskan selimut tebal dan bantal.
Dia tidur tanpa selimut. Sedangkan, Mario tanpa pikir panjang terlelap atas ranjang seorang diri. Saat tengah malam, Mario terjaga, karena panggilan alam.
Pria itu terpaksa bangun untuk masuk ke dalam kamar mandi. Setelah keluar, dia melihat Kamelia tidur meringkuk di atas lantai.
Sejenak pria itu berdiri memandangi tubuh ringkih Kamelia.
"Kasihan dia kedinginan," gumam Mario pelan.
Pria itu segera naik ke atas ranjang, lalu mengambil remote control AC. Dia menurunkan suhu AC membuat suasana semakin dingin.
"Nah, dingin-dingin begini makin enak, seperti tinggal di Korea," ujar Mario pelan lalu kembali memejamkan matanya.
Pria sedeng itu benar-benar tak berperasaan. Istri kedinginan bukannya diselimuti, tetapi malah dibuat semakin kedinginan.
Dasar suami durhaka.
*
*
Matahari terbit dari timur, cahaya keemasannya memasuki celah-celah jendela hotel. Perlahan pemilik bola mata coklat itu terbuka. Tak lama kemudian, dia menutup paksa matanya, karena merasa silau oleh sinar matahari.
"Haiss, apa yang kamu lakukan? Tutup kembali gordennya!" teriak Mario dengan nada tinggi.
Dia merasa sangat kesal pada istrinya. Kamelia tak mengindahkan perintah Mario. Dia malah berjalan mendekati pria yang telah sah menjadi suaminya.
"Mentari pagi bagus untuk kesehatan, Mas. Lagian sudah pagi, saatnya kamu bangun tidur," balas Kamelia dengan lembut membuat Mario geram, lalu bangkit duduk.
"Sini! Duduk sini!" panggil Mario menepuk ranjang empuk di sebelahnya. Malu-malu Kamelia mendekati Mario, dia menghempaskan bokongnya di dekat Mario.
Tak.
Mario menyentil kening Kamelia dengan tenaga besar, membuat gadis itu terkejut dan kesakitan.
"Auch, Mas. Sakit!" pekik Kamelia seraya mengelus keningnya.
Mario menatap lekat wajah polos tanpa riasan Kamelia. Mata gadis itu terlihat indah dan tak berkaca-kaca.
"Kalau sakit seharusnya kamu nangis. Seperti wanita pada umumnya! Setiap merasakan sakit, pasti nangis, di bentak dikit nangis, diselingkuhi nangis, bisanya cuma nangis!" ejek Mario seraya memutar bola matanya malas.
Kamelia mengerucutkan bibirnya.
"Aku udah biasa disakiti, Mas. Dipukul, dikurung, dimaki, semuanya sudah. Sentilan dikening ku ini tidak akan membuatku menangis," celetuk Kamelia dengan suara pelan membuat Mario tersenyum penuh arti.
"Bagus kalau begitu, aku suka gadis kuat dan tidak cengeng!" Mario mengelus puncak kepala Kamelia dengan lembut membuat hati Kamelia menghangat.
Namun, gadis itu tak tahu maksud tersirat dari ucapan Mario.
"Sekarang kita harus bersiap-siap, karena kita akan terbang ke Lombok untuk bulan madu!" ajak Mario membuat Kamelia tersipu malu.
Matanya berbinar terang, akhirnya dia bisa naik pesawat, seperti impiannya dulu.
*
*
Waktu berjalan begitu cepat, Mario dan Kamelia telah berada di Lombok. Keduanya sedang beristirahat, yang pertama kali bangun adalah Mario.
Dia melihat Kamelia terlelap di atas sofa. Gaun gadis itu tersingkap ke atas perut menampilkan celana segitiga berwarna merah muda.
Gleg.
Mario menelan ludahnya kasar. Hasratnya langsung muncul, dia tidak bisa menahan diri lagi.
Segera dia mendekati Kamelia, lalu menggendong gadis itu dan meletakkan Kamelia hati-hati di atas ranjang.
Pria itu tersenyum sinis. Dia mengambil main panjang seperti hijab pashmina, lalu ia ikat kedua tangan dan kedua kaki Kamelia empat sisi.
Suara kain yang digunting membuat Kamelia terjaga. Namun, gadis itu tidak bisa melihat, karena matanya telah ditutup dengan kain hitam.
"Mas, a … apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan suara parau membuat Mario tersenyum sinis.
"Meminta hak ku," balas Mario singkat membuat tubuh Kamelia bergetar ketakutan.
"Tapi, tidak begini caranya, Mas. Kenapa tangan dan kaki aku diikat? Mata aku juga kenapa ditutup?" tanya Kamelia nyaris berteriak, karena ketakutan.
"Nikmati saja permainan ku!"
Setelah itu Mario langsung menerkam Kamelia habis-habisan. Tidak ada kenikmatan yang dirasakan oleh Kamelia, satu fakta terungkap lagi.
Ternyata suaminya sadomasokis. Memiliki kelainan $eksual.
Kamelia pingsan di atas ranjang, karena kelelahan.
Suara dering ponsel Mario berbunyi. Segera saja pria itu menerimanya.
[Bos, anggota BIN sedang berkeliaran di hotel yang sama dengan, Bos. Segeralah keluar dari sana, jangan sampai Bos tertangkap!]
Pupil mata Mario membesar. Pria itu mengumpat kesal. Segera dia bangkit dari ranjang, padahal pria itu belum selesai bermain.
"Sial! Bagaimana bisa anggota BIN ada di sini?"
Buru-buru pria itu memakai pakaian serba hitam, tak lupa dia memakai masker dan topi, lalu keluar dari kamar secara sembunyi-sembunyi. Agar tidak berjumpa dengan anggota BIN.
Dia meninggalkan Kamelia dengan posisi yang sama.
Tidak ada yang tahu kalau Mario adalah bandar narkoba.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating lima yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh 🥰🥰
Please, kasih bintang 5 yah biar author semangat up 🥰🥰
...----------------...
Seorang pria tampan berpakaian cleaning service. Sedang melaksanakan tugas negara. Dia adalah David Anderson – anggota BIN (Badan Intelijen Negara). Dia mendapatkan informasi, kalau target mereka berada di hotel V Lombok.
"Alpha 1, lapor. Target berada di kamar 306!"
Pria cleaning servis itu menganggukkan kepalanya samar setelah mendengar perintah dari atasannya melalui headset handsfree.
"Siap, meluncur ke TKP!"
David segera berjalan menuju lantai delapan. Saat keluar dari lift, pria itu tidak sengaja berpapasan dengan seorang pria.
Pria itu menyemprotkan cairan ke arah wajah David, untung saja pria itu lebih peka dan menutup matanya. Namun, sayang … target cairan tersebut adalah penciuman David.
"Kau?!" David menarik tangan pria itu, ingin segera mengejarnya, namun cairan itu langsung bereaksi pada tubuhnya.
Pria itu berhasil lepas dari David.
"Ahh … sialan, sepertinya cairan tadi adalah cairan perangsang keluaran terbaru!" umpat David saat merasakan bagian intinya terasa nyeri dan ngilu.
Sepertinya David tak bisa melanjutkan tugasnya. Dia harus mencari pelepasan, sebelum kebablasan menerkam wanita asing.
Dia mengeluarkan ponselnya, untuk menghubungi teman ranjangnya.
"Halo, kamu di mana?" tanya David dengan suara serak.
[Aku sedang liburan dengan teman-temanku di hotel V Lombok. Ada apa? Jangan bilang kamu ingin main?]
"Tepat sekali, aku sedang butuh pelampiasan. Kebetulan kita berada di hotel yang sama. Kamu ada di kamar berapa?"
David bertanya dengan suara serak. Dia berusaha menormalkan dirinya, agar adik kecilnya tak lepas kendali. Untungnya tidak ada wanita yang berlalu lalang di dekatnya, bila tidak bisa bisa David memperkosyanak gadis orang.
Wanita itu tertawa kecil, dia merasa sangat senang, karena mendapatkan uang masuk, setelah mengeluarkan banyak uang untuk liburan.
[Kemarilah, Sayang. Aku akan memuaskan mu, tapi, pastikan uang mu banyak.]
Wanita itu tertawa cekikikan membuat David kesal. Pria itu sedang tak ingin bercanda.
"Di mana kamu, Elena? Jangan memancing ku?!" sentak David kesal, karena teman ranjangnya itu terlalu lama.
[Aku ada di kamar nomor 309]
Setelah mendapatkan informasi dari teman ranjangnya. Pria itu memutuskan panggilan sepihak. Dia tidak menunggu lama lagi.
Untung saja kamar tersebut berada di lantai yang sama dengan kamar targetnya. Untuk saat ini yang David pikirkan adalah dirinya, efek dari cairan perangsang yang disemprotkan oleh orang tak dikenal tadi sangatlah parah.
Biasanya David sanggup menahan diri saat di jebak oleh musuhnya. Tetapi, sekarang tidak bisa.
[Alpha 1, bagaimana? Apakah target terlihat?]
Suara itu kembali terdengar di telinga David. Dia menghela nafas berat, dia harus siap bila atasannya murka nanti.
"Maaf, Pak. Saya gagal dalam bertugas, target sepertinya sudah kabur sedari tadi, karena dalam perjalanan menuju TKP, saya diserang orang tak di kenal. Menurut saya orang itu adalah kaki tangan target kita!" jelas David dengan sisa-sisa kesadarannya.
[Lantas, bagaimana keadaan mu?]
"Saya baik, Pak. Yang tidak baik itu adik kecil saya!" balas David lalu menarik headset nya memutuskan koneksi sepihak.
Pandangannya buram membuat David tak bisa melihat dengan jelas. Dia tepat berdiri di depan kamar 306. Segera dia membuka pintu kamar yang tak terkunci.
David tak sadar kalau dirinya salah masuk kamar. Seharusnya dia masuk ke dalam kamar 309.
David tertawa kecil saat melihat seorang gadis cantik terbaring di atas ranjang dengan mata tertutup.
"Ha ha … sepertinya kau sudah bersiap-siap," racau David yang sudah tak mampu mempertahankan kesadaran normalnya.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating lima yah kakak 🥰🥰
Salem aneuk Nanggroe Aceh
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!