NovelToon NovelToon

Rahim Sewaan Tuan Muda

Bab 1. Awal Mula

Rumah asri dengan halaman yang sangat luas serta ditumbuhi beberapa bunga sebagai hiasan serta ada pohon mangga di kana dan kiri, memperlihatkan adanya keributan penuh ketegangan karena kedatangan tamu tak diundang.

"Keluar sekarang juga, Elsa! Kami tau kalau kamu ada di dalam rumah, jadi jangan coba-coba untuk bersembunyi! Cepat keluar atau akan saya obrak-abrik rumahmu!" raung seorang pria klimis plus berwajah sangar yang memakai baju kaos warna hitam dengan celana jeans bolong-bolong, serta tangan kekarnya yang terlihat penuh tato.

Teriakan dari debt collector yang sedang menagih utang orang tua Elsa, membuat wanita itu seketika langsung menggigil ketakutan, dia tidak tahu harus melakukan apa karena sekarang dirinya tidak memegang sepeserpun uang kecuali hanya tersisa uang untuk makan dirinya dan juga sang paman. Jelas Elsa tidak mungkin memberikan sisa rejeki yang masih tersisa di dalam dompetnya, karena uang itu untuk mereka mengisi perut hari ini atau keduanya akan menahan rasa lapar hingga hari esok.

Namun, apa yang harus Elsa lakukan sekarang? Menghadapi debt collector itu sendirian? Jelas Elsa tidak mampu melakukannya, apalagi sang paman yang sedang pergi keluar entah ke mana hingga tidak terlihat batang hidungnya.

"Kami tahu kalau kau sedang di dalam dan bersembunyi, cepat keluar dan lunasi utang orang tuamu, atau kami akan membakar rumah ini sampai gosong menjadi abuu!! KELUAR!!" ulang pria yang sama dengan Suara lantang yang menggelegar di depan rumah Elsa.

Ucapan debt collector yang kini tengah berada di depan rumah gadis lugu itu, terkesan begitu mengancam membuat Elsa tentu saja langsung terkejut bukan main. Tubuhnya melemah dan menggigil mengingat tak ada siapa pun yang bisa dimintain tolong jika terjadi hal buruk padanya sekarang. Gadis itu merasa dilema sendiri antara ingin keluar atau tetap bersembunyi.

‘Gak! Rumah ini satu-satunya harta peninggalan orang tuaku dan aku gak mau rumah ini dibakar sama mereka yang tak punya hati!’ tekadnya di dalam hati.

“ELSA!!” raung pria yang satunya lagi, “Saya hitung sampai tiga, jika kamu tidak keluar juga maka jangan pernah menyesal tubuhmu ikut terpanggang di dalam rumah ini!” ancamnya sembari mengeluarkan korek api dari dalam saku celananya.

Tentu saja ancaman yang baru diucapkan diucapkan  oleh kedua preman itu semakin membuat nyali Elsa ciut.

‘Ya Allah tolong kuatkan hamba menghadapi orang-orang zalim ini!’ pintanya kepada Tuhan di dalam hati, diikuti bibirnya yang tak henti melantunkan zikir.

“Satu! Dua! Ti–”

“Stop!! Sa-saya akan keluar, tolong jangan bakar rumah ini, Pak! Saya mohon,” sahut Elsa dengan nada memelas dan bergetar.

Dengan perlahan Elsa ke luar dari tempat persembunyiannya dan menemui debt collector yang berwajah seram dengan berbagai tato menghiasi tubuhnya. Meskipun dirinya sangat takut tapi Elsa harus membuktikan, jika dirinya bisa menghadapi mereka tanpa harus selalu mengandalkan pamannya terus-menerus.

"Maaf kalau sekarang saya belum punya uang, sedangkan paman saya sedang tak ada di rumah. Kalau anda tidak percaya silakan periksa seluruh isi rumah! Jadi tolong berikan saya waktu seminggu lagi agar saya bisa melunasi seluruh utang orang tua saya," ucap Elsa bicara asal.

Gadis itu terpaksa memberikan janji yang belum pasti bisa terlaksana pada debt collector karena memang Elsa sama sekali belum memiliki uang untuk melunasi semua utang kedua orang tuanya. Gadis itu berjanji hanya untuk menghindari kehebohan di rumahnya dan berharap mereka segera angkat kaki dari sana agar tidak memancing kejulidan para tetangga yang kebanyakan suka melihat kesusahan hidupnya.

Kedua debt collector itu langsung Saling pandang seolah mata mereka saling bicara dan salah satu diantaranya barulah mengeluarkan suara.

"Baik, kami akan memberikan waktu seminggu lagi, tapi jika kau tidak melunasinya maka jangan salahkan kami akan membakar rumah ini! Lagian kamu ini gadis yang tidak tahu diuntung! Apa salahnya menerima lamaran Bos kami jadi seluruh utang-utang orang tuamu tidak perlu dibayar lagi karena sudah dianggap lunas!" ucap salah satu debt collector itu langsung pergi begitu saja meninggalkan Elsa sendirian.

Sebenarnya sang gadis tidak memiliki gambaran sedikit pun dari mana dirinya bakal mendapatkan uang. Elsa terlalu memaksakan diri karena benar-benar tidak memiliki uang untuk membayar utang kedua orang tuanya, apalagi Elsa tidak memiliki keahlian di bidang tertentu yang bisa membuatnya dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Paling tidak dengan waktu yang diberikan, mungkin dirinya bisa untuk mencari uang dengan instan guna membayar utang ke rentenir plus bunga yang sangat mencekik lehernya. Miris memang, setelah orang tuanya meninggal bukan menerima warisan kekayaan tapi malah mendapatkan warisan utang yang tak terduga.

Sungguh Elsa benar-benar merasakan kehidupan yang menyedihkan, dilamar oleh rentenir yang sudah tua renta dan diberi ancaman rumahnya akan dibakar habis kalau tak mampu membayar utang almarhum orang tuanya.

“Ya Tuhan … kemana aku harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu seminggu?”

Bab 2. Aku Harus Bekerja

Elsa menyiapkan makan malam untuk dirinya dan sang paman, meski pun makan malam yang disiapkan hanya berupa menu sederhana tapi Elsa senang bisa menyiapkan semua kebutuhan mereka berdua walau hanya seadanya, setidaknya mereka bisa makan meskipun tidak dengan makanan yang mewah. Akibat kebanyakan melamun, Elsa pun tidak sengaja menumpahkan sedikit kuah sup ayam yang sudah dimasaknya ke meja, membuat sang paman seketika langsung terkejut melihatnya.

"Elsa, ada apa ini? Kenapa kau melamun sambil menyiapkan makanan, Nduk? Apa sebenarnya yang sedang kamu pikirkan, katakanlah sama paman?" tanya Andri yang merasa bingung melihat tingkah keponakannya.

Sontak saja Elsa langsung menolehkan kepala dan terkejut dengan apa yang sudah diperbuatnya. Gadis itu benar-benar tidak tahu jika dirinya sudah menumpahkan sup ayam buatannya ke meja akibat tidak fokus karena sedang melamun, memikirkan ke mana dirinya harus mencari uang sebanyak puluhan juta dalam satu minggu?

"Astaga, maafkan aku, Paman. Aku benar-benar tak sengaja," sesal Elsa merasa bersalah.

Paman Elsa yang bernama Andre itu langsung mengerutkan kening merasa bingung, tidak biasanya Elsa begitu cerobohc saat melakukan sesuatu karena Gadis itu biasanya begitu teliti, jika memang tidak sengaja maka berarti sang keponakan sedang ada sesuatu hal yang mengganggu pikirannya.

"Katakan saja sama paman dengan jujur, apa kamu lagi ada masalah, Elsa? Tidak biasanya kamu ceroboh seperti barusan. Jangan bilang kalau kamu sedang menyembunyikan sesuatu dari paman? Katakanlah karena sekarang hanya ada kita berdua saja, andai kedua orang tuamu masih hidup … mungkin kamu tak perlu hidup sengsara bersama paman seperti sekarang," ucapnya dengan nada penuh sesal.

Andre menelisik netra sang keponakan, berusaha mencari masalah yang sedang disembunyikan gadis itu. Elsa terdiam, sebenarnya dia enggan untuk menceritakannya pada Andre, tapi Elsa tidak bisa menutupinya lagi karena lama kelamaan masalah utang almarhum kedua orang tuanya yang selalu ditagih itu akan terkuak juga.

"Sebenarnya, debt collector itu datang lagi, Paman. Aku sudah katakan jika aku meminta waktu seminggu lagi dan akan melunasinya, karena itulah makanya diriku jadi kurang fokus setelah memasak tadi," sahut Elsa dengan jujur. Paling tidak jika dirinya berkata yang sebenarnya maka sedikit beban seakan ringan di pundaknya.

Andre terdiam mendengar apa yang dikatakan keponakannya. Dia tidak menyangka jika Elsa akan mengatakan hal yang tidak mungkin bisa mereka selesaikan, apalagi utang yang dimiliki kedua orang tua gadis itu tidaklah sedikit. 90 juta merupakan nominal yang tidak sedikit, lalu kemana mereka harus mendapatkan uang sebanyak itu dengan batas waktu seminggu?

"Tapi bagaimana kita mencari uang sebanyak itu dalam waktu singkat, Elsa? Maafkan paman karena tadi meninggalkanmu, aku sedang ada urusan dengan seseorang di luaran sana," jelas Andre merasa ikut bersalah karena keponakannya terpaksa jadi amukan sang anak buah rentenir.

Elsa menggelengkan kepala, berusaha memperlihatkan bahwa semuanya akan baik-baik saja seiring waktu berjalan ke depan. Namun, semua itu dengan sengaja diperlihatkannya di depan sang paman karena tak ingin pria paruh baya itu ikut menderita dan menambah beban pikirannya, padahal utang-utang itu murni peninggalan kedua orang tuanya.

"Ini bukan salahmu, Paman. Sepertinya mulai sekarang aku harus mulai berani untuk menghadapi debt collector yang sama sekali tak punya hati itu! Masa iya utang mama dan papa semakin hari bukannya berkurang setelah dicicil tapi malah makin menggunung saja." Elsa merasa geram jika mengingat kesalahan fatal yang sudah dilakukan kedua orang tuanya sebelum meninggal dunia. Ingin rasanya Elsa marah tapi sudah tak berguna karena mereka sudah tenang berada di alam yang berbeda dengannya.

"Bagaimana jika mereka datang ke sini dan malah mencelakaimu ketika aku tidak ada? Memangnya kamu bisa melawan mereka semua?" Andre berdecak lidah dengan frustasi, merasa gagal melindungi keponakannya.

Bagaimanapun juga, Andre merupakan keluarga satu-satunya yang tertinggal milik Elsa dan Gadis itu tidak ingin membuat sang paman yang sudah semakin hari bertambah tua, memiliki beban masalah yang tidak seharusnya dia pikul.

"Paman tenang aja. Aku akan baik-baik saja karena masih bisa menjaga diriku sendiri kok, jadi kau tidak perlu terlalu khawatir." Elsa berusaha tersenyum agar pamannya tidak terlalu cemas.

Andre menggelengkan kepala, dia tidak tahu kenapa Elsa bisa begitu percaya diri untuk menghadapi anak buah rentenir itu. Pria paruh baya itu merasa khawatir dengan keadaan Elsa, bagaimanapun juga Elsa adalah keluarga satu-satunya yang dia punya dan Andre akan menjaga Elsa di manapun wanita itu berada.

"Aku tahu kau pemberani seperti kedua orang tuamu, Elsa. Tapi tetap saja di sini yang bertanggung jawab atas dirimu adalah aku, pamanlah yang seharusnya menjagamu. Bukan malah sebaliknya.” Andre mengusap kepala keponakannya dengan rasa iba dan juga rasa tak berdaya.

Elsa hanya menganggukkan kepala, dia tidak mau berdebat dengan sang paman hanya karena masalah yang tak kunjung dapat solusinya, lagi pula memang benar jika Elsa sudah bisa menjaga dirinya sendiri, terlebih dirinya sudah didewasakan oleh keadaan atas semua keadaan yang terjadi.

Mereka berdua akhirnya menghabiskan makan malam dalam diam dengan pikiran masing-masing.

‘Aku harus mencari pekerjaan secepat mungkin agar bisa melunasi utang papa,’ gumamnya di dalam hati.

“Elsa, kenapa kau masih melamun? Apa perutmu masih lapar?” tanya Andre yang melihat keponakannya itu sibuk memainkan sendok dan garpu di atas piring.

“Hah? Ah … nggak kok, Paman. Aku hanya lagi mikir pekerjaan apa yang bisa menghasilkan uang dengan cepat? Aku ingin segera bebas dari rentenir itu karena kalau tidak … dia akan memaksaku untuk jadi istri keempatnya. Atau rumah yang kita tempati ini yang bakal dibakarnya sampai habis, terus kakek tak tau diri itu akan selalu mengganggu keluarga kita,” sahut Elsa dengan tetap memaksakan senyum.

“Kalau begitu, kamu kabur saja dari sini! Biar paman yang menghadapi pria bau tanah itu!”

Bab 3. Bimbang

“Kalau begitu, kamu kabur saja dari sini! Biar paman yang menghadapi pria bau tanah itu!” titah Andre meminta Sang keponakan untuk pergi dari rumah.

“Enggak, Paman, Elsa akan tetap menghadapi mereka dan melunasi seluruh utang mereka, agar mama dan papa bisa tenang di dalam kubur sebelum menghadapi sidang di Padang Mahsyar! Jika memang sudah terpaksa maka Elsa akan bersedia menerima pernikahan itu,” sahutnya tegas.

Sebagai anak memang sudah menjadi kewajibannya membayar seluruh utang kedua orang tuanya.

“Elsa, dengarkan paman, apapun yang terjadi kamu jangan pernah mengorbankan dirimu hanya untuk utang kakakku. Paman saja ragu apa orang tuamu memang pernah melakukan kesalahan besar atau nggak hingga harus meminjam uang puluhan juta pada rentenir.” Kata-kata Andre terus saja terngiang di telinganya.

Bahkan sudah tengah malam Elsa pun belum juga bisa tidur, matanya seperti tidak mau diajak berkompromi. Elsa mengantuk tapi matanya tidak mau terpejam, serta hatinya terus-terusan memikirkan bagaimana caranya bisa membayar lunas utang kedua orang tuanya yang terhitung sangatlah banyak.

"Ck, apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tidak memiliki sepeserpun uang sekarang." Elsa mengeluh, dia tidak biasa mengeluh di depan seseorang, karena itulah ketika dirinya sendiri barulah berani untuk bicara sendiri tentang semua yang terjadi.

Namun, sekarang pikirannya pun jadi buntu, apa pekerjaan yang bisa mendapatkan uang dengan cepat? Sisa enam hari lagi, dirinya harus mencari uang 90 juta agar bisa membayar lunas utang kedua orang tuanya yang jumlahnya memanglah tidak sedikit.

"Kenapa belum tidur, Elsa?" tanya Andre yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Elsa sambil melipat kedua tangannya di atas perut.

"Astaga, Paman? Aku hanya memikirkan hal yang sama seperti apa yang aku pikirkan beberapa jam lalu, rasanya aku ingin segera mendapatkan banyak uang untuk membayar lunas utang orang tuaku." Elsa membalikkan tubuh melihat ke arah sang paman.

Sementara Andre langsung terdiam, semakin dipikirkan lelaki itu pun juga merasa pusing. Apa yang harus dilakukan kedepannya membuat Andre juga merasa tidak enak hati karena dirinya hanyalah menumpang di rumah Elsa.

"Sepertinya aku juga harus mencari pekerjaan, Elsa? Tentu saja untuk membantumu membayar semua utang itu, lagipula aku sudah lama merepotkan kedua orang tuamu," ujar Andre melangkah mendekati keponakannya.

Apa yang Andre katakan sontak membuat Elsa langsung terkejut, tentu saja dia tidak mau kalau sampai Andre bekerja hanya untuk melunasi utang kedua orang tuanya karena semua itu bukanlah tanggung jawab pamannya. Apalagi usia Andre sudah tak lagi muda yang tidak memungkinkan untuk dirinya melakukan pekerjaan berat, jadi mana mungkin Elsa tega membiarkan pamannya itu ikut bekerja hanya demi melunasi hutang kedua orang tuanya.

"Tidak, Paman. Aku tidak mengizinkanmu untuk ikut bekerja hanya demi membantuku, apalagi hanya untuk menyelesaikan masalah dengan rentenir ini, biarkan aku saja yang mencari cara agar semuanya bisa teratasi," sahut Elsa berusaha tetap tersenyum.

"Tapi bagaimanapun juga aku harus membantumu, Elsa. Keadaan kita sekarang sudah sangat terdesak. Apa kamu mau rumah ini berpindah tangan pada rentenir tua itu? Lagian aku nggak mau kamu melunasi utang dengan cara menerima aki-aki itu jadi suamimu!" seru Andre menegaskan.

Sebagai seorang paman, Andre benar-benar tidak akan pernah rela kalau sampai sang keponakan yang masih gadis belia itu dinikahi oleh seorang aki-aki, mana mau dijadikan istri ke empat lagi! Tidak sudi!

Malam itu juga setelah pamannya keluar dari kamar, Elsa terus saja mencari-cari lowongan pekerjaan dan berharap jika dia akan menemukan pekerjaan yang cocok untuknya. Namun, sudah lebih setengah jam lamanya, gadis itu masih tidak mendapatkan pekerjaan yang menurutnya cocok dengan hasil yang diharapkan. Lalu kini dia hanya bisa menghembuskan napasnya pasrah sambil meletakkan kepala di atas meja.

"Aku harus apa sekarang? Demi Tuhan ini sangat melelahkan, andai jika mama dan papa masih ada … maka hidupku tidak akan seperti ini," monolog Elsa bicara miris.

“Astagfirullah, apa sebenarnya yang terjadi padaku, seperti orang yang tak memiliki iman sama sekali!” sesal Elsa mengusap wajahnya.

Terkadang ada penyesalan yang dirasakannya, jika tahu hidupnya akan begini mungkin dia lebih memilih untuk ikut bersama kedua orang tuanya daripada harus hidup menderita seperti sekarang ini. Memang penyesalan selalu di akhir, apalagi keadaan Elsa yang tidak baik-baik saja membuat wanita muda itu selalu saja berpikiran yang tidak-tidak.

Memang pikirannya kadang kala suka kemana-mana, Elsa tahu jika dirinya sudah tidak bisa berpikiran dengan tenang lagi seperti sebelum-sebelumnya, tapi sekarang bukanlah waktunya untuk terus berdiam diri dan menyesali semua yang sudah terjadi. Dirinya harus kuat!

Beberapa saat kemudian, gadis itu tanpa sengaja membuka sebuah browser yang berisi lapangan pekerjaan diperuntukkan untuk seseorang yang benar-benar membutuhkan uang. Tawarannya memang tidak main-main karena uang yang dijanjikan tidak sedikit, tertarik? Tentu saja Elsa begitu tertarik dengan jumlah uang yang akan diberikan ketika semua persyaratan sudah dipenuhi, namun Elsa belum membaca keseluruhan dari semua syarat-syarat yang telah ditentukan.

"Memberikan rahim Anda secara deal tanpa adanya perseteruan setelah semua disetujui …?" Elsa mematung setelah bibirnya membaca iklan sedikit tak masuk akal itu.

Sang gadis merasa tidak mengerti dengan lowongan pekerjaan yang menurutnya tidaklah biasa karena yang diminta adalah memberikan rahim? Tentu saja Elsa dibuat tidak mengerti karena dirinya tidak pernah melakukan hal semacam itu.

Namun, tawaran uang yang begitu besar membuat Elsa cukup tertarik, dia tahu jika browser yang dia buka bukanlah browser biasa tapi meskipun begitu Elsa tidak memperdulikannya, karena yang dia pedulikan sekarang adalah bagaimana caranya bisa mendapatkan banyak uang dengan cepat.

Dengan keteguhan hatinya, Elsa menyalin nomor yang tertera, lalu menghubungi nomor itu dan beberapa saat kemudian suara wanita yang cukup berumur menyahut sapaan Elsa.

[Selamat malam, ini dengan siapa?]

Suara tegas seorang wanita yang telah berumur terdengar menyapanya.

"Saya Elsa, Nyonya. Saya baru saja membaca apa yang anda share lewat internet. Apakah semua itu benar?” tanya Elsa untuk memastikan.

[Ya, benar. Apa kamu tertarik untuk mengisi lowongan luar biasa dari saya? Jika benar, kamu persiapkan segala persyaratan yang telah saya berikan! Ini bukan main-main karena mempertaruhkan nama baik keluarga saya, jadi kamu harus saya seleksi terlebih dahulu]

“Apakah jika semua syarat sudah ada dan disetujui, saya bisa langsung ke rumah yang alamatnya sudah Anda beritahu tadi?" Pertanyaaan Elsa berangsur lebih dalam lagi, karena wanita paruh baya itu juga menjelaskan pada intinya, tentu saja jika Elsa tertarik maka dia harus datang ke alamat yang sudah dia beritahu.

[Ya, kamu harus datang ke sini tanpa membawa apa pun kecuali syarat yang saya butuhkan! Ingat satu hal, kalau kamu sudah bersedia menyewakan rahimmu untuk anak saya maka jangan harap bisa lepas dari keluarga saya dengan mudah! Imbalan besar tentu harus memiliki konsekuensi yang sepadan!]

"Baiklah Nyonya, saya akan memikirkannya semalam ini dan besok saya akan memberikan jawabannya," sahut Elsa masih dalam rasa ragu.

Gadis itu masih belum tau apa hukumnya mengandung benih dari seorang lelaki yang bukan suaminya tapi apakah dia salah karena himpitan ekonomi yang seakan ingin membunuhnya? Elsa juga belum tau bagaimana sistem yang harus dilakukan untuk mengandung anak seorang pria tanpa harus bersentuhan.

[Saya akan menunggumu besok pagi di rumah, karena setelah itu tidak ada lagi kesempatan untukmu sebab saya akan membuka kesempatan buat pelamar yang lain! Jadi segera kamu pikirkan apa tujuanmu melakukan semua ini karena saya yakin kalau kamu melakukan ini semua pasti karena sudah terdesak biaya hidup]

Sialan memang, sang nyonya dengan mudah bisa membaca apa yang ada di dalam pikiran Elsa. Oh Tuhan … kenapa Engkau tidak mengirimkan hujan uang agar bisa melunasi seluruh hutangnya?

“Baiklah, Nyonya, besok saya akan memberikan jawabannya,” pungkas Elsa sebelum menutup panggilan telepon.

[Kalau kamu datang kesini, bagaimanapun susahnya keuanganmu maka saya akan langsung membantumu!]

Perkataan terakhir dari sang nyonya sungguh sangat menggiurkan tapi kenapa Elsa malah merasa bimbang. Apakah benar apa yang dilakukannya sekarang?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!