Sakit memang menjadi anak perempuan kedua dari tiga bersaudara, ya aku BARSHA gadis dengan nama yang jelek yang berartikan hujan, berbeda dengan kakakku yang memiliki nama Lea, namanya indah dan cantik secantik orangnya, aku juga berbeda dengan adikku yang bernama Wili, dia anak muda yang keren dan selalu di manja oleh ayah, rasanya aku tidak memiliki tempat bernaung, tidak ada yang pernah bangga dengan adanya kehadiranku, meski aku berusaha untuk melakukan semuanya dan berjuang sendiri untuk menggapai hal paling indah, ujungnya aku hanya di perlakukan layaknya sampah, tidak berguna dan tidak di anggap keberadaannya atau sering di buang oleh semuanya.
Mereka mungkin mengira aku anak yang ceria, gadis periang yang memiliki banyak teman dimana-mana, karena aku adalah gadis yang pandai bergaul.
Tidak pernah memilih-milih dalam berteman dan selalu bisa masuk ke dalam circle apapun di lingkungan manapun, aku selalu menjadi seorang penghibur di kala tengah berkumpul dengan teman-temanku, namun saat sendirian aku bahkan tidak mengenali diriku sendiri.
Masih di lembaran pertama tapi kisahki sudah cukup menguras air mata, memang terlihat begitu menyedihkan tapi aku akan selalu berjuang, demi aku dan masa depanku, sebab aku selalu percaya akan satu hal, bahwa aku harus bangga dengan diriku sendiri, sebab jika bukan aku, tidak ada orang lain yang bisa aku harapkan untuk bangga dan mencintaiku sebesar serta setulus dirimu sendiri.
Pagi ini aku sudah bersiap untuk mendaftar ke sekolah menengah atas, dimana aku masuk ke kelas dua belas dan tentu saja aku mendapatkan nilai pas-pasan pada raport kenaikan kelas tahun lalu, dan ibu juga ayahku tidak bangga dengan hal itu, mereka selalu saja membandingkan aku dengan kakakku yang selalu memiliki prestasi yang bagus dan cemerlang, atau selalu membandingkan aku dengan adikku Wili karena dia di gemari banyak wanita dan cukup populer di sekolahnya.
Wili sekarang duduk di kelas sembilan dan kakakku Lea dia mahasiswa semester akhir saat ini sehingga dia cukup sibuk dan terkadang jarang berada di rumah sebab selalu tinggal di asrama kampusnya, hanya sesekali saja dia kembali.
Aku juga punya dua tetangga yang sangat menyebalkan dalam sepanjang hidupku selama ini, yang pertama dia memang baik tapi dia sangat pendiam dan pemalu, aku jarang bertemu dengannya namun aku sering bermain dan berkumpul dengannya sejak kami kecil, tapi kita tetap terlihat seperti orang asing ketika sudah dewasa, dia adalah seorang fisikawan dan selalu mendapatkan banyak sekali penghargaan selama sejarah sekolahnya, bahkan dia loncat kelas berkali-kali karena kejeniusan otaknya, sekarang dia sudah masuk ke universitas, hanya beda satu semester dengan kakakku padahal usianya tidak jauh denganku, kita hanya lahir berbeda dua hari saja, dia sangat jenius dan aku selalu iri dengannya, tapi dia memiliki kekurangan sebab dia tidak mudah bergaul sepertiku, jadi aku merasa bahwa aku lebih beruntung daripada dia yang selalu menghabiskan waktunya di laboratorium atau kamarnya yang pengap itu.
Dia juga putra orang kaya, dia tidak memiliki ayah sepertiku, tidak ada yang tahu kemana ayahnya pergi, dia hanya selalu tinggal seorang diri dan ibunya yang selalu pulang malam karena sibuk bekerja di salah satu perusahaan swasta.
Namanya adalah Varel dia si fisikawan yang jenius, pendiam dan tidak mudah di dekati.
Sedangkan tetanggaku yang satunya lagi adalah si playboy Niko, dia adalah ketua kelas di kelasku sejak aku TK hingga sekarang, tidak tahu kenapa para gadis itu selalu memilihnya hanya melihat dari tampangnya saja, dan aku selalu menjadi satu-satunya orang yang tidak pernah memilih dia untuk menjadi ketua kelas sepanjang masa.
Temanku yang terakhir adalah Ciko, dia manusia yang aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa menggambarkan dirinya, dia terlalu biasa saja dan terkenang dengan sikap bodo amat nya dia sangat menjengkelkan, dia cukup kaya tapi tidak sekaya Varel lebih tepatnya kedua orangtuanya saja yang kaya, tapi jarang berada di rumah juga, hanya ibunya yang selalu berada di rumah, dia anak tunggal yang terkesan di manja juga sangat disayangi oleh ibunya itu.
Aku bersiap pergi ke sekolah dan berniat untuk minta diantara oleh ayahku menggunakan sepeda motor yang dia miliki dan biasa dia gunakan untuk bekerja, tapi sayangnya tidak aku sangka ayah malah menolak untuk mengantarkan aku.
"Ayah....aku akan pergi ke sekolah, bisa tidak aku diantar hari ini, setiap hari aku selalu jalan kaki kau memberikan sepeda meren untuk Wili dan selalu mengantar Lea ke sekolah dulu, sekarang Lea tidak ada dan Wili sudah berangkat, eumm...apa aku bisa..." Ucapku yang belum selesai karena ibu sudah langsung memotong ucapanku dengan cepat.
"Aishh...kenapa kalian masih berada disini, minggir sana, ibu akan pergi ke pasar, ayah cepat parkiran motornya, apa lagi yang sedang kau tunggu?" Ucap Ibu sambil menepuk tangan ayah cukup keras saat itu.
Mendengar ibu hendak pergi ke pasar aku sudah tahu kalau aku tidak bisa pergi ke sekolah di antara oleh ayah menggunakan sepeda motornya.
Aku hanya bisa menghembuskan nafas dengan lesu dan memilih untuk langsung berpamitan kepada mereka berdua secepatnya.
"Huuuhh....sudahlah ayah...ibu aku pamit" ucapku dengan lesu.
"Ehh ...BARSHA tadi kau mau mengatakan apa? Ayah belum sempat mendengarnya" teriak ayah kepadaku,
"Tidak jadi, hanya pertanyaan tidak berguna saja" balasku sambil berteriak dan keluar dari halaman rumah dengan cepat.
Pagi ini sungguh sangat menyebalkan, memulai tahun ajaran baru dengan hati dan mood yang sudah rusak di pagi hari karena ayah dan ibuku sendiri.
Saat aku keluar ku lihat Niko berjalan menghampiriku dan menyapa aku seperti biasanya dengan mengibaskan rambutnya ke belakang yang selalu terkena rajia oleh guru kedisiplinan di sekolah, tapi dia tetap tidak memotong rambut sialannya itu.
"Eehh....Barsha....selamat pagi bidadari cantik berambut pendek" ucapnya menyapaku dengan kalimat yang sama setiap kali kita bertemu,
"Aishhh....kau sangat menyebalkan untuk apa kau menyambutku, pergi potong rambut gondrongmu itu, sudah seperti es krim monas saja" balasku kepadanya sambil segera berjalan meninggalkan dia lebih dulu.
Tapi sialnya dia malah langsung berlari mengikuti aku dan terus berteriak memanggil namaku membuat aku sangat kesal dan terus saja menyuruhnya untuk pergi menjauh dariku, karena moodku sangat buruk sejak tadi.
"Ehh..hey.. Barsha tunggu aku, hey..Barsha...Barsha....Barsha...." Ucapnya terus saja berada sangat dekat denganku membuat kupingku terasa gatal sekali mendengar suaranya itu.
"Heh...apa kau gila yah, menyingkir dariku jangan dekat-dekat denganku, kau bau mulut!" Bentakku sambil langsung saja mendorongnya agar menjauh.
Bukannya segera pergi setelah aku membentak dan mendorongnya dia justru masalah semakin terlihat sengaja memberikan nafas baunya itu kepadaku lebih dekat dan terus tertawa dengan puas.
"Hah.....ha.....ha... bagaimana ini segar bukan aku sudah menggosok gigi tau...haha" ucap dia sangat menjengkelkan.
Sampai tidak lama kemudian terdengar suara klakson sepeda listrik dari belakang yang sangat kencang dan membuat aku juga Niko tersentak kaget sambil refleks berbalik ke belakang dengan terkejut sebab melihat Ciko yang memakai sepeda listrik dengan begitu gaya dan mengenakan helm di kepalanya.
"Tid....tid...tid......" Suara klakson motor listri milik Ciko saat itu.
"Wow.....astaga....Ciko kapan kau membeli sepeda listri sebagus itu, sangat keren" ucap Niko memujinya.
Aku sama sekali tidak setuju dengan apa yang di sebutkan oleh Niko meski pada nyatanya sepeda listri yang di tunggangi oleh Ciko memang cukup keren dan terlihat mengkilap dengan warna silver nya itu, tapi aku tidak ingin mengakunya.
"CK... keren darimana nya, itu bukan hasil dari uangnya, pasti ibunya lagi yang membelikan dia sepeda motor seperti ini, iya kan?" Ucapku kepadanya dengan sinis,
"Tentu saja ibuku, karena aku masih sekolah jadi itu kewajiban seorang orang tua yang menyayangi anak tunggalnya, memangnya kenapa? Sudahlah....ayo apa kalian mau ikut denganku menaiki sepeda listri yang keren ini?" Ajak Ciko kepada aku dan Niko.
Aku menolaknya dengan bangga dan secepat kilat, juga mengatakan bahwa aku akan pergi dengan Niko, namun sepertinya aku memang salah memilih teman, sebab dia sama sekali tidak berada di pihakmu dalam keadaan seperti ini.
"Tidak perlu, aku akan pergi ke sekolah dengannya, iya kan Niko...eehhh kau?" ucapku yang kaget karena melirik ke samping Niko sudah ada.
Dan dia rupanya sudah pergi menaiki motor listrik milik Ciko di belakang dan mereka langsung meninggalkan aku begitu saja.
"Ya sudah jika kau tidak mau, aku akan pergi dengan Niko" balas Ciko dengan wajah sombongnya tersebut,
"Maafkan aku ya bidadari rambut pendek aku akan memilihmu jika rambutmu sudah panjang, bye...bye...." Ucap Niko yang malah melambaikan tangan kepadaku.
Aku benar-benar sangat jengkel dan kesal di buatnya, langsung saja aku lepaskan sepatuku dan aku lempar kepadanya dengan sekuat tenagaku tapi tetap saja tidak berhasil mengenai dia manusia menjengkelkan tersebut.
"Aaakkkhhh....dasar kalian berdua manusia menjengkelkan awas kau! Aku tidak akan pernah memberikan kalian contekan lagi!" Teriakku sekencang-kencangnya kepada mereka berdua.
Tapi tetap saja mereka pergi dengan si sialan Niko yang melambaikan tangannya terlihat sangat bahagia meninggalkan aku dan membuatku kesal karena ulahnya tersebut.
Benar-benar hari yang buruk di hari pertama aku akan kembali masuk dan belajar lagi di sekolah, tidak ada ayah yang bisa mengantarkan aku, juga tidak ada teman yang mau pergi ke sekolah denganku, aku hanya seorang diri dan tidak bisa melakukan apapun lagi selain dari pasrah menerima semua kepahitan dalam hidup ini.
Sesampainya di sekolah aku melihat teman-teman yang lainnya berlarian masuk ke depan gerbang tidak tahu apa yang sedang mereka lihat hingga harus berlarian terburu-buru seperti itu bak hendak melihat seorang selebritis terkenal saja, padahal hal semacam itu tidak mungkin terjadi di kota kecil seperti ini, karena penasaran aku mulai menghentikan salah satu teman sebangkuku yang tidak lain adalah Kesi, dia adalah gadis yang cukup konyol ya tidak kalah konyol dari aku sendiri sih, tapi keluarganya selalu mendukung apapun yang dia impikan atau apa yang dia inginkan selama ini.
Saat Kesi berlari melewati ku, langsung saja aku menarik tas punggung yang dia kenakan dengan cepat hingga membuat larian nya terhenti seketika.
"E..e.. ehh.... Sha...lepaskan aku apa yang kamu lakukan hey nanti ranselku copot!" Ucap Kesi kepadaku.
Aku pun segera melepaskannya dan langsung menggenggam tangan dia agar dia tidak mencoba kabur dariku, karena dia sulit sekali jika ingin diajak bicara olehku.
"Hey ....mau kemana kau berlari terburu-buru seperti itu, apa kau mau menghindari aku lagi yah?" Ucapku kepadanya,
"Iya..salah satunya karena itu..." Balas dia yang membuatku semakin kesal.
"Aishh...jawab yang benar, kau ini selalu saja.... meski kau menghindar seperti apapun dariku kau akan tetap duduk di samping mejaku apa kau mengerti!" Ucapku kepadanya dengan tegas.
Dia hanya bisa mengangguk patuh tetapi tidak lama kemudian, wajahnya langsung saja berubah drastis dia terlihat sangat gembira dan senang ketika sebuah mobil yang cukup mewah datang memasuki sekolah kita saat itu.
"Wah....wah ..lihat..lihatlah kesana para senior dari kampus sudah datang ayo cepat Barsha kita harus pergi ke lapangan dan jangan sampai kehabisan kursi, ayo cepat" ucap Kesi yang justru malah balik menarik tanganku dengan kuat dan sangat cepat.
Aku bahkan tidak bisa menahannya lagi, dan langsung tertarik olehnya hingga kita sampai di lapangan sekolah, ku lihat sudah banyak sekali siswa yang duduk di lapangan dan berebut kursi, tidak terkecuali dengan Kesi, dia menarik tanganku dan dengan cepat menyuruh aku untuk duduk sebelum kursi di sebelahnya akan di duduki orang lain.
"Barsha apa lagi yang kau tunggu, ayo cepat duduk kemari....aishh..ayolah" ucap Kesi menarikku hingga duduk di sampingnya.
Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi saat itu, semua orang sepertinya memang berada di lapangan terutama para anak perempuan yang terlihat begitu histeris dan bersemangat, entah siapa yang sebenarnya tengah mereka tunggu, di depan sana juga sudah terdapat sebuah panggung kecil dan tidak tahu itu untuk apa, biasanya panggung kecil itu biasa digunakan oleh kepala sekolah atau para dewan untuk berpidato ketika upacara bendera di hari Senin, tapi kali ini para anggota pasukan bendera bahkan tidak muncul, tentu itu membuat aku semakin heran dan mengerutkan kedua alisku menatap ke sekeliling tempat tersebut dengan kebingungan.
"Apa yang sedang mereka semua lakukan, siapa yang mereka tunggu?" Ucapku merasa heran,
"Hah? Barsha apa kau sungguh tidak tahu siapa yang akan berkunjung ke sekolah kita kali ini?" Ucap Kesi kepadaku dengan matanya yang membulat lebar.
Aku langsung menggelengkan kepala dengan pelan, hingga tidak lama Kesi langsung menunjuk ke samping kiri dimana saat itu aku langsung memalingkan pandanganku dan bisa dengan jelas melihatnya.
"Nah...itu lihatlah kesana, dialah yang sedang kamu tunggu, si fisikawan muda yang sudah mendapatkan banyak sekali mendali bahkan sejak dia kecil" ucap Kesi dengan begitu antusiasnya.
Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Varel keluar dari mobil mewah berwarna putih tersebut dan dia di jaga oleh dua orang di samping kanan dan kiri, dia bak seperti seorang selebritis terkenal, berjalan menuju panggung dengan gayanya yang sangat modis juga masih terbilang cukup keren, tapi aku yang sudah biasa melihatnya sama sekali tidak terlalu kaget, karena bisa kapan saja melihat dia jika dia berada di rumahnya, aku sudah mengenal dia sejak kecil jadi tidak terlalu heran ketika mendengar bahwa dia selalu mendapatkan banyak mendali dan piala atas banyaknya kejuaraan yang dia dapatkan selama ini.
"Ohh....Varel aku pikir siapa" balasku dengan santai.
Kesi yang mendengar jawabku terlalu santai, dia langsung menarik bahuku dan menatapku dengan tatapan mata yang cukup tajam, seakan dia tidak terima ketika aku memberikan reaksi seperti itu kepada Varel padahal semua orang berhak membuat reaksi apapun pada dirinya sendiri dan kepada siapapun.
"A..apa? Barsha apa kau sakit ya, kenapa kau hanya bereaksi seperti itu, dia adalah seorang fisikawan alumni sekolah kita, apa kau tidak senang dan bangga kepadanya, terlebih dia sangat tampan, lihatlah kesana" ucap Kesi padaku lagi.
"Hey....apa kau sudah lupa dia hanya sekolah selama satu bulan saja di kelas tujuh kemudian langsung loncat kelas ke kelas sepuluh, bahkan di kelas sepuluh dia hanya sekolah selama empat belas hari, langsung saja dia masuk universitas, bahkan kau sama sekali tidak menyadari keberadaan dia di kelas favorit, padahal saat itu kau berada satu kelas dengannya, apa kau buta hah?" Balasku kepadanya,
"Ehehe...maaf tapikan saat itu aku masih senang bergaul denganmu, dan selalu tinggal di kelasmu yang paling akhir jadi wajar saja jika aku sedikit melupakan sang pangeran jenius itu" balasnya sangat menyebalkan.
"CK....dasar kau, malah menyalahkan aku lagi" balasku berdecak cukup kesal.
"Sudah...sudah...kita lihat saja si jenius Varel akan bicara apa, dia katanya akan memberikan beberapa sambutan dan juga memperhatikan robot terbaru yang dia buat sekaligus berbagi tentang pengembangan sains yang sedang dia lakukan saat ini" ucap Kesi yang tiba-tiba saja mengerti tentang robot juga sains.
Padahal setahuku dia sama sekali tidak pernah tertarik dengan hal seperti itu, bahkan dia mungkin sangat enggan ketika pelajaran fisika di mulai dalam kelas, tapi sekarang tiba-tiba saja dia tertarik pada sains dan nampak seperti mengerti semua itu.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya.
Sampai tidak lama ketika Varel mulai tersenyum juga mengucapkan sedikit sambutan semua orang tiba-tiba saja berteriak sangat antusias menyambutnya, sedangkan Varel sendiri sama sekali tidak banyak bicara dia hanya terus tersenyum kecil dan langsung menunjukkan robot buatannya sendiri, dimana robot itu bisa berbicara dengan dirinya dan bisa mengerti atas apa yang dia perintahkan.
"Robot ini adalah robot yang bisa menemani aku disaat aku sendiri juga bisa membantuku menggantikan tugas pelayan, dia aku beri nama Mumu, karena bentuknya yang minimalis juga sangat lucu mudah di bawa kemana saja" ucap Varel menjelaskan.
Aku tidak bisa menahan diri untuk tertawa ketika mendengar penjelasan darinya, seorang pria pendiam yang cukup misterius memberikan nama Mumu yang begitu imut dan manis pada robotnya, itu sungguh membuatku tertawa dengan lepas hingga mengabaikan semua orang yang ada disana.
"Apa?...Mumu?..ahahaha...huaahaha...kau konyol sekali...haha... bisa-bisanya kau memberikan dia nama yang sangat jelek" ucapku keceplosan karena aku pikir itu terlalu lucu.
Hingga tidak lama pak guru menatap tajam ke arahku dan Kesi segera menutup mulutku dengan cepat, aku sedikit bersyukur kepadanya karena sudah menyelamatkan aku dari rasa malu juga hukuman yang mungkin bisa di berikan oleh guru kedisiplinan padaku.
"A..ahhh...Barsha ada apa denganmu, apa kau gila bicara seperti itu kepada jenius sepertinya, terlebih ini di depan banyak orang, ayo cepa kau minta maaf jika tidak ingin mati sekarang juga" ucap Kesi kepadaku,
"Bodoh ...aku lupa ini dimana" batinku merasa kesal sendiri,
"Maafkan...aku..maafkan aku....ahah..tadi aku menertawakan hal lain, aku tidak sengaja, mohon maafkan aku" ucapku segera berdiri dan meminta maaf kepada semua orang yang ada disana.
Aku benar-benar sudah mempermalukan diriku sendiri saat itu, dan aku tahu kedua teman sialanku, Ciko dan Wili menertawakan aku di belakang saat itu, mereka pasti puas melihat aku menahan malu seperti ini sendirian.
"Dasar tetangga laknat, awas saja kalian berdua!" Gerutuku saat melihat mereka berdua menertawakan aku diam-diam dengan begitu puasnya di belakang sana.
Sedangkan disisi lain saat aku menengok lagi ke depan si Varel sialan itu justru malah menatapku sambil tersenyum kecil, dia sama sekali tidak terlihat marah karena memang dia tidak pernah marah, tapi aku benci wajah tersenyum nya saat itu.
"Sialan untuk apa kau tersenyum begitu kepadaku, aishh....jangan melihat kesini kau membuat aku malu saja" gerutuku pelan sambil segera pergi dan menutupi wajahku dengan tas selempang milikku secepatnya saat itu.
Aku tidak bisa menahan diri terus berada disana karena wajah ini sudah sangat malu dan tidak bisa menampakkan wajahku kepada siapapun lagi, aku pergi dengan cepat dari sana dan segera pergi ke kelas lebih dulu, si bodoh Varel itu justru malah terus saja menatap ke arahku meski aku sudah pergi, dia benar-benar mencari masalah padaku.
Kesi mengikuti aku dari belakang dan terus memanggil aku dengan cukup keras saat itu.
"Hey...tunggu....Barsha kau mau kemana, Barsha..." Teriak Kesi kepadaku.
Aku sama sekali tidak berani menoleh ke bakang dan hanya bisa terus berjalan lurus pergi menuju kelasku dengan cepat tanpa melihat ke kanan dan kiri sedikit pun, terus berjalan sambil membungkuk dan menundukkan kepala juga menghalangi wajahku dengan tas selempang milikku, sampai tidak lama tiba-tiba saja aku seperti menabrak sesuatu di depanku saat itu, dan aku merasa sesuatu itu bukan tembok karena tidak keras.
"Dukk....aduh....apa ini, setahuku tidak ada tembok atau tong sampah di sekitar sini, apa yang sebenarnya menghalangi jalanku?" Gerutuku pelan saat itu.
Hingga tidak lama suara si sialan Ciko terdengar olehku, ternyata itu memang dia yang berdiri di hadapanku dan membuat aku menabraknya secara tidak sengaja.
"Hey...angkat kepalamu itu, kau punya mata tapi tidak digunakan dengan benar, apa kau bodoh hah?" Ucap Ciko dengan nada yang sinis seperti biasa.
Saat mendengar suaranya dengan cepat aku menghembuskan nafas cukup kasar, dan langsung saja mengangkat kepalaku dengan secepatnya, sambil memasang wajah kesal cemberut kepadanya.
"Huh....ternyata kau, kenapa kau berdiri disana, apa kau tidak tahu bahwa ini jalanan umum hah?" Balasku balik membentak dia,
"Jangan lupa nanti malam kau harus datang ke rumah Varel dia akan mengadakan acara selamatan dari kemenangannya Minggu lalu" ucap dia kepadaku saat itu.
Aku mengerutkan kedua alisku merasa heran, karena biasanya Varel juga tidak pernah mengadakan acara seperti ini di rumahnya, bahkan setahuku dia selalu tidak suka keramaian apalagi harus mempersilahkan para anak-anak nakal seperti Niko dan Ciko.
"Heh... Jangan coba-coba kau membohongi aku yah, aku tahu dia tidak mungkin mengadakan acara seperti ini, kalian hanya akan mempermalukan aku lagi atau mengerjai aku iya kan?" Balasku sama sekali tidak mempercayai mereka sedikitpun.
"Aishh ... Kau ini sangat bodoh, pantas saja kau masuk ke kelas terakhir, bahkan si Kesi temanmu itu sekarang masuk ke kelas C sedangkan kau masih saja betah di kelas D dari tahun pertama sampai sekarang ini" balas Niko kepadaku.
Ucapannya benar-benar sangat menyebalkan dan membuat aku sangat emosi, sehingga aku langsung saja menarik kepalanya itu dan menjepit kepalanya dengan tanganku, sengaja aku langsung mengeluarkan tenaga paling kuat saat itu sambil terus menggosok kepalanya dengan kuat hingga membuat rambutnya berantakan.
"AA ..aduh...aduh...duduh....Barsha lepaskan aku hey...lepaskan cepat...aishh..ini sangat kacau, Ciko bantu aku kenapa kau diam saja!" Teriak Niko meringis dan meminta bantuan pada Ciko saat itu.
Aku tahu orang dingin seperti Ciko tidak akan pernah ingin ikut campur dengan urusan seperti ini, dia justru malah langsung memperlihatkan isi chat di ponselnya dari Varel, dimana ketika melihat itu aku langsung saja membelalakkan mataku dengan sangat lebar dan langsung melepaskan si konyol Niko saat itu juga.
"Lihat ini" ucap Ciko padaku sambil menunjukkan ponselnya.
"Wahh ...apa aku tidak sedang bermimpi ya? Benar-benar di luar dugaanku, bagaimana bisa si manusia bisu itu memberikan kau chat tiga kata seperti ini, biasanya dia hanya mengirimi aku satu atau dua kata saja kepadaku" ucapku merasa heran dan kebingungan sendiri saat memikirkannya.
"Bagaimana apa kau percaya sekarang, aishh...rambutku sangat berantakan karenamu, sekarang bagaimana kau akan bertanggung jawab atas rambutku hah?" Ucap Niko kepadaku,
"Heh, apa kau mau aku mengacak rambutmu lebih parah lagi, kemari kau....ayo cepat kemari...kenapa kau diam saja Niko!" Bentakku kepadanya dengan menatap tajam.
Dia terlihat menelan salivanya sendiri dengan susah payah dan dengan perlahan, dia mundur menjauh dariku, hingga langsung saja berlari dengan cepat meningalka aku begitu saja.
Dengan cepat aku menyusul dia dan berteriak menyuruhnya berhenti.
"Hey ..... Niko sialan, mau kemana kau, Niko cepat kemari kau..." Teriakku sambil segera mengejarnya dengan cepat.
Aku terus saja mengejar Niko yang berlari sangat kencang melewati lorong kelas saat itu, tapi sayangnya sialan Niko berlari terlalu kencang sehingga aku tidak bisa mengejar dia hingga menghentikannya, aku hanya bisa terus saja berjongkok dengan memegangi lututku dan mengatur nafasku yang terus saja terengah-engah sendiri sambil merutuki Niko yang berlari meninggalkan aku saat itu.
"Aishh..dasar kau sialan Niko, awas saja kau...hey...jika sampai aku melihatmu lagi awas saja kau, aku benar-benar akan menghajarmu Niko!" Teriakku sangat kencang dan di penuhi dengan emosi.
Tapi Niko hanya menatapku sekilas saja dan dia terus berlari meninggalkan aku cukup jauh hingga masuk ke kelas B kelas tempat dimana dia tinggal bersama dengan Ciko, sedangkan aku masih tetap berada di kelas D, kelas paling bawah dan tingkatkan paling akhir di sekolah menengah ini, aku sebenarnya tidak bodoh, aku hanya malas belajar saja, karena aku tidak suka duduk di depan buku atau mendengarkan guru yang terus berbicara di depan kelas dalam waktu yang lama, itu terlalu membosankan untuk orang seperti aku ini.
Karena dia sudah berhasil melarikan diri dariku, aku juga tidak bisa melakukan apapun lagi, bel masuk kelas juga sudah berbunyi sehingga aku memutuskan untuk membiarkan Niko lolos untuk kali ini saja, aku un segera pergi menuju kelasku yang berada di paling ujung lalu mulai mencari kursi paling belakang yang selalu aku duduki dari tahun ke tahun.
"Aaahhh ... Ini adalah kursi yang paling nyaman" ucapku sambil segera duduk disana.
Aku sudah memilih kursi yang paling belakang dan berada di pojokan samping jendela kelas, dimana dengan duduk disana aku bisa melihat pemandangan sekeliling sekolah dengan sejauh mata memandang, dan disana juga bisa merasakan angin sepoi-sepoi dari luar secara asri itu cukup menyegarkan ketika menerpa wajahku, dan tempat tidur terbaik agar tidak ketahuan oleh guru, bahkan saat ujian juga masih bisa menyontek ketika aku duduk di tempat pojokan seperti itu.
Memang tempat itu adalah tempat para pemalas sepertiku, ehh...tidak aku tidak pemalas aku hanya tidak ingin menjadi pintar saja.
Pembelajaran pun segera di mulai dan seperti biasa aku hanya mencatat hal-hal pentingnya saja dan sudah selesai mengerjakan semua soal yang di berikan oleh guru padaku, lalu segera mengumpulkan hasilnya ke depan.
Sebuah keajaiban yang tidak pernah aku rasakan, aku mendapatkan nilai seratus, alias sempurna pada mata pelajaran fisika yang sangat tidak aku sukai, bahkan itu adalah salah satu mata pelajaran yang paling aku benci setelah matematika.
Aku benci pelajaran hitungan dan tidak pernah ingin menghitung apapun atau harus menghafal rumus yang sangat sulit di mengerti itu.
Tapi kali ini benar-benar sebuah keajaiban dari semesta dimana aku mendapatkan nilai seratus dan saat aku mendengar pengumuman dari guru aku langsung saja membelalakkan mataku sangat kaget ketika mendengarnya.
"Wahhhh....Bu...apa aku sungguh mendapatkan nilai seratus? Apa kau tidak salah dalam memeriksa soalku?" Tanyaku kepadanya dengan mata yang terbuka sangat lebar.
Ibu guru itu juga terlihat membelalakkan matanya kepadaku dan dia juga tidak menyangka akan ada murid dengan nilai sempurna di kelas D, sehingga dia merekomendasikan aku untuk naik level ke kelas C tahun ini, dan itu adalah sebuah kabar yang sangat gembira yang bisa aku dengar di hari pertama masuk sekolah setelah semua penderitaan dan kesialan yang aku alami tadi pagi.
"Ini benar, ibu sudah memeriksanya berulang kali tetapi semua jawabanmu memang benar dan tepat, kamu akan ibu pindahkan ke kelas C untuk taun ini, karena membuat sebuah peningkatkan yang pesat, dan ibu harap kamu bisa menjadi lebih baik lagi di kelas C nantinya" ucap ibu guru kepadaku.
"Wahh....ibu aku benar-benar sangat senang dan tidak menyangka bisa mendapatkan sebuah keajaiban seperti ini, huaa... terimakasih banyak Bu guru kau adalah malaikat penyelamatku" ucapku benar-benar sangat terharu kepadanya saat itu.
Aku tidak tahu lagi harus berkata-kata apa kepada teman-teman sekelas ku untuk mengucapkan salam perpisahan kepada mereka dan mulai besok aku benar-benar akan berada satu kelas dengan sahabat dan teman sebangku ku yang sangat baik dan selalu ada di sampingku yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kesi.
"Hahaha....Kesi....aku akan mendatangimu, haha..akan aku buat dia kaget dengan kehadiranku besok, lihat saja nanti" gerutuku sangat senang.
Aku sudah pulang sekolah saat ini dan tengah berjalan seorang diri sambil tersenyum lebar dan terus saja merasa sangat gembira sambil bersenandung ria di jalanan seorang diri karena merasa sangat senang.
"La..la...la..la..la..hahahaha...lalalala...hahahah....huahahah....ini adalah kabar yang sangat mengejutkan, haha...ayah akan bangga padaku, dan ibu akan memberikan aku paha ayam saat makan, haha...ini sangat menyenangkan hehe...aku tidak sabar untuk membagikan kabar bahagia ini, kenapa semua orang yang selalu meremehkan aku itu, awas saja kalian haha" ucapku terus saja merasa sangat senang.
Hingga tidak lama sebuah mobil berwarna putih berhenti di sampingku dan menyalakan klakson mobilnya beberapa kali membuat aku sangat kesal karena mobil tersebut seperti mengikuti langkahku saat itu.
"Tid....tid..." Suara klakson mobil itu pertama kalinya.
"Aishhh...apaan sih mobil ini, aku kan sudah berjalan di samping, kenapa terus menyalakan klaksonnya, apa orang di dalam itu orang gila ya?" Gerutuku merasa sangat kesal,
Aku terus melanjutkan jalanku tanpa memperdulikan hal itu, tetapi baru saja aku melangkahkan kaki beberapa saat, mobil putih tersebut sudah menyalakan klaksonnya lagi dan lagi, membuat Barsha merasa sangat emosi di buatnya dan dia langsung saja berhenti sambil segera menghampiri kaca mobil itu berniat untuk memarahi orang di dalam sana.
"Aishhh...sialan, terus saja membuatku jengkel...siapa sih orang di dalamnya" gerutu Barsha yang hampir kehabisan kesabaran saat itu.
Dia mendekati kaca mobil tersebut dan langsung mengetuk kaca mobilnya beberapa kali sambil berkacak pinggang dengan wajahnya yang cukup menyeramkan.
"Tok....tok....tok....hey..keluar kau kenapa terus menyalakan klakson mu, hey...keluar!" Ucap Brasha yang begitu menakutkan dengan nada bicaranya yang tomboi.
Sedangkan di dalam sana sebenarnya itu adalah Varel dia sengaja menyuruh supir tersebut dan profesornya untuk menghentikan mobil tepat di samping Barsha sebab dia ingin mengajak Barsha untuk pulang bersama sekaligus memberikan tumpangan kepadanya karena kebetulan rumah mereka berdekatan dan tentu saja searah.
Melihat Barsha yang cukup ganas tentu sang profesor cukup ketakutan oleh karena itu dia tidak berani untuk menurunkan kaca mobilnya sehingga dia terus menyuruh Varel saja yang menyapa Barsha saat itu.
"Astaga...Varel apakah dia ini sungguh temanmu? Kenapa dia terlihat sangat kuat seperti itu, dia sama sekali tidak seperti seorang teman perempuan untukmu" ucap sang profesor saat itu dengan wajahnya yang menatap ngeri melihat Barsha yang mendekatkan wajahnya pada kaca mobil di sampingnya.
Terlebih Barsha terus berusaha untuk mengintip dengan mengerutkan kedua alisnya dan dia menyipitkan matanya membuat wajahnya terlihat cukup menyeramkan.
Tapi berbeda dengan sang supir juga profesor pembimbingnya, Varel sendiri justru malah terlihat tersenyum kecil melihat wajah Barsha yang seperti itu, tidak ada rasa takut sedikitpun di dalam dirinya.
"Varel cepat kau sapa dia dan turunkan kaca mobilmu itu, agar dia berhenti terus mengintip dari luar seperti ini" ucap sang profesor kepadanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!