NovelToon NovelToon

Akashic Records

Prolog : Perjamuan Petaka

Itu adalah sebuah tanah suci, tempat dimana sang maha kuasa bersemayam disinggasananya sekaligus tempat yang hingga saat ini belum pernah ada satupun makhluk yang menginjakkan kaki ataupun mengetahui keberadaan tempat tersebut.

Sebuah keagungan tiada banding, kekuasaan tanpa pesaing, semua hal itu terdengar sangat hebat, tapi yang sebenarnya ada didalamnya hanyalah sebuah kehampaan.

Karenanya, di zaman yang begitu lampau, sang kuasa mulai menciptakan sebuah dunia yang dijalankan oleh kekuatan.

Berbagai ras diciptakan dan menghuni dunia itu. Iblis, malaikat, roh, raksasa, dan masih banyak yang lainnya. Mereka mulai membangun peradabannya masing-masing dengan begitu pesat.

Hingga suatu ketika, ada satu ras yang dengan sombongnya menghancurkan keseimbangan sistem didunia tersebut.

Kala itu, tercetuslah sebuah perang besar pertama dalam sejarah dunia tersebut...

Masing-masing dari mereka mulai saling menghancurkan. Yang lemah akan musnah, dan yang kuat akan berkuasa. Namun ras-ras lain perlahan menyadari kalau ras pembuat kerusuhan tersebut memiliki potensi kekuatan yang sangat tidak masuk akal. Kekuatannya berada jauh di atas ras-ras lain yang akhirnya menjadi anomali di dunia tersebut.

Sejak saat itu, para ras lain melakukan gencatan senjata dan bersatu untuk mengalahkan satu ras tersebut. Dengan waktu yang begitu lama, dan pengorbanan yang begitu besar, akhirnya mereka berhasil mengalahkan mereka dan menyegel mereka dalam sebuah kehampaan dunia bawah yang dikenal sebagai NERAKA...

Mulai saat itu mereka membagi dunia menjadi beberapa bagian sebagai tempat kekuasaan masing-masing ras. Lalu untuk menjaga keseimbangan dunia, beberapa dari ras kuat memilih untuk meninggalkan dunia fisik dan tidak pernah menampakkan wujud aslinya di dunia tersebut.

Seiring berjalannya waktu merekapun diam-diam dikenal sebagai makhluk spiritual.

Sebuah perjuangan yang mengesankan bukan. Namun semua itu hanyalah skenario yang telah dibuat oleh sang kuasa untuk menghilangkan rasa bosannya. Untuk kali ini keinginannya adalah untuk melihat cerita dengan akhir yang bahagia, namun ternyata itu tidak memenuhi harapannya.

Karena itu sang kuasa mulai mempertimbangkan beberapa hal dan mulai membuat sebuah cerita yang baru untuk menghilangkan kebosanannya di tanah suci tersebut.

"Sudah lama tidak ada sebuah cerita yang menarik di dunia yang telah kubuat. Semua perang yang dahsyat sudah lama terselesaikan. Entah kenapa rasa bosan sangat tidak bisa dihindari.

Kukira menyelesaikan cerita dengan akhir yang bahagia akan menjadi bahan hiburan yang menarik, tapi kurasa itu tidak benar. Dari awal dunia itu kuciptakan dengan kekuatan yang menjadi pusatnya, dan seharusnya kekuatan itu sendirilah yang akan menunjukkan akhir dari dunia itu.

Ah, setelah kupikir memang seharusnya seperti itu ya.”

Skenario baru pun dimainkan olehnya, inilah awal dari perjamuan petaka.

***

Di malam yang sangat dingin, kegelapan pun merayap ke perbatasan dunia tengah. Benua Norless tepatnya, tempat paling barat dari bagian kerajaan Meeden. Diiringi puluhan burung gagak yang berterbangan sambil mengeluarkan suara khasnya. Mereka bergerak menuju ke desa-desa terpencil dan mulai melahap penduduk yang ada disana.

Sinar rembulan yang dingin mengiringi kejadian bersimbah darah ini. Ratusan mayat penduduk tergeletak ditengah lautan darah.

Ini adalah awal dari perjamuan malapetaka.

***

Pagi itu beberapa penduduk dari desa tetangga, yakni desa Rakau sedang berkumpul membicarakan tentang sebuah rumor yang beredar baru-baru ini.

“Kalian sudah mendengar desas-desusnya kan.”

“Iya, sungguh kondisi yang mengerikan.”

“Tidak ada yang menyangka kalau hal ini akan terjadi, bagaimana mungkin 4 desa lenyap dalam satu malam.”

“Memangnya apa yang sedang dipikirkan oleh para bangsawan kerajaan itu disaat seperti ini.”

“Entahlah, memangnya rakyat kecil seperti kita ada harganya bagi mereka.”

Sebuah insiden mengerikan yang telah terjadi membuat para penduduk dipenuhi rasa resah.

“Apa ya, yang sedang dibicarakan orang-orang dewasa.”

Seorang anak kecil berusia 8 tahun merasa penasaran dengan suasana desa yang berbeda dari biasanya, diapun mencoba bertanya kepada orang dewasa yang melintas didepannya.

“Paman, apa sebenarnya yang sedang terjadi. Kenapa para penduduk desa terlihat sangat resah.” Tanya anak kecil itu ‘Meiga’.

“Meiga, ini adalah urusan kami para orang dewasa. Kalian para anak-anak tidak seharusnya ikut campur. Cukup ikuti saja apa yang kami peringatkan, itu semua demi keselamatan kalian.”

“Tapi paman...”

“Sebaiknya kau bersiap untuk ujian masuk ke akademi bukan. Apa kau sudah memutuskan untuk Role yang kau pilih?” Sela sang paman.

”Emm, baiklah jika itu yang paman inginkan.” Melihat reaksi pamannya yang bersikeras, Meiga pun berhenti untuk menanyakan hal tersebut.

“Hmm, kau memang anak yang pengertian. Sana pergilah berlatih dengan Luna, dia ada di tempat kepala desa.”

Meiga menuruti apa yang diperintahkan pamannya dan segera menuju ke kediaman kepala desa.

“Kepala desa, apa Luna sedang berlatih disini?” Meiga bertanya kepada kepala desa.

Kepala desa mengangguk dan memberi tahu bahwa Luna ada di halaman belakang rumahnya.

“Luna, good job!”

“Hah, ada Meiga.” Gadis itu segera menghampiri Meiga dengan ekspresi gembira.

“Hoh, kau terlihat sangat senang. Apa ada hal baik yang sedang terjadi?”

“Bocah Mei, ini bukan hanya hal baik. Luna berhasil mengendalikan elemen suci, bahkan sebelum dia masuk ke akademi. Bahkan diluar sana tidak ada banyak anak diumur kalian yang bisa melakukannya lo.”

“Wah, Luna kau benar-benar jenius ya. Dan juga, pak tua Son bukankah sudah kubilang jangan memanggilku seperti itu kan!”

“Hahaha, yah mau bagaimana lagi. Walaupun kau anak laki-laki, tapi dengan tampangmu yang seperti itu pasti membuat seseorang berfikir bahwa kau adalah anak perempuan.” Pak tua Son mencoba menggoda Meiga, dan dibalas dengan muka cemberut oleh meiga.

“Sudahlah Meiga, pak tua Son hanya ingin menggodamu saja.”

“Hmm?” Meiga yang agak kebingungan melirik ke arah pak tua Son.

“Hahaha, kelihatannya Luna kecil ini lebih dewasa darimu ya bocah Mei.”

Meiga merasa sedikit terpukul karena kata-kata itu. Bagaimanapun dia lebih tua beberapa hari dari Luna.

“Pak tua Son sudah cukup bukan. Jika kau masih terus menggodanya aku akan benar-benar memarahimu lo.”

“Ah, haha. Baiklah aku akan berhenti.” Pak tua Son merasa agak malu karena ditegur oleh Luna.

“Pak tua Son, bisakah kau ceritakan seperti apa akademi. Kenapa kami para anak-anak harus masuk kesana, sedangkan kalian para orangtua juga hanya bekerja seperti ini di rumah.”

“Haha, pertanyaan yang cukup menarik. Tapi kurasa akan sangat menarik jika kau melihatnya dengan matamu sendiri nanti.”

Ucapan Pak tua Son ditanggapi dengan ekspresi cemberut dari Luna dan Meiga.

***

Bencana besar telah tiba...

Peri yang berjanji menjadi pemandu kehancuran mengikat gelombang api putih yang mengerikan dan membentuk masa lalu...

Itu adalah awal perjamuan petaka...

Tong Tong Tong...!!

"Semua bangun mereka datang, ada serangan!" Pria itu berteriak untuk memperingatkan semua penduduk akan serangan para kawanan monster.

"Para pria amankan anak-anak dan para perempuan!"

"Siapapun yang bisa bertarung cepat kemari!"

Suasana dalam sekejab menjadi hiruk pikuk.

Para wanita dan anak-anak sangat ketakutan lalu mulai menangis menyadari nasib yang menunggu mereka. Sebagian pasrah menunggu ajal, sedangkan yang bertekad tetap lari sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri mereka sendiri.

Disisi lain para pria tetap berjuang sekuat tenaga untuk melawan mereka meskipun tau kalau usaha itu hanyalah sia-sia.

Mereka memakai barang apapun untuk dijadikan senjata dan tetap percaya bahwa dengan menghambat , setidaknya akan ada yang selamat.

Bagaimanapun juga penduduk biasa seperti mereka tidak akan bisa mengalahkan kawanan monster seperti mereka. Jangankan mengalahkan mereka, membunuh satu dari mereka saja merupakan wujud dari kemustahilan.

Karena itu mereka hanya bisa menyibukkan para monster itu dengan diri mereka. Sayatan yang merobek kulit, gigitan yang mengoyak daging, hantaman yang meremukkan tulang, itulah rasa sakit yang kini mereka rasakan.

Yang lemah hanya pasrah, dan yang kuat hanya berjuang sia-sia...

Di tengah pemandangan itu terlihat seorang anak kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa. Dia menangis tapi suaranya sama sekali tidak bisa keluar karena dikuasai rasa takut dan keputusasaan.

Tidak perlu dijelaskan lagi, bahwa dia tidak akan pernah bisa melupakan semua kejadian ini jika dia selamat. Tapi seorang pak tua yang melihatnya berpikir bahwa jika bocah itu bisa selamat akan lahir 2 kemungkinan. Jika dia lemah maka dia akan hancur, tapi jika dia kuat pasti dia akan menjadi orang hebat untuk kedepannya.

Dengan luka disekujur tubuhnya, pak tua itu berusaha keras menghampiri si bocah ‘Meiga’.

“Bocah Mei, jika kau masih ingin hidup maka larilah sekuat tenaga dan selamatkan dirimu. Kami para orang tua hanya bisa sampai disini, tetapi tidak denganmu.”

“Apa yang kau katakan pak tua Son. Jika kalian para orang dewasa saja hanya menjadi makanan bagi mereka, maka membunuh bocah sepertiku pasti sangat gampang bukan?"

"Bocah Mei, jika kau membenciku maka jangan sampai kau berakhir sepertiku. Jika kau mati disini apa yang akan Luna katakan padaku nanti. Kau menyukainya bukan?"

Bocah itu mengangguk sambil mengusap air matanya.

"Luna pasti masih berjuang demi keselamatannya, kau juga berjuanglah bocah Mei!"

"baik." Jawabnya sambil terisak-isak.

"Lalu ingatlah ini, didunia ini ada 2 kekuatan yang paling kuat, itu adalah cinta dan kebencian. Keduanya adalah hal yang berhubungan. Jika kau memiliki keduanya pasti kau bisa menjadi orang hebat. Sekarang pergilah, larilah sekuat tenaga dan selamatkan dirimu!"

Dengan air mata yang bercucuran, bocah itu berlari sekuat tenaganya seperti yang diperintahkan oleh pak tua itu.

“Jangan pernah melupakan malam ini Meiga. Kau harus selalu mengingatnya. Bencilah mereka, dan balaskan dendam kami yang menjadi korban mereka.”

Setelah kata-kata itu diucapkan, pak tua Son sudah tidak ada lagi di dunia ini.

.

.

.

Bersambung...

Ksatria Suci

Malam yang sangat mengerikan, hanya itulah yang bisa dia ungkapan. Sebuah insiden yang hanya tercipta dalam sekejap, mendadak mengubah kehidupannya.

Meiga, bocah berusia 8 tahun ini secara tidak sadar bersumpah untuk mewujudkan kata-kata terakhir dari pak tua Son.

***

Sebuah kilatan cahaya terlihat di beberapa arah, itu adalah sebuah suar. Para ksatria kerajaan yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembantaian yang sebelumnya, baru saja tiba. Dengan gagah berani mereka menerjang kumpulan monster tersebut.

Masing-masing pedang yang mereka hunuskan dipenuhi lapisan elemen suci, dengan ayunan yang anggun mereka menebas para makhluk jahat itu satu persatu.

Bahkan lantunan mantra yang indah menciptakan sebuah sihir ledakan dan membumihanguskan mereka dalam sekejap.

Itu adalah pemandangan yang sangat menakjubkan bagi Meiga.

Tapi tetap saja itu tidak mengubah fakta bahwa mereka terlambat dan membuat hampir semua penduduk desa tewas.

Dengan pandangan dan alasan itu, Meiga mulai membenci para ksatria kerajaan. Meiga berpikir bahwa mendapat sebuah keagungan adalah hal sia-sia jika melindungi hal yang kecil saja tidak bisa.

Beberapa waktu telah berlalu, para ksatria telah berhasil menumpas habis para monster itu.

Tapi perasaan aman tetap tidak dapat muncul dalam hati para penduduk desa. Mungkin hari ini mereka masih hidup, tapi bagaimana dengan besok atau lusa. Banyak dari mereka yang tidak berdaya hanya karena memikirkan hal tersebut.

“Obati yang terluka. Tetap waspada area sekitar, kita belum memastikan berapa jumlah mereka sebenarnya. Tetap bersiap untuk kemungkinan terburuk!” komandan ksatria memerintahkan pasukannya.

“Siap komandan.” Para ksatria kerajaan menjawab perintah komandannya dengan serempak.

Berpencarlah para ksatria untuk menjalankan tugasnya. Lalu tanpa diduga, seorang gadis kecil mendatangi sang komandan ksatria yang masih berdiri disana. Gadis itu tidak lain adalah Luna.

“Anu, apakah anda bertemu dengan anak laki-laki seumuranku?” tanya Luna sambil menahan rasa takutnya.

“Hmm, dari yang kutemui tidak ada yang seumuran nona kecil. Hanya sedikit diatas dan dibawahmu. Tapi aku tadi bertemu gadis seumuranmu.”

“Gadis, seumuranku?”

“Iya, dia ada ditenda nomor 8 dari sini.”

“kasih kasih komandan, aku pergi menemuinya dulu.”

“Berhati-hatilah jangan berlarian.” Ucap sang komandan agak khawatir.

Lalu sambil memandangi Luna yang pergi ke tenda dia pun bergumam karena heran.

“Hmm, gadis itu mungkin memiliki kemampuan yang menjanjikan. Kebanyakan anak seumurannya tidak akan setenang dia dalam situasi seperti ini. Bukan seperti itu, bahkan orang dewasa tidak akan bisa setenang itu.”

Luna sampai di tenda yang ditunjuk komandan ksatria. Dia membuka tenda untuk mengecek apakah Meiga benar-benar ada disana. Namun yang dia lihat adalah pemandangan yang mengerikan. Semua yang ada di dalam adalah para anak-anak desa. Tubuh mereka penuh luka dan memar, tatapan mereka yang kosong seakan telah kehilangan hal yang paling penting dalam hidupnya.

Luna melihat sekeliling dan menemukan anak seumurannya dengan rambut pirang panjang, anak itu terlihat meringkuk ketakutan di pojok ruangan tersebut. Luna pun menghampiri dan mulai menyapanya.

"Meiga?"

Anak itu mendongakkan kepalanya dan menatap Luna. Dia pun menangis dan mulai memeluknya.

“Luna, aku takut sekali. Bagaimana hal ini bisa terjadi, tanpa kedua orang tuaku bagaimana aku bisa hidup.”

“Iris?”

Luna ikut menangis, perasaannya bercampur aduk. Dia masuk ke tenda untuk mencari Meiga, namun dia sama sekali tidak ada disana. Walaupun dia juga lega karena Iris, sepupu Meiga yang juga teman dekatnya selamat. Tapi entah kenapa kekhawatirannya semakin tak terbendung. Dia pun memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Iris.

“Iris, apa kau tahu dimana Meiga?”

“Aku tidak tahu. Dalam kondisi seperti itu aku yang tidak bisa memikirkan apapun, bagaimana bisa mengkhawatirkan orang lain. Menjaga diriku sendiri saja aku tidak bisa.”

“Kau tunggulah disini Iris, biar aku yang mencari Meiga di tenda lain.”

“Percuma Luna, tenda untuk anak-anak hanya disini.” Iris menghentikannya.

“Eh?” Luna sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan Iris. “Iris apa maksudmu anak-anak hanya ada di tenda ini?”

“Semua anak-anak yang selamat telah dikumpulkan di tenda ini, tenda lain hanya ada para orang dewasa yang selamat, para ksatria, lalu tempat persediaan mereka.”

“Itu mustahil bukan. Meiga pasti masih hidup, aku akan mencarinya.”

Luna mulai berlari mencari Meiga ke berbagai tenda yang telah didirikan para ksatria, sedangkan Iris mencoba untuk tidak mengatakan hal yang mungkin bisa menyakiti perasaan Luna.

Luna terus berteriak agar Meiga tahu bahwa dia sedang mencarinya, namun semua itu sia-sia. Seluruh tempat telah dilihat olehnya namun sosok Meiga sama sekali tidak ada disana.

Tubuhnya gemetaran, keringat yang dingin mulai bercucuran, pandangannya mulai kosong. Luna pun ambruk karena tidak kuat menghadapi kenyataan pahit tersebut.

Bahkan secara terus menerus dia menanamkan pikiran bahwa Meiga tidak mungkin mati disana, dia pasti selamat. Tapi melihat keadaan disisi lain, itu sangat bertolak belakang dengan keinginannya.

“Kenyataannya jika para orang dewasa mati semudah itu, lantas bagaimana dengan anak-anak?” Pikiran itu pun tidak berhenti menghantuinya.

Sebuah langkah kaki terdengar mendekati Luna. Itu adalah sang komandan ksatria. Dia menghampiri Luna untuk menenangkannya.

”Nona kecil, mungkin sangatlah tidak pantas untuk mengatakan hal ini kepada anak seumuranmu. Tapi akan tetap kukatakan, karena aku percaya bahwa kau berbeda dengan yang lainnya.”

Mendengar hal itu Luna mengusap air matanya dan menoleh ke arah komandan ksatria.

“Entah temanmu itu masih hidup atau tidak aku akan memberimu sebuah pilihan, bergabunglah dengan ksatria suci kerajaan!

Jika temanmu masih hidup suatu saat kalian pasti akan bertemu, tapi jika temanmu sudah mati, maka jangan biarkan orang lain mengalami hal yang sama denganmu...

Karena itu berdirilah, jadilah yang terkuat untuk menumpas habis mereka. Aku ada disini untuk membimbingmu, aku percaya bahwa suatu saat anak sepertimulah yang akan membawa perubahan pada dunia ini.”

Tangisan Luna terhenti.

Dia membuka lebar matanya dan membulatkan tekadnya seperti apa yang diinginkan komandan ksatria.

Sang komandan juga mengulurkan tangannya untuk membantu Luna berdiri, dan itu pun menerimanya dengan senang hati.

“Komandan anda benar-benar akan melatihku untuk menjadi kuat bukan?”

“Tentu, aku melihat bahwa dirimu dipenuhi oleh potensi. Jika hanya untuk melampaui diriku mungkin tidak membutuhkan waktu lama bagimu.”

“Kalau begitu mulai sekarang mohon bantuannya guru.”

“Hmm, guru ya. Bukan panggilan yang buruk untukku.” Komandan ksatria itu tersenyum dan mengelus kepala Luna dengan lembut.

“Oh iya perkenalkan guru, aku Luna, Luna Luminaries. Bisakah anda memberi tahu nama anda guru?”

“Luna ya, aku komandan ksatria suci kerajaan Meeden, Raven. Mulai sekarang aku akan melatihmu secara pribadi.”

Ditengah pembicaraan mereka seorang gadis berambut pirang itu datang, dia adalah Iris.

“Komandan, apakah aku juga bisa menjadi muridmu?”

Raven terkejut, baru kali ini dia menemui kasus seperti ini. Dari beberapa kejadian yang sama, tidak pernah ada penduduk yang masih memiliki tekad seperti kedua anak ini setelah mengalami insiden seperti itu.

Tanpa dipikir panjang Raven menghampiri Iris dan mengelus kepalanya. Ia mengatakan ‘tentu saja boleh nona kecil.’ Iris pun tersenyum sambil menikmati kehangatan tangan Raven.

“Namamu?”

“Iris, Naifola Iris.”

Raven mengangguk dan membawa mereka berdua pergi ke tenda untuk beristirahat.

Pagi telah tiba, para ksatria mengantarkan para korban ketempat aman yang ada dikerajaan. Sedangkan Luna dan Iris dibawa ke Balai ksatria suci kerajaan untuk mendapat pelatihan dari Raven.

***

Dilain sisi setelah kembalinya para ksatria ke kerajaan, terlihat seorang bocah berjalan sempoyongan dengan badan penuh luka dan memar. Dia berjalan sekuat tenaga sambil mengutuk hal yang membuatnya seperti ini.

Kebencian yang kuat mulai melekat dalam hati kecilnya dan menciptakan benih dari sebuah kekuatan yang begitu mengerikan.

Namun, disaat itu juga bocah itu mulai kehabisan tenaga dan jatuh tak sadarkan diri.

.

.

.

Bersambung...

Pertemuan

...PERTEMUAN...

...

Suara dedaunan basah yang diterpa angin, kicauan para burung yang bersahutan, para hewan terlihat sedang mencari makan.

Ini adalah suasana pagi hari di hutan Mori, salah satu tempat terlarang bagi manusia.

Pagi itu terlihat seorang gadis sedang mencari kayu bakar. Ia menyusuri jalanan hutan sambil bersenandung, seakan menikmati suasana di tengah hutan terlarang itu. Lalu, hal yang tak terduga terjadi padanya.

Krak Krak Krak...!!

Sebuah suara ranting yang patah karena terinjak terdengar di dekatnya. Gadis itu langsung mengambil posisi siaga.

“Siapa disana?"

Dia berjalan perlahan menuju ke arah suara itu untuk mencari tahu. Namun yang ditemukannya adalah seorang anak kecil berambut pirang panjang sedang terbaring lemah.

"Anak kecil, bagaimana mungkin?"

Gadis itu segera mengecek keadaan anak itu dan membawanya ke gubuk tempat ia tinggal. Ia membaringkan anak itu diranjangnya, membersihkan tubuhnya dan merawat lukanya.

“Luka ini, monster roh jahat. Bagaimana anak ini bisa selamat sampai disini?” Gadis itu tertegun.

“Selain itu mengapa anak yang begitu cantik ini merupakan anak laki-laki. Oh tuhan apa ini akan menjadi hari kesialanku?” Gadis itu mengeluh dengan nada syok.

Bagaimanapun juga itu bukanlah hal yang biasa baginya. Melihat bahwa fakta yang ada sedang menolak ekspektasinya, sang gadis hanya bisa pasrah pada keadaan.

Beberapa saat telah berlalu. Merasakan rasa sakit yang ada ditubuhnya, anak kecil itu pun membuka matanya. Badannya yang penuh luka sulit untuk digerakkan. Dia juga kebingungan karena terbangun di tempat yang sama sekali tidak dikenalinya.

“Hah, kau sudah bangun.”

Anak kecil itu terhenti sejenak. Walaupun dia hanyalah bocah berusia 8 tahun, dia tahu bahwa itu adalah kecantikan yang sangat tidak biasa hanya dalam sekali pandang.

Kulit putihnya yang tampak dingin dan halus, rambut hitamnya yang panjang, dan mata dengan warna keemasan.

“Sungguh cantik sekali.” Tanpa sadar kata-kata itu keluar dari mulut anak kecil itu.

“Ah sial, aku keceplosan.” Ucapnya panik, wajahnya pun langsung memerah karena malu.

“Hahahaha, hei baru bangun sudah menggoda kakak ya.” Gadis itu tertawa melihat reaksi anak kecil itu.

“Hei, bagaimana aku bisa berada disini? Apakah kakak yang menolongku?” tanya anak itu.

“Hmm, kalau dibilang menolongmu saat kau mengalami suatu kejadian mungkin kurang tepat ya?"

“Lalu bagaimana aku bisa ada disini?”

“Aku memungutmu.” ucap sang gadis dengan wajah tanpa dosa.

“Hahh! Aku bukan anak kucing loh.” Bocah itu terkejut mendengar jawaban sang gadis dan merasa dipermainkan.

“Yah, lebih tepatnya aku menemukanmu dihutan saat sedang mencari kayu bakar. Karena waktu itu kau sedang sekarat jadi aku menolongmu.” Jelas sang gadis.

“He, ngomong-ngomong kenapa kau bisa sampai dihutan ini?"

“Kenapa?”

“Iya kenapa? Ho-ra, E-tto, –sang gadis sedang memikirkan kata-kata– jangan-jangan kau tidak tahu kalau ini adalah hutan terlarang?”

“Heh?” Bocah itu lagi-lagi dibuat terkejut.

"Singkatnya begini tempat ini, 'hutan Mori' adalah salah satu hutan terlarang yang ada dibenua Norless. Sebuah hutan yang ditinggali para monster, baik itu monster biasa, monster roh, dan bahkan monster roh jahat.

Walaupun tetap ada para binatang liar di hutan Mori, tapi hutan ini memang bukanlah tempat untuk manusia dapat berkeliaran dengan aman. Setidaknya mereka harus membawa rombongan pasukan berjumlah puluhan orang bersenjata lengkap jika ingin keluar masuk hutan dengan selamat." Gadis itu menjelaskan panjang lebar.

“Berarti bisa dibilang aku bisa sampai disini adalah sebuah keberuntungan?”

“Yah lebih seperti itu.”

“Tapi entah kenapa aku merasa aneh ya? Oh iya, jika benar seperti itu kenapa kakak bisa hidup ditempat ini?”

“Eh, apa maksudmu?” gadis itu kebingungan.

“Hmm, mencurigakan.” anak kecil itu menatap sang gadis dengan penasaran.

“Eh, apanya yang mencurigakan?” Gadis itu bingung dengan maksud pertanyaan anak kecil itu.

“Hmm, kenapa kakak bisa tetap hidup jika hutan ini memang seberbahaya itu. Bukankah itu aneh, siapapun pasti akan bertanya-tanya bukan. Bagaimana hutan terlarang bisa dihuni oleh seorang gadis kecil. Bukankah begitu kan?”

“Ah kau benar, aku baru sadar karena pertanyaanmu. Karena sudah lama aku tidak berbincang dengan manusia, jadi aku mengira ini adalah hal yang wajar. Hahaha.”

Anak itu tercengang mendengar jawaban sang gadis.

“Hei, bagaimana kalau kau kita saling memperkenalkan diri. Bukankah itu akan lebih baik, karena kau juga akan tinggal disini sementara bukan?” sang gadis mengalihkan pembicaraan.

“Bukan hal yang buruk. Kalau begitu perkenalkan, aku Meiga, Naifola Meiga, usia 8 tahun. Sekarang giliran kakak!”

“Hmm, mulai sekarang aku akan memanggilmu Mei, oke.”

“Tidak masalah.” anak itu tidak keberatan.

“Sekarang giliranku, mulai darimana ya. Ah, namaku Rose, Rose Isla. Untuk usia, aku sudah melupakannya.” ucapnya dengan nada bercanda.

“Hah, melupakannya. Bagaimana mungkin?” anak itu, 'Meiga' berteriak tak percaya.

“Tentu saja mungkin, lagipula aku juga bukanlah manusia sih. Lalu aku juga sudah hidup begitu lama, wajar bukan kalau ada beberapa hal yang kulupakan.”

Pernyataan itu membuat Meiga tercengang.

“Bukan manusia, apa maksudnya itu?” Meiga bertanya.

“Hmm, lebih tepatnya aku adalah mantan manusia.”

Rose pun mulai menjelaskan...

Pada intinya jika manusia sudah berada di puncak batas kekuatannya, maka terdapat sebuah cara untuk melampaui batas tersebut, yaitu dengan berevolusi ke ranah yang lebih tinggi.

Tingkat kekuatan itu juga menjadi beberapa bagian untuk manusia. Pertama, adalah berevolusi ke ranah Sage. Lalu jika orang itu berhasil menembus dinding pembatas ranah Sage dengan ranah yang lebih tinggi, maka orang itu dapat berevolusi ke ranah Great Sage. Lalu yang terakhir adalah ranah diatas Great Sage, ranah ini adalah yang sedang menjadi tingkatanku sekarang.

Orang-orang diluar sana menyebut ranah ini sebagai, Saint.

Jika manusia sudah menjadi seorang Saint maka kekuatannya akan meningkat secara signifikan. Dia menjadi tidak terikat dengan kekuatan fisik, seperti tidak perlu makan dan sebagainya. Bahkan dalam hal penampilan, individu tersebut akan tetap menjadi seperti masa muda mereka.

Bisa dikatakan itu adalah wujud keabadian bagi manusia, namun yang bisa mencapai tahap itu bisa dihitung dengan jari.

“Dengan kata lain kak Rose adalah orang yang sangat hebat ya.”

“Hahaha tentu saja, tapi terkadang menjadi hebat saja tidaklah cukup. Karena bagaimanapun juga masih banyak misteri yang belum terpecahkan didunia ini.”

“Apa maksudnya itu?”

“Suatu saat kau pasti akan mengerti apa maksudnya itu. Jadi untuk sekarang kau harus tumbuh dulu menjadi kuat.”

Setelah mengatakan itu Rose mengambil seporsi makanan untuk diberikan kepada Meiga.

“Wah, ini kelihatannya enak.” Meiga menyantap makanan itu dengan lahapnya.

“Makanlah dengan pelan jangan terburu-buru seperti itu, nanti kau bisa tersedak loh.”

“Emm, aku harus tumbuh menjadi kuat agar bisa membalas mereka.”

Rose tersenyum mendengar kata-kata tersebut. Dalam hatinya dia berharap bahwa anak yang ada didepannya suatu saat akan bisa membawa perubahan pada dunia yang busuk itu.

Kegagalannya dimasa lalu ingin dia tebus dengan menjadikan Meiga sebagai perantara...

***

Waktu telah berlalu, luka Meiga saat insiden yang menimpanya juga telah sembuh sepenuhnya. Rose pun berencana untuk memberikannya pelatihan khusus untuk masa depan anak itu.

"Mei, mungkin sekarang sudah saatnya untuk memberimu pelatihan bukan. Apa kau sudah siap untuk itu?"

"Tentu saja aku siap. Bagaimanapun juga aku harus menjadi kuat secepat mungkin."

"Secepat mungkin ya? Baiklah kalau begitu aku akan mengajarimu hal yang terbaik, sekarang kita mulai dari pencocokan elemen."

Rose mengeluarkan sebuah bola kristal untuk melakukan pencocokan elemen.

"Letakkan tanganmu diatas bola kristal ini!”

Meiga mengikuti apa yang dikatakan oleh Rose dan meletakkan tangannya diatas bola kristal tersebut. Tak lama, bola itu mulai mengeluarkan berbagai cahaya terang yang akhirnya berhenti dengan warna ungu dan merah.

“Hehh, penguasa 2 elemen ya, tidak buruk juga.” Gumam Rose.

“Kakak, bagaimana hasilnya?”

“Kau memiliki 2 elemen yang langka, petir dan api, ini adalah langkah awal yang bagus. Untuk pelatihanmu, pada elemen petir aku hanya akan mengajarimu dasar-dasar penggunaan elemen. Lalu karena kau juga memiliki elemen api yang sama denganku, maka kita akan fokus pada hal itu.”

“Mantap!"

“Tapi!” Rose memotong perkataan Meiga.

“Tapi apa?”

”Suatu saat ketika kau sudah meninggalkan tempat ini, kau tidak boleh sembarangan menggunakan elemen api, apalagi menggunakan skill yang akan kuajarkan padamu didepan umum. Semua ini demi keselamatanmu. Karena itu kau harus bisa mengerti pengendalian elemen dengan baik, dan mengembangkan sendiri skillmu. Mengerti!"

Meiga menjawabnya dengan anggukan.

Mulai saat itu Rose mengajarkan kepada Meiga apa yang pernah ia pelajari.

"Semua kelalaianku di masa lalu, kuharap kau akan menjadi orang yang bisa memperbaikinya Mei." Disisi lain, dia juga begitu berharap akan hal tersebut.

.

.

.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!