NovelToon NovelToon

Ketulusan Cinta Nada

KCN~ BAB 1

"Saya terima nikah dan kawin nya Nada Keysa Azzahra binti Muhammad Arifin (alm) dengan mas kawin seperangkat emas dibayar tunai."

Dengan satu kali tarikan nafas, Farhan berhasil mengucapkan kalimat ijab kabul tanpa tersendat sedikitpun.

"Bagaimana para saksi, sah?" Tanya penghulu.

"Sah." Jawab saksi serentak.

Tampak pria yang telah menyandang status sebagai suami itu menghembuskan nafasnya setelah terucap kata sah dari para saksi dan seluruh keluarganya, namun percayalah bukan nafas kelegaan yang ia hembuskan melainkan rasa sesak di dada karena telah mengkhianati sang kekasih yang saat ini melanjutkan kuliah kedokteran diluar negeri.

Karena tidak ada resepsi pernikahan dan hanya dihadiri oleh keluarga inti saja sesuai permintaan dari Farhan sendiri, Farhan langsung berpamitan kepada mama dan keluarganya yang lain untuk memboyong istrinya ke rumah yang sudah ia persiapkan. Rumah yang akan ia tempati hanya berdua dengan dengan wanita yang telah menjadi istrinya.

Sesampainya di rumah tersebut, Farhan berjalan menuju sebuah kamar tanpa menghiraukan istrinya di belakang yang nampak kesusahan membawa kopernya.

"Mas Farhan, tunggu," panggil Nada, wanita yang masih mengenakan gaun pengantinnya itu menghampiri sang suami sambil menyeret kopernya dengan sedikit kesulitan karena gaun pengantin yang dikenakannya itu cukup panjang dibagian bawahnya.

Farhan yang baru saja akan menaiki anak tangga menghentikan langkahnya lalu berbalik, "Ada apa?" Tanyanya dengan datar tanpa ekspresi apapun di wajahnya.

"Mas, tolong bantu aku bawakan koper ku." Pinta Nada, menatap laki-laki yang telah menjadi suaminya itu dengan sedikit tak enak hati.

Tanpa mengucapkan apapun, Farhan langsung saja mengambil alih koper istrinya kemudian melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

.

.

.

Usai berganti pakaian, Farhan memanggil istirnya untuk duduk bersamanya di sofa yang tersedia didalam kamar.

Nada yang sedang merapikan pakaian kedalam lemari guna mengurai kegugupan, bertambah gugup ketika sang suami memanggilnya. Ini adalah pertama kalinya ia berduaan dengan Farhan meski selama ini mereka tinggal dibawah satu atap yang sama sebagai saudara angkat.

"Duduklah," titah Farhan sambil menepuk bagian sofa yang kosong disampingnya.

Nada pun mendudukkan tubuhnya disamping sang suami.

Untuk beberapa saat Farhan masih terdiam, ia menatap wanita yang telah menjadi istirnya dengan lekat. Ia tahu apa yang akan ia katakan ini akan sangat menyakitkan bagi Nada, namun ia juga tidak bisa bungkam terlalu lama dan akan semakin menyakitkan bagi dirinya sendiri.

"Nada, sebenarnya Aku hanya terpaksa menikahi mu demi memenuhi permintaan terakhir mendiang Papa. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Papa meminta ku untuk menikahi mu. Jadi, kamu jangan pernah berharap lebih dalam pernikahan ini. Satu bulan lagi Kania kekasih ku akan kembali dari luar Negeri, kami sudah berencana menikah setelah dia kembali dan untuk pernikahan kita hanya sebatas itu saja." Ujar Farhan.

Nada membeku ditempat duduknya. Sungguh, ini begitu mengejutkan baginya. Ia berpikir Farhan bersedia menikahinya, karena laki-laki itu tulus. Namun kenyataan yang ia dapati hari ini bagai bidikan anak panah yang tepat mengenai dadanya. Sakit, begitulah yang ia rasakan. Ternyata cintanya tak benar-benar bersambut, Farhan hanya terpaksa menikahinya.

Kini Nada pun mengerti jika semua perhatian dan kasih sayang yang diberikan Farhan selama ini tak lebih hanya rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Ia berpikir selama ini Farhan juga memiliki rasa yang sama dengannya, namun ternyata dirinya telah salah memahami itu semua.

"Kenapa Mas Farhan tidak jujur? Jika saja sejak awal aku tahu Mas Farhan sudah memiliki kekasih dan kalian sudah berencana menikah, aku pasti akan menolak pernikahan ini, Mas. Tapi apa yang bisa aku lakukan sekarang, Mas? Pernikahan ini telah terjadi." Ujar Nada dengan menahan sesak di dadanya. Kedua matanya berkaca-kaca, sekali saja ia mengedipkan mata maka cairan bening itu akan tumpah membasahi pipinya. Namun, sebisanya ia menahan untuk tidak menangis walaupun ingin sekali rasanya menangis, ia tak mau menumpahkan air matanya dihadapan sang suami.

"Aku tahu akan menyakitkan menjalani hari-hari kedepannya, karena hubungan kita tidak akan seindah masa kecil kita. Tapi, aku juga tidak mungkin mundur dalam waktu dekat, jadi biarkan aku untuk tetap menjalani kewajiban ku sebagai Istri. Aku hanya ingin menjadi seorang Istri yang patuh dan taat kepada Suamiku sampai waktu satu bulan yang Mas Farhan katakan itu telah tiba." Ujar Nada.

Sungguh perih hatinya, mengingat dalam waktu satu bulan mendatang ia harus merelakan sang suami untuk wanita lain.

"Nada..." Lirih Farhan.

Nada menggelengkan kepalanya, ia tahu apa yang akan dikatakan Farhan tetapi tekad nya sudah bulat. Namun, apa yang ia putuskan ini bukan hanya demi baktinya kepada suaminya tetapi karena rasa cintanya kepada sang suami yang sudah ternama dihatinya sejak masih remaja.

Hening...

Kamar yang seharusnya menjadi saksi bersatunya pasangan suami istri justru terasa mencekam, baik Nada maupun Farhan kini sama-sama terdiam bergelut dengan pikiran masing-masing.

Hingga beberapa saat kemudian Farhan beranjak dari tempat duduknya.

"Kamu tidurlah di kamar ini, dan aku akan tidur di kamar sebelah." Ujar Farhan, lalu mengayun langkah hendak keluar dari kamar.

"Tunggu, Mas," panggilan Nada menghentikan langkah suaminya.

Nada pun beranjak dari tempatnya duduknya menghampiri sang suami yang telah berdiri diambang pintu.

"Kita akan tetap tidur dalam satu kamar, Mas. Bukankah aku sudah mengatakan akan menjalani satu tahun ini sebagai istri yang patuh dan taat pada suamiku." Ujar Nada yang telah berdiri dihadapan suaminya.

"Aku ini laki-laki normal, Nada. Bagaimana kalau aku tidak bisa menahan diri? Apa kamu tidak akan merasa dirugikan jika aku mengambil kesucianmu sementara nanti kita akan berpisah?"

Nada beristighfar dalam hati. Ucapan suaminya kali ini lebih menyakitkan dari sebelumnya, namun ia sendiri yang sudah membuat keputusan akan bertahan disisi Farhan meskipun itu akan menyakitkan untuknya.

"Meski secara terang-terangan Mas Farhan sudah membentengi pernikahan kita ini dengan perpisahan, tapi aku akan tetap menjalani kewajibanku sebagai Istri termasuk memberikan tubuh ini pada Mas Farhan. Aku tidak akan merasa keberatan ataupun merasa dirugikan karena Mas Farhan adalah Suamiku."

Farhan terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa.

KCN~ BAB 2

Menikah dengan laki-laki yang dicintai adalah impian setiap wanita, apalagi hidup bahagia menjalani sebuah rumah tangga yang harmonis penuh cinta dan kasih sayang.

Namun, semua kalimat itu terlampau jauh dari apa yang dijalani oleh Nada dalam menjalani rumah tangganya bersama Farhan hingga tak terasa waktu satu bulan telah terlewati.

Tidak ada yang berubah pada Farhan, meski tidur diatas ranjang yang sama tetapi hingga saat ini Farhan masih mempertahankan diri untuk tidak menyentuh Nada yang jelas telah dihalalkan untuknya. Sikapnya pun begitu dingin kepada Nada, mengajak istirnya itu berbicara jika hanya ada yang penting saja. Selebihnya Nada lah yang selalu mengajak suaminya berbicara dan hanya dijawab dengan kalimat singkat seperti 'iya' dan 'tidak'.

"Nada, besok Kania akan pulang dari luar Negeri," ucap Farhan tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponselnya.

Nada yang sedang menyajikan makanan kedalam piring suaminya itu tersenyum tipis, namun hatinya terasa tersentil. "Mas, kita makan dulu, nanti baru kita bicara." Ujarnya.

Farhan mengangguk pelan, ia meletakkan ponselnya lalu meraih piring yang telah terisi dengan makanan ke hadapannya. Ia menikmati suapan demi suapan yang masuk kedalam mulutnya, jika boleh jujur ia akan merindukan masakan Nada nantinya setelah mereka berpisah dan menikah dengan Kania.

Di sisi kirinya, Nada pun memulai makan dalam diam. Tidak seperti biasanya yang sesekali akan mengajak Farhan berbicara dalam hal apapun untuk menarik perhatian suaminya. Namun, hari ini itu tidak ia lakukan, hati dan pikirannya seakan tidak sejalan. Fokusnya terus tertuju pada Kania, kekasih suaminya itu akan kembali, dan itu artinya perannya sebagai istri Farhan juga akan berakhir.

"Mas, sepertinya aku berubah pikiran." Ujar Nada, sesaat setelah meneguk air putih sebanyak tiga kali. Pagi ini ia hanya makan sedikit karena tiba-tiba saja kehilangan selera makannya.

"Berubah pikiran, apa maksudnya?" Tanya Farhan.

"Mas, aku tidak mau kita berpisah. Biarkan aku tetap menjadi Istri Mas Farhan, sama seperti Kania."

"Maksudmu, kau menerima dipoligami?"

Nada mengangguk.

"Tidak Nada, aku tidak bisa melakukan itu. Kania pasti tidak akan mau jadi Istri kedua dan aku juga tidak mau jika Kania sampai membatalkan rencana pernikahan kami, hanya karena kamu."

Nada terdiam sejenak...

"Baiklah, kalau itu masalahnya maka jangan katakan apapun pada Kania. Sejak kecil kita berdua dibesarkan bersama, kita adalah Kakak dan Adik jadi biarlah Kania berpikir bahwa aku adalah Adiknya Mas Farhan." Ujar Nada, meski hatinya benar-benar pilu, namun ia tetap berusaha terlihat tegar.

"Tapi itu tidak mungkin, Nada. Bagaimana aku bisa membagi waktuku, sementara Kania tidak akan tahu jika kau adalah Istriku juga. Jangan membuat Aku berada diposisi yang sulit."

"Aku tidak akan meminta Mas Farhan untuk adil dalam membagi waktu, meskipun dalam berpoligami berlaku adil adalah yang utama. Lagipula, apakah selama satu bulan ini kita menjalankan kewajiban kita sebagai Suami Istri? Tidak, Mas. Bukankah sejak awal Mas Farhan sudah berlaku tidak adil padaku."

Farhan menghela nafas berat, ini memang salahnya yang sudah membawa Nada kedalam hubungan pernikahan ini, namun ia sudah menawarkan perpisahan tetapi Nada sendiri yang tidak ingin berpisah.

"Baiklah jika itu mau mu, tapi jangan pernah salahkan aku jika kau merasa tersakiti atas ketidakadilan yang akan kau dapatkan. Kau juga yang harus menjelaskan pada Mama karena kau yang tidak ingin berpisah. Dan satu lagi, setelah aku dan Kania menikah kami akan tinggal disini dan kau harus pindah ke rumah Mama. Kita hanya akan bertemu jika aku dan Kania berkunjung ke rumah Mama, dan kita akan saling menyapa sebagai saudara dihadapan Kania, paham!"

"Iya, Mas." Jawab Nada seraya mengangguk pelan. Jika ditanya bagaimana perasaannya, tentu saja sakit. Namun, ia sendiri yang sudah memutuskan untuk bertahan.

Biarlah orang-orang menganggap dirinya bodoh dengan bertahan disisi Farhan yang sudah jelas membangun tembok pembatas dihari pernikahan mereka. Baginya, apa yang dilakukannya ini adalah bentuk baktinya sebagai istri serta ketulusan cintanya kepada sang suami.

Sejenak hening mengambil alih. Baik Farhan maupun Nada tak ada lagi yang bersuara, keduanya larut dalam pikiran masing-masing.

Hingga, Nada kembali membuka suara.

"Mas, Ini sudah hampir jam tujuh. Kita harus berangkat kerja." Nada bergegas merapikan bekas makannya dan sang suami tak lupa ia menyiapkan bekal untuk suaminya.

Di pelataran rumah, Nada mencium punggung tangan suaminya dengan takzim, sementara Farhan hanya bergeming tanpa membalas sekedar mengusap pucuk kepala istrinya saja.

Nada tersenyum getir. Sekali saja ia berharap Farhan mengecup keningnya seperti yang dilakukan pasangan suami istri pada umumnya, namun sayangnya itu hanya ada dalam angannya.

"Hati-hati dijalan, Mas." Ucap Nada seraya memberikan bekal suaminya.

"Kamu juga," balas Farhan acuh. Setelah masuk kedalam mobil ia segera melajukan mobilnya menuju sebuah perusahaan dimana dirinya menjabat sebagai manager.

Setelah mobil Farhan tak terlihat lagi, Nada pun melajukan motornya menuju sebuah sekolah dasar tempatnya mengajar selama sudah lebih dari lima tahun.

.

.

.

Hari beranjak siang, jam pelajaran pun telah usai. Di ambang pintu kelas, Nada berdiri mengabsen satu-persatu anak-anak didiknya keluar kelas hingga sampai ke murid terkahir yang memang sengaja selalu berdiri di barisan paling belakang.

"Tante Nada, Key numpang lagi ya?" ujar bocah perempuan yang berusia sembilan tahun itu sambil mengedipkan matanya.

"Siap cantik." Nada mencubit dengan gemas hidung bocah perempuan itu. Keysha Atalia namanya, anak dari kakak sepupu Farhan. Ibunya telah meninggal dunia tiga tahun lalu dikarenakan mengalami kecelakaan sepulang mengantar Key ke sekolah. Dan semenjak ibunya Key tidak ada, Nada lah yang selalu mengantar anak murid sekaligus keponakannya itu pulang sekolah.

"Tante, tapi kali ini anterin Key ke restoran aja ya, Key mau temenin Ayah kerja sampai pulang."

Nada mengangguk dengan antusias, kemudian ia menggenggam tangan Key menuju parkiran.

Sepanjang jalan, Key selalu memperhatikan Nada melalui kaca spion. Nada yang menyadari itu tersenyum pada Key yang dibonceng nya.

"Kenapa Key lihatin Tante terus?"

"Gak apa-apa, Key kangen aja sama Bunda. Tante Nada persis banget kayak Bunda, udah cantik Solehah lagi."

Nada hanya menanggapi dengan senyuman, bukan sekali Key mengatakan hal ini padanya. Setelah lima belas berkendara motor Nada telah terparkir di pelataran restoran.

"Ayah," teriak Key begitu turun dari motor.

Laki-laki yang diteriaki ayah itu mengalihkan perhatiannya pada asal suara yang sangat familiar di telinganya, ia tersenyum melihat putrinya melambaikan tangan.

Alfan namanya, kakak sepupu Farhan yang lebih tua dua tahun dari Farhan. Seorang duda beranak satu yang menjadi idola para pelayan wanita di restorannya. Alfan berpamitan pada lawan bicaranya lalu mengayun langkah menghampiri putrinya yang menyambutnya dengan senyuman.

"Kok tumben mampir ke Restoran? Biasanya langsung dianterin pulang sama Tante Nada." Ujar Alfan, melirik Nada sekilas yang berdiri disampingnya putrinya.

"Key mau temenin Ayah kerja sambil jagain Ayah dari Tante Tante genit itu." Key menunjuk kearah beberapa pelayan restoran yang kebetulan lewat. Pernah sekali Key berkunjung ke restoran bersama neneknya, ia mendengar beberapa pelayan restoran itu membicarakan ayahnya yang tampan dan ingin menggantikan istrinya yang telah meninggal. Dan Key tidak mau bundanya digantikan dengan perempuan yang sangat jauh berbeda dari sosok bundanya yang memiliki pemahaman agama yang tinggi.

"Ada-ada aja Kamu, Key." Alfan mengacak rambut putrinya dengan gemas.

"Yah, Key lapar nih makan yuk, ajak Tante Nada juga sekalian."

"Em, Key maaf ya Tante gak bisa sekarang, lain kali saja ya." Ujar Nada.

Key nampak kecewa. "Ya udah deh, tapi lain kali kita makan bareng ya Tante?"

"In Sha Allah, nanti Tante ajak Om Farhan juga sekalian."

Key hanya mengangguk pelan.

Nada pun berpamitan kepada ayah dan anak itu.

Dibawah teriknya matahari, Nada melajukan motornya dengan kecepatan sedang, tujuannya bukanlah pulang ke rumah melainkan akan pergi ke rumah mama mertuanya.

Seperti yang dikatakan Farhan, ia yang tidak ingin berpisah maka ia juga yang akan menjelaskan kepada mama mertuanya itu tentang suaminya yang akan menikahi lagi.

KCN~ BAB 3

Ternyata tidak semudah yang Nada pikir untuk menjelaskan dan memberi pengertian pada mama mertuanya. Wanita itu secara lantang memintanya untuk berpisah dari putranya sendiri daripada harus dipoligami, tak perduli dengan alasannya yang ingin bertahan karena mencintai suaminya.

Namun, Nada tidak menyerah, ia terus berusaha membujuk agar mama mertuanya itu mau merestui pernikahan kedua suaminya.

Mama sarah terduduk lemas sambil mengusap wajahnya mendengar setiap kata permohonan yang diucapkan Nada, ia sangat terpukul dengan kejadian ini, karena amanah yang ditinggalkan oleh almarhum suaminya, kini kedua anaknya terikat dalam hubungan yang rumit.

Meski Nada hanyalah anak angkat namun rasa sayangnya kepada Nada sama besarnya dengan Farhan. Sebagai seorang ibu yang membesarkan Nada, tentu ia tidak rela jika putrinya akan diduakan. Namun, melihat begitu besar ketulusan cinta Nada terhadap putranya tidak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti permintaan Nada untuk mengizinkan Farhan berpoligami.

.

.

.

Waktu menunjukkan pukul lima sore ketika Nada dan mama mertuanya sampai dirumahnya.

Farhan yang juga telah berada di rumah menyambut kedatangan mama dan istrinya dengan senyuman, namun mama sarah nampak acuh bahkan melewati putranya itu yang mengulurkan tangan hendak mencium tangannya.

Melihat sikap mamanya, Farhan sudah bisa menebak jika Nada telah memberitahukan semuanya.

Mama sarah mendudukkan tubuhnya di sofa sambil menatap ke sekeliling rumah, sayang sekali rumah sebesar ini jika hanya dihuni oleh dua orang saja.

"Farhan, Mama mau bicara sama kamu." Ujar Mama mama sarah, meski sudah menuruti permintaan Nada untuk mengizinkan Farhan berpoligami namun ia tetap ingin berbicara empat mata dengan putranya itu.

Farhan yang semula duduk disamping istrinya berpindah duduk ke samping mamanya, menatap wanita yang telah melahirkannya itu dengan lekat. Dari tatapan mata mamanya Farhan bisa melihat kekecewaan yang teramat dalam disana.

"Kenapa, Farhan? Kenapa kamu melakukan ini?" Kedua mata mama sarah berkaca-kaca menatap putranya, Nada yang akan dipoligami tetapi dirinya yang begitu terluka.

"Ma, sebelumnya aku minta maaf jika sudah membuat Mama kecewa," ucap Farhan sambil menggenggam tangan mamanya. "Tapi aku dan Kania saling mencintai, Ma. Kami juga sudah berjanji akan menikah dan besok dia akan kembali." Lanjutnya.

"Bukan itu yang Mama maksud." Mama sarah menarik tangannya dari genggaman putranya. "Kenapa kamu menikahi Nada lalu pada akhirnya kamu hanya akan menyakiti dia? Dengar Farhan, walaupun Papa meminta kamu menikahi Nada tapi Mama tidak pernah memaksa kamu untuk memenuhi amanah itu. Kamu sendiri yang menginginkannya, dan seandainya saja Mama tahu tujuan kamu hanya untuk memenuhi amanah itu maka Mama tidak akan membiarkan kalian menikah."

"Maaf, Ma." Hanya itu yang mampu Farhan ucapkan sambil menundukkan kepala, mamanya memang pantas marah karena ini semua adalah kesalahannya.

"Jujur Farhan, Mama sangat kecewa sama kamu. Tapi demi Nada, Mama akan menerima semuanya."

Farhan menerbitkan senyum tipis di wajahnya, senang karena akhirnya mamanya mau menerima keputusannya meski itu hanya demi Nada. Namun, senyum diwajahnya itu perlahan memudar kala mendengar ucapan mama sarah selanjutnya.

"Seandainya Nada mau bercerai, Mama akan mencarikan dia laki-laki terbaik yang lebih bertanggung, tapi sayangnya dia tidak mau. Nada menjadi bodoh karena mencintai laki-laki seperti kamu." Ucapnya sambil melirik putranya dengan sinis.

Dan Farhan tersentak mendengarnya. Sementara Nada langsung menunduk ketika Farhan menatapnya.

.

.

.

"Apa benar yang dikatakan Mama?" Tanya Farhan ketika masuk ke kamar, ia baru saja kembali sehabis mengantarkan mamanya pulang. Sepanjang jalan ia terus memikirkan ucapan mamanya.

Nada yang sedang berbaring, bergegas turun dari tempat tidur lalu menghampiri suaminya.

"Mas, sudah pulang sekarang kita makan ya." Ajaknya mengalihkan pembicaraan, ia tahu apa yang ditanyakan suaminya itu namun ia sedang tidak ingin membahas apapun sekarang. Bukan hanya tubuhnya yang terasa lelah, tetapi hati dan pikirannya juga lelah.

"Kapan, sejak kapan kamu mencintai aku?" Dan akhirnya Farhan langsung bertanya pada intinya, ia tahu Nada sengaja mengalihkan pembicaraan.

Nada terdiam...

"Jawab, Nada! Apa karena itu kamu tidak ingin kita berpisah?" Suara Farhan mulai meninggi membuat Nada terkejut.

"Iya, Mas." Jawab Nada dengan terbata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!