NovelToon NovelToon

Sistem Robot Masa Depan

Bab 1

Tahun 9.999 Dunia hancur akibat peperangan yang tidak berkesudahan, senjata-senjata canggih yang manusia ciptakan malah membuat Dunia tidak damai sama sekali.

Seluruh Dunia rata dengan tanah, Manusia yang hidup di Bumi juga hanya tinggal 1% yang berhasil bertahan hidup, mereka memakan apapun yang bisa di makan.

Tidak ada pohon ataupun tanaman yang tumbuh lagi di Bumi akibat radiasi Nuklir dan semacamnya.

Sosok Monster mulai muncul, dari sinilah Manusia kembali menemukan sumber makanan, dari berburu monster-monster tersebut untuk bertahan hidup, yang dulunya saling membunuh satu sama lain demi melanjutkan hidupnya. Namun, ada beberapa di antara mereka yang sudah terbiasa makan daging sesamanya tidak mau berpindah memakan daging Monster, karena menurut mereka daging Monster tidak enak sama sekali.

Orang-orang tersebut di sebut suku Vebal, sedangkan mereka yang sudah menjalani hidup dengan memakan para Monster di sebut Suku Vegeta.

Kecanggihan yang di tinggalkan peradaban sebelumnya masih bisa di kembangkan oleh para Ras manusia tersisa, mereka menciptakan pesawat dan robot untuk membantu kehidupan mereka dalam mencari makanan.

***

Arian Smeltz pemuda berusia 22 tahun sedang menjelajahi wilayah tempat dirinya tinggal bersama dengan keluarganya menggunakan pesawat ciptaan mereka sendiri, yang terdiri dari Ayah dan Ibunya.

Mereka melihat reruntuhan bekas peradaban saat sebelum perang dulu. Ayah Arian mendaratkan pesawatnya di reruntuhan tersebut.

"Kita istirahat di sini, siapa tahu ada sesuatu yang bisa kita gunakan di sini, sekalian mencari pasokan makanan." ucap Wiliam Smeltz, Ayah Arian.

Baik Ayah!" jawab Arian patu, di ikuti anggukan Ibunya, Molina Mons.

Pesawat mereka mendarat tepat di dekat dengan reruntuhan bekas laboratorium, Arian dan Ayahnya turun dengan waspada sambil memegangi senjat mereka yang bisa mengeluarkan tembakan laser. Sementara Molina tetap di pesawat untuk memindai wilayah tersebut.

"Arah jam dua belas, ada dua ekor Black Viper!" Molina memberitahu keberadaan dua sosok Monster kepada suami dan anaknya.

Arian dan Ayahnya mengangguk mengerti, mereka berdua menggunakan sepatu yang roda yang bisa mengeluarkan kecepatan penuh langsung melesat ke arah kedua Monster tersebut.

Benar saja di sana terlihat dua Black Viper yang sedang bertarung satu sama lain, Arian dan Ayahnya saling menatap, mereka berdua mengangguk dan menyerang dua Black Viper itu secara bersamaan.

Ciub

Ciub

Suara tembakan laser Ayah dan Anak tersebut melesat ke arah dua Black Viper yang langsung mengenai tubuh dua Monster itu, sayangnya dua Black Viper tidak langsung tumbang walaupun terkena serangan tersebut.

"Arian awas!" Wiliam berteriak pada anaknya saat Black Viper menyemburkan racunnya yang mirip seperti cairan asam yang bisa melelehkan apapun.

Arian melesat menghindar, sambil menembaki Black Viper tersebut, Monster itu meraung dan mengejar Arian walaupun tubuhnya sudah terluka.

"Sialan, mati ya mati sajalah kau!" Arian bukannya lari menjauh malah mendekat, dia mengeluarkan pedang yang terbuat dari energi Plasma.

Pedang tersebut terlihat bersinar terang, dia melesat dengan kecepatan penuh, Black Viper juga melakukan hal yang sama sambil menembakan cairan asamnya.

Arian bisa menghindari serangan tersebut dengan mudah, karena ia sudah terbiasa dengan pertarungan seperti itu.

Slas

Pral

Black Viper terpotong kepalanya, Monster tersebut menggelepar-gelepar sebelum akhirnya tewas.

"Huh, hampir saja." ucap Arian sambil menghela napas.

"Kamu tidak apa-apa Arian?" tanya Wiliam yang sudah mengalahkan Black Viper satunya.

"Ya, aku tidak apa-apa Ayah."

"Baguslah, kita jelajahi wilayah ini dulu, setelah itu baru kuliti mereka." perintah Wiliam kepada anaknya.

"Baik Ayah!" Arian melesat pergi untuk menjelajahi wilayah tersebut, Wiliam juga melakukan hal yang sama dengan anaknya.

Mereka berdua menjelajahi wilayah tersebut, memastikan apakah ada Monster lainnya selain Balck Viper atau tidak.

Monster Black Viper sejenis ular kobra dengan ukuran raksasa, Monster tersebut bisa tumbuh hingga sepuluh meter panjangnya, kekuatan Black Viper hampir mirip dengan ular, hanya saja dia memiliki cairan asam yang di semburkan untuk melumpuhkan mangsanya.

Arian dan Ayahnya menjelajahi wilayah tersebut tanpa adanya gangguan, mereka beruntung karena di sana hanya ada dua Black Viper, tapi keduanya tetap saja waspada.

Saat Arian sedang menjelajahi reruntuhan, dia melihat ada kepala robot yang terlihat terkubur di reruntuhan.

Arian langsung menghampirinya, karena jika keluarganya bisa memiliki robot, mereka tentu akan menambah personil, dan bisa memperkuat pertahanan mereka.

Keluarga Arian memang di kucilkan oleh penyintas lainnya, pasalnya di antara mereka para penyintas, keluarga Arian saja yang tidak memiliki robot, jadi mereka bertiga bepergian tanpa arah untuk menyambung hidup.

Sebenarnya ada sebuah kota penyintas, Kota tersebut di namakan Kota Hole, di sana hidup para penyintas yang kurang lebih jumlahnya seratus kepala keluarga saja.

Peraturan Kota Hole sangatlah ketat, mereka yang ingin tinggal di sana, setiap minggunya harus setor daging Monster Erhaz. Monster yang memiliki rasa paling enak di banding Monster lainnya. Namun, untuk berburu Monster Erhaz tidaklah mudah, bukan hanya dia kuat tapi juga bisa terbang, karena itulah keluarga Arian tidak mampu setor Monster tersebut, karena mereka hanya bisa membunuh Monster yang tidak bisa terbang.

Arian menggali kepala robot tersebut dengan semangat, dia yakin dengan adanya robot tersebut pasti bisa membantu keluarganya.

Tiba-tiba saja Robot tersebut bersinar saat Arian tidak sengaja menyentuh tubuhnya, reruntuhan yang menimbun bangunan tersebut bergetar.

Sontak saja Arian terkejut, dia bergegas pergi menjauh dari sana, Robot tersebut terus bersinar, tubuhnya yang tadi terlihat sudah berkarat, perlahan mulai terlihat seperti baru.

Booommm

Suara ledakan terjadi saat Robot tersebut melompat keluar, sosok Robot itu mendarat tepat di hadapan Arian dan menatapnya.

Arian tertegun, dia melihat Robot itu ternyata masih aktif, pemuda berusia 22 tahun itu sedikit takut kalau Robot tersebut akan membunuhnya.

Dari kedua mata Robot itu mengeluarkan cahaya berwarna putih, menyorot tubuh Arian dari kepala sampai kaki.

[ Memindai pemilik baru... Memulai pencocokan genetika... Pemindaian pencocokan genetika berhasil!

Salam Tuan saya X-Ray Robot masa depan yang akan menjadi pelayan anda. ]

Robot tersebut bertekuk lutut layaknya manusia, tentu saja hal tersebut membuat Arian terkejut.

Arian yang tadinya ketakutan, dia sekarang jadi bingung, kenapa Robot tersebut tiba-tiba menganggapnya sebagai Tuannya.

"Arian, ada apa?!" Wiliam datang menghampiri Arian karena dia mendengar ledakan barusan.

Wiliam terkejut saat melihat sosok robot dengan tubuh berwarna putih polos itu sedang bertekuk lutut di hadapan Arian.

[ Memindai ancaman... Ancaman nihil. ]

"Astaga, kamu menemukan Robot?!" tanya Wiliam terkejut sekaligus senang.

"Entahlah ayah, tapi Robot ini masih aktif, apa yakin tidak ada pemiliknya di sini?" tanya Arian memastikan.

"Kamu benar juga." Wiliam melihat lekat-lekat Robot tersebut, tidak ada tanda pemilik Robot tersebut dan hanya ada tulisan X-Ray di lengan kanannya.

Bab 2

Mereka berdua masih menatap lekat-lekat robot tersebut, karena biasanya sesosok Robot akan ada pemiliknya.

Arian menghela napas, dia memberanikan diri melangkah kedepan dan berbicara dengan Robot tersebut untuk memastikan kepemilikannya.

"Apa kamu benar-benar menganggap aku sebagai Tuanmu?" tanya Arian memastikan.

"Benar Tuan, saya akan melakukan apapun yang anda mau." jawab Robot itu dengan suara khas mesin.

Arian melihat Ayahnya, terlihat Ayahnya mengangguk, Ia mengerti Ayahnya menginginkan Robot tersebut untuk bersama keluarga mereka.

"Apa kamu bisa menemukan tempat yang aman buat kami?" tanya Arian menguji Robot tersebut.

"Tentu Tuan." Robot tersebut tiba-tiba berdiri, kemudian dengan kecepatan cahaya dia membangunkan sebuah Rumah, tidak lupa dia juga membuat pagar keliling yang bisa mengeluarkan listrik, agar tidak ada Monster yang menyerang nantinya.

Arian dan Wiliam melebarkan rahangnya, mereka berdua terkejut melihat kecepatan Robot tersebut membangunkan sebuah Rumah sekaligus pelindung.

Hanya butuh waktu satu jam, Robot tersebut menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali ke hadapan Arian.

"Tuan, sesuai keinginan anda, saya sudah membangunkan Rumah yang nyaman untuk anda, pagar listrik yang aku buat dari energi cahaya, akan menahan para Monster menyerang tempat ini." Robot tersebut menjelaskan dengan detail.

"Ayah, kita menemukan harta Karun!" teriak Arian bersemangat.

"Kamu benar Arian, dengan begini kita tidak perlu berpindah-pindah tempat lagi." jawab Wiliam yang sama semangatnya dengan Arian.

Mereka berdua sangat senang karena telah menemukan Robot yang sangat berguna untuk melanjutkan kehidupan keluarga mereka.

"Ayah akan membawa pesawat kemari bersama dengan Ibumu, kamu tunggu di sini!" ucap Wiliam sambil berlalu pergi.

Arian menatap Robot tersebut, dia tersenyum bangga, akhirnya setelah sekian lama mereka bisa mendapatkan sebuah Robot juga.

"X-Ray, apakah di sini ada sumber air terdekat?" tanya Arian pada Robot tersebut.

"Tuan, apakah saya perlu membuatkan anda sumber air di sini?" jawab X-Ray balik bertanya.

"Kamu bisa membuat sumber air?" Arian lagi-lagi terkejut dengan jawaban X-Ray.

"Tentu Tuan, mohon tunggu sebentar." Robot tersebut memanjangkan jarinya dan memasukannya ke tanah, jarinya berubah seperti paralon besi saja.

Arian memerhatikan proses pembuatan sumber air yang di lakukan X-Ray. Di bawah tanah terlihat jari X-Ray seperti bor, terus mengebor masuk ke dalam tanah.

Saat sampai di sumber Air, jari X-Ray berhenti, ujung jari yang tadi seperti Bor, kini berubah seperti mesin pompa Air, dengan kecanggihan dan kecerdasan X-Ray di saat yang sama dia membuat sebuah program untuk menyalakan mesin tersebut kapanpun Arian mau.

Setelah semuanya selesai, Jari X-Ray terputus dari tangannya, tapi kemudian tumbuh lagi jari yang baru, mirip dengan regenerasi.

Tidak berselang lama air mengalir deras dari ujung potongan Jari yang menancap dari tanah, sontak saja Arian terkejut.

"Astaga, kamu benar-benar bisa membuat sumber air?" Arian benar-benar di buat takjub dengan kenyataan tersebut.

Arian yang melihat air tersebut terus mengalir, dia memberikan perintah lagi pada Robot itu.

"Buat kolam Air untuk menampung Air ini X-Ray!"

"Baik Tuan!" Robot itu langsung menggali tanah dengan cepat, terciptalah kolam Air dengan ukuran 6x10 meter.

Air tersebut terus mengalir ke kolam buatan X-Ray, Arian yang melihat hal itu dia sangat senang, dengan sumber air tersebut setidaknya tidak perlu pergi ke Danau Zeus untuk mengambil pasokan air lagi.

Danau Zeus merupakan sumber air satu-satunya di peradaban tersebut, hampir semua penyintas mengambil air dari sana, tanpa terkecuali, karena itulah di sana juga sering terjadi peperangan juga saat kain Vebal dan Vegeta bertemu.

Wiliam dan Molina yang membawa pesawat mendekat ke bangunan Rumah yang di bangun X-Ray, mereka berdua terkejut saat turun dari pesawat melihat ada air yang mengalir.

"Arian, apa yang terjadi? Dari mana sumber air ini?" tanya Wiliam yang tidak percaya ada sumber air selain Danau Zeus.

Arian tersenyum. "Ayah, sepertinya X-Ray robot yang sangat canggih, dia yang menciptakan sumber air ini."

Wiliam menatap Robot tersebut, dia benar-benar kagum dengan kecanggihan robot tersebut, karena sumber Air di peradaban tersebut tidak pernah di temukan, atau bisa di katakan sangat jauh di dalam tanah, mungkin ratusan meter di dalam tanah.

Semua orang yang masih bertahan hidup di peradaban tersebut malas mencari lagi, lagi pula ada Danau Zeus yang airnya tidak pernah habis.

"Wil, dengan begini kita tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi untuk mengambil pasokan Air." Molina memeluk suaminya sambil menangis, ia tahu ketika akan mengambil air di danau Zeus resikonya sangat tinggi, bahkan bisa di bunuh kaum Vebal.

"Kamu benar sayang, setidaknya kita harus menjaga tempat ini." ucap Wiliam sambil mengusap punggung istrinya.

"Arian, kita harus membuat senjata untuk melindungi tempat ini, aku yakin jika ada yang melihat sumber air ini pasti mereka akan merebutnya." ucap Wiliam serius.

"Ayah benar, kita harus bisa membuat pertahanan sebelum ada yang menyerang kita." jawab Arian sambil memegang dagunya, dan berpikir.

"Tuan jangan khawatir, di setiap sudut pagar listrik, ada sebuah senjata yang mirip Tesla, jika ada yang mendekat otomatis senjata tersebut akan menyerang mereka." tiba-tiba X-Ray buka suara.

Sontak saja keluarga kecil itu terkejut, ternyata Robot itu benar-benar sudah membuatkan pertahan yang ketat.

Ketiganya saling berpadu pandang, mereka semua tersenyum bersama dan saling berpelukan, karena artinya sudah tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi.

Mereka kemudian memasuki Rumah yang terbuat dari besi reruntuhan Laboratorium jaman dahulu tersebut, walaupun rumah itu tidak besar, tapi setidak cukup luas untuk hidup mereka bertiga.

Arian pergi bersama X-Ray untuk mengambil Monster Black Viper yang telah mereka kalahkan untuk di ambil dagingnya. X-Ray sangat patuh dengan Arian, sambil mengikuti Arian, Robot tersebut juga mulai mengkopi seluruh tindakan, sikap dan cara berjalan Arian.

X-Ray Robot yang di padukan dengan Sistem Ai yang sangat cerdas, karena itulah dia cukup cepat meniru semua yang di lakukan Arian, dengan kata Lain X-Ray bisa beradaptasi dengan Manusia secara cepat.

Setelah selesai mengambil daging Black Viper, X-Ray dan Arian mau kembali ke rumah, tapi saat itu juga dia mendengar suara tembakan dan teriakan minta tolong.

Arian langsung menoleh, dia melihat ada dua orang wanita yang sedang di kejar lima Black Viper, tentu saja Arian tidak tinggal diam, dia langsung melesat untuk membantu kedua wanita tersebut.

Swuzzz

Namun, X-Ray melesat lebih cepat dari Arian, tanpa di suruh, merasakan niat Arian mau menolong kedua wanita itu, X-Ray bergerak dengan sendirinya.

Slas

Slas

Slas

Dengan kecepatan cahaya kelima Black Viper langsung terpotong menjadi dua bagian semuanya, Arian tentu saja terkejut, dua wanita itu juga tertegun melihat penolongnya yang begitu mudah mengalahkan Black Viper tersebut.

Bab 3

Arian tentu tidak pernah menyangka kalau X-Ray memiliki kemampuan bertarung juga, ia hanya bisa tertegun menatap Robot yang kini menjadi partnernya tersebut.

X-Ray berjalan melewati dua wanita yang ia selamatkan, dua wanita itu tersadar dan berterima kasih, tapi X-Ray tidak menggubrisnya, terus berjalan ke arah Arian.

"Tuan, masalahnya sudah beres." lapor Robot itu dengan tegas.

Dua wanita itu menatap Arian yang begitu di hormati Robot tersebut, terlihat keduanya saling menatap dan mengangguk, mereka berdua menyadari kalau Robot yang menyelamatkannya partner pemuda yang sedang berdiri di depan Robot tersebut.

Kedua Wanita itu mendekat ke arah Arian, mereka berdua langsung membungkuk hormat bersamaan.

"Tuan, terima kasih karena telah menyelamatkan kami." ucap salah satu wanita yang terlihat lebih Tua.

Arian menoleh kedua wanita tersebut dan menyunggingkan senyum. "sama-sama Nona, ngomong-ngomong kenapa kalian berkeliaran di tempat seperti ini tidak naik pesawat?"

Terlihat ekspresi kedua wanita itu menjadi sedih. "pesawat kami di serang kaum Verbal, kedua orang tua kami di bunuh mereka, kami melarikan diri dari mereka, tapi saat di jalan para Black Viper tersebut mengejar kami."

"Tuan, apa anda bisa memberikan tempat untuk kami berlindung? Saya janji akan melakukan apapun untuk anda, asalkan kami dapat berlindung." ucap Wanita yang lebih muda bergegas menawarkan dirinya.

"Maura, biar kakak saja yang melakukannya, kamu masih kecil." timpal saudar perempuan gadis tersebut.

"Tidak kak Nera, biar Maura saja, kakak fokus saja dengan penelitian kakak."

Mereka berdua berdebat untuk menawarkan dirinya pada Arian, sehingga membuat Arian tercengang, pasalnya kedua gadis itu sama-sama cantik, hanya saja Maura terlihat lebih manis karena usianya yang masih berkisar dua puluh tahunan.

Sementara umur Nera sudah menginjak dua puluh tujuh tahun, karena fokus dengan penelitian yang sedang dia kembangkan, Nera tidak pernah berfikir untuk menjalin hubungan dengan pria, tapi sekarang kondisi mereka berbeda, demi tetap terus bisa bertahan hidup, dia rela melakukan apapun agar di terima Arian.

"Sudah, sudah, aku tidak akan meminta apapun dari kalian, kalau kalian mau tinggal bersama keluargaku boleh saja." tegur Arian menghentikan perdebatan kakak beradik itu.

"Tuan, apa anda yakin?" tanya keduanya bersamaan.

Arian mengangguk sambil tersenyum. "ya, tapi kalian harus membantuku mencari makanan, bagaimana?"

"Baik!" ucap mereka berdua dengan sigap tanpa berpikir lagi.

Arian mengulas sebuah senyum, setidaknya dengan adanya mereka berdua, ibunya tidak akan kesepian lagi.

"Baiklah, kalau begitu kita ambil daging Black Viper dulu, baru setelah itu ke tempatku!" seru Arian memberikan perintah.

Mereka berdua mengangguk mengerti, ketiga orang tersebut langsung mengambil daging Black Viper dengan bantuan X-Ray tentunya.

Setelah semua Black Viper sudah di ambil dagingnya, X-Ray yang melihat daging itu sangat banyak, dia merubah dirinya menjadi mobil angkut terbang.

Arian yang masih baru memiliki X-Ray tentu terkejut, karena Robotnya bisa berubah bentuk juga, tapi dia mencoba untuk tetap tenang di hadapan para wanita itu.

Maura dan Naura juga tercengang, karena mereka berdua baru pernah melihat Robot yang fleksibel seperti X-Ray, biasanya para Robot hanya untuk bertempur saja.

"Kenapa bengong, ayo angkut dagingnya, kita sekaligus pulang!" tegur Arian ke kakak beradik itu.

"Eh... Iya!" mereka berdua tersadar dan mengangkut daging Black Viper, mereka bertiga juga ikut naik di atas X-Ray atas perintah Robot tersebut.

X-Ray membawa mereka bertiga ke rumah baru Arian, tentu kedua wanita itu tercengang saat melihat ada rumah di tengah-tengah kawasan Monster Black Viper.

"Anda tinggal di sini Tuan?" tanya Mera memastikan.

"Ya begitulah, oh ya, panggil saja aku Arian, kita masih sama-sama muda, gak enak di panggil Tuan." ucap Arian sambil mengantar mereka ke kedua orang tuanya untuk di perkenalkan.

"Ayah, Ibu!" teriak Arian sambil masuk ke dalam rumah, sementara X-Ray mengemas daging Black Viper dan membuat kotak penyimpanan.

"Ada apa Arian, berteriak-teriak seperti anak kecil saja." Molina bergegas menghampiri anaknya.

Molina terkejut saat melihat Arian membawa dua wanita cantik bersamanya, air mata bahagia Molina langsung menetes.

"Akhirnya kamu membawa calon juga." ucap Molina sambil menyambar kedua tangan Maura dan Nera kemudian menyuruhnya duduk di kursi buatan X-Ray.

"Nama kalian siapa?" tanya Molina bersemangat.

"Saya Nera, dan ini adik saya Maura, Tante." ucap Nera sopan.

"Eh... Kalian kakak beradik? Berarti hanya satu dong yang bisa menikah dengan anakku." Molina terlihat kecewa.

"Ibu, apaan sih, mereka ini hanya akan tinggal di sini, mereka akan membantu pekerjaan kita, lagi pula mana mau mereka sama aku." ucap Arian tidak berdaya.

"Aku mau!" celetuk Maura tanpa ragu.

Sontak saja Arian dan Nera terkejut, karena Maura tiba-tiba berkata seperti itu, padahal Nera pikir kalau Adiknya tidak bakal menyukai Arian.

Arian melebarkan rahangnya tidak percaya, karena gadis cantik yang dia selamatkan mengatakan mau menjadi istrinya.

"Ah... Baguslah kalau begitu, nanti malam kita rayakan pernikahan kalian!" ucap Molina serius.

"Eh... Ibu tunggu dulu, mana ada langsung menikah, aku saja belum mengenalnya." Arian tidak setuju dengan ibunya.

"Kamu ini yah! Sudah untung ada gadis cantik yang mau denganmu!" Molina memelototi anaknya.

"Tapi Bu...." Arian terlihat tidak berdaya.

"Ibu, tidak perlu buru-buru, kalau Arian tidak mau sekarang tidak apa-apa, aku juga mau sekaligus mengenalnya, biar tahu kepribadian Arian." ucap Maura yang terdengar sangat dewasa.

"Kamu sungguh gadis yang baik." Molina memeluk haru Maura.

Nera memelototi adiknya itu, dia bertanya-tanya kenapa adiknya bisa langsung setuju begitu saja dengan Arian.

Alasan Maura sebenarnya sederhana, mereka berdua sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, karena itulah dia berharap bisa menjadikan Arian sebagai pelindungnya, lagi pula keluarganya juga terlihat baik. Sehingga dia membulatkan tekadnya untuk bersama dengan Arian tanpa memikirkan resikonya.

"Ada apa ini, ribut sekali?" Wiliam yang dari tadi sedang membereskan halaman belakang untuk di jadikan tempat penelitiannya menegur Ayah dan anaknya.

"Wil, lihatlah calon menantu kita yang cantik ini, namanya Maura." Molina dengan semangat mengenalkan Molina pada suaminya.

"Calon menantu?" Wiliam menoleh ke arah Arian, anaknya itu terlihat menghela napas.

Wiliam tersenyum, dia tahu kalau istrinya pasti yang memaksa Arian, sehingga dia juga tidak bisa berkata-kata.

"Asal kalian dari mana?" tanya Wiliam sambil duduk di hadapan kedua wanita itu.

Nera yang menjelaskan semua asal usulnya kepada Wiliam, dia menceritakan kenapa bisa sampai di tempat itu dan bagaimana mereka melarikan diri dari kaum Vebal.

Wiliam manggut-manggut mengerti, karena mereka juga pernah di buang dan dikejar-kejar kaum Vebal.

Wiliam menghela napas. "sungguh berat hidup kalian, tapi sekarang jangan khawatir, anggap saja kami keluarga kalian, benarkan sayang."

Molina mengangguk. "benar kata suamiku, mulai sekarang kalian sudah menjadi bagian dari keluarga Smeltz, walaupun berat, segeralah lupakan masa lalu kalian."

Molina memeluk kedua wanita itu penuh dengan kasih sayang, Maura dan Nera merasa terharu, mereka balas memeluk Molina sambil menitihkan air mata.

Arian dan Wiliam yang melihat itu ikut terharu, Arian malah bertekad akan menjaga keduanya sebaik mungkin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!