NovelToon NovelToon

Selir Kecil Kaisar Xiao San

Bab 1 : Waktunya Tiba (Part 1)

Malam itu sang kaisar melihat ke arah langit, dia melihat sesuatu yang berbeda. Langit itu terlihat lebih gelap dan bulan terlihat lebih besar dan merah. Tidak ada suara deruan angin, tidak ada suara gagak yang menandakan suasana malam. Semua terasa sepi dan mencengkam.

"Kaisarku, kamu disini" ucap selir kecil itu.

"Hm, lihatlah malam ini bulan itu terasa sangat berbeda. Dia terlihat besar, namun cahayanya terlihat merah seperti sedang merasakan sesuatu." ucap kaisar singkat dan terus fokus melihat bulan itu.

Selir kecil itu hanya tersenyum dan tidak berkata apapun. Namun kaisar tidak menyadari di balik senyum selir kecil itu, terlihat matanya yang sedang berkaca-kaca. Mata itu sangat polos dan tidak bisa menyembunyikan apapun. Mereka berdua hanya terdiam dan memandangi cahaya bulan merah saat itu. Dengan tenang mereka merasakan kesunyian malam itu.

Namun tiba-tiba ketenangan mereka terganggu, terdengar suara gagak yang sangat menyeramkan, angin terdengar seperti melangkah dalam kegelapan, udara terasa mulai dingin dan membuat tubuh mereka menggigil. Keduanya mulai merasakan perasaan aneh, sangat aneh.

"Selirku, sebaiknya kita masuk. Aku merasa suasana malam ini tidak baik untuk kesehatan kita." Kaisar berkata dan langsung memegang tangan selir kecil untuk mengajaknya masuk.

Namun selir kecil itu menggelengkan kepalanya, dia menolak ajakan kaisar. Selir kecil itu mulai menangis tanpa sebab dan langsung memeluk sang kaisar. Kaisar terlihat bingung namun dia tidak mampu bertanya apapun. Dia hanya bisa memeluk selir kecilnya itu dan mencoba menenangkannya.

"Kaisarku, apakah kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu?" ucap selir kecil itu dan semakin erat memeluk sang kaisar.

"Hm, aku tahu. Bahkan cintamu lebih besar dari cintaku." ucap kaisar dengan lembut.

"Apakah kamu tahu bahwa aku sangat menginginkan kamu selalu bahagia." ucap selir kecil itu dengan air mata yang tak terbendung lagi.

"Hm, aku tahu semua itu. Kamu tidak pernah sekalipun membuatku sedih." ucap kaisar dengan lembut dan tetap mendengarkan selir kecilnya itu.

"Jadi tolong maafkan aku." ucap selir kecil itu dengan suara yang menyedihkan.

Kaisar semakin bingung dengan ucapan selir kecilnya, perkataannya sangat aneh, terdengar sedih dan memilukan.

"Aku akan selalu memaafkan kesalahanmu. Karena aku selalu mencintaimu." ucap kaisar dan mencium kening selir kecilnya.

Sang kaisar terkejut saat melihat wajah selir kecilnya. Terlihat kesedihan yang sangat mendalam. Ekspresi wajahnya seperti benar-benar terluka.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh di langit itu, langit pun terlihat semakin gelap dan mencekam. Raja terkejut dengan cuaca malam ini. Dia ingin membawa selir kecilnya masuk namun sekali lagi selir kecil itu menolaknya dan hanya memeluk erat sang kaisar.

Kaisar terus melihat ke arah langit, rasa ketakutannya mulai terasa. Langit itu seperti bergerak dan berputar. Cahaya bulan merah itu mulai berubah menjadi hitam pekat dan akhirnya tidak terlihat sama sekali. Angin dari arah timur terus bergerak ke arah mereka. Angin itu terus bergerak hingga menyatu dengan langit. Tiba-tiba saja penyatuan langit dan angin itu membuat seperti lubang besar. Sang kaisar terkejut dan ketakutan.

Angin itu terus bergerak dan menghampiri mereka. Sang kaisar akhirnya mencoba memaksa selir kecil itu untuk masuk, namun kaisar gagal. Selir kecil itu lepas dari pelukannya dan terbawa oleh angin. Sang kaisar mencoba meraih tangan selir kecil itu. Dia berusaha untuk tetap menyelamatkan selir kecil itu, namun semua sia-sia. Secara perlahan tangan selir kecil itu mulai terlepas dari tangan kaisar.

"Tidak.. Tidak.. Aku mohon jangan lepaskan tanganmu. Aku mohon jangan lepaskan tanganmu." ucap kaisar ketakutan dan cemas.

"Kaisarku, maafkan aku. Maafkan aku." ucap selir kecil itu dan langsung melepaskan tangannya.

"Tidakkkk" teriak sang kaisar dan menangis dengan kencang.

Tubuh kaisar terasa lemah dan kakinya seakan tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Dia terjatuh dan tidak bisa mengejar selir kecilnya. Dia hanya bisa menangis menyaksikan selir kecilnya itu menghilang bersama angin itu. Dia terus menangis dan akhirnya tak sadarkan diri.

"Selir kecil." teriak sang kaisar yang membuat seluruh dayang istana terkejut.

"Salam kaisar. Anda sudah bangun?" tanya salah satu dayang istana.

Sang kaisar memegang keningnya yang terasa sangat pusing. Dia melihat ke sekelilingnya. Ternyata dia sudah berada di ranjangnya bersama beberapa dayang dan pengawal istana yang menjaganya.

"Apakah kalian melihat selir kecil?" tanya kaisar penuh harap.

"Maaf kaisar, siapa selir kecil?" tanya salah satu dayang istana.

Kaisar bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sang kaisar langsung bangun dan pergi ke arah istana timur. Dia ingin memastikan bahwa selir kecil baik-baik saja dan semua itu hanya mimpi buruknya saja. Sang kaisar berjalan dengan cepat dan semua dayang istana serta pengawal istana mengikutinya secara tergesa-gesa.

Kaisar berharap bahwa selir kecilnya sedang menunggunya di kamar seperti biasa. Namun, saat sampai di istana timur, sang kaisar sangat terkejut. Dia hanya melihat istana seperti sudah lama ditinggalkan, istana itu sangat kusam, kotor dan benar-benar tidak terawat.

"Apa yang terjadi dengan istana ini?" teriak kaisar penuh amarah.

"Maafkan kami kaisar. Maafkan kami kaisar." ucap seluruh dayang istana dan pengawal istana yang langsung berlutut dan penuh rasa ketakutan.

"Maafkan kami kaisar. Kaisar sendiri yang meminta kami untuk membiarkan istana ini kosong dan melarang kami agar tidak merawat istana ini." salah satu dayang istana berkata secara perlahan dan ketakutan.

"Aku menyuruh kalian?" tanya kaisar dengan perasaan bingung.

"Lalu dimana selir kecil?" tanya kaisar.

"Maafkan hamba kaisar. Hamba tidak mengetahui mengenai selir kecil. Istana ini adalah milik permaisuri yang sudah dihukum mati oleh kaisar." jawab salah satu dayang istana dengan hati-hati.

Tubuh kaisar kembali lemas dan kepalanya terasa sakit. Dengan cepat para dayang istana dan pengawal istana membawa kaisar ke istana barat. Tabib istana mencoba memeriksa keadaan kaisar dan memberikannya obat tidur agar kaisar dapat beristirahat.

"Kalian jaga kondisi kaisar. Sepertinya kaisar sedang berada dalam fase halusinasi. Dia akan terus bertanya tentang hal-hal yang tidak ada. Jadi kalian hanya cukup mendengarkannya. Kalian paham?" ucap tabib istana kepada seluruh dayang istana dan pengawal istana.

Malam itu kaisar tidur terlelap hingga pagi. Malam itu dia bermimpi. Dia berada di sebuah ruangan. Ruangan itu sangat kecil dan gelap. Kaisar tidak dapat melihat apapun di sekelilingnya. Dia terus berjalan menelusuri ruangan itu hingga dia mendengar suara seorang wanita.

"Kaisarku." terdengar suara seorang wanita memanggilnya.

"Selir kecil, apakah itu kamu?" ucap kaisar dan terus mencari ke sekelilingnya dengan penuh kegelisahan.

Bab 2 : Waktunya Tiba (Part 2)

"Kaisarku." suara wanita itu terus menggema berulang-ulang di telinganya.

Kaisar sangat merindukan selir kecilnya, berusaha untuk terus cari sumber suara itu. Namun karena semua terlihat sangat gelap, dia tidak menemukan apapun. Kaisar jatuh dan terus menyesali dirinya. Dia menyesal tidak bisa menyelamatkan selir kecilnya saat itu dan akhirnya dia harus kehilangannya.

Saat meratapi perbuatannya, tiba-tiba terlihat sebuah cahaya kecil. Kaisar mencoba berdiri dan berjalan ke arah cahaya itu. Di balik cahaya itu ada sebuah pintu. Kaisar membuka pintu itu dan memasuki sebuah ruangan. Ruangan itu sangat kecil namun terlihat sangat bagus. dia melihat benda-benda yang belum pernah dilihatnya. Dia melihat sebuah kotak besar yang berisi gambar yang dapat bergerak, dia melihat ada sebuah benda kecil yang dapat mengeluarkan cahaya yang sangat terang, dia melihat sebuah benda kecil yang dapat mengeluarkan bunyi suara.

Benda kecil itu terus mengeluarkan deringan suara secara berulang, hingga dia mendengar suara seseorang sedang berjalan. Dia melihat ke arah pintu lain, pintu itu terbuka dan melihat seorang wanita yang mengangkat telepon. Kaisar terkejut, ternyata wanita itu selir kecilnya. Kaisar sangat senang dapat melihat selir kecilnya, dia berusaha untuk memeluknya. Namun kaisar semakin terkejut, ternyata selir kecilnya tidak dapat disentuh, dia tidak dapat memeluk selir kecil. Kaisar mencoba memanggil-manggil nama selir kecilnya, namun selir kecil tidak dapat mendengar panggilannya. Kaisar bingung dengan keadaan ini. Dia terus berusaha untuk memanggil dan menyentuh selir kecilnya, namun semua sia-sia.

Kaisar hanya mampu berdiri di sampingnya dan melihat selir kecilnya sedang memegang sebuah benda aneh yang dapat mengeluarkan suara dan gambar yang bergerak. Selir kecil itu membuka sesuatu dalam benda aneh itu, dia seperti mencari sesuatu. Ternyata selir kecil itu membaca sebuah cerita. Kaisar pun ikut membaca cerita itu, dan ternyata itu adalah cerita sejarah tentang dirinya sendiri.

Kaisar membaca sejarah itu dengan teliti. Dia sangat terkejut mengapa cerita itu sangat mirip dengan kisah hidupnya dan bahkan dalam cerita tersebut terdapat kisah yang belum pernah dia alami.

"Kaisarku. Mengapa kisahmu sangat memilukan?" ucap selir kecil itu dan menangis.

"Andai saja aku ada disana. Aku pasti akan berusaha membahagiakan dan mencintaimu." ucap selir kecil itu sambil mengusap air matanya karena merasakan kesedihan saat membaca kisah sang kaisar.

"Aku juga sangat mencintaimu, selir kecil." ucap kaisar dan ikut meneteskan air matanya.

Kaisar sekali lagi ingin menyentuh selir kecilnya, namun tiba-tiba lampu di ruangan itu berkedip-kedip, seluruh benda yang ada di ruangan itu secara perlahan mulai menghilang dan selir kecilnya pun ikut menghilang. Kaisar menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin kehilangan selir kecilnya. Dia terus memanggil nama selir kecilnya. Hingga akhirnya dia kembali lagi di sebuah ruangan gelap dan penuh sesak itu. Dia tidak bisa melihat apa-apa lagi. Dia teriak dengan kencang memanggil nama selir kecilnya.

"Mengapa aku harus kehilangan dirimu lagi?" ucap kaisar penuh keputusasaan.

Dia menangis dan meratapi kehidupannya. Dia sangat merindukan selir kecilnya. Dia sangat ingin bertemu dengan selir kecilnya. Dia ingin bersama selir kecilnya. Dia terus menangis tanpa henti. Hidupnya sangat lirih. Kaisar hanya duduk terdiam di ruangan itu dan menanti dia bisa kembali ke ruangan tempat selir kecilnya berada. Dia terus menunggu. Tiba-tiba tangan kaisar menyentuh sesuatu. Dia mencoba mengambil benda itu dan melihat lebih dekat. Ternyata benda itu adalah benda yang dia lihat di ruangan itu. Benda yang dapat mengeluarkan gambar dan suara. Itu adalah sebuah ponsel. Kaisar memegangnya dengan erat, mungkin saja benda ini yang dapat mempertemukan dia dengan selir kecilnya. Kaisar terus menunggu cahaya itu akan datang kembali. Dia mulai kelelahan dan akhirnya tertidur.

Saat kaisar membuka matanya, ternyata dia sedang berada di atas ranjangnya. Dia merasa kecewa bahwa semua ini hanyalah mimpinya saja. Dia menghela napas tanda kecewa.

"Ternyata ini semua hanya mimpi." ucap kaisar dengan ekspresi kecewa.

"Salam kaisar. Hamba tabib istana. Bolehkah hamba masuk?" tanya tabib istana.

"Masuklah." perintah kaisar.

Tabib memeriksa kondisi kaisar dan melihat bahwa keadaan kaisar sudah lebih baik. Tabib istana memberikannya obat. Setelah tabib istana keluar dari kediamannya, kaisar kembali berbaring di ranjangnya. Dia melamun dan menatap ke langit-langit kamarnya. Dia sangat berharap bahwa semua itu bukanlah mimpi.

Tiba-tiba dari dalam selimutnya dia menemukan sebuah benda. Ternyata benda itu adalah benda yang dia temukan dalam mimpinya. Itu adalah sebuah ponsel. Kaisar sangat senang, ternyata ini nyata dan bukan mimpi. Harapannya untuk bertemu dengan selir kecil itu bukan sekedar mimpi. Dia memegang dan meneliti ponsel itu, namun dia tidak tahu apapun tentang benda itu. Akhirnya benda itu disimpan di tempat yang tidak dapat ditemukan oleh siapapun.

Di siang hari kaisar mulai melakukan tugasnya sebagai pemimpin kerajaan ini. Dia berharap suatu hari bisa bertemu kembali dengan selir kecilnya itu. Kini dia memahami mengapa tidak ada satupun dari seluruh dayang istana maupun pengawal istana yang mengetahui tentang keberadaan selir kecil, karena dia bukan berasal dari dunia ini. Dunia yang sangat kecil dan penuh dengan perebutan kekuasaan.

Kaisar sangat berharap, setidaknya diberikan kesempatan sekali lagi bertemu dengan selir kecilnya dan memberikannya kebahagiaan.

"Andai kamu disini selir kecilku, aku akan membuatmu selalu bahagia. Aku akan selalu mencintaimu." ucap kaisar dalam hati.

Kaisar memerintahkan kepada seluruh dayang istana untuk membersihkan istana timur dan merawatnya dengan baik. Kaisar memerintahkan untuk mengganti papan nama menjadi papan nama selir kecil. Untuk menghilangkan kerinduannya, kaisar selalu menginap di istana timur. Terkadang semalaman dia beristirahat di kediaman istana timur.

Semua penghuni istana menganggap bahwa kaisar mulai gila, namun tidak ada yang berani berbicara di depannya. Semua penghuni istana hanya mampu melihat dan membicarakan perilaku kaisar di belakangnya saja. Kaisar yang sebenarnya mengetahui rumor di belakang tentang dirinya yang sudah mulai gila hanya didiamkan saja dan tidak dipedulikan. Karena dia pun berpikir dia sudah gila karena ditinggalkan oleh selir kecil.

"Aku akan menunggumu sampai kapanpun. Aku yakin kamu akan kembali." ucap kaisar dengan lirih yang sedang berbaring di atas ranjang selir kecilnya.

Dia sangat berharap akan bisa melihatnya lagi. Karena kelelahan hati dan tubuh, akhirnya matanya secara perlahan mulai terpejam. Malam itu sang kaisar tidur di dalam kamar selir kecilnya, berharap dia bisa bermimpi kembali bertemu dengan belahan jiwanya, bertemu dengan kekasihnya. Bertemu dengan wanita yang sangat dia cintai seumur hidupnya ini.

Bab 3 : Bertemu Di Bawah Pohon Bunga Persik (Part 1)

Pagi itu seorang laki-laki bernama Xiao san sedang duduk melamun di bawah pohon bunga persik. Dia adalah seorang putra mahkota dari kerajaan Xiao, seorang anak dari kaisar Xiao Ge. Namun ada yang berbeda dari dirinya, sejak kecil dia mengalami kebutaan. Karena kekurangan inilah tidak ada satupun di istana yang menghargai dia sebagai putra mahkota. Tidak ada yang mau berteman dengan dirinya termasuk dua saudara sepupunya yaitu pangeran yang bernama Xiao Feng dan Xiao Fang. Mereka adalah dua orang sepupu yang lahir dari pangeran Xiao Er adik laki-laki ayahnya.

Semua penghuni istana, baik pejabat, dayang istana ataupun pengawal istana berharap bahwa salah satu dari pangeran itu yang akan menjadi putra mahkota. Pangeran Xiao San tidak akan menyalahkan mereka yang berbicara seperti itu, karena pangeran Xiao San tahu kondisi dirinya. Hanya sang ayah yaitu kaisar Xiao Ge yang peduli padanya. Seumur hidupnya ayahnya selalu melindunginya dari penindasan dan penghinaan orang lain. Ayahnya kaisar Xiao Ge merupakan kaisar yang sangat bijaksana dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Pangeran Xiao San selalu bermimpi bisa menjadi seorang kaisar yang bijaksana dan dicintai rakyatnya seperti ayahnya.

Pangeran Xiao San sedang duduk melamun di bawah pohon bunga persik. Tiba-tiba saja angin bertiup kencang, dia tidak bisa melihat apapun, namun dia dapat merasakan bahwa udara saat itu sangat dingin hingga membuat tubuhnya menggigil. Pangeran Xiao San mencoba berdiri dan ingin segera beranjak dari sana. Namun baru saja berdiri, tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh di langit yang sangat kencang hingga membuat pangeran Xiao San ketakutan. Dia langsung menunduk dan menutup kedua telinganya. Dia tidak bisa berdiri lagi, dia benar-benar sangat ketakutan. Pangeran Xiao San hanya mampu diam dan menangis dalam ketakutannya.

Suara gemuruh itu semakin kencang. Udara semakin dingin. Suara deruan angin semakin terdengar kencang dan mencekam. Dia mencoba bertahan dengan cuaca ini, walaupun dia tidak bisa melihat apapun yang sedang terjadi saat ini. Namun dia dapat merasakan bahwa saat ini kondisi di sekitarnya sedang tidak baik-baik saja.

"Kaisar tolong aku. Kaisar tolong aku." sang pangeran hanya bisa bergumam sambil menutup kedua telinganya dengan tubuh yang sangat gemetar.

"Kaisar aku sangat takut. Kaisar tolong aku. Aku mohon tolong aku." sang pangeran terus bergumam semakin ketakutan.

Bagi sang pangeran yang lemah ini, hanya tangisan yang bisa membuatnya tenang. Dia terus saja menangis dan bergumam. Dia berharap ada orang di sekitarnya yang merasa kasihan padanya dan mau menolongnya dari rasa ketakutan ini.

"Pangeran apakah kamu baik-baik saja" tanya seorang gadis dengan suara lembut.

Pangeran Xiao San tidak mendengar panggilan lembut gadis itu. Dia masih gemetar dalam ketakutannya. Gadis itu menarik kedua tangan pangeran dari telinganya.

"Pangeran apakah kamu baik-baik saja?" tanya sekali lagi seorang gadis dengan suara lembut.

Pangeran Xiao San terkejut dan menarik kedua tangan gadis itu dan langsung memeluknya dengan erat.

"Aku mohon tolong aku." suara lirih pangeran berharap.

"Tenang saja pangeran. Semua akan baik-baik saja. Aku di sisimu sekarang. Tenanglah." ucap gadis itu dengan lembut.

Pangeran terus memeluk erat gadis itu. Ketika gadis itu berkata semua baik-baik saja. Tiba-tiba pangeran menyadari bahwa suara gemuruh di langit telah menghilang. Angin dingin yang menusuk sampai ke kulit mulai terasa hangat. Saat itu pangeran Xiao San merasakan suasana yang sangat hangat dan damai. Seumur hidupnya dia baru merasakan kehangatan dan kedamaian seperti ini. Setelah perasaan pangeran mulai tenang, dia melepaskan pelukannya dari gadis itu. Dia mencoba berdiri dan duduk kembali dengan tenang di bawah pohon bunga persik itu.

"Siapa kamu?" tanya pangeran dengan lembut.

"Maafkan hamba pangeran. Hamba adalah seorang dayang istana baru. Nama hamba Xixi." ucap lembut gadis itu.

"Xixi? Namamu sangat cantik." ucap pangeran tersenyum.

"Apa yang sedang kamu lakukan disini?" tanya pangeran penasaran.

"Kebetulan hamba ditugaskan untuk mengambil buah persik untuk kaisar Xiao Ge. Namun tiba-tiba saja hamba melihat pangeran sedang berteriak ketakutan." ucap gadis itu.

"Apakah sebelumnya kamu melihat sesuatu yang aneh?" tanya pangeran penasaran.

"Hamba tidak melihat sesuatu yang aneh. Apakah pangeran melihat sesuatu yang aneh?" tanya kembali gadis itu.

"Tidak ada apa-apa. Lupakan saja. Aku hanya sekedar bertanya." pangeran Xiao San mencoba mengalihkan pembicaraan.

Pangeran Xiao San tidak ingin membicarakan peristiwa mengerikan itu kepada siapapun. Cukup dia yang tahu semua itu. Pangeran Xiao San sangat senang berbincang dengan dayang istana itu. Dia merasa bahwa dayang istana ini tidak membenci atau merendahkannya.

"Bolehkah aku memanggilmu dengan nama Xixi?" tanya pangeran ragu.

"Boleh saja. Pangeran boleh memanggil hamba dengan nama apapun." ucap gadis itu dengan suara lembut.

"Di bagian mana kamu bekerja?" tanya pangeran.

"Hamba bekerja di dapur istana barat." ucap gadis itu dengan lembut.

"Oh, tidak hamba hampir lupa." ucap gadis itu dengan panik.

"Ada apa? Apa yang sedang terjadi?" tanya pangeran yang ikut panik.

"Maafkan hamba pangeran, hamba harus pergi. Hamba harus mengantarkan buah persik ini. Jika hamba terlambat, hamba akan dimarahi oleh kasim Li." ucap gadis itu mencoba menjelaskan.

Walaupun tidak melihat apa yang sedang terjadi, namun dia dapat merasakan kepanikan gadis itu. Pangeran Xiao San tertawa kecil mendengarkan suara kepanikan dari gadis itu .

"Pangeran maafkan hamba. Hamba pamit dulu. Hamba tidak mau mendapatkan hukuman dari kasim Li. Pangeran juga hati-hati ya." ucap gadis itu yang terus berbicara sambil berjalan cepat.

Baru kali ini pangeran bisa merasakan sebuah kebahagiaan. Hatinya sangat bahagia. Dia sangat senang melihat tingkah lucu dari gadis itu. Dia berharap bisa bertemu kembali dengan gadis itu. Bahkan pangeran berharap bisa berteman dengannya.

Pangeran segera beranjak dari taman persik itu. Dia berjalan menggunakan tongkat khusus yang dibuat oleh ayahnya kaisar Xiao Ge. Tongkat itu bukan hanya berfungsi sebagai alat penuntun saat dia berjalan namun juga berfungsi sebagai alat pelindung diri dari seseorang yang ingin menyerangnya.

Sejak kecil pangeran tidak ingin memiliki pengawal. Dia lebih nyaman berjalan sendirian. Dia sangat memahami pasti orang-orang yang ada disisinya hanya bisa berbicara omong kosong tentang kelemahannya. Kaisar yang sangat menyayangi putranya ini, secara diam-diam memberikan seorang pengawal pribadi yang setia tanpa sepengetahuan putranya.

Sejak kecil kaisar secara pribadi mengajarinya bela diri sebagai pelindung dirinya. Namun karena keterbatasan ilmu dan tidak ada satupun guru istana yang mampu mengajarinya membacanya dengan kondisi buta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!