Happy Reading.
"Apakah penyelidikanmu benar-benar akurat Javier?" tanya Vincent kepada asisten pribadinya.
"Iya tuan, polisi kesulitan mengenali mobil itu karena tidak ada bukti yang kuat, tapi selama sebulan ini aku mencari bukti ternyata mobil itu milik Agnes Dwyane, yang saat ini tengah berada di California untuk mengurus perusahaan cabang milik Papanya yaitu tuan Jhonatan Dwyane." Jawab Javier.
Vincent mengangguk, dia berusaha tenang agar emosinya tidak mencuat keluar saat ini juga ketika mengetahui siapa yang menabrak Sonya, wanita yang begitu berarti dalam hidup Vincent. Kekasih yang telah dipacarinya selama 3 tahun itu.
"Apakah anda akan melaporkan pada polisi, tuan?"
"Tidak, kalau dia hanya di penjara, itu tidak akan menyiksanya, aku akan membuat rencana untuk wanita itu agar dia bisa merasakan hancur sehancur-hancurnya!"
****
Vincent Masahiro Zuditte adalah seorang CEO muda PT Hero Corporation, memiliki sebuah dendam terhadap seseorang yang telah menabrak kekasihnya hingga meninggal dunia.
Selama sebulan penyelidikan, ternyata di ketahui pemilik mobil tabrak lari itu adalah seorang wanita yang bernama Agnes Dwyane.
Demi membalaskan kematian sang kekasih yang sangat dicintainya itu, Vincent membuat rencana dan terpaksa berpura-pura mendekati wanita itu dan akan menikahinya.
"Tuan, kabarnya lusa Agnes akan kembali ke kota ini, apakah anda akan menjalankan rencanannya esok?"
"Tentu saja, aku akan membuat wanita itu menyesali perbuatannya!"
Vincent terlihat mengeraskan rahangnya, mata elangnya merah menyala menandakan bahwa dia sedang menahan emosinya saat ini.
Sebuah dendam membara di hatinya, wanita itu selama sebulan telah bebas berkeliaran setelah menabrak Sonya yang saat itu akan melangsungkan pertunangannya dengan nya.
Pria itu tidak akan tinggal diam, sebuah keputusan besar akan dia ambil dalam hidupnya, menikahi Agnes dan akan menyiksa wanita itu perlahan hingga Agnes merasakan kesakitan dan kekecewaan di hidupnya.
"Kapan Mommy dan Daddy kembali ke San Fransisco?" tanya Vincent sambil mengetukan jarinya ke meja kebesarannya.
"Kabarnya seminggu lagi Tuan besar dan Nyonya besar akan kembali, tuan," jawab Javier menunduk.
Javier adalah Asisten yang sudah Empat tahun ini mengabdi kepada Vincent, pria itu menyadari jika atasannya itu dulunya begitu hangat dan ramah, tapi setelah kematian sang kekasih, Vincent menjadi sosok pria yang dingin.
Selama sebulan ini Vincent tidak pernah menunjukkan senyuman di wajahnya, meskipun pria itu terkenal kejam di dunia bisnis, tetapi Vincent bukan sosok pria arogan.
"Aku akan menjemput wanita itu di bandara, kamu harus mengatur waktuku nanti," ucap Vincent.
"Tapi tuan, ada kabar sedikit tidak baik, Agnes Dwyane adalah sepupu dari Nona Carolina Cortes," ucap Javier.
"Carolina ya, aku akan mengatur wanita itu, selama ini memang hanya dia yang bisa menyembuhkan kesedihanku, tapi aku harus menjalankan misiku ini Javier, aku akan mengorbankan perasaannya wanita itu kali ini demi membalaskan Sonya," jawab Vincent.
Pria itu menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya. Sekelebat bayangan wajah Sonya hadir di pelupuk matanya.
Rasa sakit itu tiba-tiba muncul kembali. TIDAK, Vincent tidak ingin terlihat rapuh lagi, dia harus bisa kuat demi misinya tercapai, yaitu menyiksa Agnes sampai wanita itu tidak bisa menangisi hidupnya.
Vincent menata foto wanita yang berada di meja kerjanya, wanita memiliki rambut pirang panjang dan mata biru itu tersenyum begitu lebar.
Sungguh Vincent tidak pernah bisa mengalihkan pandangannya dari wanita cantik itu.
"Aku akan membalaskan kesakitan mu, sayang, akan ku buat wanita itu menderita dan sakit hati! aku tidak bisa menahan diri untuk tidak segera menemui wanita itu!"
Bersambung.
Happy Reading.
Vincent berjongkok dan meletakkan sebuket bunga Lily di atas nisan yang masih baru itu. Air matanya mengalir lagi ketika mengingat jika wanita yang begitu dicintainya sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Sungguh bukan hal yang mudah ketika merelakan kepergian wanita yang sudah membuatnya memiliki semangat hidup seperti Sonya.
"Sayang, hari ini aku datang lagi, tadi Javier juga sudah membelikan bunga Lily untukmu, tapi masih kurang besar, jadi aku beli lagi yang lebih besar. Semoga kamu suka, ya?" Vincent menghapus air matanya.
Dia menjadi sosok yang lemah jika sudah berhadapan dengannya Sonya, wanita yang selalu membersamainya selama tiga tahun ini.
Rencananya setahun lagi mereka akan melangsungkan pernikahan, tapi semuanya pupus sudah karena ternyata Sonya meninggalkan nya begitu saja.
"Kenapa kamu tega seperti ini, sayang? kamu tahu kan kalau sebentar lagi keinginan mu akan terkabul, kamu ingin menikah denganku, bukan? lalu apakah kamu marah karena aku tidak segera menikahimu, kenapa kamu tega menghukum ku seperti ini!"
Vincent mengusap cincin yang selalu dia bawa, cincin yang rencananya akan dia berikan untuk Sonya sebagai simbol pertunangan mereka.
"Aku minta izin padamu, aku akan mendekati wanita yang sudah membuatmu pergi dariku, aku akan menikahinya, aku harap kamu tidak sedih, karena semua ini juga untukmu, aku akan membuat wanita itu menderita!"
Setelah menuntaskan segala keluh kesahnya di atas makam Sonya, Vincent memutuskan kembali ke apartemen karena waktu mulai nampak senja.
****
Di sisi lain.
Seorang wanita cantik sedang tertawa ketika melihat layar ponselnya dan berbincang-bincang dengan orang yang berada di layar itu.
Dia adalah Agnes Dwyane, berusia 23 tahun yang sangat gila bekerja dan sudah menjabat sebagai presiden direktur di perusahaan cabang milik sang Papa yaitu J. Dwy Corp salah satu perusahaan terbesar di kota itu.
Wanita itu tersenyum menatap ponselnya yang saat ini sedang melakukan Video Call bersama sahabat baiknya Martin Carter, Agnes dan Martin sudah bersahabat lama semenjak mereka kuliah.
Sebenarnya Martin sudah menaruh hati pada Agnes sejak dulu, tapi karena persahabatan mereka, Martin tidak berani menyatakan perasaannya pada Agnes.
Tidak ada yang namanya sahabat antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu mereka akan memiliki perasaan yang lebih.
Seperti halnya Agnes yang juga menyukai Martin, tapi karena wanita itu terlalu mengejar karir dan juga tidak mau persahabatannya dengan Martin hancur akibat perasaan suka yang dia pendam, akhirnya wanita itu memutuskan untuk berteman saja dengan pria itu.
Kedua orang itu sama-sama memiliki perasaan tapi tidak ada yang berani mengungkapkan.
"Lusa jemput aku di bandara ya."
Agnes tersenyum karena dia akan kembali ke kota asalnya.
Tentu saja Matin selalu meleleh saat melihat senyum cantik dari Agnes.
"Tentu saja, my Princess. Jujur aku sudah sangat merindukan mu," jawab Martin juga ikut tersenyum.
Agnes tersipu ketika mendengar ucapan Martin itu, tapi wanita itu segera menetralkan perasaannya agar tidak semakin besar kepala.
Menurut Agnes, Martin itu memang begitu konyol dan sangat suka menggodanya, maka dari itu Agnes tidak pernah menanggapi serius perkataan pria itu.
"Masa sih? kamu rindu sama aku, atau sama ocehan ku?"
"Dua-duanya, kamu kan selalu ngangenin!"
"Dasar tukang gombal!"
"My Princess, nanti di sambung lagi ya, aku sudah mau rapat ini," ucap Martin melihat jam di pergelangan tangannya.
"Oke deh, sampai jumpa Martin, jangan lupa untuk menjemput ku di bandara loh."
"Iya My Princess."
Martin memang selama ini mempunyai panggilan sayang untuk sahabatnya itu.
My Princess adalah panggilan untuk Agnes sajak masih kuliah. Agnes menutup panggilan video call itu karena Martin pamit akan ada rapat.
Sedangkan Agnes yang sudah ambil cuti hanya berleha-leha di apartemennya. Wanita itu merasa sudah sangat mengantuk, padahal jam masih menunjukkan pukul 2 siang.
Agnes meletakkan ponselnya di nakas dan segera merebahkan tubuhnya di ranjang king size nya.
Agnes tidak tahu bahwa keputusannya untuk pulang ke kota kelahirannya akan merubah nasib hidupnya nanti.
Bersambung.
Happy Reading.
Agnes menggeliatkan tubuhnya dan mengerjabkan matanya. Wanita itu terbangun dan menguap perlahan. Saat ini Agnes sudah berada di dalam pesawat menuju ke kota kelahirannya.
Sepertinya dia tertidur beberapa saat yang lalu, tentu saja dia merasa begitu lelah. Rencananya dia hanya akan bertemu Ayahnya untuk melepas rindu, sudah tiga bulan dia memang tidak pulang, jadi sepertinya mengambil cuti di perusahaannya sendiri tidak masalah bukan.
Sebentar lagi pesawat akan segera mendarat di bandara. Agnes melepaskan headset di telinganya dan memandang ke arah jendela dengan tersenyum.
Agnes adalah keturunan Indonesia dan Inggris. Papanya asli orang Inggris dan Mamanya asli orang Indonesia, wajah cantiknya perpaduan antara Eropa dan Asia. Rambutnya panjang berwarna coklat, hidungnya mancung dan bibirnya yang seksi bisa membuat kaum adam yang melihatnya ingin mencicipinya.
Matanya berwarna hazel bening dengan alis yang tebal menawan dengan bentuk yang sudah tertata rapi dari sananya.
Tubuhnya porposional tinggi, berisi dan seksi. Siapapun yang melihat wanita secantik Agnes pasti langsung tertarik padanya.
Sedangkan di sisi lain.
Martin melihat jam di pergelangan tangannya, pria itu terlihat gelisah karena wanita yang sangat di tunggu-tunggu kedatangannya sebentar lagi akan mendarat tapi saat ini Matin tidak bisa meninggalkan ruang rapat.
Pria itu mengambil ponsel di sakunya dan mengirim pesan mengatakan dia akan sedikit terlambat kepada Agnes. Tapi Martin berharap dia bisa tepat waktu untuk bisa ke bandara menjemput wanita pujaannya.
Rapat masih berjalan alot, dua kubu saling bertentangan dan tidak ada yang mau mengalah. Martin sebagai CEO di perusahaan itu tentu saja harus ikut andil dalam memecahkan segala masalah.
'Aku tidak bisa berkonsentrasi jika terus memikirkan Agnes, tapi aku sudah hampir terlambat ke bandara!'
Martin terlihat tidak fokus pada meeting nya, dia terus saja menunggu kebebasannya agar bisa cepat menjemput sang pujaan hati yang berkedok teman.
Sedangkan di bandara, Vincent terlihat keluar dari dalam mobilnya, dengan memakai kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya itu Vincent berjalan dengan begitu gagahnya.
Pesona putra dari Romeo dan Casandra itu tidak bisa dibantah lagi. CEO PT Hero itu memang luar biasa, siapa yang tidak mengenal Vincent Masahiro Zuditte, di dunia bisnis kemampuan pria 27 tahun itu tidak perlu di tanyakan lagi.
Sepertinya kecakapan seorang Vincent menurut dari otak cerdas Mommy dan Daddy-nya.
Banyak para wanita seperti artis terkenal, atau anak dari para pejabat dan pebisnis hebat yang ingin bisa dekat dan naik ke ranjangnya, tapi tidak ada yang bisa mendekatinya semudah Sonya.
Hanya Sonya yang bisa meruntuhkan manusia tembok itu. Namun dalam dua Minggu ini, dia dekat dengan Carolina, sahabat mendiang Sonya.
Carolina bisa membuat kesedihan Vincent mereda setelah kehilangan Sonya.
Tapi sebenarnya Vincent masih belum sepenuhnya bisa melupakan Sonya. Pria itu hanya menjadikan Carolina sebagai teman di saat kesedihan melanda.
Masih dengan gaya coolnya, Vincent berjalan sambil melihat gambar di layar ponselnya yaitu foto Agnes Dwyane.
"Agnes, ternyata dia cukup cantik," gumam Vincent.
Javier sang asisten telah memberikan foto Agnes sejak kemarin, tapi Vincent memang baru membuka pesan dari asistennya tersebut.
Ternyata saat melihat foto Agnes yang cantik itu ada sedikit rasa kagum yang di rasakan Vincent, tapi pria segera menepis perasaan tersebut.
'Apa-apaan wanita ini, baru melihat fotonya saja langsung membuat mataku hampir buta karena kecantikannya, tapi di balik wajah cantiknya itu dia adalah wanita yang penuh dengan kebusukan, seorang pembunuh wanita yang aku cintai, Batin Vincent mengeraskan rahangnya.
Setiap mengingat kejadian sebulan yang lalu di mana Sonya di temukan meninggal karena tabrak lari itu, hati Vincent bagai di remas dan di sayat pisau. Rasa sakit kehilangan itu masih terasa sampai saat ini.
Tiba-tiba dari arah depan terlihat seorang wanita yang sangat cantik berjalan sambil menarik koper.
Agnes berjalan dengan anggun sambil membawa kopernya yang cukup besar itu, rencananya dia akan tinggal selama sebulan di kota ini, lalu kembali ke California.
Vincent sempat terpaku melihat seorang bidadari yang berjalan ke arahnya. "Cantik," gumam Vincent tanpa sadar.
Huh, katanya dia tidak bisa terpesona dengan wanita lain, selain Sonya. Tapi lihatlah sekarang, seorang Vincent bisa mengagumi kecantikan Agnes yang memang berbeda dengan wanita lainnya.
Wajah oval dan kulit yang kuning Langsat, bukan putih pucat ataupun kecoklatan, membuat Agnes begitu enak dipandang.
Bruukk!!
"Maaf-maaf, saya tidak sengaja!" ucap Vincent yang memang sengaja menabrakkan dirinya kepada Agnes.
"Tidak apa-apa tuan," jawab Agnes tersenyum. "Permisi." Agnes menganggukkan kepalanya tanda hormat.
Kemudian wanita cantik itu berlalu dari hadapan Vincent begitu saja. Tentu saja hal itu membuat Vincent membuka lebar mulutnya sampai menganga.
'Apa-apan dia, kenapa tidak menatap ku sama sekali, huh! Baru kali ini ada wanita yang tidak tertarik padaku!'
"Tunggu nona, apakah anda Agnes Dwyane?" seru Vincent.
Agnes menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Vincent karena mendengar pria itu menyebutkan namanya.
"Iya, saya Agnes Dwyane, apa anda mengenal saya?"
"Baguslah, namaku Vincent dan aku di sini akan menjemput mu, Nona," ucap Vincent memperkenalkan dirinya.
Agnes mengerutkan dahinya, apakah dia orang suruhan Aaron? batin Agnes.
"Tuan Jhonatan yang menyuruhku ke sini untuk menjemput mu," ucap Vincent membaca apa yang di pikirkan Agnes.
Agnes hanya memgangguk, mungkin memang Papanya menyuruh seseorang untuk menjemputnya.
"Baiklah Vincent, apakah kamu asisten Papaku?" tanya Agnes berjalan mendahului Vincent.
'Sialan! Wanita ini menganggap ku seorang asisten? Hei, apakah dia tidak lihat penampilan ku yang super tampan ini!' batin Vincent menjerit.
"Hahaha, apakah kamu tidak mengenalkanku Nona, aku adalah putra tuan Romeo Zuditte," Vincent tergelak.
Apakah Agnes tidak mengenal pria berpengaruh seperti Vincent? mungkin hanya wanita itu yang tidak tahu.
"Oh, apakah kamu Vincent Masahiro Zuditte?" tanya Agnes menoleh ke arah Vincent yang saat ini sudah berjalan di sampingnya.
Vincent ikut menoleh dan tersenyum. Ternyata wanita itu mengenal namanya saja, berarti wajahnya masih belum familiar untuk Agnes.
"Betul sekali, Nona Agnes," jawab Vincent menatap wajah cantik wanita itu.
Agnes mengalihkan pandangannya saat di tatap seperti itu oleh Vincent. Entah kenapa dia malah merasa pria disampingnya ini begitu aneh.
"Kenapa Papa bisa menyuruh orang besar sepertimu tuan Vincent? kamu adalah CEO PT Hero, apakah ada sesuatu?" tanya Agnes yang merasa agak aneh dengan kemunculan Vincent.
"Tentu saja ada sesuatu Nona Agnes, karena aku adalah calon suami mu," jawab Vincent masih menatap Agnes.
Ada rasa benci terhadap wanita cantik di hadapannya saat ini kala mengingat semua perbuatan yang telah Agnes lakukan terhadap Sonya.
Agnes sedikit tercengang kala mendengar kan ucapan Vincent. Apakah pria ini sedang berusaha melucu.
"Hahaha jangan bercanda tuan CEO, kenapa anda mengatakan lelucon seperti itu, aku masih laku Tampa ada jo" ucap Agnes meledek Vincent.
"Tapi sayangnya aku tidak bercanda Agnes aku telah melamar mu, bagaimana? aku akan memberikan mu kesempatan untuk berfikir," ucap Vincent tersenyum tipis.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!