Seorang gadis muda, berjabatan seorang general manager berjalan menuju sebuah ruangan di dalam kantor yang bergerak di bidang Properti itu, di umur yang sudah menginjak 24 tahun itu dia sedang bahagia bahagianya mengejar karir dan juga kehidupannya ke depannya.
"Selamat pagi, sayang."
Seorang pria yang juga bekerja di kantor tersebut menyapa wanita itu< tampaknya dia adalah kekasih dari wanita tersebut, wanita yang disapa itu tersenyum kemudian berjalan beriringan dengan pria itu.
"Pagi juga mas, kamu baru datang?"
"Iya nih, kalau gitu, Mas ke ruangan Mas dulu ya sampai jumpa makan siang nanti."
Wanita tersebut menganggukkan kepalanya, wanita dengan jilbab cream senada dengan pakaian berwarna putih coklat tersebut kembali berjalan menuju ruangannya, namanya adalah Alesha Salsabila Andriani, seorang wanita mandiri yang sudah menjadi General Manager di usia yang sangat muda.
Di saat Alesha berjalan menuju ruangannya, ia kembali bertemu dengan sosok wanita lain bernama Danisa, Danisa sendiri adalah sahabat dari Alesha, mereka bersahabat semenjak Alesha memilih mandiri dan keluar dari rumah keluarganya.
"Hei, Aku dengar-dengar katanya kamu, bakal nikah ya sama Mas Devano? Ih kalian udah ngumpulin duitnya ya, Iya aku terharu banget loh ngelihatnya selama 2 tahun lamanya kalian ngumpulin duit kalian bakal nikah."
"Lah kamu dari tahu dari mana sih, Aku kan belum pernah cerita," jawab Alesha yang membuat Danisa menatap Alesha sejenak.
"Kamu mah gitu, sama sahabat sendiri nggak pernah bilang, kan Mas Devano bilang sama aku katanya kalian mau nikah duitnya udah ke kumpul hebat ih kalian!" ujar Danisa sangat antusias.
Alesha tersenyum memang selama 2 tahun bekerja ini semenjak dia masuk ke dalam kantor tersebut, dia sudah jatuh hati kepada sosok Devano, Devano sendiri adalah seorang pria yang sangat baik hati dan sangat perhatian kepada Alesha, sampai akhirnya mereka memilih berpacaran dan memili menabungkan gaji mereka untuk menikah dan selama 2 tahun lamanya menabung, akhirnya mereka bisa menikah walaupun sebenarnya kebanyakan dari tabungan tersebut adalah milik Alesha, karena Devano jarang untuk menabung bersama untuk pernikahan mereka dengan alasan Devano memiliki kebutuhan sendiri, Sementara Alessia tidak memiliki kebutuhan yang mungkin mendadak bagi dirinya.
"Doain aja ya, hari ini aku mau ngajak Mas Devano buat ketemu orang tua aku, semoga aja orang tua aku ngasih Restu buat kami, walaupun aku ragu sih apalagi kan aku udah 2 tahun kabur dari rumah, eh tahu-tahu pulang mau ngajak nikah gitu loh."
"Amin, Aku doain kamu sama Mas Devano bisa direstui, dan bisa nikah, semoga kalian langgeng ya, ya udah deh Sha! Aku mau ke ruangan aku dulu nanti dimarahin bos lagi kalau kita ghibah di sini."
"Ya udah sana!"
Di saat Danisa ingin pergi dari sana tiba-tiba saja Danisa merasakan pusing yang membuat Alesha tidak jadi melangkah dari sana dan langsung membantu Danisa.
"Eh kamu nggak apa-apa, kamu Sakit yam Kamu nggak masuk kerja aja dulu kalau kamu sakit."
Danisa tampak memegangi kepalanya karena mual. "Nggak apa-apa Sha, aku cuma pusing sama mual-mual aja kok ini, paling cuma masuk angin doang karena semalam aku lembur nggak usah dipikirin lah."
Alesha terdiam, dia menatap sahabatnya itu dari atas sampai bawah tetapi Danisa berusaha menutup sesuatu darinya.
"Kamu beneran nggak apa-apa?" tanya Alesha curiga.
Danisa tampak gugup tapi berusaha mengontrol dirinya agar tidak terlihat mencurigakan di depan Alesha. "Nggak kok nggak apa-apa, sumpah nggak apa-apa."
"Ya udah kalau gitu, kalau kamu sakit kamu istirahat aja, izin sama Pak bos pasti disetujui kok, apalagi Pak bos kan Ayah kamu pasti kan Ayah kamu setuju kalau kamu izin sakit."
"Aduh apa sih kamu, walaupun Pak bos itu ayahku, dia cuma Ayah Tiri, nggak sama lah kayak kandung aku, tapi aku coba minta izin deh nanti kalau aku sakit, ya udah ya aku ke ruangan aku dulu udah mulai agak mual nih kayaknya mau izin beneran deh."
"Ya udah sana hati-hati, kalau jatuh bangun sendiri ya," gurau Alesha pada Danisa.
Danisa tertawa, Dia kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Alesha yang juga kembali ke ruangannya.
•
•
•
Alesha menutup laptopnya, jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang yang artinya sudah jam makan siang, dia akan membicarakan soal rencana bertemu dengan orang tuanya kepada Devano.
Mereka akan meminta restu kepada orang tua Alesha, karena sebenarnya Alesha sudah kabur dari rumahnya selama 2 tahun itu, semua berawal dari saat orang tuanya ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang tidak Alesha suka, Alesha yang baru lulus dari kuliah saat itu akhirnya memilih kabur daripada dijodohkan dengan pria tersebut.
Alesha sendiri adalah tipikal seorang wanita yang tidak ingin diatur, apalagi mengenai jodoh dia ingin memilih jodohnya sendiri, tetapi orang tuanya terbilang diktator kenapa terbilang diktator, karena orang tuanya selalu memaksakan kehendak mereka terhadap alesha terlebih-lebih Alesha adalah anak tunggal dari keluarga tersebut.
Dua tahun berjalan semenjak kepergian Alesha, jelas keluarganya mencari Alesha mencari keberadaannya, dan mencari di mana dia, tapi Alesha sangat pintar dalam berkamuflase sehingga keadaannya dan kondisinya serta keberadaannya tidak dideteksi siapapun maupun mata-mata dari ayahnya.
Disaat Alesha masuk ke dalam ruangan Devano, dia mendapati Danisa juga ada di sana, tapi posisi mereka sangat membuat Alesha bingung, karena posisi Devano tengah memegang kedua bahu Danisa sedangkan Danisa tampak khawatir dan raut wajahnya tidak kondusif.
"Mas Devano, Danisa kalian ngapain?" tanya Alesha.
Mendapati Alesha yang ada di ambang pintu membuat Devano segera melepaskan tangannya dari bahu Danisa, dan Danisa pun langsung bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
"Kok kamu pegang-pegang Danisa Mas, ada apa?" tanya Alesha kembali kepada Devano.
Devano tertunduk, dia tidak tahu harus menjawab apa seperti ada yang ditutupi dari Alesha di antara mereka berdua, Danisa yang melihat kondisi tersebut segera melakukan klarifikasi agar Alesha tidak berpikir macam-macam.
"Enggak, enggak Sha, aku tadi tuh mau ngambil apa ya, apa tadi ya, mau ambil ... Ya! Aku mau ngambil berkas terus aku hampir jatuh makanya, Mas Devano nolongin aku, ih kamu mah jangan mikirin nggak-nggak," jawab Danisa memberi klarifikasi.
"Beneran?"
"Iya ih, kamu makin biasaan, mulai deh parnonya, ya udah deh aku mau pergi dulu, bye-bye, selamat makan siang ya kalian berdua."
Danisa pergi dari sana, meninggalkan Devano dan Alesha di ruangan tersebut, tapi ada sesuatu yang mengganjal di hati Alesha yaitu sikap denisa dan Devano yang tiba-tiba berubah, dari ekspresi Danisa yang awalnya sedih kemudian tiba-tiba berubah menjadi biasa-biasa saja.
•
•
•
Ini adalah Novel ke-20 Spesial Ramadan.
Mungkin Bakal banyak bawang Nih jadi maklumi yah!
Alesha dan juga Devano, kini berada di sebuah cafe untuk makan siang, sekaligus Alesha ingin membahas tentang rencana pernikahan mereka karena uang tabungan mereka sudah cukup.
"Mas aku kan udah kerja 2 tahun buat tabungan pernikahan kita, dan aku rasa tabungan kita udah cukup Mas, kapan kamu mau aku dibawa ke orang tuaku, kamu juga nggak pernah ngenalin aku ke orang tua kamu," ujar Alesha memulai pembicaraan.
Devano tampak terdiam, dia mengangkat kepalanya kemudian menghela nafas panjang.
"Aku udah bilang kan, kita bahas ini lain kali aja, nikah itu gampang kok, aku tahu tabungan kita udah cukup, Tapi kan masih bisa kita tambah, kamu masih bisa kerja buat nambahin tabungan kita, lagi pula aku tuh belum bisa bawa kamu ke orang tuaku, aku harus kerja, gaji aku dipakai buat ngebiayain orang tua aku, makanya dong kamu lebih kerja keras lagi buat tabungan pernikahan kita, kalau cuma segini mah kita mau nikah gimana ini pun enggak cukup buat biaya rumah tangga kita nanti," jawab Devano tampak emosi tidak biasanya Devano begini kepada Alesha.
"Kok kamu jadi gitu sih Mas, bukannya kamu udah bilang kalau nominalnya udah sampai segini, kita bakal nikah lagi pula aku udah capek juga kerja, harusnya kan kita sama nabungnya, tapi aku rasa selama ini kamu nggak pernah ikutan nabung sama aku," Alesha memberikan jeda. "Kamu sendiri, Kamu sendiri yang bilang kita bakal sama-sama tapi nyatanya aku malah berusaha sendiri."
Devano berdiri dia menatap dalam ke arah Alesha kemudian mengusap wajahnya. "Jadi kamu nyesel nabung buat pernikahan kita, jadi kamu mau hubungan kita selesai? Aku udah bilang ya, aku bakal ketemu sama orang tua kamu, aku juga bakal ketemuin kamu sama orang tua aku, tapi nggak sekarang!"
"Terus kapan Mas, kapan? Aku udah 2 tahun loh ninggalin keluarga aku, mereka nggak tahu aku sekarang gimana, aku ninggalin dia karena aku nggak mau dijodohin sama orang lain, dan ketika aku udah milih kamu sebagai calon suami aku, tapi kamu nggak action apa-apa buat hubungan kita."
"Udahlah males bicara sama kamu, aku nggak mau berantem ya, mending kita pergi dulu Kita pisah dulu, kita ketemu lagi nanti sore bahas ini dengan kepala dingin."
"Tunggu, Mas-"
Devano tidak menghiraukan Alesha dia tetap pergi meninggalkan Alesha di cafe tersebut dengan keadaan sedih.
Alesha sendiri memilih untuk tidak membahas ini lagi, dia memilih kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaannya, walaupun hatinya sedikit sakit dengan pernyataan Devano kepadanya, dia sudah berusaha keras bekerja untuk menabung dalam pernikahan mereka tapi kenyataannya selama ini seolah-olah hanya Alesha yang berjuang menabung, sedangkan Devano salah tidak support dengan apa yang mereka lakukan padahal ini sudah jadi perjanjian mereka bersama.
Sesampainya di kantor Alesha kembali bertemu dengan Danisa, tapi kali ini waiah Danisa benar-benar sedih, dia keluar dari ruangan bos di kantor tersebut yang merupakan Ayah tirinya.
Alesha berjalan ke arah Danisa kemudian memegang wajahnya. "Nis kamu kenapa nangis?"
Danisa menatap sahabatnya itu, dia berdiri di hadapan Alesha kemudian menundukkan kepalanya dia meraih tangan alesha kemudian memeluk Alesha.
"Aku nggak apa-apa kok, aku aku cuma lagi sakit aja, aku tadi habis izin sama papa buat pulang, aku minta maaf ya kalau aku ada salah sama kamu," Alesha mendelik kenapa Danisa meminta maaf.
"Hei, kamu kenapa, kamu nggak ada salah kok sama aku, Kamu kenapa sih sebenarnya?" tanya Alesha kembali.
"Aku ... Aku nggak papa, aku cuma lagi capek aja, aku pulang dulu ya sekali lagi aku minta maaf!"
Alesha terdiam, ia menatap kepergian dari Danisa yang tampak berjalan menjauh darinya, Tak lama kemudian Devano juga tampak keluar dari ruangan yang sama dengan Danisa.
"Loh, Mas Devano, kamu juga habis keluar ya dari ruangan Pak bos, kok Danisa nangis sih Mas?" tanya Alesha merasa heran.
"Nggak apa-apa, dia lagi sakit tadi aku nganterin dia ke Pak Bos, buat minta izin
"Yakin?"
"Iya, oh iya aku mau minta pin dari dan kartu ATM tabungan kita," jawab Devano tiba-tiba meminta hal tersebut.
Alesha mengangkat alisnya. "Loh buat apa?"
"Nggak usah banyak tanya deh, aku mau ngecek aja nominalnya, kalau emang udah pas kita bakal nikah!"
"Tapi-"
"Kamu nggak percaya sama, Mas?" Wajah Devano tampak menatap dalam Alesha.
Alesha terdiam, dia menghela sejenak kemudian menimbang-nimbang apakah dia akan memberikan ATM tersebut kepada Devano, tapi dengan penimbangan yang matan akhirnya Alesha memberikan ATM tersebut, setelah memberikan ATM tersebut Devano pun menerimanya dan meninggalkan Alesha di begitu saja.
Setelah seharian bekerja akhirnya Alesha, pulang juga ke rumah, dia tidak bertemu sama sekali dengan Devano maupun Danisa sahabatnya, entah kemana mereka berdua pergi yang membuat Alesha sendiri bingung, dia berusaha menelpon nomor Devano tapi tidak ada jawaban dari sana, bahkan Danisa pun tidak menjawab teleponnya sehingga membuat Alesha yang sudah ada di rumah memilih tidur.
Dan tidak terasa tertidur sendiri akibat bosan menunggu telepon dari Devano.
•
•
•
TBC
Keesokkan harinya, Alesha bekerja seperti biasanya, dia ke kantor untuk bekerja memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang General Manager, tapi yang aneh hari ini dari semalam telepon dari Devano dan juga Danisa tidak bisa dihubungi.
Jelas ini membuat Alesha bingung kenapa mereka bisa tidak bisa dihubungi, secara bersamaan terlebih lagi sesampainya di kantor Alesha, tidak melihat sosok Devano maupun Danisa di mana-mana, jelas ini membuat Alesha bertanya-tanya kemanakah mereka terutama Danisa, yang kemarin sedih dan menangis.
Walaupun perusahaan ini adalah milik dari ayah tiri Danisa, tetapi posisi Danisa di sini hanyalah sebagai sekretaris dari Alesha yang merupakan General Manager di perusahaan ini.
"Mbak, ini Danisanya ke mana ya, saya soalnya mau ada meeting Mbak, Tapi kalau nggak ada Nisa sebagai sekretaris, Saya kan jadi pusing juga Mbak nih," ujar Alesha pada seorang Resepsionis.
Alesha tampak bertanya kepada seorang resepsionis yang biasa berjaga di lobby utama.
"Bu Alesha belum tahu ya, Mbak Danisa kan mau nikah hari ini, makanya nggak datang malahan akad nikahnya sebentar lagi lho Mbak, Pak ion saja tidak datang."
Alesha mengerutkan keningnya, bagaimana bisa Danisa sahabatnya sendiri yang dia kenal dekat menikah tanpa memberitahunya dulu bahkan Devano pun tidak mengabarinya, kalau Danisa akan menikah, padahal mereka bertiga Danisa, Alesha dan Devano sudah kenal lama selama 2 tahun ini dan bersahabat dekat.
"Pak Ion, juga nggak ada ya?" tanya Alesha berusaha memastikan.
"Iya Bu, kan Pak Ion bakal jadi wali nikahnya Mbak Danisa, makanya dia nggak datang."
"Kalau boleh tahu, Danisa nikah sama siapa ya?" Alesha kembali bertanya karena selama ini Danisa tidak pernah mengenalkan siapa pasangannya.
"Loh kok Bu Alesha, nggak tahu sih, Mbak Nisa kan nikahnya sama Pak Devano!"
Jawaban tersebut seketika membuat Alesha bingung, Dia membeku seketika tidak bisa bergerak dan kaku mendengar jawaban itu, bagaimana bisa Danisa menikah dengan Devano secara tiba-tiba, tanpa mengabarinya dulu.
Alesha sejenak berpikir positif. "Mbak jangan ngada-ngada deh, masa Danisa nikah sama Mas Devano."
"Ih bu Alesha mah nggak percayaan, coba deh ke kediamannya Pak Ion, pasti ibu ketemu mereka tuh lagi akad nikah, ini lagi live streaming akad nikahnya anak-anak kantor pada liat!"
Resepsionis tersebut menunjukkan monitor hp-nya kepada Alesha dan benar saja dalam monitor tersebut terlihat secara langsung akad nikah dari Danisa dan juga sosok pria yang sangat alesa kenali yaitu Devano, calon suaminyam
Melihat itu membuat Alesha segera bergegas keluar dari kantor, dia masuk ke mobilnya kemudian menjalankan mobilnya menuju tempat akad nikah tersebut, dia akan meminta penjelasan bagaimana bisa ini semua terjadi di belakangnya sendiri, sesampainya di tempat akad nikah tersebut, Alesha langsung masuk ke dalam tetapi dia telat karena semua pengisi acara dalam acara akad nikah tersebut sudah mengucap kata 'SAH' menjadi tanda bahwa Devano dan Danisa sudah sah menjadi suami istri.
"Nggak sah!" ujar Alesha tiba-tiba yang membuat semua mata memandang ke arahnya.
Sebenarnya Alesha telat mengucapkan kata tidak sah itu, tapi air matanya sudah berjatuhan tidak terbendung lagi, kekacauannya sudah tidak terbendung lagi melihat pernikahan sahabatnya dan juga calon suaminya.
Beberapa orang satpam rumah itu berusaha menahan Alesha yang membuat Alesha memberontak dan berteriak. "Maksud kamu apa Mas, kenapa kamu nikahin Danisa bukannya aku, yang harusnya nikah sama kamu!"
Devano berdiri dia meminta satpam itu melepas Alesha, kemudian dia menghampiri Alesha dan menenangkan Alesha. "Dengerin dulu Sha, semua bisa aku jelasin."
"Apa! Kamu mau ngejelasin apa? ngejelasin kalau kamu nikah sama sahabat aku sendiri, ternyata kalian berdua begini ya di belakang aku?"
Air mata Alesha sudah tidak terbendung lagi, ekspresi wajahnya tampak memancarkan kekecewaan yang sangat kecewa, hatinya tampak patah, rapuh dan semuanya sudah kacau, keinginan berupa berumah tangga dengan Devano, luluh lantak, sia-sia sudah semua usaha yang menabung untuk pernikahannya, sudah sirna sudah, untuk apa lagi dia mempertahankan semua ini bekerja keras selama 2 tahun untuk menikah dengan calon suaminya tapi ternyata calon suaminya malah menikahi sahabatnya sendiri.
"Kamu Nis!" Alesha menunjuk Danisa. "Tega kamu Nis! sama aku, Kamu tahu kan aku sama Mas Devano udah nabung buat Nikah, tapi kenapa kamu tipu aku gini!"
Danisa berdiri, dia berjalan ke hadapan Alesha dan menundukkan kepalanya. "Maafin aku, maafin aku."
Alesha memegang kedua pundak Danisa, kemudian mengguncang-guncangkan sahabatnya it, dia merasakan kekecewaan dalam batinnya yang sudah tidak terbendung lagi. "Kamu tega Nis! Aku kecewa sama kamu, aku nyesel kenal sama kamu, aku benci sama kamu, aku nggak nyangka kamu giniin aku! Aku menyesal udah kenal sama sahabat kayak kamu!"
"Maafin aku ... maafin aku."
Alesha semakin brutal mengguncangkan bahu Danisa yang membuat Devano segera melerai mereka, Devano kemudian memisahkan Danisa dan Alesha yang membuat Devano langsung memeluk Danusa agar terhindar dari amukan Alesha.
"Udah stop! Stop lebih baik kamu pergi dari sini!" ujar Devano menunjuk Alesha.
"Tapi, Mas-"
"Aku bilang pergi!" Devano berteriak dengan nada tinggi yang membuat Alesha tersentak, untuk pertama kalinya dia dibentak oleh Devano. "Danisa sekarang mengandung anak aku aku nggak bisa kalau nggak nikahin dia, kamu harus paham posisi aku cinta juga nggak bisa dipaksakan aku udah nggak cinta lagi sama kamu!"
"Setelah semuanya kamu bilang nggak cinta sama aku?"
Devano ingin menjawab tapi Alesha terlanjur pergi dari sana, ia sudah sangat kecewa dalam satu hari ini dia dikhianati oleh dua orang sekaligus, dua orang yang paling dekat dengannya, dan dua orang dia sayangi sahabatnya dan juga kekasihnya.
•
•
•
TBC
Minta Dikeroyok sih Devano~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!