NovelToon NovelToon

Aku Si Perawan Tua

Bab. 1 Rere

Hari yang sangat melelahkan seperti biasa untuk seorang wanita seperti Rere, yang mana berusia matang yaitu 32 tahun.

Meskipun usia telah melampaui batas untuk menikah tetapi status masih single. Meski teman seusianya, telah menikah dan memiliki anak. Tapi untuk Rere sendiri dia lebih nyaman dengan kesendiriannya.

Rere bekerja disalah satu Bank terkemuka di negeri ini, dia memiliki jabatan yang cukup diperhitungkan. ya Rere memiliki jabatan Manger dibagian Operasional.

Ia pun telah menyelesaikan pendidikan di jenjang PHD di universitas ternama di jakarta. Untuk pekerjaan, ia termasuk wanita yang hebat, jika dilihat dari posisi karirnya saat ini.

Rere wanita yang cerdas dan untuk pekerjaan dia termasuk wanita karir yang sukses meski begitu Rere termasuk wanita yang sangat mandiri sejak masih sekolah dan terbawa sampai sekarang.

Terbukti meski sibuk Rere menyempatkan diri memasak, menyuci bahkan menyetrika pakaian kerjanya sendiri. Lalu menyapu dan mengepel rumah tentu saja dengan jadwal yang dia buat setiap hari.

Rere sudah terbiasa berhemat, ya menurut Rere daripada mengeluarkan uang untuk ini dan itu, lebih baik dia kerjakan sendiri. Toh sekarang jaman telah modern, mencuci dibantu dengan mesin, memasak pun sudah tidak repot seperti jaman ibunya dulu yang harus memakai kayu atau kompor minyak.

Sekarang sudah menggunakan kompor gas, bisa juga dibantu oleh listrik. Untuk menyapu dan mengepel sudah ada alat yang menurut Rere sangat simple dan mudah di kerjakan sendiri.

Bagi Rere, untuk apa membuang uang hanya untuk menyewa seseorang untuk mengerjakan semua itu, sedangkan ia masih dapat menghandle seluruhnya.

...****************...

Pagi ini seperti biasa sebelum bangun dari tempat tidur, saat adzan subuh berkumandang, Rere sebelum mandi dan sholat subuh terlebih dahulu memikirkan, tentang apa yang ingin dilakukan hari ini dan akan ia kerjakan.

Rere terdiam diatas tempat tidurnya dengan melipat kaki dan meletakan dagu diatas lutut, ia selalu mengawali hari seperti ini.

Setelah 5 Menit ia bangun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi, untuk membersihkan diri dan berwudhu.

Selesai sholat ia menyiapkan roti bakar yang diolesi selai strawberry dan juga teh hangat. Setelah itu Rere mempersiapkan tas beserta isi yang akan ia bawa ke kantor.

Sungguh hari yang sangat menyebalkan, ia tidak lupa, jika hari ini adalah senin, pertama di bulan Desember.

...****************...

"Oh ya Allah, kenapa ban mobilku kempes, ya?" gerutu Rere, saat dirinya telah sampai di halaman parkir apartemen. ya ini hal yang menyebalkan kedua menurut dia.

"Hem, fine! lebih baik aku naik kereta saja" tambahnya.

Dan Rere tidak ingin memesan transportasi online, menurut Rere itu mahal dan lagi hari masih sangat pagi. Lagipula kantor tempatnya bekerja dekat dengan stasiun kereta api tersebut.

Dan kini ia telah sampai di gedung tempatnya bekerja. Rere bergegas menuju ke pantry, di sana sebagian rekan kerja juga sudah sampai.

Mereka sedang membicarakan libur tahun baru dengan keluarga masing-masing. Rere mendengar ada yang berencana pergi dengan pacar, suami, teman nongkrong dan adapula dengan keluarga besar.

Rere hanya menyimak, tangannya sibuk menggunakan makeup dan menyiapkan diri untuk bekerja.

"Bu Rere rencana tahun baru ingin pergi kemana?" tanya Dina salah satu rekan kerja.

Panggilan bu memang selalu ia gunakan. Walaupun usianya satu tahun diatas Rere. Bekerja pun lebih dulu, ya bisa dikatakan senior.Mengingat Rere adalah managernya.

Rere sering protes dan melarang menyebutnya seperti itu. Tapi Dina saat itu menjawab, "Kamu tetap bos aku, bu Rete. Jadi sudah seharusnya seperti itu, di dunia kerja senior dan junior, tidak penting sebab kita tidak tahu siapa yang akan naik jabatan terlebih dahulu"

**

"Aku seperti biasa tidak pergi ke mana-mana din! palingan pulang kerumah ibu, ingin tahu keadaannya" jawab Rere sambil senyum.

Mengatakan itu membuatnya teringat dengan sang ibu yang mana tinggal disalah satu kota, dekat dengan jakarta, jaraknya hanya sekitar 2 jam dari apartemennya.

"Oh, emang tidak ada niat hangout sama calon gitu" sambil senyum menanyakan hal yang sudah tahu jawaban nya.

"Hem... punya calon saja belum" jawab Rere malas.

"Lah, emang tidak ada niat untuk mencari dan membuka hati?, jangan sibuk kerja terus, waktu semakin hari semakin membuat usia kita bertambah. Karir penting, tapi berumah tangga jauh lebih penting, sorry bukan mau menggurui, tapi kita juga butuh seseorang, untuk melengkapi hari kita yang kadang rumit, dan saat kita tua nanti, butuh anak dan cucu untuk menghibur" Rere hanya diam saat diberi nasehat.

"Jangan sampe saat tua nanti tetap sendiri. Aku tidak tahu kesedihan apa yang membuat bu Rere, memilih tetap single sampai sekarang, padahal wajahmu sangat cantik dan kulit putih. Secara fisik ya termasuk pengikat pria- pria kaya mendeket, karir dan pendidikan juga lumayan malah wow dan bu Rere termasuk wanita cerdas" tambah Dina.

"Please deh panggil Rere saja dan jangan terlalu formal. Jika kita berdua, risih dengarnya" kembali Rere protes.

"Tapi aku mengucapkan thanks you so much sudah diingatkan, jujur itu sampai ke hatiku dan aku terenyuh. Din!" lanjutnya.

"Hahaha,,, lah, kan. Bu Rere atasanku dan sekarang kita di tempat kerja" sahut dina.

"By the way, apa bu Rere mau aku kenalin dengan temen suamiku atau temen-temanku di Universitas, mereka masih ada yang single" tambahnya.

"Hm... tidak perlu, aku ingin mencari sendiri belahan jiwaku, meski tidak tahu ada di mana sekarang. Tapi aku percaya suatu saat nanti kami akan bertemu. Dan kesendirianku, bukan karena trauma karena mengalami kesedihan tentang cinta atau karena aku fokus kerja. Tapi memang belum dipertemukan saja" jelas Rere.

"Ok deh, aku berdoa semoga bu Rere menemukan pria yang tepat dan di waktu yang tepat" doa Dina terdengar tulus.

"Terima Kasih ya Dina, selesai makeup, aku ingin ke ruanganku, ya" Rere ijin dan sahabatnya itu setuju.

"Istirahat keluar atau makan di pantry? " tanya dina

"Aku bawa bekal, jadi aku makan siang di pantry saja" jawab Rere sambil senyum dan dina menggeleng kepala, ia tahu sahabatnya itu sangat hemat dan pandai mengatur keuangannya, tidak heran jika Rere termasuk wanita kaya.

Selain bekerja di bank sahabatnya juga memiliki butik pakaian dan hijab. Ia pun membuka banyak cabang dibeberapa kota.

...****************...

Menurut Rere pembicaraan tentang pernikahan dengan dina adalah hal yang menyebalkan, bukan tanpa sebab, ini kali ketiga sahabatnya membahas sesuatu yang sama.

Pertanyaan kapan menikah adalah sesuatu yang sangat melelahkan menurut, karena ia sendiri tidak tahu jawabannya. Itu rahasia Tuhan, sebagai manusia ia hanya bisa menjalankan takdirnya saja.

Andaikan saja mereka tahu, sejujurnya Rere pun sedih dengan apa yang ia jalani saat ini.

Walau begitu, menurutnya pernikahan adalah fase yang sangat serius, ia tidak ingin mempermainkan suatu hubungan sakral.

Ia pun berharap ingin menikah sekali seumur hidup menghabiskan sisa hidup bersama belahan jiwanya kelak dalam arti tidak ingin adanya perceraian.

Mungkin ini yang membuat Rere terlihat sangat selektif terhadap pria yang mencoba memasuki hidupnya dan cara pandang juga berpikir Rere memang rumit.

...****************...

Jam sudah menunjukan 12 siang dan ia segera menghentikan pekerjaan, lalu menuju ke pantry ingin makan siang, sholat dan tidur sejenak di mushola kantor.

Walaupun 15 menit cukup menurutnya dan ada beberapa rekan kerja yang juga melakukan hal yang sama. Saat sedang memejamkan mata, suara ponsel berdering.

Rere menatap layar, membuatnya mengerutkan kening saat melihat kontak baru mengirimkan pesan.

Sebenarnya malas membuka pesan, diwaktu istirahat seperti ini. Rere mulai membaca

(selamat siang Bu Rere, saya Riki dari PT Erlangga Nusantara Corporation, besok pukul 10 pagi, saya mengundang ke perusahaan kami. Setelah mempelajari email yang telah dikirimkan, tentang proposal materi produk bank dari bu Rere. Atasan kami tertarik ingin mengetahui lebih banyak tentang produk bank tersebut secara langsung, saya tunggu konfirmasi dari bu Rere dengan segera dan terima Kasih)

"Hah... ya allah" bola mata nya membesar menatap layar itu, lalu duduk dan segera membalasnya

(Baik Pak, saya akan persiapkan materi program dan juga produk bank yang akan saya persentase besok dan terima Kasih kembali)

"Bagaimana apa dia membalas pesanmu" tanya seorang pria yang mana duduk di kursi kebesaran dengan menatap ke assisten, sekaligus orang kepercayaannya itu.

"Bu Rere mengkonfirmasi, jika dia akan datang besok" jawab Riki

"Bagus, kosongkan scheduleku, aku ingin ikut meeting, untuk melihat Rere" tegasnya dengan tersenyum sulit untuk dipahami.

"Baiklah pak, aku ingin kembalik ke ruanganku, jika ada hal lain hubungi aku" ucap Riki tapi tidak ada respon, pria itu sibuk dengan pikirannya sendiri, terlihat bibirnya tersenyum.

...****************...

Sementara Rere menghubungi Dina memberitahukan pesan yang baru saja ia terima dan berhasil membuat gigi putihnya mengiringi karena sejak tadi tersenyum lebar.

Bagaimana tidak, ia sangat bahagia bisa diundang untuk mempersentasikan produk bank disebuah perusahaan besar di Asean.

Rere sangat berharap perusahaan ini, mempercayakan dana mereka, untuk disimpan di bank tempatnya bekerja.

Jika itu terjadi, ia yakin atasan yang selalu menekannya dengan target akhir bulan sekaligus akhir tahun, pasti akan tersenyum lebar.

"Ya Allah, permudahkan urusanku besok" begitulah doa Rere, sebelum meninggalkan mushola letaknya berada di pantry, ia melihat jam dilengan telah menunjukkan, saat ini waktunya untuk kembali bekerja.

Rere bergegas keruangan kerja dan menatap komputer, lalu meraih telepon kantor dab kembali Dina.

Bukan hanya sahabatnya, Rendi yang juga bawahannya pun diminta segera datang keruangannya dan tidak menunggu lama mereka mengetuk pintu.

"Masuk dan duduklah!" kata Rere.

Kemudian ketiganya membahas materi yang akan dijelaskan besok dan apa saja yang dibutuhkankan diminta untuk segera disiapakan oleh keduanya.

Cukup lama sampai tidak terasa sudah 4 jam mereka berada di ruangan Rere. Sesekali mereka menghubungi bagian development. Untuk mempersiapkan gift juga brosur dan lainnya.

Tepat jam 5 sore waktunya pulang. Setelah merasa cukup untuk persiapan besok. Rere memutuskan untuk mengakhiri meeting.

"Bu Reni besok ke PT Erlangganya jam berapa? " tanya Rendi setelah selesai merapihkan berkas materi.

"Pak Riki meminta jam10 pagi. Jadi sebelum waktu tersebut, kita semua harus berada di sana, mengerti?" sahut Rere

"Ok! bu Reni siap! sekarang kita pulang, semoga besok mendapatkan hasil maksimal, dan bu Reni ikut juga kan" sambung Dina.

"Tentu saja, Din!" sahut Rere.

"Semangat ya untuk kalian" ujarnya lagi.

"Bu Rere sumringah sekali" celetuk Rendi dan dibalas senyum manis tanpa jawaban.

Dina juga Rendi meminta Rere pulang bersama mereka. Tapi wanita itu menolak dengan alasan ingin jalan kaki, sambil olahraga karena ia tidak ada waktu. Untuk menyempatkan diri ke tempat gym ataupun berlari kecil saat weekend.

"hhhmm... Kira-kira mobil ku udah ready belum, ya?" Rere bermonolog di dalam hati

Rere berharap, saat besok dirinya pergi ke perusahaan Erlangga, membawa mobilnya sendiri, malas, jika harus menggunakan mobil kantor.

Rasanya kurang nyaman jika harus diantar oleh driver. Rere meraih ponsel yang ada di tas dan mendialnya.

Lalu menghubungi bengkel yang mana membantu, memperbaiki mobilnya itu dan dari seberang sana memberitahukan, bahwa mobilnya telah selesai.

Rere semakin bahagia dan menganggap senin kali ini berbeda dalam arti hari yang menyenangkan.

Segera Rere meminta mobilnya di antarkan ke apartemen dan ia akan membayar bill melalui m-banking.

Setiap mobil kesayangannya itu bermasalah. Rere selalu menghubungi bengkel langganan, itu karena pemiliknya adalah sahabat Rere saat kecil. dan semua montir bengkel pun telah mengenalnya. Sesekali sahabatnya itu, mengajak Rere diajak berkunjung ke sana.

Flasback

Nama Pemilik Bengkel itu adalah Geri, mereka bersahabat sejak kecil. Walaupun pernah hilang komunikasi, setelah Rere dan keluarga memutuskan pindah.

Sebelum ayahnya meninggal dunia. Mereka saat itu tinggal disalah satu kota di Jawa Tengah, saat ayahnya bekerja sebagai pengurus Bus di sana.

Namun dikala sang ayah sakit kritis, kedua orang tuanya, memutuskan pulang ke kota asal yang berada di Jawa Barat.

Awal pertemuan keduanya, saat itu Rere berusia 22 tahun dan masih bekerja sebagai customer service di kantor cabang.

Geri datang untuk mengurus kartu debit yang tertelan di mesin ATM. Rere tidak menyangka sahabatnya itu masih mengenalinya.Padahal waktu sudah berlalu lebih dari 8 tahun.

Geri berucap saat itu, jika dirinya tidak berubah masih terlihat mungil dan cantik. Sehingga mudah baginya mengetahui, jika customer service dihadapannya adalah sahabat masa kecilnya dan aku tertawa mendengar itu.

Padahal ia tahu Geri melihat kartu nama yang terpasang di seragam kerjanya dan Rere mengaku pernah tinggal di kota yang sama seperti nasabah ini.

Kemudian mereka pun berbincang, mengenai banyak hal, saat itu keadaan outlet sepi. Geri datang saat jam istirahat, yaitu sekitar 12:00 pm.

Sejak pertemuan itu Geri meminta kontak juga akun sosial medianya. Tentu saja Rere dengan senang hati memberikan itu.

Geri membuka galeri photo yang Rere unggah, di sana ada photo salah satu photo sahabatnya saat berusia 8 tahun. Lalu Geri memberikan komentar "Hai sahabat cantikku, akhirnya kita bertemu lagi"

Jika mengingat itu Rere tersenyum dan berpikir betapa cepatnya waktu berlalu dari saat ia masih kecil.

Kemudian menyelesaikan sekolah tingkat Atas. Hingga ia ingat saat remaja, siang bekerja di minimarket dan malam pergi ke kampus. Rere sangat bersyukur, sebab mampu menyelesaikan pendidikannya dari sinilah ekonomi keluarga berubah.

Flasback selesai

Tanpa terasa dia sudah sampai di stasiun tujuan. Lalu ia berjalan dengan langkah cepat menuju ke apartemen.

Bola mata Rere membulat sempurna, saat mendapati Geri berdiri di dekat mobilnya.

Geri melambaikan tangan ke arah Rere dengan senyum yang sama, hangat dan manis.

Bab. 2 Numpang Makan

Geri menghampiri Rere, lalu menyerahkan kunci mobil milik temannya itu.

"Baru pulang cantik?" tanya pria tampan dengan postur tubuh ideal, tinggi 180cm dan warna kulit sawo matang

"Hhhmm... iya" jawab Rere.Wanita ini tersenyum malas.

"Kenapa kamu yang mengantarkan mobilku, Geri?" sambungnya.

"Kangen sama kamu, Re." jawab pria itu, dengan tangannya mencubit pipi Rere.

"Ih, apaan sih" wanita itu menepis dengan wajah tidak suka.

"Terima kasih! tapi sekarang kamu pulang, ya! ehm, matahari akan tenggelam, itu tanda sebentar lagi maghrib." Jelas Rere.

Setelah mengatakan itu, ia pun segera melangkah menuju ke lobby apartment.

Namun ia menghentikan langkah saat mendapati sahabatnya berjalan melewati dirinya dengan langkah panjang.

"Loh, ingin pergi kemana kamu, Geri?" tanya Rere.

"Tentu saja, ke unit apartment kamu, sudah 1 jam menunggumu datang, masa aku langsung cabut aja. Ngomong-ngomong kamu dari mana? Em, aku curiga jangan-jangan kamu pergi ngedate, ya? sama siapa? ayo cerita!" canda Geri sambil menatap ke belakang dan memainkan alisnya ke atas.

Akan tetapi reaksi Rere justru memperlihatkan ekspresi sinis, bahkan melayangkan tangan pelan ke lengan sahabatnya itu.

"Seorang Geri menunggu satu jam? aku tidak percaya" katanya.

"Terserah kamu percaya atau tidak! yang jelas sekarang perutku lapar. Itulah kenapa aku ingin ke unitmu, Re!"

Rere mengabaikan pria ini, ia justru mempercepat kakinya ke arah lift, setelah keduanya masuk ke lobby gedung apartemen.

"Aku tidak nyaman jika ada yang melihatmu datang ke apartemen, khuatir mereka berpikir yang aneh-aneh. Sebaiknya kamu tunggu di sini. Aku mandi hanya sebentar, setelah itu kita makan di luar. Ok!" pinta Rere sambil menekan tombol lift.

"Tega sekali kamu Rere! padahal aku telah lama menunggu di parkir. Kenapa kamu justru meninggalkan aku disini. Jika pun ada yang melihat kita memang kenapa? lagian aku tidak akan berbuat macam-macam di apartement kamu" tegas Geri.

Ia pun masuk ke dalam lift, Rere menghela nafas panjang dengan menatap menggunakan ekor matanya.

"Suruh siapa masuk Geri"

Keduanya kembali berdebat, dan tanpa mereka ketahui, tidak jauh dari sana berdiri seseorang yang mana mengepalkan tangannya dan raut wajah tampak menahan emosi.

Tidak lama pintu lift tertutup dan pria itu membalikan tubuh dan berjalan keluar lobby utama dan menuju ke arah mobil dengan ekspresi sulit dijelaskan.

"Ah Sial" katanya dalam hati.

Kemudian ia masuk ke dalam kendaraan itu. Tanpa diminta pria yang saat ini duduk di kursi pengemudi menghidupkan mesin dan mobil ini perlahan meninggalkan area apartment ini.

"Riki! Apakah benar laporan kamu yang mengatakan jika Renia masih sendiri sampai saat ini? tanya pria itu.

"Benar saya sudah mencari tahu tentang nona Renia" jawab Riki, tetap fokus dengan jalanan yang ada di depan.

"Aku ingin kamu memastikan lagi dan cari tahu tentang hubungan mereka berdua" tambah pria yang duduk di belakang pengemudi dengan suara tinggi.

"Baik" jawab Riki. lalu mengarahkan mobil ke arah kiri menuju kawasan apartemen mewah yang ada di kota Jakarta.

Setelah sampai di basement sebuah gedung apartemen. Pria ini keluar dari mobil dan berjalan ke arah Lift dan masuk ke dalamnya.

Kemudian kotak besi itu bergerak ke atas sesuai dengan angka yang telah ditekan oleh pria ini. Tidak perlu menunggu lama ia telah sampai di depan unit penthouse miliknya.

Lalu ia membuka pintu dan kini telah berada di dalam kamar, ia berteriak sambil menarik rambut. Setelah itu melepaskan kancing kemeja yang digunakan.

Raut wajah masih sama mengerikan, terdengar deru nafas panjang juga berat. Pria ini menghempaskan diri ke tempat tidur.

Matanya menatap kosong ke arah langit kamar dengan tangan ia rentangkan. Pria ini kembali teringat dengan kejadian di lift apartemen Rere.

Kepalanya terasa berdenyut, pria ini duduk secara tiba-tiba. Setelahnya kembali berteriak, ia meraih apa yang ada di atas nakas dan menjatuhkan ke atas lantai sebagai pelampi*san kemarahan yang sejak tadi mengganggu hati dan pikirannya.

Kemudian ia bangkit dan mendekati dinding, lalu melayangkan tangan beberapa kali dengan terus berteriak.

"Apakah aku terlambat Re? siapa pria yang bersama denganmu itu?" katanya dengan mengepalkan tangan yang mana mengeluarkan d*rah.

Belum juga reda ia pun berjalan ke arah lemari dan kembali mengepalkan tangan, lalu melesatkan dengan keras, membuat kaca lemari hancur berserakan di lantai kamar.

Setelah itu ia pun terdiam dengan nafas semakin berat. Amarahnya belum dapat ia kontrol.

"Rere...sayangku" katanya, ia menjatuhkan diri dan melipat kakinya, terdengar tangis pilu menggema di dalam kamar. Setalah dua puluh menit, pria ini mulai tenang.

Ia pun membersihkan diri dari noda merah yang meluncur dari sela-sela jemari. Lalu meraih kota medis dan mengobati lukanya sendiri.

****************

Satu jam setelahnya

Ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggang, rambut basah dan telapak tangan telah dibalut oleh perban.

Kemudian ia berjalan secara perlahan ke arah work in closet dan meraih pakaian satu set. Beberapa menit kembali keluar dari ruangan itu juga kamar pribadinya.

Tanpa menunggu perintah mbok ijah memiliki inisiatif untuk memasuki kamar majikannya itu dan membereskan kekacauan yang ada di dalamnya.

Sedangakan Pria itu kini telah berada di ruang tamu dan di sana duduk Riki dengan tenang.

"Kita ke apartemen Renia lagi, ayo! aku ingin memastikan apakah pria itu masih berada di sana atau telah pergi" ujarnya.

Lalu ia pun kembali berjalan dan assistennya ini bangkit dari sofa, lalu mengikuti sang bos dan keduanya telah masuk ke dalam lift.

Setalah dua jam perjalanan, mobil sport mewah kembali terparkir tepat di depan apartemen Rere.

Riki menatap atasannya itu dari spion dalam mobil. Jelas terlihat olehnya, atasannya itu menatap lekat apartemen sederhana.

"Bos, apa anda tidak lapar? Sebaiknya kita pergi ke restaurant dekat-dekat sini. Setelahnya kita kembali ke tempat ini lagi. Bagaimana setuju tidak?" tanya Riki memecah kesunyian.

Akan tetapi atasannya itu justru hanya diam, dia masih menatap ke arah lobby apartemen. Riki bertanya sekali lagi.

"Kamu pergi cari makan atau pesan lewat aplikasi di ponselmu saja Riki, aku tidak ingin pergi dari tempat ini" jawabnya.

"Baiklah tapi pak Adit, ingin makan apa? nanti akan aku balikan juga" tanya assistennya itu.

"Kamu saja, saya tidak lapar" sahut Adit.

"Ok, pak permisi" balas Riki

Pria ini juga memiliki paras tampan dan tinggi sekitar 182 cm dan hidung mancung kulit putih, usia 32 tahun.

Setelah itu Riki keluar dari dalam mobil dan berjalan ke arah gerbang.

****************

Sementara itu di dalam unit apartment Renia, dua orang sedang melahap beberapa menu makan malam yang mereka masak berdua.

"Selesai kamu makan, kamu sholat maghrib di ruang tamu. Setelahnya silahkan pulang" ketus nya.

"Ya allah cantik, kenapa bicaramu ketus seperti itu sih? Memang tidak iklas, ya? Lihat mulutnya juga manyun. Padahal aku udah bantuin memperbaiki mobil kamu, Re! Jika tidak mungkin masih mangkrak di bengkel" gerutu geri.

"Aku yakin itu hanya klaim dari kamu saja! mana mungkin itu terjadi, aku yakin staff bengkelmu yang telah membantuku" jawab Rere ketus dengan menjulurkan lidah.

Geri tidak marah justru menurutnya, wanita ini terlihat imut dan juga menggemaskan.

Tiga menit kemudian

Setelah sholat Geri menghampiri Rere di meja makan, sambil mencubit pipi sahabatnya itu yang berisi makanan yang masih ia kunyah.

"Sekarang giliran kamu, sholat sana, Re!" ucap Geri.

"Jangan sentuh aku, ingat kita bukan muhrim. Hem, aku sedang berhalangan jadi absen sholat" jawab rere, tangannya meraih ayam goreng dan memasukan ke dalam mulutnya.

"Oh" jawab Geri. Lalu ia duduk di kursi yang ia duduki sebelumnya.

"Jika kita bukan muhrim, kenapa tidak kita rekatkan saja, agar menjadi muhrim?" balas Geri dan kembali mencubit hidung Rere.

"ih, apaan sih kamu Geri dikasih tahu malah ngeyel. Ingat dilarang cubit-cubit, bisa jadi kamu naksir aku loh nanti" omel Rere sambil melirik tajam Geri yang menurutnya menyebalkan.

"Lah memang aku telah lama suka dan cinta dengan kamu , Re! Aku pun selama ini menunggumu dan berharap menjadi imam dalam rumah tangga kita kelak!" sambil mengacak-acak hijab Rere dan ia pun terkekeh.

"Geri, jangan bersikap seperti ini, tolong hargai hijabku. Aku bukan Rere yang dulu lagi, sekarang aku telah mengenakan penutup kepala dan ingat batasanmu" omel Rere dengan mata membulat sempurna.

Geri meminta maaf ia berkata jika dirinya hanya becanda dan belum terbiasa dengan perubahan Rere.

Sebelumnya Rere tidak mengenakkan hijab dan Geri terbiasa mengacak-acak rambut sahabatnya itu.

"Sebaiknya kamu minta maaf kepada Allah dan mulailah terbiasa dengan penampilanku ini Geri!" sahut Rere

"Iya, astaghfirullahalazim, ya Allah ampuni hamba-Mu ini ya rob" Geri mengadahkan tangan ke atas, lalu mengusap wajahnya sendiri.

"Kamu pulang kerja jam berapa Geri? tadi udah nongol aja di depan apartemen gw" tanya Rere dengan tatapan serius.

"Hari ini aku cuti, cantik. Jadi saat Rizal memberitahukanku bahwa mobil kamu telah selesai kami service, ya sudah aku antarkan saja" balas Geri.

"oh" jawab Rere singkat.

"Aku bereskan sisa makan malam kita, kamu bisa tunggu di ruang tamu. Setelahnya aku antarkan hingga ke lobby" kata Rere dengan bangkit dari kursi dan meraih piring kotor.

"Aku bantu ya Re?" kata Geri.

"Jangan!"

Lalu Rere berkata sekali lagi agar sahabatnya menuruti apa yang ia ucapkan tadi.

"Baiklah! Padahal akan ringan jika dilakukan berdua!" Geri berkata dengan bangkit.

Kemudian Rere membereskan apa yang ada di atas meja makan, lalu membersihkan peralatan makan.

"Bawa makanan ini ke bengkel untuk teman-temanmu di sana Geri!" kata Rere.

"Tidak aku lelah karena seharian berada di bengkel dan aku pun kenyang, sekarang mengantuk" balas Geri.

"ya sudah pergi sana!" ketus Rere.

"Perasaan sejak tadi kamu mengusirku, Re?" sahut Geri sinis.

"Ini udah malam. Aku tidak enak hati, jika ada pria berada di unit apartmentku, bagaimana pendapat para tetanggaku nantinya?" jawab Rere sedikit kesal.

"Siapa yang kenal kamu, memangnya Rere" ledeknya sambil senyum dan hampir menyubit pipinya tapi di tepis Rere.

"Eh, maaf aku lupa" Geri tertawa kecil.

"Pulang-pulang" kembali Rere mengusir sahabatnya itu.

"Ya elah Re, ini baru jam 9 malem lagian gw masih kangen kamu " ujar Geri.

Wanita ini berkaca pinggang, Pria itu kembali berucap, "Iya, aku pulang sekarang. Terima kasih atas makan malamnya dan bye cantik" sambil senyum menyebalkan.

Ia pun berjalan ke arah pintu diikuti oleh Rere. "Ok bye" jawab Rere sambil menutup pintu apartemen nya.

****************

Dari luar apartemen sepasang mata yang penuh tanya dan menahan amarah menatap Geri yang mana keluar dari Lobby utama.

Bertepatan dengan itu Riki juga kembali dari makan malam, ia pun masuk ke dalam mobil dan menoleh ke arah belakang.

"Pak Adit, kita ikuti dia atau pulang" tanya Riki.

"Apa harus bertanya?" jawab Adit dengan tatapannya masih mengarah ke Geri yang mana memasuki mobil online yang dia pesan.

Riki menatap spion dalam mobil sebelum menjalankan kendaraan ini. Jelas tampak atasannya itu menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong.

"Rere siapa dia, apakah dia suami kamu. Lalu ingin pergi kemana dia setelah keluar dari apartemenmu tadi. Hem apa mereka sepasang kekasih?" batin Adit bermonolog.

Berulang kali selalu ditanyakan dan masih belum mendapatkan jawabannya.

"Kenapa lama sekali pria itu berada di apartemen Rere apa yang lakukan di sana?" tambahnya masih dalam hati.

"Pak dia masuk tol arah keluar Tangerang" ujar Riki

"Tetap ikuti dia" jawab pria itu tanpa mengalihkan pandangan.

Empat Puluh menit berlalu.

"Pria itu masuk ke dalam rumah ini pak Adit, sepertinya dia tinggal di sini" ujar Riki

"Itu artinya mereka bukan pasangan suami istri" gumam Adit. Ekspresi dan juga raut wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Kita pulang sekarang" perintahnya singkat dan Riki mengangguk.

Bab. 3 Ayah Rere Kangen

Setelah sahabat yang menurut Rere menyebalkan itu pulang. seperti biasa Rere menyendiri di kamar dan hanya di temani oleh komputer dan hp untuk menyelesaikan pekerjaan atau mengecek usaha butik yang dia miliki, para pekerja butik yang di pekerjakan oleh nya seperti biasa melaporkan hasil penjualan setiap hari selesai closing malam dan juga melaporkan pengeluaran bon melalui email. setiap malam sebelum tidur Rere mencoba mengecek usaha kecil nya di bidang fashion itu.

Dia menjual baju dan hijab di butik dan juga toko online di seluruh aplikasi e-commerce yang ada di negara nya itu. Rere mengecek dengan teliti laporan penjualan dan laporan stock yang ada di butik yang dia miliki baik yang di jakarta maupun cabang yang dia miliki di kota lain total butik yang dia miliki sebanyak 3 butik, setelah selesai mengecek semua pendapatan dan juga pengeluaran dia membuka m-banking butik untuk menyamakan data yang telah di Terima sesuai atau tidak.

dddrrrrtttt dddddrrrttt ddddrrttt

Hp lain yang Rere miliki bergetar terlihat ada pesan masuk melalui aplikasi percakapan bergambar gagang tlp berwarna hijau. Rere memiliki 2 hp khusus untuk bisnis dan juga hp untuk pekerjaan nya di bank. sekilas Rere melihat siapa yang mengirim pesan. dan ya dia Geri. dengan menarik nafas dalam Rere membaca pesan masuk itu.

(Rere aku udah sampe rumah, met tidur cantik)

Rere hanya membaca tanpa membalas pesan Geri. dia melanjutkan pekerjaan yang sempat terhenti itu dengan teliti mengecek stock in dan stock out Baju dan Hijab. di data stock in ada tambahan akaesoris yang dia beli dari para pengrajin di daerah bandung. Rere terbiasa bekerja sama dengan para pengusaha umkm di bidang fashion dan juga para pengrajin yang ada di daerah. oleh karena nya saat weekend dia kadang pergi ke daerah jogja, bandung ataupun bali. hanya untuk melihat lihat hasil kerajinan mereka dan juga membeli bebrapa baju hasil para pengrajin dan penjahit di daerah sana.

Setelah selesai mengecek pekerjaan nya Rere kembali mengambil hp dan membaca kembali pesan dari Geri. dia tersenyum setelah membaca ulang. dia pergi ke kamar mandi membersihkan diri sebelum tidur setelah itu dia merebahkan diri di tempat tidur. dan mengecek semua pesan masuk dan membuka semua aplikasi sosial media yang dia miliki. sesekali dia melihat apa yang lagi tranding topik di dunia maya itu. dan juga melihat aplikasi e-commerce untuk membeli peralatan mandi dan skincare yang biasa di gunakan.

ddrrttt dddrrrrttt dddrrrttt

(teteh kata ibu sabtu pulang tidak)

Ada pesan masuk dari aplikasi bergambar gagang tlp berwarna hijau.

(iya tapi lihat nanti ya neng, teteh masih banyak kerjaan di butik, kenapa ada masalah?)

(ga ada cuma ibu kangen ama teteh)

(iya udah teteh pulang ya insyaallah)

(ya ok)

Setelah membalas pesan untuk adik nya dia memeluk guling kembali dan menghadap ke langit kamar, pikiran nya kembali kemasa sulit sebelum diri nya memutuskan pergi ke ibukota untuk mencari pekerjaan baru yang dia harap dapat merubah ekonomi keluarga nya.

Flashback 18 tahun yang lalu

"Bangun neng, neng bangun..." suara ibu membangunkan dengan suara tangisan

"kenapa bu" Jawab Rere

"Ayah kamu neng nafas nya seperti udah mau... " suara ibu terhenti lalu di susul tangisan pilu

Bergegas Rere bangun dan beranjak dari tempat tidur nya lalu menuju ke kamar ayah. "Ayah Ayah Ayah" teriak Rere sambil menangis. "ibu, ayah kenapa bu" lanjut Rere sambil berteriak dan menangis.

ibu Rere mendatangi kamar dan melihat ayah dan Rere memegang tangan ayah, tunggu ya nak ibu mau panggil kakek dan nenek di rumah samping" sambil berlari ibu mendatangi rumah orang tua nya dan tidak lama kakek datang dan juga paman adik ibu. Rere masih menangis dan paman memberitahukan bahwa air mata tidak boleh menetes. cukup bacakan ayat suci al'quran atau surat yasin jangan menangis. itu akan memberatkan langkah ayah saat akan pergi menghadap ALLAH SWT. Rere tetap menangis, dia membayangkan bagaimana hidup nya tanpa ayah dan siapa yang akan membiaya hidup diri nya ibu serta adik perempuan dia yang masih berumur 2 tahun. ya jarak usia Rere dan Arsyila memang jauh berjarak 12 Tahun. seharus nya Rere anak bungsu tapi ntah kenapa ibu nya yang saat itu berusia matang 43 tahun hamil Arsyila mungkin ini yang di namakan rencana Tuhan.

"Ayah jangan sedih dan jangan kuatir ibu dan Arsyila akan Rere urus dengan baik, Rere akan bertanggung Jawab untuk hidup ibu dan Arsyila

jika ayah sudah tidak kuat melawan sakit ayah, Rere ikhlas ayah, ayah jangan sedih dan jangan nangis" bisik Rere sambil mencium pipi, tangan dan juga telapak kaki ayah nya. lalu mundur kebelakang kakek dari ibu nya. lalu menunduk sambil membaca Ayat suci al'quran. kemudian kakek mendekat ke arah ayah. ntah apa yang di bisikan kakek ke ayah. tidak lama ayah menghembuskan nafas terakhir.

"Ayah kamu sudah tidak ada" sambil menoleh ke arah aku, ibu dan ketiga saudara dan saudariku

"Ayah" tanpa sadar Rere berteriak dan merangkak ke arah jenazah ayah lalu memeluk nya.

"Sudah Rere tidak boleh seperti itu, ikhlaskan, Ayah kamu sudah tidak sakit" begitulah bibi dari ibu membelai punggung dan membisikan kalimat itu ke Rere.

"Jangan menangis nanti air mata nya jatuh ke pipi, itu tidak boleh" begitu lanjutnya. dan terdengar juga tangisan 3 saudara dan saudari rere. dan saat menoleh kebelakang terlihat ibu sedang menangis dan menggendong Arsyila. Rere anak ke 4 dari 5 bersaudara. dia tetap menangis dan perlahan mundur kebelakang tidak ingin mengganggu keluarga nya yang ingin mengurus jenazah ayah.

Duduk di belakang dengan tatapan kosong dia memikirkan ayah nya yang telah pergi untuk selamanya, dia tidak dapat lagi bertemu sang ayah, lalu bagaimana dengan nasib ke 4 saudara nya setelah ayah pergi terutama Arsyila yang masih sangat kecil. lalu dia menoleh ke ibu nya yang terbiasa di manja oleh ayah tidak boleh bekerja ataupun berjualan, biarkan ayah yang mencari uang untuk keluarga. Meski hidup sederhana dan terkadang sulit keluarga Rere hidup dengan bahagia. dan 2 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan ikut bersama kakek dan nenek dari ibu. hanya Rere yang ikut ayah dan ibu tinggal di salah satu kota di Jawa Tengah hal itu di sebabkan karena faktor ekonomi.

Setelah ayah sakit keluarga Rere pulang ke kota di mana orang tua nya lahir dan besar di salah satu kota di Jawa Barat. Ayah Rere sudah mengindap kanker paru-paru sejak usia Rere 10 tahun. dan saat ayah meninggal Rere usia nya 14 tahun. ayah sudah berjuang 4 tahun lama nya, walaupun sakit ayah tetap bekerja untuk memenuhi kewajiban nya sebagai seorang suami dan ayah. sesekali Rere ingat ayah dan ibu nya menangis bersama saat ayah mengeluarkan darah dari mulut. sedih sekali saat itu. sampai akhir nya ayah menyerah tidak lagi berobat karena uang sudah sangat tidak ada, seluruh tabungan habis dan sering juga ayah dan ibu meminta uang untuk berobat kepada orang tua ibu dan aset warisan ayah sudah habis dijual, tidak murah berobat untuk kanker. dan ayah sudah tidak memiliki apapun hanya tinggal rumah yang di tempat ini nenek dari ayah yang sekarang saat itu sudah sangat tua. dan 1 sawah untuk biaya hidup nenek dan rencana nya untuk biaya kuliah Rere dan Tia kakak perempuan nya.

"Rere kamu tidur dan kalian juga" ujar bibi sambil menoleh kepada 3 saudara dan saudari Rere. "jangan di tangisi, Ayah kalian sudah tidak sakit, dan kamu Inah jangan nangis nanti anak-anak kamu terpuruk walaupun kamu sedih, jangan perlihatkan itu ke anak-anak kamu" lanjut bibi menasehati ibu. "ini sudah takdir dari ALLAH SWT, yang lebih sayang sama suami kamu abbas" pungkas nya.

ibu tidak menjawab dan tidak juga berhenti menangis dia sangat terpukul dan bingung dengan apa yang terjadi itu yang dapat di lihat dari ibu inah. "kalian pergi tidur besok ibu bangunkan setelah sholat subuh, tidurlah nak ibu yang akan jaga Ayah di sini" ujar ibu sambil menatap pilu suami nya yang sudah tiada.

"Rere bangun nak, sudah subuh, sholat sana doakan bapak" bisik ibu. Rere diam tidak begeming tapi mata nya sudah terbuka, dia berharap ini mimpi bukan kenyataan, semoga ayah nya masih hidup dan berjuang melawan sakit nya. perlahan Rere merangkak ke arah pintu, dan melihat ibu nya sedang menatap jenazah sang suami tercinta sambil menggendong Arsyila dan sesekali mengusap air mata di pipi ibu.

"ternyata ini bukan mimpi" ucap Rere sambil menangis.

persiapan untuk penguburan ayah sudah selesai setelah sholat dhuhur ayah akan di bawa ke pemakaman umum untuk di makamkan. Teman sekolah Rere dan Tia pun datang dan ikut serta mensholati ayah Rere dan tia. setelah selesai keranda Ayah di bawa

"Ayah Ayah Ayah" Rere dan Tia berteriak, ketika Rere akan berlari ke arah ayah nya dengan sigap bibi memeluk erat Rere kuat dan berkata "ikhlaskan neng" lalu bibi memberi kode tangan supaya jenazah terus dibawa kemakaman tidak mungkin kedua anak nya ikut serta ke pemakaman jika dilihat dari berata histeris nya Rere dan Tia.

Setelah keranda ayah di bawa ke makam dan setelah selesai teman sekolah Rere dan Tia kembali ke sekolahan dan sebelum nya berpamitan terlebih dahulu kepada keluarga yang di tinggalkan dan membawa sumbangan dari sekolah. Kebetulan Rere dan Tia bersekolah di sekolah yang sama. Tia sudah tingkat 3 SMA dan Rere tingkat 1.

Tanpa terasa air mata Rere berjatuhan, dia mengingat betul pedih dan sedih nya hidup tanpa ayah setelah kepegian sang ayah hanya ibu inah yang menjadi tulang punggung keluarga karena 5 anak nya belum bekerja karena 2 anak laki-laki nya kehilangan pekerjaan karena ada nya phk sepihak dari perusahaan. dimana perusahaan ingin mengganti karyawan tetap menjadi karyawan kontrak jadi harus merubah management di perusahaan nya tersebut. dan itu terjadi sebelum ayah Rere meninggal.

Jadi ingat betul Rere hanya mengandalkan ibu nya yang hanya buruh cuci dan menjual gorengan keliling. Rere membantu ibu nya sebelum dan setelah sekolah. Rere menjaga adik nya yang masih 2 tahun. hidup nya rumit begitupun hubungan nya dengan kakak perempuan nya memang tidak begitu dekat karena mereka terbiasa terpisah dimana Tia ikut sang nenenk dan Rere ikut orang tua nya di salah satu kota di Jawa Tengah.

Flashback Selasai

"Ayah Rere kangen Ayah, sekarang Rere punya banyak uang, tapi uang Rere tidak bisa mengembalikan ayah" isak tangis Rere menggema di kamar nya.

"Ayah dulu ayah pernah berkata, coba ya neng bapak ada uang pasti bapak bisa di rawat di rumah sakit dan bapak bisa sembuh" kenang Rere.

Sekarang Rere ada uang tapi Rere merasa uang nya tidak ada berarti karena tidak bisa menyembuhkan dan membawa sang ayah. Rere melanjutkan tangis hanya dia yang merasakan kesedihan nya itu. tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa kepergian sang ayah menggores luka dan trauma yang sangat besar bahkan geri sahabatnya, keluarga besar maupun sang ibu. Mereka berpikir Rere baik-baik saja dan kesuksesan adalah kebanggan buat mereka tanpa mereka sadari itu sumber kesedihan terbesar bagi Rere, uang nya dia miliki tidak dapat membantu mengembalikan ayah nya yang sudah tiada.

"Ayah Rere kangen" tangis nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!