Hari yang sangat melelahkan seperti biasa untuk seorang wanita seperti Rere, dia wanita yang matang berusia 32 tahun. Meskipun usia sudah cukup untuk menikah tetapi status masih single. Meski teman seusia dia sudah menikah dan memiliki anak tapi untuk Rere sendiri dia lebih nyaman dengan kesendirian.
Dia bekerja di salah satu Bank Terkemuka di negeri ini, dia memiliki jabatan yang cukup di perhitungkan. ya Rere memiliki jabatan Manger di bagian Operasional. Dia juga sudah menyelesaikan pendidikan di jenjang PHD di universitas ternama di jakarta. jika di lihat usia di termasuk wanita yang cepat untuk mencapai karir saat itu.
Rere wanita yang cerdas dan untuk pekerjaan dia termasuk wanita karir yang sukses meski begitu Rere termasuk wanita yang sangat mandiri sejak masih sekolah dan terbawa sampai sekarang. terbukti meski sibuk Rere menyempatkan diri memasak, menyuci bahkan menyetrika pakaian kerja nya sendiri lalu menyapu dan megepel rumah tentu saja dengan jadwal yang dia buat setiap hari.
Rere sudah terbiasa berhemat, ya menurut Rere daripada mengeluarkan uang untuk ini itu lebih baik dia kerjakan sendiri. toh jaman sudah sangat modern. mencuci sudah ada mesin tersendiri. memasak pun sudah tidak repot seperti jaman ibu nya dulu yang harus memakai kayu atau pun kompor minyak. sekarang sudah menggunakan kompor gas atau pun listrik dan untuk menyapu dan mengepel sudah ada alat yang menurut Rere sangat simple dan mudah di kerjakan sendiri. untuk apa dia membuang uang hanya untuk menyewa orang membantu pekerjaan rumah yang masih bisa di kerjakan.
Pagi ini seperti biasa sebelum bangun dari tempat tidur saat adzan subuh berkumandang, Rere sebelum mandi dan sholat subuh terlebih dahulu memikirkan apa yang akan dia lakukan hari ini. dan hal penting apa yang harus dia kerjakan. dengan posisi lutut yang di tekuk dan tangan mengeratkan ke kaki dan dagu nya yang menyentuh lutut, Rere diam diatas tempat tidur nya sambil berpikir banyak hal, itulah rutinitas Rere setelah bangun tidur.
Setelah 5 Menit dia bangun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. Setelah sholat dia menyiapkan Roti bakar dengan selai strawberry dan susu. setelah itu Rere mempersiapkan tas beserta isi yang harus di bawa. sungguh hari yang sangat menyebalkan untuk Rere karena hari ini adalah hari Senin, Hari pertama di bulan Desember.
"oh ya allah kenapa ban kempes" gerutu Rere saat di tempat parkir apartemen nya. ya ini hal yang menyebalkan kedua menurut dia.
"ok deh aku naik kereta aja"
Dan Rere memutuskan untuk menaiki kereta KRL atau busway, dia tidak mau menggunakan transportasi online karena menurut Rere mahal. dan lagi hari masih sangat pagi yang berarti dia bisa menggunakan transportasi biasa. dia menggunakan KRL dengan alasan kantor sangat dekat dengan stasiun kereta api tersebut.
Sampai di kantor, Rere langsung ke pantry disana sebagai rekan kerja juga sudah sampai kantor dan sedang membicarakan tentang libur tahun baru dengan keluarga masing-masing. ada yang berencana pergi dengan pacar, suami, teman nongkrong atau dengan keluarga besar. Rere hanya menyimak rekan kerja mempersiapkan rencana tahun baru sambil menggunakan makeup dan menyiapkan diri untuk bekerja.
"Bu Rere rencana tahun baru mau kemana" tanya Dina salah satu rekan kerja bertanya. dia selalu memanggil nama dengan bu Rere. padahal usia dina 1 tahun di atas Rere dan bekerja lebih dulu di bandingkan rere, hal itu di lakukan karena Rere memiliki jabatan di atas nya. padahal Rere sudah melarang dia menyebut seperti itu, dia meminta memanggil seperti itu jika sedang meeting atau saat atasan lebih tinggi dari Rere bersama mereka. walaupun Rere sahabat baik dina tapi Rere adalah manager di tempat bekerja, begitulah di dunia kerja senior dan junior kadang tidak tahu siapa yang akan naik jabatan lebih dahulu.
"aku ga ke mana-mana din, paling pulang kerumah ibu, mau jenguk ibu" jawab Rere sambil senyum.
Rere tinggal di jakarta dan ibu rere tinggal di salah satu kota penyanggah jakarta jarak nya hanya sekitar 2 jam dari apartemen nya di jakarta.
"oh, emang ga ada niat hangout sama calon gitu" sambil senyum menanyakan hal yang sudah tahu jawaban nya.
"hhm... ga lah punya calon aja belum" jawab Rere malas.
"kamu emang ga ada niat nyari dan buka hati ya, jangan sibuk kerja terus, waktu semakin hari semakin membuat usia kita bertambah. karir penting tapi berumah tangga juga penting, sorry bukan mau menggurui tapi kita juga butuh seseorang untuk melengkapi hari kita yang kadang rumit, dan saat kita tua kita butuh anak dan cucu untuk menghibur kita" nasehat dina ke Rere. sedang yang di nasehati hanya diam.
"jangan sampe saat tua nanti sendiri, saya ga tahu kesedihan apa yang membuat bu Rere tetap memutuskan sendiri, padahal kamu cantik, putih secara fisik ya termasuk pengikat para pria untuk deket, dan secara karir dan pendidikan juga lumayan malah wow, dan bu Rere termasuk wanita cerdas, pasti banyak yang ingin dekat" tambah Rere
'please deh panggil Rere aja dan jangan terlalu formal ke gw kalo lagi berdua gini, risih dengar nya" jawab Rere "tapi gw ucapin makasih nasihat lu nyentuh ke hati gw" lanjut nya.
"hahaha,,, lah kan bu Rere atasan saya dan ini tempat kerja" sahut dina.
"Apa bu Rere mau saya kenalin sama temen suami saya atau temen kuliah saya dulu, ada yang masih single" tambah nya.
"hhhmm... ga deh gw mau nyari sendiri belahan jiwa gw, meski ga tahu dia di mana tapi gw percaya suatu saat nanti gw bakal ketemu dia, dan kesendirian ku itu bukan karena trauma karena mengalami kesedihan tentang cinta atau karena gw fokus kerja tapi karena belum ketemu aja sama belahan jiwa gw" jelas Rere.
"ok deh gw berdoa semoga bu Rere menemukan pria yang tepat dan di waktu yang tepat" doa Rere terdengar tulus.
"Terima Kasih ya Rere. gw udah selesai makeup, gw mau ke ruangan gw dulu ya" Rere ijin ke dina.
"ok nanti istirahat mau keluar atau makan di pantry? " tanya dina
"aku bawa bekal, jadi aku makan siang di pantry aja" jawab Rere sambil senyum dan dina menggeleng kepala sambil tersenyum, dina tahu sahabat nya itu sangat hemat dan me-manage sekali keuangan nya karena itu menurut dia wajar selain bekerja di bank Rere juga memiliki butik pakaian dan hijab dan outlet nya juga memiliki cabang di beberapa kota.
Menurut Rere pembicaraan tentang pernikahan dengan dina sahabat nya tadi adalah hal yang menyebalkan ketiga di hari ini menurut dia. pertanyaan soal penikahan dan kapan dia menikah adalah pertanyaan yang melelahkan menurut dia, karena dia sendiri tidak tahu jawaban nya itu adalah rahasia Tuhan dan jawaban nya hanya Tuhan yang tahu bukan diri nya sebagai manusia.
Jika mereka tahu Rere pun sedih tentang hal itu padahal menurut nya dia sudah berusaha, dekat dengan rekan kerja pria bahkan nasabah yang mendekati dia pun dia terbuka meski dengan jarak. karena dia ingin tahu karakter pria yang mendekati nya, bukan karena dia pemilih atau merasa sok cantik dan memiliki karir dan pendidikan yang tinggi. tapi untuk masalah pernikahan memang Rere sangat serius dia tidak ingin mempermainkan suatu hubungan sakral pernikahan dan dia ingin menikah sekali seumur hidup menghabiskan sisa hidup dengan belahan jiwa dan tidak ingin ada perceraian. mungkin ini yang membuat Rere sangat selektif terhadap pria yang ingin memasuki hidup nya.
Selektif menurut dia bukan pemilih, ntahlah Rere memang sedikit rumit dalam cara pikir.
Jam sudah menunjukan 12 siang dan dia segera ke pantry untuk makan siang, sholat dan tidur sejenak di mushola kantor. walaupun 15 menit cukup menurut dia dan ada beberapa rekan kerja yang juga melakukan hal yang sama. saat dia sedang memejamkan mata, suara hp berbunyi ada pesan di aplikasi hijau masuk. ada nomor baru yang mengirimkan pesan. sebenarnya malas membuka pesan kalo lagi istirahat seperti ini tapi dia membuka dan membaca juga.
(selamat siang Bu Rere saya Riki dari PT Erlangga Nusantata Corporation, besok pukul 10 pagi, saya mengundang ke perusahaan kami, saya mendapatkan email proposal materi produk bank yang bu Rere kirim dan Atasan saya tertarik mempelajari materi yang kami Terima dan ingin pihak bank mempersentasi secara langsung, saya tunggu konfirmasi dari bu Rere dan Terima Kasih)
"hah... ya allah" bola mata nya membesar menatap layar hp itu lalu berdiri dari posisi duduk.
(baik Pak saya akan persiapkan materi program dan produk bank yang akan saya bawakan besok dan Terima Kasih kembali). tanpa basa basi Rere menjawab pesan itu
"Bagaimana apa dia membalas pesan mu" tanya seorang pria yang duduk di meja kebesaran dengan menatap ke assisten yang sekaligus orang kepercayaan nya itu.
"Rere akan datang besok dia sudah membalas pesan ku" jawab Riki
"Bagus, kosongkan schedule ku besok aku mau ikut meeting saat dia mempersentasikan materi yang akan dia bawa" tegas nya dengan tersenyum yang sulit untuk di pahami.
"Baik lah Bos aku mau balik ke ruangan ku dulu, jika ada hal lain bisa hubungi saya kembali" pamit Riki ke atasan sekaligus sahabat itu.
...****************...
Sementara Rere menghubungi Dina memberitahu pesan yang dia terima yang membuat tersenyum lebar. bagaimana tidak tersenyum dia sangat bahagia bisa di undang untuk mempersentasikan produk dari bank di mana dia bekerja. dia sangat berharap perusahaan besar yang ada di negara itu mempercayai untuk menaruh banyak dana untuk operasinya perusahaan tersebut ke bank tempatnya bekerja. Jika itu terjadi pasti big bos yang selalu mempush dia perihal target akhir bulan sekaligus akhir tahun ini pasti akan tersenyum lebar. dia juga berharap salary payment perusahaan tersebut juga menggunakan jasa bank dia bekerja.
"ya Allah permudahkan lah urusan ku besok" begitulah doa Rere sebelum meninggalkan mushola yang ada di pantry, dia lihat jam dilengan sudah waktu nya untuk kembali bekerja. Dia bergegas keruangan kerjanya dan menatap komputer lalu menelpon Dina dan Rendi untuk datang segera. beberapa menit kemudia yang di tunggu pun datang. Mereka membahas materi yang akan di jelaskan besok dan apa saja yang dibutuhkan kan juga mereka siapkan. cukup lama sampai tidak terasa sudah 4 jam mereka di ruangan Rere dengan sesekali mereka menghubungi bagian development untuk mempersiapkan gift dan brosur yang di butuhkan besok.Dan tepat pukul 5 sore waktu untuk pulang dan di rasa sudah cukup persiapan untuk besok lalu Rere memutuskan untuk mengakhiri meeting.
"Bu Reni besok ke PT Erlangga nya jam berapa? " tanya Rendi setelah selesai merapihkan berkas materi.
" tadi pak Riki mengirim pesan ke saya kita di tunggu pukul 10 pagi. jadi sebelum waktu yang diminta kita sudah sampe sana" sahut Rere
"ok deh bu Reni kita pulang dulu semoga besok dapat hasil maksimal, dan bu Ren ikut juga kan" sambung Dina.
"ya dong Din" sambil tersenyum "semangat ya untuk kalian besok" ujar nya lagi.
Karena hari ini mobil nya kempes ban jadi dia pulang naik kereta kembali padahal Dina dan Rendi menawari pulang bersama mereka tapi Rere menolak dengan alasan ingin jalan kaki sambil olahraga karena memang dia tidak ada waktu untuk menyempatkan diri hanya untuk ke tempat gym atau lari kecil saat weekend.
"hhhmm... Kira-kira mobil ku udah ready belum ya" gerutu rere, dia ingin saat besok ke perusahaan Erlangga membawa mobil nya sendiri, dia malas menggunakan mobil perusahaan dia lebih suka menggunakan mobil pribadi. dia kurang nyaman jika harus diantar menggunakan sopir. dan setelah dia menghubungi bengkel yang membantu memperbaiki dan sudah mendapatkan info jika mobil nya sudah ready dia meminta di antarkan ke apartemen nya dan dia sudah membayar melalui m-banking. setiap ada masalah dengan mobil kesayangan nya Rere selalu menghubungi bengkel langganan karena pemilik nya adalah sahabat Rere saat kecil. dan semua pekerja bengkel tersebut sudah mengenal Rere. karena sesekali Rere diajak oleh sahabat nya ke bengkel miliknya itu.
Flasback
Nama Pemilik Bengkel itu adalah Geri sahabat dia saat masih kecil dan sempat lost komunikasi saat Rere pindah, sebelum ayah Rere meninggal. Rere pernah menempati salah satu kota di Jawa Tengah, itu saat ayah nya masih hidup dan bekerja di sana sebagai pengurus salah satu angkutan bus antar propinsi di kota itu tapi saat ayah nya sakit parah, Rere dan keluarga memutuskan pulang ke kota kelahiran ibu dan ayah di salah satu kota di Jawa Barat. sudah sejak lama Geri dan Rere tanpa komunikasi karena di jaman Rere kecil hingga remaja aplikasi pertemanan di Sosial media belum ada. pertama kali ada aplikasi pertemanan online itu seingat Rere saat usia 19 tahun wajar saja kalo mereka hilang kontak. sambil tersenyum Rere mengingat Geri sahabat nya itu.
Awal pertemuan kembali dengan Geri saat itu Rere masih kerja di kantor cabang saat diri berusia 22 tahun dan masih bekerja sebagai customer service. Dan saat itu Geri sedang mengurus kartu debit yang tertelan di ATM. di sana awal dia bertemu dengan sahabat nya Geri.
Rere tidak menyangka sahabat nya itu masih mengenali Rere padahal waktu sudah berjalan lebih dari 8 tahun. menurut Geri tidak ada yang berubah dari Rere dari dulu Rere memang berwajah imut dan cantik juga putih. terlebih saat dia berbincang mengenai kota masa kecil nya itu saat Rere membantu Geri menangani kendala nya. dia melihat nama yang tertera di form dan identitas yang Geri bawa, sejak pertemuan itu Geri meminta no hp dan akun sosial media rere. saat melihat sosial media Geri membuka galeri photo yang di unggah Rere. di sana ada salah satu photo yang di unggah Rere saat usia nya 8 tahun lalu Geri membuat komentar "Hai sahabat cantik ku, akhir nya kita bertemu lagi"
Jika mengingat itu Rere tersenyum dan berpikir betapa cepat nya waktu berlalu dari saat dia kecil lalu berpindah dari kota masa kecil ke kota yang di tempati keluarga saat ini lalu menyelesaikan sekolah tingkat Atas lalu bekerja sambil kuliah dan dari hasil bekerja di salah satu minimarket terbesar dia mampu menyelesaikan gelar strata satu nya.
Flasback selesai
Tanpa terasa dia sudah sampai di stasiun tujuan dan kemudian dia melangkah kaki nya ke apartemen dia dan di sana sudah ada Geri di Lobi depan dengan mobil Rere yang sudah selesai di perbaiki.
Geri tersenyum ke Rere dengan senyum yang selalu sama selama 10 tahun setelah pertemuan kedua nya yaitu senyum yang hangat dan manis.
Geri menghampiri Rere dan menyerahkan kunci mobil nya ke teman nya itu.
"baru pulang cantik" tanya Geri, memang pria yang terlihat ganteng dengan tinggi 180 cm dan berkulit sawo matang itu selalu memanggil cantik ke rere.
"hhhmm... iya" sambil tersenyum malas ke Geri. "kenapa lu yang anter mobil gw ger" sambung Rere.
"kangen sama kamu re" jawab nya sambil mencubit pipi Rere. dan berjalan di samping Rere menuju ke apartemen nya.
"loh, lu mau kemana Geri" tanya Rere sambil menoleh ke arah Geri yang berjalan di samping nya itu.
"ya gw mau ke apartemen lu, udah 1 jam gw nungguin lu ga pulang-pulang. apa lu abis ngedate ya" goda Geri sambil senyum manis ke arah Rere. dan yang di goda terlihat menatap sinis dan memukul lengan Geri.
" gw naik kereta wajar lama, jam segini waktu nya pulang, oh ya lu udah sholat belum berdiri di situ 1 jam kaya ga ada kerjaan" sinis Rere yang ga percaya dia menunggu sampe 1 jam. karena Rere tahu sifat teman nya itu dari kecil meski sempat lost kontak tapi dia tahu kalo teman nya itu sangat benci yang nama nya menunggu, selama berteman dengan dia semisal janjian ke mall atau nonton Rere datang terlambat dia bisa ceramah seharian. dan ngomel nya ga berhenti sampai matahari terbit lagi di hari berikut nya begitulah penilaian Rere untuk teman nya.
"gw laper re maka nya gw yang datang ke sini untuk nganterin mobil lu, gw kangen di masakin sama lu, sekarang lu sibuk banget beb" begitu oceh nya. sedang Rere tidak menghiraukan dia terus berjalan ke arah apartemen dan akan menaiki lift.
"gw ga enak kalo lu mampir ke apartemen, takut ada yang lihat nanti berpikir yang aneh-aneh ger, lu tunggu di sini aja gw bentar aja ko mandi nya abis itu kita makan di luar ya" jelas Rere sambil menekan tombol lift.
"tega lu re, gw nunggu kenapa lu ninggalin gw disini, ya udah sih kalo ada yang lihat ga pa" toh kita udah dewasa malah udah tua, mereka pasti tahu lah, lagian gw ga ngapa-ngapain ko sama lu di apartement lu ren" tegas Geri yang ingin ikut masuk ke apartemen Rere. dan yang di ajak bicara hanya melirik sinis.
"maksud nya udah dewasa malah udah tua apa? emang orang dewasa boleh berdua di apartemen, dasar" omel nya sambil masuk kedalam lift dan diikuti oleh Geri yang juga masuk lift. tanpa sadar ada dua buah mata yang mengamati mereka sebelum masuk kedalam lift.
"loh, ko lu masuk Geri" ujar Rere sambil menatap sinis sahabat nya itu, Rere memang selalu marah jika Geri bertamu ke apartemen nya karena merasa tidak nyaman, Jika ada yang melihat mereka bagaimana. dan benar saja ada orang yang mengepalkan tangan nya saat melihat kedua nya masuk kedalam lift dengan raut wajah yang menahan emosi.
...****************...
Sambil berjalan ke arah mobil dengan langkah panjang seorang pria yang terlihat marah dan menahan emosi itu masuk kedalam mobil dengan
wajah yang sangat menyeramkan untuk siapapun yang berada di sebelah nya. "sial sial sial" hanya itu yang dia katakan. Dan menoleh ke arah assisten kepercayaan nya yang juga berada di mobil yang sama, dan sekarang beralih menjadi supir yang siap mengantarkan dia kemana saja. assisten yang kemana pun dia pergi selalu mengikuti tanpa mengeluh. meski terkadang dia terkena marah atau tatapan tajam dari sang bos. tapi dia tetap menjadi assisten yang dapat di andalkan. seperti sekarang tanpa di suruh pun dia menjalankan mobil bos nya ke arah apartemen pribadi sang bos besar nya itu.
"apakah dia kekasih nya, atau suami nya tapi bukan kah dia masih sendiri" gerutu nya yang dapat di dengar oleh sang assisten. tapi assisten itu tidak menjawab. "cari tahu hubungan mereka" tambah sang bos tanpa menatap ke arah sang assisten.
"baik bos" jawab singkat Riki. lalu berbelok ke arah kiri menuju apartemen sang bos nya itu.
sesampai nya di apartemen, dia masuk ke kamar lalu melepaskan kancing kemeja yang di pake nya dengan raut wajah yang masih sama. terdengar deru nafas panjang dan berat lalu dia mengarah ke tempat tidur dan merebahkan badan nya di sana. mata nya menatap kosong ke arah langit kamar yang tampak sangat mewah dengan tangan di rentangkan di tempat tidur nya itu, dia masih teringat Rere yang masuk ke lift dengan seorang lelaki. lalu dia berdiri dan berteriak dan merusak apa yang ada di kamar nya.
"apakah aku terlambat datang re, siapa dia re" sambil mengepalkan tangan yang berdarah di tembok kamar nya setelah memecahkan kaca lemari yang ada di kamar. cukup lama dia terdiam dengan deru nafas yang masih berat karena menahan emosi. beberapa saat setelah nya dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tangan dari darah dan mengobati luka nya sendiri. begitulah jika orang patah hati menyakiti diri sendiri padahal apa yang di pikirkan belum tentu benar.
Setelah 1 jam di kamar mandi dia keluar dengan handuk yang bertengger di pinggang nya, rambut yang basah dan telapak tangan yang di perban perlahan dia berjalan ke arah lemari baju untuk memakai nya. setelah selesai dia keluar dan tanpa menunggu perintah mbok ijah sudah memiliki inisiatif untuk memasuki kamar tuan nya itu untuk membereskan kekacauan yang di lakukan majikan nya itu.
"Riki kita ke apartemen dia lagi" ujar bos sambil berjalan. ke arah pintu dari apartemen. ya sang assisten harus stand by mengikuti bos besar nya itu, apalagi tadi terlihat kacau dia harus mendampingi sang bos kemanapun dia inginkan. sang assisten hanya mandi lalu kembali ke apartemen sang bos untung nya assisten Riki itu tinggal di lantai bawah sang bos jadi tidak terlalu jauh dan apartemen elit yang berada di jakarta Selatan itu milik sang bos jadi dia di beri fasilitas 1 apartemen untuk mempermudah akses dia saat dibutuhkan mendesak oleh sang atasan nya itu.
setelah 1 jam perjalanan sampai juga di depan apartemen Rere yang tergolong terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah tersebut jadi tidak perlu jauh jika ingin berangkat bekerja setiap hari tanpa harus tinggal di rumah ibu nya, Rere sudah memiliki apartemen dari gaji nya sendiri selama bekerja di bank, dia membeli dengan cara menyicil kredit setiap bulan dia tidak membeli perumahan di daerah jakarta karena pasti harga nya sangat mahal. dan juga tidak mau mengambil di luar jakarta karena faktor jauh dan macet.
Setelah sampai mobil yang di bawakan Riki berhenti tidak jauh dari depan loby apartemen. sang bos duduk tenang tanpa mengeluarkan sepatah kata pun sejak dia memasuki mobil nya tadi.
"bos, apa bos ga lapar. kita bisa mampir ke tempat makan dulu terus balik ke sini lagi" ucap Riki ke bos besar nya itu. dan yang di ajak bicara hanya diam menatap arah masuk apartemen itu tanpa menjawab.
"kamu pergi cari makan atau pesan lewat aplikasi di hp kamu" setelah 10 menit diam tanpa menjawab pertanyaan sang assisten nya itu.
"bos mau beli juga ga" tanya assisten Riki.
"kamu saja, saya tidak lapar" jawab nya. bos nya ini sangat kaku tidak seperti Rere yang sangat cair dengan bawahan bahkan menyebutkan bawahan nya dengan lu dan gw untuk diri nya sendiri.
"baik bos" jawab assisten Riki. assisten Riki ini berwajah tampan dan tinggi sekitar 182 cm dan hidung mancung kulit eksotis usia nya sekitar 32 tahun sama dengan Rere dan dia pun belum menikah. bagaiamana mau menikah pacar pun tidak ada, dia sibuk mengawal sang bos dari kantor, rumah dan seperti sekarang ini dia menemani sang bos yang sedang memata matai Rere, ntah apa hubungan antara kedua nya assisten Riki pun bingung, ingin rasa nya bertanya tapi dia takut sang bos tersinggung dan kemudian marah. dia masih butuh pekerjaan untuk diri nya sendiri begitulah pemikiran assisten Riki.
...****************...
Sedang yang di mata matai sedang asik makan bersama sahabat nya yang menurut dia sedikit menyebalkan tapi dia sangat nyaman berteman dengan nya seperti di lindungi oleh saudara laki-laki nya.
"Setelah lu sholat lu makan dan abisin sayur kangkung dan ayam goreng yang udah gw masakin buat lu dan cepet pulang" ketus nya.
"ya allah cantik, ga iklas gitu sih lu sampe manyun. harus nya lu Terima kasih ke gw karena gw udah bantuin lu beresin ban mobil lu yang kempes" omel geri.
"gaya lu, mana mungkin lu yang benerin mobil gw, orang lu aja kerja, dasar suka ngaku ngaku aja lu" jawab Rere ketus dengan menjulurkan lidah nya yang terlihat imut dan menggemaskan.
setelah sholat dia menghampiri Rere di meja makan sambil mencubit pipi nya yang terlihat berisi makanan yang sedang di kunyah nya itu.
"lu udah sholat re" tanya Geri sambil senyum melirik ke arah Rere.
"gw lagi halangan barusan gw lihat pas mandi".
jawab rere. sambil mengambil ayam goreng yang terlihat enak di mata.
" oh" jawab singkat lalu kedua nya makan. sesekali tangan Geri usil menyubit pipi dan tangan Rere karena gemas.
"ih, apaan sih lu Geri cubit cubit, awas naksir gw loh nanti" omel Rere sambil melirik tajam Geri yang menurut nya menyebalkan.
"lah emang gw lama naksir lu dan nunggu lu buat nikahin lu kan cantik" sambil mengacak-acak hijab Rere. yang membuat Rere marah karena menurut nya itu menyebalkan dan hijab nya bisa rusak.
"ih, lu ga menghargai banget hijab gw, kan lu bukan muhrim gw Geri" omel Rere dan terlihat kesal ke Geri. lalu Geri meminta maaf dia hanya becanda jangan di masukan hati dia terbiasa mengacak-acak rambut rere sebelum Rere memutuskan memakai hijab. ya Rere memakai hijab baru 2 tahun itupun masih belajar dan terkadang masih membuka hijab nya jika hanya ke mini market sebelah rumah nya di kampung.
"lu pulang kerja jam berapa, tadi udah nongol aja di depan apartemen gw" tanya Rere dengan tatapan serius karena saat dia pulang sudah ada Geri di depan apartemen nya membawa kunci mobil, karena menurut Rere tidak mungkin Geri bisa sampe depan apartemen nya itu jika dia pulang bekerja. karena arah kantor dia bekerja dan bengkel jauh sekitar 1 jam perjalanan lalu arah bengkel dan apartemen Rere juga sekitar 1 jam. begitu pikiran nya.
"gw cuti cantik, dan saat rizal bilang mobil lu lagi di service gw ke bangkel terus gw bantuin service dan ganti ban lu yang kempes terus setelah semua ok gw bawa kesini"
"oh" jawab singkat Rere.
setelah makan Rere membereskan apa yang ada di meja makan dan menyuci semua nya yang kotor dan merapihkan makanan yang masih bisa di simpan sebelumnya rere menawarkan Geri untuk membawa makanan yang sisa untuk pekerja bengkel tapi Geri menolak. kata dia ga ke bengkel lagi tapi langsung pulang, kata nya dia capek seharian di bengkel.
"ya udah lu pulang gih" ujar Rere
"perasaan dari tadi lu ngusir gw re" ujar Geri sinis ke Rere. menurut Geri Rere meski usia nya 32 tahun dan seorang manager bank tapi cara pikir nya terlihat sangat polos dan sederhana seperti usia remaja.
"ini udah malem gw ga enak ke tetangga apartemen gw" jawab Rere sedikit kesal.
"lagian siapa yang kenal lu re" ledek nya sambil senyum dan hampir menyubit pipi nya tapi di tepis Rere.
"dah sana pulang udah malem banget Geri" usir Rere
"ya elah re, ini baru jam 9 malem lagian gw masih kangen ama lu " ujar Geri kesal karena tidak mendapat kan jawaban dari Rere. "ya udah gw pulang ya makasih bye cantik, sekali lagi makasih diner nya" sambil senyum menyebalkan.
"ok bye" jawab Rere sambil menutup pintu apartemen nya.
...****************...
Dari luar apartemen sepasang mata yang penuh tanya dan amarah menatap Geri yang keluar dari pintu utama apartemen itu. denga tatapan yang sulit di artikan. sang assisten yang sudah selesai makan pun menoleh ke arah belakang di mana bos nya duduk
"bos kita ikutin atau kita pulang" tanya assisten Riki ke bos nya.
"ikuti dia" jawab singkat dan menatap Geri yang memasuki mobil online yang dia pesan sebelum pulang karena saat dia datang dia menggunakan mobil Rere.
Didalam mobil sang assisten melihat bos dari kaca depan dengan kebingungan dan sulit di jelaska. atasan nya itu hanya menatap luar kaca mobil dengan tatapan yang kosong ntah kemana pikiran nya saat ini. dia berpikir sang atasan yang misterius itu sedang melihat bangunan tinggi jakarta ataupun hilir mudik kendaraan di luar kaca mobil.
Rere siapa dia, apakah dia suami mu lalu mau kemana dia keluar dari apartemen mu atau kalian sepasang kekasih
hanya pertanyaan itu yang ada dalam benak nya. berulang kali selalu di tanyakan dan belum mendapatkan jawaban nya. sebelum dia tahu kemana arah pria tadi yang keluar dari apartemen Rere. dan kenapa lama sekali dia di apartemen Rere apa yang di lakukan mereka. begitu kira nya hati dan pikiran sang bos misterius itu
"Bos dia masuk tol arah keluar jakarta" ujar Riki
"tetap ikuti dia" jawab sang bos yang masih menatap luar kaca mobil nya.
Dan akhir nya mobil itu berhenti di depan rumah yang cukup besar untuk ukuran Rere tapi tidak untuk sang bos nya Riki tersebut.
"ini seperti nya rumah pria tadi bos" ujar Riki
"Dia belum menikah" jawab sang bos sambil tersenyum dengan raut wajah datar dan sangat sulit di pahami.
"kita pulang" perintah singkat sang bos
Setelah sahabat yang menurut Rere menyebalkan itu pulang. seperti biasa Rere menyendiri di kamar dan hanya di temani oleh komputer dan hp untuk menyelesaikan pekerjaan atau mengecek usaha butik yang dia miliki, para pekerja butik yang di pekerjakan oleh nya seperti biasa melaporkan hasil penjualan setiap hari selesai closing malam dan juga melaporkan pengeluaran bon melalui email. setiap malam sebelum tidur Rere mencoba mengecek usaha kecil nya di bidang fashion itu.
Dia menjual baju dan hijab di butik dan juga toko online di seluruh aplikasi e-commerce yang ada di negara nya itu. Rere mengecek dengan teliti laporan penjualan dan laporan stock yang ada di butik yang dia miliki baik yang di jakarta maupun cabang yang dia miliki di kota lain total butik yang dia miliki sebanyak 3 butik, setelah selesai mengecek semua pendapatan dan juga pengeluaran dia membuka m-banking butik untuk menyamakan data yang telah di Terima sesuai atau tidak.
dddrrrrtttt dddddrrrttt ddddrrttt
Hp lain yang Rere miliki bergetar terlihat ada pesan masuk melalui aplikasi percakapan bergambar gagang tlp berwarna hijau. Rere memiliki 2 hp khusus untuk bisnis dan juga hp untuk pekerjaan nya di bank. sekilas Rere melihat siapa yang mengirim pesan. dan ya dia Geri. dengan menarik nafas dalam Rere membaca pesan masuk itu.
(Rere aku udah sampe rumah, met tidur cantik)
Rere hanya membaca tanpa membalas pesan Geri. dia melanjutkan pekerjaan yang sempat terhenti itu dengan teliti mengecek stock in dan stock out Baju dan Hijab. di data stock in ada tambahan akaesoris yang dia beli dari para pengrajin di daerah bandung. Rere terbiasa bekerja sama dengan para pengusaha umkm di bidang fashion dan juga para pengrajin yang ada di daerah. oleh karena nya saat weekend dia kadang pergi ke daerah jogja, bandung ataupun bali. hanya untuk melihat lihat hasil kerajinan mereka dan juga membeli bebrapa baju hasil para pengrajin dan penjahit di daerah sana.
Setelah selesai mengecek pekerjaan nya Rere kembali mengambil hp dan membaca kembali pesan dari Geri. dia tersenyum setelah membaca ulang. dia pergi ke kamar mandi membersihkan diri sebelum tidur setelah itu dia merebahkan diri di tempat tidur. dan mengecek semua pesan masuk dan membuka semua aplikasi sosial media yang dia miliki. sesekali dia melihat apa yang lagi tranding topik di dunia maya itu. dan juga melihat aplikasi e-commerce untuk membeli peralatan mandi dan skincare yang biasa di gunakan.
ddrrttt dddrrrrttt dddrrrttt
(teteh kata ibu sabtu pulang tidak)
Ada pesan masuk dari aplikasi bergambar gagang tlp berwarna hijau.
(iya tapi lihat nanti ya neng, teteh masih banyak kerjaan di butik, kenapa ada masalah?)
(ga ada cuma ibu kangen ama teteh)
(iya udah teteh pulang ya insyaallah)
(ya ok)
Setelah membalas pesan untuk adik nya dia memeluk guling kembali dan menghadap ke langit kamar, pikiran nya kembali kemasa sulit sebelum diri nya memutuskan pergi ke ibukota untuk mencari pekerjaan baru yang dia harap dapat merubah ekonomi keluarga nya.
Flashback 18 tahun yang lalu
"Bangun neng, neng bangun..." suara ibu membangunkan dengan suara tangisan
"kenapa bu" Jawab Rere
"Ayah kamu neng nafas nya seperti udah mau... " suara ibu terhenti lalu di susul tangisan pilu
Bergegas Rere bangun dan beranjak dari tempat tidur nya lalu menuju ke kamar ayah. "Ayah Ayah Ayah" teriak Rere sambil menangis. "ibu, ayah kenapa bu" lanjut Rere sambil berteriak dan menangis.
ibu Rere mendatangi kamar dan melihat ayah dan Rere memegang tangan ayah, tunggu ya nak ibu mau panggil kakek dan nenek di rumah samping" sambil berlari ibu mendatangi rumah orang tua nya dan tidak lama kakek datang dan juga paman adik ibu. Rere masih menangis dan paman memberitahukan bahwa air mata tidak boleh menetes. cukup bacakan ayat suci al'quran atau surat yasin jangan menangis. itu akan memberatkan langkah ayah saat akan pergi menghadap ALLAH SWT. Rere tetap menangis, dia membayangkan bagaimana hidup nya tanpa ayah dan siapa yang akan membiaya hidup diri nya ibu serta adik perempuan dia yang masih berumur 2 tahun. ya jarak usia Rere dan Arsyila memang jauh berjarak 12 Tahun. seharus nya Rere anak bungsu tapi ntah kenapa ibu nya yang saat itu berusia matang 43 tahun hamil Arsyila mungkin ini yang di namakan rencana Tuhan.
"Ayah jangan sedih dan jangan kuatir ibu dan Arsyila akan Rere urus dengan baik, Rere akan bertanggung Jawab untuk hidup ibu dan Arsyila
jika ayah sudah tidak kuat melawan sakit ayah, Rere ikhlas ayah, ayah jangan sedih dan jangan nangis" bisik Rere sambil mencium pipi, tangan dan juga telapak kaki ayah nya. lalu mundur kebelakang kakek dari ibu nya. lalu menunduk sambil membaca Ayat suci al'quran. kemudian kakek mendekat ke arah ayah. ntah apa yang di bisikan kakek ke ayah. tidak lama ayah menghembuskan nafas terakhir.
"Ayah kamu sudah tidak ada" sambil menoleh ke arah aku, ibu dan ketiga saudara dan saudariku
"Ayah" tanpa sadar Rere berteriak dan merangkak ke arah jenazah ayah lalu memeluk nya.
"Sudah Rere tidak boleh seperti itu, ikhlaskan, Ayah kamu sudah tidak sakit" begitulah bibi dari ibu membelai punggung dan membisikan kalimat itu ke Rere.
"Jangan menangis nanti air mata nya jatuh ke pipi, itu tidak boleh" begitu lanjutnya. dan terdengar juga tangisan 3 saudara dan saudari rere. dan saat menoleh kebelakang terlihat ibu sedang menangis dan menggendong Arsyila. Rere anak ke 4 dari 5 bersaudara. dia tetap menangis dan perlahan mundur kebelakang tidak ingin mengganggu keluarga nya yang ingin mengurus jenazah ayah.
Duduk di belakang dengan tatapan kosong dia memikirkan ayah nya yang telah pergi untuk selamanya, dia tidak dapat lagi bertemu sang ayah, lalu bagaimana dengan nasib ke 4 saudara nya setelah ayah pergi terutama Arsyila yang masih sangat kecil. lalu dia menoleh ke ibu nya yang terbiasa di manja oleh ayah tidak boleh bekerja ataupun berjualan, biarkan ayah yang mencari uang untuk keluarga. Meski hidup sederhana dan terkadang sulit keluarga Rere hidup dengan bahagia. dan 2 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan ikut bersama kakek dan nenek dari ibu. hanya Rere yang ikut ayah dan ibu tinggal di salah satu kota di Jawa Tengah hal itu di sebabkan karena faktor ekonomi.
Setelah ayah sakit keluarga Rere pulang ke kota di mana orang tua nya lahir dan besar di salah satu kota di Jawa Barat. Ayah Rere sudah mengindap kanker paru-paru sejak usia Rere 10 tahun. dan saat ayah meninggal Rere usia nya 14 tahun. ayah sudah berjuang 4 tahun lama nya, walaupun sakit ayah tetap bekerja untuk memenuhi kewajiban nya sebagai seorang suami dan ayah. sesekali Rere ingat ayah dan ibu nya menangis bersama saat ayah mengeluarkan darah dari mulut. sedih sekali saat itu. sampai akhir nya ayah menyerah tidak lagi berobat karena uang sudah sangat tidak ada, seluruh tabungan habis dan sering juga ayah dan ibu meminta uang untuk berobat kepada orang tua ibu dan aset warisan ayah sudah habis dijual, tidak murah berobat untuk kanker. dan ayah sudah tidak memiliki apapun hanya tinggal rumah yang di tempat ini nenek dari ayah yang sekarang saat itu sudah sangat tua. dan 1 sawah untuk biaya hidup nenek dan rencana nya untuk biaya kuliah Rere dan Tia kakak perempuan nya.
"Rere kamu tidur dan kalian juga" ujar bibi sambil menoleh kepada 3 saudara dan saudari Rere. "jangan di tangisi, Ayah kalian sudah tidak sakit, dan kamu Inah jangan nangis nanti anak-anak kamu terpuruk walaupun kamu sedih, jangan perlihatkan itu ke anak-anak kamu" lanjut bibi menasehati ibu. "ini sudah takdir dari ALLAH SWT, yang lebih sayang sama suami kamu abbas" pungkas nya.
ibu tidak menjawab dan tidak juga berhenti menangis dia sangat terpukul dan bingung dengan apa yang terjadi itu yang dapat di lihat dari ibu inah. "kalian pergi tidur besok ibu bangunkan setelah sholat subuh, tidurlah nak ibu yang akan jaga Ayah di sini" ujar ibu sambil menatap pilu suami nya yang sudah tiada.
"Rere bangun nak, sudah subuh, sholat sana doakan bapak" bisik ibu. Rere diam tidak begeming tapi mata nya sudah terbuka, dia berharap ini mimpi bukan kenyataan, semoga ayah nya masih hidup dan berjuang melawan sakit nya. perlahan Rere merangkak ke arah pintu, dan melihat ibu nya sedang menatap jenazah sang suami tercinta sambil menggendong Arsyila dan sesekali mengusap air mata di pipi ibu.
"ternyata ini bukan mimpi" ucap Rere sambil menangis.
persiapan untuk penguburan ayah sudah selesai setelah sholat dhuhur ayah akan di bawa ke pemakaman umum untuk di makamkan. Teman sekolah Rere dan Tia pun datang dan ikut serta mensholati ayah Rere dan tia. setelah selesai keranda Ayah di bawa
"Ayah Ayah Ayah" Rere dan Tia berteriak, ketika Rere akan berlari ke arah ayah nya dengan sigap bibi memeluk erat Rere kuat dan berkata "ikhlaskan neng" lalu bibi memberi kode tangan supaya jenazah terus dibawa kemakaman tidak mungkin kedua anak nya ikut serta ke pemakaman jika dilihat dari berata histeris nya Rere dan Tia.
Setelah keranda ayah di bawa ke makam dan setelah selesai teman sekolah Rere dan Tia kembali ke sekolahan dan sebelum nya berpamitan terlebih dahulu kepada keluarga yang di tinggalkan dan membawa sumbangan dari sekolah. Kebetulan Rere dan Tia bersekolah di sekolah yang sama. Tia sudah tingkat 3 SMA dan Rere tingkat 1.
Tanpa terasa air mata Rere berjatuhan, dia mengingat betul pedih dan sedih nya hidup tanpa ayah setelah kepegian sang ayah hanya ibu inah yang menjadi tulang punggung keluarga karena 5 anak nya belum bekerja karena 2 anak laki-laki nya kehilangan pekerjaan karena ada nya phk sepihak dari perusahaan. dimana perusahaan ingin mengganti karyawan tetap menjadi karyawan kontrak jadi harus merubah management di perusahaan nya tersebut. dan itu terjadi sebelum ayah Rere meninggal.
Jadi ingat betul Rere hanya mengandalkan ibu nya yang hanya buruh cuci dan menjual gorengan keliling. Rere membantu ibu nya sebelum dan setelah sekolah. Rere menjaga adik nya yang masih 2 tahun. hidup nya rumit begitupun hubungan nya dengan kakak perempuan nya memang tidak begitu dekat karena mereka terbiasa terpisah dimana Tia ikut sang nenenk dan Rere ikut orang tua nya di salah satu kota di Jawa Tengah.
Flashback Selasai
"Ayah Rere kangen Ayah, sekarang Rere punya banyak uang, tapi uang Rere tidak bisa mengembalikan ayah" isak tangis Rere menggema di kamar nya.
"Ayah dulu ayah pernah berkata, coba ya neng bapak ada uang pasti bapak bisa di rawat di rumah sakit dan bapak bisa sembuh" kenang Rere.
Sekarang Rere ada uang tapi Rere merasa uang nya tidak ada berarti karena tidak bisa menyembuhkan dan membawa sang ayah. Rere melanjutkan tangis hanya dia yang merasakan kesedihan nya itu. tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa kepergian sang ayah menggores luka dan trauma yang sangat besar bahkan geri sahabatnya, keluarga besar maupun sang ibu. Mereka berpikir Rere baik-baik saja dan kesuksesan adalah kebanggan buat mereka tanpa mereka sadari itu sumber kesedihan terbesar bagi Rere, uang nya dia miliki tidak dapat membantu mengembalikan ayah nya yang sudah tiada.
"Ayah Rere kangen" tangis nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!