NovelToon NovelToon

I'LL ALWAYS LOVE YOU

1. Insiden Pertemuan Pertama

Gulungan ombak besar di pantai menarik perhatian beberapa orang untuk berselancar ataupun berenang disana. Cuaca cerah hari itu menjadi pendukung untuk menikmati keindahan pantai dengan deburan ombak yang mempesona.

Seorang wanita tengah berjalan dengan menenteng sandal di satu tangan. Kaki telanjangnya ia biarkan begitu saja, membiarkan jari-jari kakinya tersiram ombak dan pasir.

Rambut panjang yang tergerai dengan topi yang melindungi kepala dari terik matahari siang itu, serta celana denim pendek dan kaus putih yang di lapisi kemeja tipis tanpa kancing sesekali berkibar karena hembusan angin.

Wanita itu menghentikan langkah, menatap lautan yang berada di depannya, lalu memejamkan mata, menikmati hembusan angin dan percikan air laut yang mengenai wajah.

Di arah yang berlawanan, seorang pria tengah asik dengan ponsel tanpa melihat keadaan sekitar. Satu tangannya yang lain memegang gelas berisi es kelapa muda yang masih penuh.

Pria yang hanya mengenakan celana pendek dan kemeja tanpa kancing itu, justru memperlihatkan tubuh sempurnanya dengan otot perutnya yang di biarkan terpampang jelas.

Pria itu melangkah sembari memotret keindahan pantai, sesekali berselfie tanpa memperhatikan jalan yang di laluinya. Hingga hal yang tak dapat terelakkan terjadi,

BRRUKK,,,!!

CURR,,,!!

"Aahh,,,!!!" wanita itu terpekik ketika seseorang menabrak sekaligus menumpahkan minuman dingin ke tubuhnya.

Sandal di tangannya refleks terjatuh, ia melangkah mundur, sembari satu tangan yang lain mengusap air dingin yang mengalir dari bahu hingga kaki.

"Astaga,,, maaf,, maaf,, maaf," respon penuh sesal yang di keluarkan pria itu membuat wanita itu mendongak untuk melihat siapa yang telah menabraknya.

Pria itu membungkukkan badan, berulang kali mangatakan maaf, seolah ingin menegaskan bahwa dia menyesali perbuatannya, gelas yang berisi air es sebelumnya ia biarkan mendarat dengan mulus di atas pasir.

"Maafkan saya, Nona. Sungguh, saya tidak sengaja melakukannya," sesalnya.

Pria itu melepaskan kemejanya dan segera menyampirkan ke tubuh wanita yang telah sebagian basah karena air dari gelas miliknya.

"Saya tidak memiliki sapu tangan, tapi tolong gunakan ini dulu untuk sementara," harap pria itu.

"Saya akan membelikan pakaian baru untuk Anda, bisakah Anda ikut saya membeli pakaian untuk Anda kenakan?" harap pria itu.

Wanita itu menyipitkan mata dan menatap pria itu curiga.

"Tolong jangan salah paham!" sambut cepat pria itu, menyadari tatapan curiga yang di berikan wanita itu padanya.

"Saya hanya ingin menebus kesalahan saya, ini sungguh-sungguh kecelakan yang tidak saya sengaja," lanjutnya.

Pria itu memperlihatkan penyesalan tulus di wajahnya, cukup untuk membuat si wanita melunak. Hingga wanita itu tersenyum sebelum berkata,

"Tidak apa-apa, ini akan kering dengan sendirinya nanti," jawab si wanita.

"Ah ya,, Sebaiknya Anda ambil kembali kemeja Anda, ini hanya akan ikut basah jika terus seperti ini," lanjutnya seraya melepas kemeja dari bahunya.

"Tidak,, Tidak. Tolong gunakan itu untuk sementara," tolak pria itu yang kini bertelanjang dada sembari menahan tangan si wanita. Membiarkan kemejanya tetap tersampir di bahu wanita itu.

"Mari," ajak si pria.

Wanita itu mendesah pelan, memilih untuk menurut mengikuti langkah pria asing di depannya.

Pria itu menuju toko kecil yang berada di area pantai, membiarkan si wanita memilih sendiri pakaian yang dia inginkan.

Tak berselang lama, si wanita keluar dari kamar ganti dengan pakaian baru yang dia pilih.

Seolah baru saja menyadari wajah wanita itu sepenuhnya, si pria terpana melihat sosok wanita yang kini berdiri di depannya.

"Biarkan saya mengambil ini," ucap pria itu merebut pakaian kotor milik si wanita.

"Saya akan mencucinya, dan memberikannya kepada anda setelah bersih," sambungnya.

"Di mana anda tinggal?" tanya pria itu.

"Anda tidak perlu melakukan itu, saya bisa membersihkan pakaian itu sendiri. Dan lagi anda sudah membelikan saya pakaian baru untuk di pakai," tolak si wanita.

"Tidak, Tolong biarkan saya melakukannya," pinta pria itu bersikeras.

"Saya merasa tidak enak jika anda yang melakukannya disaat sayalah yang mengotori pakaian anda," sambungnya.

"Baiklah, terserah anda," jawab si wanita menyerah.

'Aku sedang tidak ingin berdebat, toh aku belum tentu akan bertemu dengannya lagi, birkan saja,' pikirnya.

Pria itu tersenyum senang dan membungkus pakaian kotor itu untuk di bawa pulang.

"Saya Joel, saya tinggal tidak jauh dari sini," paparnya memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan.

"Ariel," jawabnya menyambut uluran tangan Joel.

"Apakah anda juga tinggal di sekitar pantai ini?" Joel bertanya.

"Anda bisa berhenti bersikap formal jika anda mau," sambut Ariel.

"Tempat tinggalku berjarak sekitar 20menit berkendara dari sini," lanjutnya.

"Apakah anda tidak keberatan?" tanya Joel memastikan.

"Tidak sama sekali," jawab Ariel.

"Terima kasih," sambut Joel tersenyum lebar.

"Bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" pinta Joel sopan.

"Untuk?" tanya Ariel mengerutkan keningnya.

"Memudahkan ku untuk mengembalikan ini padamu," jelas Joel menunjukkan kantong baju di tangannya.

"Ah,,,, Baiklah," jawab Ariel.

Ariel memberikan nomor ponsel miliknya.

"Apakah kamu datang bersama seseorang?" tanya Joel setelah menyimpan ponsel di saku celana.

"Aku datang sendiri," jawab Ariel.

"Apakah kamu keberatan jika aku mengajakmu berkeliling?" tanya Joel lagi.

"Tidak," sambut Ariel.

Keduanya mulai melangkah menyusuri tepi pantai, menikmati semilir angin yang menerpa wajah mereka. Membiarkan butir-butir pasir menyapu kaki telanjang mereka.

"Bukankah pantai ini sangat indah?" ucap Joel memcah keheningan.

"Ada saat- saat tertentu pantai ini memiliki ombak yang lebih besar dari yang sekarang, dan itu membuatku bersemangat," ungkap Joel.

"Kamu suka berenang?" tanya Ariel.

"Lebih tepatnya, berselancar," terang Joel.

"Mengesankan," sambut Ariel.

"Jadi, apa yang kamu suka dari pantai ini,?" tanya Joel.

"Hmmm,,," Ariel berpikir sesaat sebelum menjawab.

" Kamu benar tentang keindahan pantai ini, dan aku setuju. Namun, pantai ini juga memiliki ketenangan tersendiri bagi pengunjungnya, dan yah, aku suka di sini karena itu," papar Ariel.

Joel mengangguk setuju dengan senyum cerah menghiasi wajahnya. Obrolan mereka berlanjut hingga matahari mulai terbenam.

Ariel pamit pada Joel untuk pulang. Dengan berat hati, Joel hanya mengangguk.

Joel masih menatap punggung Ariel yang melangkah menjauh, bahkan ketika Ariel telah menghilang dari pandangannya, Joel masih belum beranjak dari tempatnya.

'Ku harap, kita segera bertemu lagi, Ariel,' harap Joel dalam hati.

Dering telepon menyadarkan Joel yang segera merogoh saku celanannya. Dalam layar ponselnya tertera ' Elena ' sebagai nama pemanggil.

"Ya?" sambutnya setelah Joel menempelkan ponsel ke telinga

"Maafkan saya menganggu waktu Anda, Dok. Tapi, ada keadaan mendesak, dan ini melibatkan Anda. Saya tidak berani melawan karena Dokter Seth yang memulainya," ucapnya menjelaskan situasi.

"Aku akan segera kesana," jawab Joel.

"Baik," jawabnya lalu mematikan teleponnya.

"Masalah apa lagi sekarang?" desahnya pelan.

Joel segera meninggalkan pantai menuju rumah sakit tempatnya bekerja. Waktu liburnya terganggu karena posisi dirinya yang menjadi dokter baru di rumah sakit dimana dia di pindahkan.

Joel tiba di rumah sakit dan segera di sambut oleh perawat yang menghubunginya beberapa waktu lalu, dan menjelaskan situasinya.

"Saya sudah menjelaskan pada dokter Seth untuk menunda operasi seperti perintah anda. Namun, dokter Seth mengatakan operasi akan tetap di jalankan. Hasilnya , operasi tidak berjalan baik, dan pasien masih belum sadar bahkan saat efek bius telah hilang," terangnya.

" Dimana dia?" tanya Joel.

"Di ruangannya, dok," jawab Elena.

"Apakah keluarga pasien ada yang mengetahui hal ini?" tanya Joel lagi.

"Untuk sekarang masih belum," jawab Elena.

"Aku akan coba mengatasi ini, jika keluarga pasien bertanya, katakan saja tidak ada hal buruk terjadi. Jangan katakan apapun selama kita bisa mengatasinya. Itu hanya akan membuat mereka panik,!" pinta Joel.

"Baik," jawabnya patuh.

Joel memasuki ruang rawat pasien dan mulai memeriksa kondisinya. Senyum kecil tumbuh di bibirnya saat mengetahui kondisi pasien sama sekali tidak ada masalah.

Tanpa membuang waktu, Joel mendatangi ruangan Seth, dan melihanya menelungkupkan wajahnya di meja.

"Dia baik-baik saja, Seth," ucap Joel membuat Seth mengangkat wajahnya, menatap Joel tak percaya.

"Yah,, itu berkatmu. Kamu bisa mengatasinya. Aku lebih lama di sini, tapi kaulah yang selalu membantuku menyelesaikan masalahku dan kekacauan yang ku timbulkan," ucap Seth jujur.

"Aku pernah berada di posisimu sebelum di pindahkan ke kota ini, Seth," sambut Joel.

"Dan aku bersikap breng**k saat pertama kali bertemu denganmu," ungkap Seth tersenyum malu.

"Aku pulang dulu," ucap Joel mengabaikan ucapan Seth.

"Baiklah, maaf menganggu waktu liburmu," tutur Seth.

"Aku tidak merasa terganggu, itu memang tugas kita sebagai dokter," sambut Joel tersenyum.

Jeol pun meninggalkan Seth, dan berniat kembali ke rumahnya untuk istirahat. Namun, lagi-lagi hal tak terduga kembali terjadi.

Sorang wanita tengah menunggunya di samping mobil miliknya. Joel menatap wanita itu dengan tatapan marah.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Joel dingin.

"Ayolah, Joel. Jangan bersikap dingin padaku. Aku hanya merindukanmu, itu sebabnya aku menemuimu," sambutnya tenang.

"Kau sudah melihatku, sekarang pergilah," usir Joel.

"Kasar sekali," sindir wanita itu.

"Kau menjadi orang yang jauh berbeda dengan saat kau mencintaiku dulu," sambungnya.

"Aku justru merasa lebih baik dari dulu," sambut Joel tersenyum sinis.

"Aku tak yakin soal itu, kecuali kau jatuh cinta lagi," tukas wanita itu lagi.

"Jika kau sudah selesai bicara, menyingkirlah! Kau menghalangi mobilku," ucap Joel sembari mengeser tubuh wanita itu dari mobilnya.

"Joel,,,!" panggil wanita itu sembari menahan tangan Joel.

"Tidak bisakah kita kembali seperti dulu?" tanya wanita itu tengan tatapan sendu.

"Tidak,!" tegas Joel menarik paksa tangannya dan masuk ke dalam mobil.

Tanpa menghiraukan wanita itu lagi, Joel menjalankan mobilnya, mengabaikan teriakan wanita yang terus memanggil namanya.

Jesica, nama wanita itu. Wanita yang pernah mengisi hatinya. Namun hubungan mereka berakhir saat Joel tau, Jesica menjalin hubungan dengan sahabatnya sendiri.

Amarah yang muncul tiba-tiba memenuhi hati Joel. Tanpa di sadarinya, Joel telah menambah kecepatan mobilnya. Berharap segera mencapai rumah.

ZRASSHHH,,,,,

Hujan pun turun membasahi jalanan kota yang di lalui Joel. Saat itulah ban mobilnya tiba-tiba tergelincir. Membuat Joel kehilangan kendali mobilnya hingga menabrak seorang wanita yang hendak menyeberang jalan.

BRAAKKK,,,,,!!!!

CIITTT,,,,!!!!

Suara benturan mobil dan decit ban yang bergesekan dengan aspal yang cukup keras menarik perhatian orang-orang yang segera berkumpul untuk melihat apa yang terjadi.

"Ya Tuhan,,," desis Joel.

Joel segera keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan wanita yang telah di tabraknya.

"Ariiell,,,!!" desis Joel melihat Ariel, wanita yang baru saja di kenalnya tergletak bersimbah darah.

"Ya tuhan,,, apa yang sudah aku lakukan," sesal Joel sembari mengangkat tubuhnya yang terkulai tak bergerak.

"Saya akan membawanya ke rumah sakit, dan saya akan bertanggung jawab penuh dengan keadaanya," jelas Joel saat orang-orang berkumpul dan menatap dengan tatapan menghakimi.

Orang-orang pun mengangguk dan membantu membukakan pintu mobil Joel.

"Terima kasih," ucap Joel setelah masuk mobil dan segera melajukan mobilnya kembali ke rumah sakit.

"Jangan sampai terjadi hal buruk padamu, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi padamu, Ariel," gumam Joel sesekali menoleh ke belakang dimana Ariel terbaring.

Begitu tiba di rumah sakit, Joel memerintahkan perawat yang menyambutnya untuk menyiapkan perlengkapan serta pakaiannya.

"Aku yang akan mengurusnya, tidak perlu memanggil Seth," ucap Joel sebelum perawat itu sebelum banyak bertanya.

Ariel di rawat langsung oleh Joel hingga masa kritisnya terlewati.

Joel bahkan menunggu di samping ranjang dimana Ariel terbaring. Wajah pucatnya membuat hati Joel jatuh.

"Bagaimana aku bisa seceroboh ini?" sesalnya. "Kuharap laporan medisnya tidak buruk. Seumur hidupku, aku hanya akan berada dalam lingkaran penyesalan jika sesuatu yang buruk terjadi padamu, Ariel," ungkapnya pelan dengan suara bergetar.

Diam-diam, Joel mengagumi kecantikan yang di miliki Ariel. Kelembutannya saat mengobrol dengannya membuat Joel tidak bisa melupakan obrolan singkat yeng terjadi siang itu.

Joel duduk bersandar dengan tangan terlipat hingga kedua matanya tertutup, wajah lelahnya memperlihatkan rasa khawatir yang besar hingga Joel sendiri tidak tau dari mana asalnya rasa peduli yang muncul begitu saja.

...########...

2. Akibat Kecelakaan

Tinggalkan jejak kalian dengan koment, saran dan kritik kalian untuk menciptakan alur yang lebih baik.~~~

 

#####

Kembali ke beberapa saat sebelum terjadi kecelakaan yang menimpa Ariel.

Ariel baru saja keluar dari toko kue dengan tangan kosong dan wajah kecewa karena kue kesukaannya telah habis terjual.

Parahnya lagi, itu adalah toko terakhir yang dia kunjungi, dan Ariel memarkir mobilnya di seberang jalan, di dekat toko bunga yang tadi sempat di kunjunginya.

Berpikir, akan merepotkan jika dia membawa mobil dan harus memutar arah, Ariel memilih jalan kaki menuju toko kue yang baru saja di datanginya yang terletak berseberangan.

ZRAASSHHH,,,,,,!

Hujan deras tiba-tiba turun saat kakinya melangkah ke trotoar jalan. Ariel menengadah menatap langit,membiarkan wajahnya di basahi tetesan air hujan. Lalu berjalan dengan santai menuju penyebrangan jalan, mengabaikan air hujan yang membasahi tubuhnya.

Menanti lampu hijau menyala, Ariel tersenyum kecut pada dirinya sendiri. Wajahnya memancarkan kelelahan, kelelahan hatinya.

'Aku belum lama berada di kota ini, tapi semua terasa membosankan sekali. Aktivitasku pun tak berubah sama sekali, melatih musik, bermain dan tampil. Setelah itu aku bisa istirahat satu bulan penuh,' keluhnya dalam hati.

Lampu penyebrangan akhirnya berkedip hijau, Ariel pun melangkah pelan menyebrang jalan, ketika sebuah mobil hilang kendali karena banya yang tergelincir dan melaju kencang kearahnya.

Ariel yang saat itu terlambat untuk menghindar, merasakan mobil itu menghantam tubuhnya. Membuat tubuhnya melayang dan terjerembab di atas aspal dengan genangan air hujan.

BRUUKKK,,,,!!

'Ugh,,, kepalaku sakit sekali, aku juga tidak bisa merasakan tubuhku lagi,' rintih hatinya.

"Ariel,,,!" desis seorang pria.

Di ujung kesadarannya yang mulai memudar, dan pandangannya yang menjadi buram, Ariel samar-amar mendengar seseorang menyebut namanya. Suara yang terasa familiar dan asing diwaktu yang sama, hingga dunia gelap menyambutnya.

 ---------

Ariel mengerjap untuk membuka matanya. Namun, saat matanya terbuka, dunia di sekitarnya berputar, membuatnya kembali memejamkan mata.

Sekali lagi Ariel mencoba membuka matanya, warna putih di sekelilingnya membantunya memulihkan sebagian kesadarannya dan mencoba bangun dari tidurnya. Tetap saja, semua terasa berputar, dan rasa nyeri di sekujur tubuhnya terasa semakin kuat.

"Ughh,,,!" Ariel mengerang pelan sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Eh,,," gumamnya pelan dengan tangan yang meraba-raba kepalanya yang telah terpasang perban.

"Apa ini?" tanyanya bingung, lalu menjatuhkan kepalanya lagi ke bantal saat rasa sakit di kepala kembali menyerangnya.

"Arrghh,,," erangan pelan Ariel terdengar bertepatan dengan pintu yang terbuka.

Joel muncul dari balik pintu dan mendengar erangan pelan Ariel yang mencoba bangun dari berbaringnya.

"Ariel,,,!" seru Joel terkejut melihat Ariel yang mencoba untuk bangun.

"Kamu tidak boleh banyak bergerak dulu," ucapnya khawatir sembari membantu Ariel berbaring lagi.

Ariel menatap pria yang berpakaian dokter menyebut namanya dengan tatapan bertaya.

"Kamu mengenalku? Apakah aku juga mengenalmu?" tanya Ariel menyipitkan mata.

Pria itu memberikan pandangan bingung, lalu tersenyum untuk menutupi sedikit rasa kecewanya karena Ariel telah melupakannya.

"Apakah mengetahui nama adalah hal aneh?" tanya Joel.

"Suaramu tak asing," sambut Ariel, lalu menatap lekat Joel yang berdiri di sampingnya.

"Ughh,,," Ariel kembali mengerang pelan saat mencoba kembali bangun dan memegangi kepalanya lagi.

"Kumohon,! Jangan banyak bergerak dulu," ucap Joel sedih.

"Kenapa kepalaku sesakit ini?" keluh Ariel.

Joel membantu Ariel kembali berbaring, memposisikan bantalnya di posisi nyaman bagi Ariel. Memperlakukan Ariel dengan sangat hati-hati.

"Pantai,,," gumam Ariel tiba-tiba.

Joel menatap Ariel lagi, memandangi wajahnya yang kini memiliki goresan luka, dan kepala yang di pasangi perban.

"Joel, benar kan?" ucap Ariel tidak mengalihkan pandangannya dari Joel.

"Ya, kamu benar," jawab Joel pelan.

"Ah,, maaf aku tidak bermaksud melupaknmu begitu cepat," ungkap Ariel melihat raut kecewa di wajah Joel.

'Payah sekali aku ini, bagaimana bisa aku melupakan orang yang baru saja mengobrol panjang denganku? Apakah daya ingatku juga menurun karena terlalu memikirkan si br*eng*sek itu?' batin Ariel.

Joel yang menyadari bahwa Ariel telah salah paham mencoba meluruskan dan menghilangkan rasa bersalahnya.

"Jangan meminta maaf padaku, Ariel. Dalam hal ini kamu tidak bersalah sama sekali. Toh pada akhirnya kamu mengenaliku," papar Joel.

"Akulah yang seharusnya minta maaf padamu," ungkap Joel.

"Kenapa kamu harus minta maaf? Tapi, kenapa aku ada di sini? Apa yang terjadi?" cecar Ariel.

Joel menunduk mengigit bibirnya. Matanya menatap lantai untuk sesaat lalu menatap mata Ariel dengan wajah penyesalan yang besar. Menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, Joel kembali membuka suara.

"Akulah yang menyebabkanmu berada di sini," ungkap Joel.

"Apa maksudmu?" tanya Ariel bingung.

"Apakah yang kamu maksudkan adalah kamu yang membawaku kesini?" tanya Ariel lagi. " Bukankah itu artinya kamu menlongku?" imbuhnya.

"Aku memang membawamu kesini, dan aku jugalah yang menyebabkanmu hingga kamu berada di sini," terang Joel.

Ariel menyipitkan matanya, menatap Joel yang gelisah. Ingatannya kembali ke saat dirinya tengah menyeberang jalan ketika tiba-tiba sebuah mobil menabraknya.

"Maafkan aku, Ariel. Aku sungguh ceroboh hingga kehilangan kendali saat mengemudi," sesal Joel. "Aku menyadari semuanya telah terjadi, dan melihatmu_,,," (Bersimbah darah) Joel melanjutkan perkataanya dalam hati.

' Jadi dia yang menabrakku? Dan langsung mengakuinya di depanku? Mengesankan? Haruskah aku berkata begitu? Cih,, ' gerutu Ariel dalam hatinya.

Ariel diam dan mengunci tatapannya pada mata Joel yang memperlihatkan penyesalan tulus serta rasa khawatir pada waktu yang sama.

"Kau seorang dokter?" tanya Ariel melihat pakaian yang di kenakan Joel.

Joel hanya mengangguk pelan.

"Dan kau yang merawatku?" tanya Ariel lagi.

"Aku tidak mungkin membiarkan orang lain mengambil alih untuk merawatmu," sambut Joel. "Mungkin terdengar egois, hanya saja aku tidak bisa membiarkan orang lain merawatmu saat akulah yang menyebabkan kamu berada disini," papar Joel.

"Oh,,, jadi jika bukan kamu yang menjadi penyebabnya, kamu tidak mau melakukannya?" cetus Ariel.

"Tidak, Bukan begitu," sanggah Joel. "Aku akan tetap melakukannya dengan atau tanpa alasan bahwa aku yang menjadi penyebabnya," sambungnya.

"Jika begitu, maka hal itu lebih dari cukup. Tidak perlu merasa bersalah seperti itu, kamu tidak sengaja melakukannya," tutur Ariel. "Kamu sudah mengakui juga menyesalinya," imbuhnya

"Jadi, kamu memaafkanku?" tanya Joel tak percaya.

"Ya," jawab Ariel singkat.

"Terima kasih banyak, Ariel," ucap Joel lega.

"Aku akan memeriksa kondisimu sebentar, dan kembali lagi nanti malam saat jam kerjaku selesai," papar Joel setelah melihat jam tangannya.

"Aku hanya sedikit sakit kepala, itu bukan hal serius kan?" tanya Ariel.

"Hasil pemeriksaanmu akan keluar nanti malam, aku akan membawanya saat mengunjungimu nanti," jawab Joel.

"Baiklah," jawab Ariel.

"Adakah keluarga yang bisa kamu hubungi untuk menjagamu?" tanya Joel.

"Tidak," jawab Ariel singkat.

"Orang tua,saudara atau_,,,,"

"Tidak ada siapapun," potong Ariel cepat.

Joel tertegun dan tidak lagi banyak bertanya. Matanya menatap lekat wajah Ariel yang kini memalingkan wajah darinya.

"Baiklah, aku akan kembali secepat yang aku bisa," ucap Joel. "Apakah kamu menginginkan sesuatu yang ingin kamu makan?" sambungnya.

"Apakah itu di perbolehkan?" tanya Ariel berbinar.

"Sejujurnya tidak, tapi aku akan memikirkannya jika itu cukup baik untukmu," sambut Joel sedikit geli dengan perubahan Ariel yang cukup cepat baginya.

"Cih,,," cibir Ariel memajukan bibirnya.

"Apa yang sebenarnya ingin kamu makan?" tanya Joel penasaran.

"Sup iga," jawab Ariel.

"Hemmm,,,," gumam Joel sembari meletakkan dua jari di dagunya.

"Jika hanya sup iga, aku bisa membuatkanya untukmu. Itu akan membuatku lebih bisa memperhatikan apa yang bisa dan tidak kamu makan," tawar Joel.

"Kamu bisa memasak?" sambut Ariel tak percaya.

"Jika hanya sup, aku bisa membuatnya, bagaimana?" Joel menawarkkan lagi sembari menaikkan alisnya.

"Sepakat," sambut Ariel.

Joel mengeleng-gelengkan kepalanya merasa lucu dengan sikap Ariel yang memiliki sisi kekakanan. Namun, entah kenapa, Joel justru menikmatinya.

Setelah memeriksa kondisi Ariel, Joel pergi meninggalkan ruangan dimana Ariel di rawat, membiarkannya untuk beristirahat.

...>>>>>>--<<<<<<...

3. Tamu Tak Di Undang

Tinggalkan jejak kalian dengan koment, saran dan kritik kalian untuk menciptakan alur yang lebih baik.~~~

------------ 

Ariel terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara berisik di sampingnya.

Di sana Joel berdiri tengah mengeluarkan rantang dari tas bekal terbuat dari kain. Aroma harum dari bumbu dan daging iga yang menyeruak keluar memenuhi penciuman Ariel membuat rasa laparnya meningkat.

"Sudah bangun?" sapa Joel menoleh dengan senyum di bibirnya.

"Harum sekali, jujur saja, ini membuatku lapar," sambut Ariel.

Joel terkekeh dengan sifat terus terang yang di tunjukkan Ariel padanya.

"Apakah kamu ingin makan sekarang?" tanya Joel.

"Ya, tolong,,!" sambut Ariel. " Aku lapar sekali. Aku tidak bisa makan makanan yang di sediakan di rumah sakit ini," terang Ariel.

"Baiklah, aku akan ambilkan untukmu," balas Joel.

Joel membantu Ariel duduk bersandar, meletakkan bantal di punggungnya agar dapat duduk dengan nyaman ketika makan.

"Jadi, kamu telah selesai bekerja?" tanya Ariel mengisi keheningan saat melihat Joel tanpa jas dokternya.

"Yah,, begitulah. Jam kerjaku telah berakhir, dan di gantikan orang lain," jelas Joel sembari kembali menyiapkan makanan.

"Begitukah?" jawab Ariel. "Lalu kapan kamu memasak?" tanya Ariel penasaran.

"Sebelum datang kemari," jawab Joel.

"Kamu tidak memasukan racun kedalamnya kan?" tanya Ariel penuh selidik.

"Astaga, Ariel," sambut Joel menepuk dahinya. " Aku bersumpah, aku benar-benar seorang dokter, bukan pembunuh," lanjutnya.

"Aku hanya memastikan," bela Ariel.

"Lalu apakah kamu sudah melihat hasil pemeriksaanku?" sambungnya.

Gerakan tangan Joel terhenti lagi lalu berbalik menghadap Ariel yang tengah menatapnya. Dirinya kembali ragu, haruskah Joel mengatakan yang sebenarnya sekarang?

Joel kembali meneruskan kegiatannya menyiapkan makanan untuk Ariel, lalu kembali berbalik menghadap Ariel dengan semangkuk sup di tangannya.

"Haruskah aku menyuapimu?" tanya Joel mengalihkan topik pembicaraan.

"Joel,,," protes Ariel karena pertanyaanya di abaikan.

"Hahhh,," desah Joel pelan. "Aku akan menjawabnya, tapi kamu harus makan dulu, aku tau kamu tidak makan sejak kamu sadar hari ini," ucap Joel. "itu laporan yang kudapat dari perawat yang merawatmu," imbuhnya

"Apakah aku tidak sadar dalam waktu lama?" tanya Ariel menerima mangkuk yang ada di tangan Joel dan mulai menyuapnya.

"Empat hari," jawab Joel.

"Uhukk,,,!" Ariel tersedak menyemburkan sup nya. " Candanmu buruk sekali," sembur Ariel menyeka mulut dengan punggung tangannya.

"Hei,,, bukan begitu caranya," sela Joel menurunkan tangan Ariel, lalu dengan lembut menyeka bibir Ariel dengan sapu tangannya.

"Sejujurnya aku juga sedikit terkejut, kamu baru saja sadar tapi memiliki tenaga yang cukup untuk mengomeliku," terang Joel.

"Tapi, hal itu juga tidak bisa menutupi fakta kamu tidak sadar selama empat hari," jelasnya.

Joel menghentikan gerakan tangannya dan menatap mata Ariel yang kini tepat di depannya.

Wajah mereka yang sangat dekat membuat jantung Joel berdetak kencang. Menelan ludahnya, mata Joel tertuju pada bibir Ariel, lalu kembali ke matanya.

"Jadi itu artinya kondisiku baik atau tidak?" tanya Ariel menyadarkan Joel dari lamunannya.

"Terdapat keretakan pada tulang fibula di kaki kirimu. Atau lebih tepat jika aku katakan itu patah. Dan, kepalamu juga mengalami benturan cukup keras, itu berdampak pada seringnya sakit kepala yang kamu rasakan setelah kamu sadar," terang Joel setelah beberapa saat terdiam.

Ariel tertegun dangan penjelasan Joel, dan menghentikan aktivitas makannya. Menyadari perubahan yang terjadi pada wajah Ariel, Joel kembali berkata.

"Itu bisa sembuh, hanya saja perlu waktu lebih lama dan perawatan khusus," ucap Joel.

Ariel terenyum tipis dan menaikkan bahu sebelum kembali melanjutkan makannya.

"Kamu bisa menghubungi polisi kapanpun kamu mau, Ariel," ucap Joel masih menatap Ariel.

"Kenapa aku harus menghubungi polisi?" tanya Ariel mengerutkan keningnya.

"Karena akulah yang telah menabrakmu, dan aku tak keberatan jika kamu melaporkanku," jelas Joel mulai memalingkan wajahnya.

"Dan kau bertanggung jawab tentang hal itu, bukankah begitu?" sambung Ariel.

"Yah,,, kurasa," jawab Joel tanpa menoleh.

"Maka, polisi tak di perlukan disini," balas Ariel, membuat Joel menoleh cepat kearahnya.

"Kamu yakin akan hal itu?" tanya Joel.

"Ya, aku sangat yakin. Oh,, aku sudah selesai," ucap Ariel menyodorkan mangkuk kosong pada Joel.

"Pernahkah ada yang mengatakan padamu bahwa masakanmu sangat enak?" sanjung Ariel saat Joel menerima mangkuknya.

"Apakah itu pujian?" tanya Joel dengan seringai di bibirnya.

"Eerrr,,,," Ariel memutar bola matanya sebagai tanggapan.

"Ha ha ha,,, sepertinya kamu bukan orang yang mudah memberikan sanjungan pada orang lain," tebak Joel geli.

"Apakah itu di perlukan?" sambut Ariel.

"Hemmm,,," Joel bergumam pelan sembari menatap lekat mata Ariel.

"Kata di perlukan terdengar meremehkan, tapi sanjungan itu sangatlah berguna untuk orang yang mendengarnya," jelas Joel.

"Termasuk untukmu," cetus Ariel.

"Yap,,," jawab Joel bersemangat. " Dan aku selalu menikmat setiap sanjungan yang ku terima," sambungnya.

"Sombong," cibir Ariel.

"Lebih tepatnya, sanjungan itu memang benar adanya," balas Joel.

"Terserah deh," sambut Ariel.

"Sikapmu membuatku berpikir bahwa seseorang baru saja menyakitimu hingga membuatmu menatap dingin pada siapaun yang mendekat padamu," tebak Joel.

DEG!

Ariel melebarkan matanya, menatap Joel dengan pandangan tak percaya bahwa dia bisa menebaknya dengan benar. Menutupi keterkejutannya, Ariel pun hanya mengangkat bahunya.

"Apakah itu artinya tebakanku benar?" tanya Joel.

Sebelum Ariel sempat menjawab, suara ketukan pintu terdengar.

TOK

TOK

TOK

Suara ketukan pintu membuat mereka mengalihkan perhatian mereka dan serentak menatap pintu, menunggu siapa yang datang saat malam dimana jadwal kunjung pasien telah berakhir.

Mereka secara bersamaan melebarkan mata mereka ketika pintu terbuka dan seorang polisi wanita muncul di balik pintu.

Polisi itu memasang wajah tegas, namun tetap bersikap ramah pada Ariel.

"Selamat malam," sapa polisi itu.

Ariel mengangguk dan tersenyum sebelum membalas sapaan polisi wanita itu.

"Selamat malam," balas Ariel.

"Mohon maaf, saya telah menganggu waktu istirahat anda," ucapnya sopan.

"Saya Charlie, saya adalah polisi yang bertugas untuk kasus kecelakaan dan lalu lintas. Saya ingin mendengar kesaksian anda dalam insiden kecelakaan yang anda alami," terang Charlie.

Ariel melirik Joel sekilas yang terlihat gelisah dengan mengigit bibirnya, sedetik kemudian mengarahkan pandangannya pada Charlie yang sedang berdiri di depannya.

"Saya akan melindungi anda jika anda menerima ancaman untuk kesaksian anda," sambung Charlie.

"Saya baik-baik saja sekarang, lagi pula saya juga tidak melihat wajah orang yang telah menabrak saya," sambut Ariel ramah.

"Apakah anda di ancam oleh pelaku yang menabrak anda?" tebak Charlie.

"Sama sekali tidak," sambut Ariel. "Saya memang benar tidak melihat wajah orang itu saat dia menabrak saya. Jadi, maaf sekali saya tidak bisa memberikan informasi yang lebih berguna," sambungnya.

"Apakah anda setidaknya mengingat mobil yang di gunakan?" tanya Charlie lagi.

"Tidak," jawab Ariel cepat. " Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Tidakah anda berpikir, pemilik dan si pengguna mobil bisa saja orang yang berbeda?" tanya Ariel mengecoh pertanyaan Charlie.

"Anda mungkin benar, namun saya harap, anda bisa bekerja sama, hubungi saya jika anda merasa tidak aman," terang Charlie seraya mengulurkan tangan memberikan kartu nama pada Ariel.

Ariel menerimanya dengan menyunggingkan senyum terbaiknya.

"Terima kasih banyak, petugas Charlie," sambut Ariel.

Charlie menatap tajam pada Joel yang memalingkan wajah darinya.

"Saya harap anda merawatnya baik-baik, Dokter,!" harap Charlie. "Nona Ariel masih sepenuhnya dalam perlindungan kami, jika terjadi sesuatu, kami harap anda dapat melapor pada kami," sambungnya.

"Tentu saja, ini sudah menjadi tugas murni saya," sambut Joel tersenyum.

Charlie akhirnya tersenyum dan mengulurkan tangan yang segera di sambut Joel.

"Terima kasih atas waktunya, saya akan pergi agar pasien anda bisa beristirahat," ucap Charlie.

Charlie berpaling dari Joel dan menatap Ariel.

"Semoga kesehatan anda segera membaik, nona," tuturnya saat menjabat tangan Ariel.

Ariel mengangguk dan berterima kasih. Dengan hal itu, Charlie pun pergi meninggalkan ruang rawat, meninggalkan mereka kembali berdua.

"Kamu mengenalnya?" tanya Ariel tiba-tiba saat Charlie menghilang dari pandangan mereka.

"Kamu juga mengenalnya bukan? Dia baru saja memperkenalkan dirinya," sambut Joel.

"Kamu tau persis apa yang aku maksudkan, Joel. Tidak ada gunanya kamu mengelak!" sindir Ariel.

"Apa maksudmu?" elak Joel.

"Dia mengenalmu dengan baik seperti hanya kamu mengenalnya," jelas Ariel.

"Apakah kamu menebak-nebak?" tanya Joel tersenyum.

"Dia tau kamu dokter di saat kamu tidak mengenakan pakaian doktermu, bagaimana kamu akan menjelaskan itu?" tukas Ariel.

Senyum di wajah Joel memudar.

"Baiklah, kamu mendapatkaku," sambut Joel. "Tapi aku tidak mengenalnya dengan baik, itulah kebenarannya. Aku hanya pernah terlibat dengan sebuah insiden dan dialah yang menyelidikinya," terang Joel.

"Hanya itu?" tanya Ariel menyipitkan mata.

"Tentu saja hanya sebatas itu, apa yang kamu harapkan? Hmm?" tanya Joel sembari mengeleng-gelengkan kepalanya.

Ariel hanya menaikan bahunya sebagai tanggapan.

"Istirahatlah, ini sudah larut,!" pinta Joel.

"Dan kamu akan pergi?" tanya Ariel.

"Aku akan tetap di sini, tapi jika kamu merasa tidak nyaman dengan keberadaanku, aku akan pergi," terang Joel.

"Terserah kamu saja," sambut Ariel.

'Apa-apaan aku ini? Aku hampir saja mengataakan agar dia pergi dari sini. Jika aku mengusirnya, dia mungkin akan kembali menyalahkan diri sendiri lagi, menyebalkan!!!" gerutu hati Ariel.

Joel membantu Ariel kembali berbaring, tangannya merapikan selimut yang menutupi tubuh Ariel. Tak butuh waktu lama hingga Ariel akhirnya tertidur dengan Joel duduk di kursi yang ada di samping ranjang.

...>>>>>--<<<<<...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!