"Apa kau tahu betapa khawatirnya aku padamu, hem? Lain kali, kau harus hati-hati, Dear."
"Aku tidak apa-apa, aku menikmatinya, Gavin."
Gavin menghela napas berat mendengar jawaban gadis yang sedang ia khawatirkan itu, gadis yang baru saja kecelakaan karena mabuk saat menyetir mobil, tapi masih sempat tertawa meskipun sekarang ia sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Yah, meskipun sebenarnya dia tidak mengalami luka berat.
"Rose, kami mengkhawatirkanmu," ujar Gavin dengan raut wajah yang sendu. "Aku bahkan langsung bergegas ke sini, meninggalkan pekerjaanku begitu saja karena aku takut kau kenapa-kenapa."
"Aku terluka, tapi setidaknya aku masih hidup," kekeh Belle sambil menggerling nakal pada Gavin, membuat pria itu mendelik kesal.
"Oh ya, tolong pastikan tidak ada yang tahu bahwa aku kecelakaan, atau media akan menyebarkan berita yang heboh dengan headline Rossabelle Lucette Mayer kecelakaan karena menyetir dalam keadaan mabuk. Uh, aku tidak mau itu terjadi."
Rossabelle Lucette Mayer, gadis berusia 24 tahun itu adalah seorang model yang sedang naik daun. Popularitasnya tak hanya mengguncang kota London, tapi seluruh negara Inggris, bahkan sampai ke luar negeri.
Wajah cantiknya bak bidadari dari khayangan, tubuhnya yang seksi terpahat sempurna, seolah Tuhan menciptakanya saat sedang tersenyum. Dengan semua keindahan itu, tak ada yang tidak jatuh padanya. Tak terkecauli Gavin Elbert.
Pria yang lebih muda beberapa bulan dari Rossabelle itu telah jatuh cinta padanya sejak kecil, dan perasaan Gavin sudah menjadi rahasia umum, meski hubungan mereka tak lebih dari sahabat. Selain itu, Gavin memutuskan menjadi bodyguard pribadi Rossabelle untuk memastikan keselamatan gadis yang dicintainya.
"Aku akan mengurusnya, jangan khawatir," kata Gavin sembari melempar senyum manis. "Dokter bilang kau bisa pulang setelah ini," tambah Gavin sambil memeriksa luka Rossabelle di keningnya. "Apa ini sangar sakit?"
"Sedikit," jawab Rossabelle. "Oh ya, apa kau tahu di mana Noah? Kenapa dia tidak datang, padahal aku sudah memberi tahu kalau aku masuk rumah sakit."
Wajah Rossabelle langsung ditekuk saat menyebutkan nama Noah, pria yang sudah dia hubungi sejak tadi, tapi tak kunjung datang.
"Mungkin dia masih di jalan," jawab Gavin.
Rossabelle hanya bisa menghela napas berat, hingga tiba-tiba ada yang datang dan itu membuatnya langsung tersenyum lebar.
"Hello, my sexy bodyguard!" sapa Rossabelle sambil melemparkan senyum manisnya.
"Kau dari mana saja, Noah?" tanya Gavin yang langsung menatap kesal sahabat yang lebih muda darinya itu.
"Sibuk," jawab Noah singkat, bahkan ia tampak enggan memabalas sapaan Rossabelle.
Noah Winston, pria yang juga lebih muda dari Rossabelle dan Gavin itu memang memiliki sifat yang dingin. Namun, Rossabelle dan Gavin sangat mencintainya, mereka bertiga adalah sahabat yang tumbuh bersama sejak kecil, dikarenakan ayah mereka juga sahabat yang sudah menjadi suadara.
Sama seperti Gavin, Noah juga menjadi bodyguard pribadi Rossabelle, yang akan selalu menjaga gadis itu dari bahaya apapun. Namun, sikapnya yang dingin membuat ia seperti orang yang tidak peduli, bahkan tak punya simpati.
"Hanya itu lukamu?" Noah menyentuh kening Rossabelle yang terluka.
"Hanya kau bilang?" pekik Rossabelle kesal. "Apa kau tahu bagaimana rasanya kecelakaan? Ini sangat sakit, aku sampai pusing, bahkan tadi aku pingsan sebentar." Gadis itu mengadu dengan memasang wajah memelas, ingin menarik perhatian Noah sekali saja.
"Luka seperti ini tidak akan membunuh," sahut Noah dengan santainya yang membuat sang model menganga.
"Tapi dia terluka, dan itu pasti sakit," ujar Gavin. "Apa kau tidak kasihan padanya?"
"Tidak," jawab Noah tanpa ragu.
"DASAR ES BALOK!" seru Rossabelle kesal, tetapi Noah tampak tidak mempedulikan hal itu.
"Ayo pulang, ibumu sudah menelepon berkali-kali!"
Bukannya memperlakukan Rossabelle dengan lembut selaku bodyguard, Noah justru menarik tangan wanita itu hingga ia terpaksa melompat turun dari ranjang.
"Noah, dia pasti masih pusing!" seru Gavin. "Biar aku ambil kursi roda sebentar!"
"Buang waktu!" ucap Noah yang langsung mengangkat Rossabelle ke pundaknya, membawa Rossabelle seperti sekarung beras.
Tentu saja itu membuat Rossabelle berteriak kesal, apalagi tindakan Noah membuat kepalanya semakin pusing.
"Aunty Louisa sudah menelepon puluhan kali, jika kau tidak pulang dalam waktu 20 menit maka kau akan di larang bekerja selama 20 hari!" papar Noah.
"Setidaknya jangan gendong dengan cara seperti itu!"
"Kepalaku pusing, Tuan es balok!" gerutu Rossabelle. "Aku mau di gendong Gavin saja!" pintanya kemudian.
Tanpa pikir panjang, Noah langsung memberikan Rossabelle pada Gavin, seperti dia memberikan bayi pada pengasuh yang lain untuk di gendong.
Berbeda dengan Noah, Gavin menggendong gadis itu seperti bridal style, dan Rossabelle langsung melingkarkan tangannya di leher Gavin dengan manja.
"Oh ya, tolong jangan beri tahu mommy dan daddy kalau aku kecelakaan karena sedikit mabuk," cicit Rossabelle, ia menatap dua pria tampan itu penuh harap.
"Aku sudah memberi tahunya," jawab Noah dengan santainya yang membuat Rossabelle hanya bisa menghela napas berat.
"Kau benar-benar tidak bisa diajak kerja sama," kata Gavin. "Sesekali berpihak lah pada Rose, jangan terus mengadu seperti itu!"
"Aku tidak mengadu," bantah Noah dengan ekspresi datar. "Aku hanya menjawab pertanyaannya."
"Astaga, bocah yang satu ini!" geram Rossabelle kesal.
Di antara mereka bertiga, Noah yang paling muda, dan dia akan memanggil pria itu bocah saat ia kesal.
Sebenarnya, Rossabelle dilarang pergi apalagi menyetir sendiri, tapi gadis itu cukup keras kepala, suka membantah perintah orang tuanya.
Sama seperti gadis muda lainnya, Rossabelle ingin memiliki kehidupan yang bebas, bersenang-senang sampai larut malam, dan menikmati alkohol mahal dalam sebuah club.
Namun, dia adalah putri tunggal dari Ethan Mayer dan Louisa Rae. Pewaris kekayaan orang tuanya, yang pasti memiliki musuh dalam bisnis, yang mungkin akan mencelakainya karena berbagai alasan. Juga, masa lalu ayahnya yang sebagai seorang Mafia tidak akan membiarkan mereka hidup seperti orang normal.
Meskipun Ethan bukan lagi bagian dari organisasi The Eagle, dan telah menyerahkan kerajaan bawah tanahnya itu pada Joel, tetapi tak akan ada yang bisa yang benar-benar bersih dari masa lalu sebagai Mafia.
Apalagi Ethan adalah seorang Don Mafia, yang telah banyak membantai musuhnya.
Masa lalu yang kelam, pasti akan menjadi bayangan hitam masa depan.
Alasan yang lain Rossabelle tidak boleh pergi, adalah karena dia seorang model yang sedang berada di puncak popularitas. Ke mana pun wanita itu pergi, atau apapun yang dia lakukan, pasti akan menjadi incaran orang-orang.
Kini, mereka bertiga sudah ada dalam mobil Noah. Gavin duduk di belakang, menemani Rossabelle yang masih mengeluh pusing. Sementara Noah bertindak sebagai sopir.
"Bulan depan aku ada jadwal pemotretan di Paris," kata Rossabelle sambil tersenyum sumringah.
"Batalkan!" seru Noah yang langsung membuat Rossabelle melotot terkejut.
"Kenapa?" tanyanya.
"Bulan depan aku harus ikut daddy ke Moscow," jawab Noah.
"Oh, itu masalahmu," kata Rossabelle cuek. "Aku akan tetap pergi bersama Gavin."
"Aku bodyguard-mu, kau tidak bisa pergi tanpaku."
Rossabelle menganga mendengar apa yang Noah katakan, sementara Gavin hanya bisa menghela napas berat.
"Sejak kapan bodyguard mengatur sang Nona, huh?" teriak Rossabelle kesal.
"Aku akan menjaganya, jangan khawatir," kata Gavin.
"Itu perintah dari uncle Ethan dan aunty Louisa, kita berdua harus selalu bersama saat menjaganya," sahut Noah yang masih memasang wajah tanpa dosa.
"Oh my bodyguard!" geram Rossabelle kesal.
...🦋...
Rossabelle Lucette Mayer 😘
Rossabelle bersembunyi di balik tubuh kekar Gavin saat sang Ibu menghampirinya dengan wajah yang sangar.
"Kau mabuk?" Mom Louisa mendesis tajam sambil berkacak pinggang. "Sudah tahu tidak kuat minum, masih minum dan menyetir pula setelah minum?"
"Mom, aku tidak sengaja melakukannya." Rossabelle berkilah untuk membela diri sendiri.
"Kalau kau jatuh padahal sudah jalan hati-hati, itu namanya tidak sengaja, Rose! Tapi kau sengaja menyetir setelah minum?"
Rossabelle mencubit lengan Gavin, memberi isyarat bahwa ia butuh bantuan saat ini.
"Aunty, tolong jangan marahi Rossabelle," pinta Gavin. "Ini salahku, seharusnya aku menjaganya apalagi aku sudah bersedia menjadi bodyguard pribadinya. Jadi, ini salahku karena membiarkan dia pergi sendiri."
Gavin melirik Noah, berharap sahabatnya itu juga membantu membela Rossabelle. Namun, berbohong tidak ada dalam kamus hidup Noah.
"Rose berbohong pada kami," kata Noah yang membuat Rossabelle melotot. "Dia mengirim pesan dan mengatakan sedang tidur di rumah."
Rossabelle kini melotot marah, begitu juga dengan Gavin. Dalam hati, mereka merutuki pria es balok itu.
Sementara Mom Louisa kini semakin murka pada putrinya itu.
"Aku mengizinkan kamu melakukan apapun yang kamu mau, Rose, termasuk menjadi model. Dengan syarat kau harus selalu dijaga, tapi kenapa kau melanggar syarat yang Mommy berikan, huh?"
Rossabelle cemberut, hingga tiba-tiba ia melihat sang Ayah yang baru turun dari kamar.
"Daddy!" teriak Rossabelle, bahkan gadis itu langsung berlari menghampiri sang Ayah.
"Hey, Honey!" Daddy Ethan langsung menyambut putrinya itu dalam pelukannya. "Daddy dengar kau kecelakaan, apa kau baik-baik saja?"
"Aku sedikit terluka, Dad." Rossabelle memasang wajah memelasnya, dan itu bekerja dengan baik untuk menarik perhatian sang Ayah.
"Coba Daddy lihat!" Ia memeriksa luka di kening Rossabelle. "Hanya luka kecil, akan sembuh dalam beberapa hari."
"Dokter bilang aku butuh istirahat," kata Rossabelle. "Jadi, bolehkah aku ke kamar sekarang?"
"Tentu, Sayang," jawab sang Ayah yang langsung membuat istrinya mendengus kesal.
"Jangan terlalu memanjakannya!" dengus Mom Louisa kesal. "Dan kau selalu berbicara dengannya seperti berbicara pada anak kecil, dia sudah dewasa!"
"My girl, dia akan tetap menjadi putri kecilku," kekeh Daddy Ethan. "Jangan melarangku memanjakan putri tunggalku, hem?"
Mom Louisa hanya berdecak menanggapi permintaan sang suami.
"Oh ya, kalian mau menginap di sini?" tanya wanita itu pada Gavin dan Noah.
"Aku akan pulang," jawab Noah.
"Aku juga." Gavin menimpali.
"Terima kasih sudah mengantar Rossabelle," ucap Mom Louisa. "Oh ya, kalau kalian ingin fokus bekerja membantu daddy kalian, maka lakukan itu. Kami akan mencari bodyguard yang lain untuk Rose, apalagi semakin lama jadwalnya semakin padat."
"Pekerjaan utama kami menjadi bodyguard Rose, Aunty," sahut Gavin. "Membantu orang tua kami itu adalah pekerjaan selingan, lagi pula kami juga mendapatkan gaji dengan menjaga Rose" kekehnya.
Menang benar, Daddy Ethan membayar Gavin dan Noah dengan gaji yang sangat tinggi. Ia sangat percaya kedua putra sahabatnya ini akan selalu menjaga Rossabelle dengan baik. Dan tidak ada yang bisa ia percaya lebih dari Gavin dan Noah sebagai bodyguard Rossabelle.
"Kau benar," ucap Mom Louisa. "Aku hanya berpikir mungkin kalian ingin berkarir juga, dan kalian harus melakukan itu. Tidak ada masa depan yang cerah dengan menjadi bodyguard."
"Warisan orang tua kami masa depan yang cerah," sahut Noah yang langsung membuat semua orang menganga, kemudian tertawa. Laki-laki sejati mana yang akan mengandalkan warisan orang tua?
Noah mengernyit bingung karena mereka tertawa, padahal baginya tidak ada yang lucu. Ia hanya berbicara fakta.
"Aku pulang dulu," pamit Noah kemudian. "Selamat malam, Aunt, Uncle."
"Aku tidak bawa mobil, antarkan aku ke rumah!" seru Gavin yang langsung mengekori Noah.
Mom Louisa dan Daddy Ethan memperhatikan dua pemuda yang lebih muda dari Rossabelle itu, tapi memiliki sikap yang jauh lebih dewasa. Bahkan, saat meraka bersama, yang menjadi bungsu justru Rossabelle.
...🦋...
Tiga hari setelah kecelakaan itu, Rossabelle kembali pada aktivitasnya sebagai model. Dan kali ini ia melakukan pemotretan di kolam sebuah hotel.
Orang-orang memperhatikan gadis itu yang terlihat sangat seksi dan menggoda, bahkan para pria seolah tak bisa berkedip.
Tak terkecuali, seorang pria tampan dan gagah yang bernama Dimitri. Pria itu terus menatap Rossabelle dengan mesum, ia mengusap bibirnya sendiri dan membayangkan bagaimana jika wanita cantik nan seksi itu ada di bawahnya, menjerit saat ia memanjakannya.
"Siapa dia, Pedro?" tanya Dimitri pada pria yang ada di sisinya.
"Rossabelle Mayer, seorang model yang sedang mencuri perhatian di seluruh penjuru negeri," sahut Pedro.
"Wow!" Dimitri berseru takjub.
"Aku ingin contact-nya!" seru Dimitri. "Aku beri kau waktu 24 jam!"
"Baik, Tuan Dimitri," jawab Pedro patuh.
Sementara itu, Rossabelle sunggguh menikmati acara pemotretannya. Ia sangat pandai berpose, bahkan matanya yang indah juga seolah ikut berbicara. Itu adalah salah satu hal yang membuatnya selalu berhasil menarik perhatian orang.
Setelah pemotretan selesai, manager Rossabelle yang bernama Anna langsung mengarahkan sang model ke kamar untuk berganti pakaian. Dan tentu, Noah juga Gavin mengikutinya dari belakang.
"Kau benar-benar membuat orang tak bisa berkedip, Rose," kekeh Anna sembari mengambilkan baju sang model.
"Sebenarnya bukan itu yang aku mau," kata Rossabelle sembari mengambil handuk. "Aku hanya suka berpose, kemudian salah satu teman menyarankan aku menjadi model. Aku hanya mencobanya sekali, tapi tawaran datang berkali-kali."
"Kau beruntung sekali," sahut Anna. "Aku akan menyiapkan air hangat untukmu."
"Tidak usah, Anna, aku akan mandi sebentar saja. Aku lelah dan ingin tidur."
"Kau tidak ingin makan sesuatu?" tanya Anna.
"Ah, tidak," tolak Rossabelle. "Oh ya, berikan akses masuk ke kamarku pada Noah dan Gavin."
"Baiklah."
...🦋...
Di kamar yang berbeda, Dimitri senang bukan main setelah mendapatkan laporan dari Pedro bahwa wanita yang ia incar ada di kamar yang bertepatan di sisi kamarnya.
"Apa kau yakin, Pedro? Kau tidak salah lihat?" tanya Dimitri ingin memastikan.
"Tidak, Tuan," jawab Pedro yakin. "Aku melihat dengan jelas, wanita itu masuk ke kamar nomor 414. Dia ada di sebelah kita."
Sorot mata Dimitri kembali berubah mesum, ia menjilati bibirnya sendiri. "Kalau begitu, aku harus bisa mengajaknya berkenalan malam ini."
"Kau suka masakan di sini?" Rossabelle menatap Noah yang sejak tadi hanya diam saja.
Saat ini mereka sedang ada di restaurant hotel, menikmati makan malam bersama.
"Hem," jawab Noah cuek.
"Ini cukup enak," kata Gavin.
"Aku juga rasa ini enak," sambung Anna.
Namun, Rossabelle tidak ingin tahu pendapat Gavin dan Anna. Ia hanya ingin tahu pendapat Noah karena pria itu tidak terlihat menikmati makanannya.
"Kau ingin makanan yang lain?" tanya Rossabelle lagi.
"Tidak." Noah kembali menjawab dengan cuek.
"Lalu kenapa kau tidak tidak terlihat tidak selera?" desak Rossabelle yang mulai kesal. "Apa salahnya kau mengatakan sesuatu yang lebih banyak, huh?"
Noah menaikkan sebelah alisnya, heran dengan pertanyaan Rossabelle.
"Kau mau aku mengatakan apa?" tanya Noah.
"Bagaimana rasa makanannya?" Rossabelle mencoba bertanya dengan lembut, bahkan ia juga tersenyum manis. "Menurutmu bagaimana rasa steak restaurant ini?"
"Steak-nya rasa steak," jawab Noah ada apa adanya yang membuat Rossabelle menganga, sementara Gavin dan Anna hanya bisa terkekeh geli.
"Lain kali jangan bertanya apapun pada es balok ini, Dear," kata Gavin. "Dia tidak bisa merasakan apapun."
"Mungkin Noah perlu kekasih," sambung Anna. "Biasanya seseorang yang dingin seperti dia, akan cair saat menemukan cintanya."
"Uh, aku tidak yakin ada wanita yang tertarik pada es balok seperti dia," dengus Rossabelle.
"Kau juga tidak?" Noah melontarkan pertanyaan itu dengan asal, tetapi Rossabelle justru menanggapinya dengan serius.
"Aku sayang padamu, tapi tidak tertarik sebagai wanita pada pria," papar Rossabelle dengan ragu, takut membuat sahabatnya itu sedih. "Aku harap kau tidak tersinggung."
Bukannya tersinggung, Noah justru mengernyit kan kening saat mendengar apa yang wanita itu katakan.
"Kau bicara apa?" tanya Noah.
Rossabelle termangu melihat wajah bingung Noah. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah Noah benar-benar tidak mengerti maksudnya, atau hanya pura-pura?
Sungguh tidak ada yang bisa menebak isi otak pria tampan di depannya ini.
"Aku mau ke rest room," ujar Rossabelle sembari beranjak dari kursinya.
"Biar aku temani," kata Gavin sembari juga beranjak dari kursinya.
Tak jauh dari sana, Dimitri duduk manis sambil menatap Rossabelle tanpa berkedip. Pria itu sudah tergila-gila pada sang Model, bahkan membuat dadanya bergemuruh, tak sabar ingin mengajaknya berkenalan.
"Betapa beruntung dua pria yang bersamanya itu." Dimitri menatap Noah yang masih duduk di kursinya, kemudian ia menatap Gavin yang pergi bersama Rossabelle.
"Dua pria itu adalah Bodyguard pribadinya, Tuan Dimitri," kata Pedro. "Tapi aku dengar, mereka juga sahabatnya."
Seketika Dimitri terkekeh mendengar apa yang Pedro katakan.
"Wanita dan pria tidak akan pernah menjadi sahabat, Pedro," kata Dimitri. "Kecuali sahabat ranjang," tambahnya.
Pedro tak menanggapi.
"Aku yakin, mereka berdua pasti sudah merasakan tubuh Rossabelle yang seksi itu. Tidak mungkin tidak, aku berani bertaruh," ucap Dimitri lagi.
Pedro masih diam, enggan menanggapi komentar Tuan-nya yang memang mata keranjang ini. Rossabelle bukan lah wanita pertama yang pria itu inginkan, padahal ia sendiri sudah memiliki istri yang tak kalah cantik dan seksi.
Tak berselang lama, Rossabelle kembali muncul dan Dimitri langsung menghampiri gadis itu, membuat Rossabelle terkejut.
"Hai," sapa Dimitri dengan senyum manisnya.
"Halo," balas Rossabelle dengan ramah.
"Rossabelle, aku fans-mu!" Dimitri langsung mengulurkan tangan, dan Rossabelle pun menerimanya. Ini bukan kali pertama ada yang tiba-tiba datang dan menyapa seperti ini. Jadi, Rossabelle tidak menaruh curiga apapun.
"Senang bertemu denganmu," kata Rossabelle menyambut uluran tangan Dimitri. Awalnya, itu biasa saja hingga Rossabelle merasa ada yang berbeda dari pria itu.
Dimitri mengelus punggung tangannya, dan juga melempar tatapan mesum, hingga secara spontan Rossabelle menarik tangannya.
Noah dan Gavin menyadari hal itu, mereka berdua bisa menebak apa yang Rossabelle rasakan dari sorot mata dan raut wajah wanita itu.
Dimitri terkejut dengan apa yang Rossabelle lakukan, apalagi tatapan yang tadinya ramah, kini berubah marah
"Waktunya istirahat!" seru Gavin sembari merangkul Rossabelle, membawanya menjauh dari Dimitri.
"Ayo pergi!" seru Noah pada Anna.
"Tapi kita belum selesai makan," rengek Anna.
"Selesaikan jika kau mau," sahut Noah kemudian ia mengiktu Gavin dan Rossabelle.
Anna berdecak kesal, dan mau tak mau ia pun ikut pergi.
Dimitri tidak melakukan apapun, ia hanya terus menatap punggung wanita itu dengan mesum. "Tidak salah lagi," kekeh Dimitri saat melihat bagaimana Gavin merangkul sang Tuan Putri. "Bodyguard mana yang bisa seintim itu? Ah, aku jadi penasaran, sudah berapa pria yang wanita itu layani selain kedua bodyguard-nya itu."
Dimitri mengusap bibirnya sendiri. "Aku harus mendapatkannya sebelum aku kembali ke Russia."
...🦋...
"Apa kau tidak apa-apa, Dear?" Gavin menelisik wajah Rossabelle, ingin memastikan keadaan wanita itu.
"Aku baik-baik saja," jawab Rossabelle. "Aku hanya kesal dengan tatapan mesum pria asing itu."
"Abaikan saja," pinta Gavin. "Kau masih ingin makan, atau ingin istirahat?"
"Aku sudah kenyang." Rossabelle langsung menjatuhkan dirinya ke sofa. "Kalian boleh pergi, aku mau mandi, setelah itu tidur."
"Ide bagus," sahut Anna. "Besok pagi jam setengah 6 kau harus sudah siap untuk pemotretan outdoor."
Rossabelle mengangguk mengerti.
"Langsung hubungi kami jika kau butuh sesuatu," kata Gavin sembari mengusap kepala Rossabelle.
Lagi-lagi Rossabelle hanya mengangguk.
Setelah ketiga orang itu pergi, Rossabelle langsung pergi mandi.
Sementara Gavin dan Noah kini masuk ke kamar mereka, dan Gavin terus mengoceh kesal mengingat apa yang Dimitri lakukan.
"Semua orang menghormati Rose karena dia gadis yang baik, tapi juga banyak orang, khususnya orang-orang seperti Dimitri yang melecehkan Rose hanya karena dia seorang model."
"Aku ingin sekali mematahkan tangan pria itu, kemudian mencolok matanya, dan mengeluarkan otaknya yang mesum itu."
"Aku bahkan ingin merebus kepalanya."
Berbeeda dengan Gavin yang tak bisa mengontrol rasa kesalnya, Noah justru diam saja, bahkan raut wajah pria itu datar, dan sorot matanya juga kosong.
"Apa kau tidak kesal melihat apa yang dia lakukan pada Rose?" ketus Gavin karena sejak tadi Noah tidak bereaksi.
"Dia belum mencelakai Rose," sahut Noah. "Tidak ada alasan untuk kesal."
"Tapi dia membuat Rose tidak nyaman, dia memegang tangan Rose seperti ini!"
Gavin menarik tangan Noah, dan mempraktikan apa yang Dimitri lakukan pada Rose.
"Itu sudah pelecehan!" seru Gavin kesal.
"Kalau begitu patahkan tangannya jika dia melakukannya lagi," kata Noah. "Malam ini sebaiknya kita tidur, Rose juga baik-baik saja."
Gavin membuang napas kasar, ia juga menatap Noah dengan kesal.
Terkadang, Gavin bertanya-tanya, apakah Noah sungguh peduli atau tidak pada Rossabelle?
Pria itu selalu tenang dalam segala keadaan, bahkan melihat Rossabelle menangis karena diganggu teman kelasnya dulu, dia masih tidak bereaksi sama sekali, seolah tidak peduli.
Pria itu juga diam saja ketika ada senior yang mengerjai Rossabelle saat mereka baru masuk sekolah.
Namun, dugaan itu musnah ketika Gavin teringat dulu Noah hampir mati untuk menyelamatkan Rossabelle.
Saat mereka masih remaja, mereka naik perahu di danau, Saat di tengah danau, ternyata perahunya bocor dan mereka harus berenang ke tepi.
Namun, pelampung Rossabelle tidak berfungsi. Lalu, Noah memberikan pelampungnya sendiri, dengan alasan dia laki-laki dan pasti kuat berenang ke tepi. Padahal saat itu ia tidak bisa berenang karena kakinya cidera.
Ah, jangan lupakan juga apa yang membuat kakinya cidera. Itu karena ia dia menyelamatkan Rossabelle dari tabrak lari.
Mengingat semua itu, membuat Gavin bingung.
Sebenarnya Noah peduli pada Rossabelle apa tidak?
...🦋...
Si keren Noah (23)
...🦋...
Si manis Gavin (24)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!