NovelToon NovelToon

Ketika Aku Memilih Diam

1.Pov Anyelir

Di bawah setiap wanita yang kuat dan mandiri, akan selalu ada seorang gadis kecil yang patah hati yang harus belajar bagaimana caranya bangkit kembali dan tidak pernah bergantung pada siapa pun.

Antara berharap namun seolah merasa pilu saat mengingat putri kesayanganku yang tidak bisa mendapatkan kebahagiaan yang tulus dari cinta kasih kedua orang tuanya.

Namaku Anyelir Arabella, diluar sana orang sering bilang bahwa aku adalah seorang gadis yang periang, yang selalu bisa menghibur mereka dikala rasa bosan melanda, namun setelah sampai didalam rumahku yang sudah aku anggap sebagai Neraka Dunia itu, suasana hatiku akan berubah drastis menjadi suram.

Andai putriku tidak terlahir di dunia ini, mungkin aku lebih baik menghilang dari muka bumi ini, agar aku tidak lagi merasakan apa itu yang namanya luka dan menanggung apa itu sakit hati.

Tapi aku harus tetap berjuang hidup dan terlihat baik-baik saja didepan Putriku, karena gadis kecil itu tidak bersalah, dia tidak tahu apa-apa, karena semua yang terjadi saat ini memang berawal dari sebuah Kesalahan dari diriku sendiri.

Jauh didalam lubuk hatiku, aku pun ingin berontak, seolah aku ingin melawan dunia yang menurutku terlalu kejam, namun kata sesal memang selalu datang di akhir.

Penyesalan dimana dulu aku masih sangat belia, pemikiranku belum dewasa, hingga akhirnya aku melakukan kesalahan terbesar yang membuat aku merasakan ketakutan, merasa sangat bersalah, karena tidak bisa melupakan kejadian saat masih menuntut ilmu di bangku Sekolah Menengah Atas.

Kalandra Sailendra, dialah nama suamiku yang sudah berhasil menyiksa batin dan juga ragaku, Dia seorang CEO di perusahaan milik kedua orang tuanya.

Dia dikenal sebagai pribadi yang kompeten, cerdas dan baik hati kepada orang-orang disekelilingnya, dan kenyataannya memang begitu, karena hanya denganku saja dia seolah menjadi pribadi lain, hanya denganku saja dia menjadi manusia yang egois dan penuh dengan kebencian karena satu dendam yang mungkin akan dia bawa sampai mati.

Walau awalnya aku sempat terkejut bukan maen, dan tidak menyangka dia akan menjadi seperti itu, namun akhirnya aku berusaha tegar untuk menerimanya, jika memang itu bisa membuatnya puas saat melihat aku sengsara.

Aku tidak ingin lari, aku tidak ingin kabur atau pergi dan aku tidak ingin menghindari masalah ini lagi, seperti disaat aku masih di bangku Sekolah Menengah Atas dulu.

Kini semua aku terima apapun yang akan dia lakukan kepada diriku, aku memilih pasrah saja, atau mungkin Tuhan memang mentakdirkan dia datang kedalam kehidupanku sebagai penebus dosa-dosaku yang sebenarnya tidak aku sengaja, karena aku pun ikut terluka saat itu.

Dan kini, hanya putriku lah penyemangat hidupku, dia sudah berumur lima tahun sekarang, namanya Kanaya Putri Sailendra.

Untung saja, walaupun suamiku membenci diriku, tapi dia tidak membenci Kanaya, dia bahkan sangat menyayanginya, karena itulah aku tetap ingin bertahan dengannya. Walau rasaku terhadap suamiku seolah sudah pudar dan hilang terbawa angin karena semua sikap-sikapnya selama lima tahun ini.

Bayangkan saja selama lima tahun itu, dia seolah menggangap aku sebagai seorang penjahat, namun aku harus tetap takhluk kepadanya sebagai seorang istri.

Soal nafkah lahir dia memang tidak pernah mengabaikannya, dia selalu memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami dengan memberikan banyak tanpa pelit soal materi, dan memang untuk masalah harta aku tidak perduli, karena aku juga satu-satunya penerus dari perusahaan keluargaku.

Namun soal nafkah batin, jangan harap akan seperti pasangan-pasangan pada umumnya, kalau dia butuh pelampiasan atau Oli didalam tubuhnya yang mungkin memang sudah berkarat didalam sana, dia baru mengajakku. Itupun sesuka hati dia melakukannya, seolah tanpa rasa cinta sama sekali.

Kalau burung perkututnya itu sedang On dan ingin bersiul, dia tidak perduli aku sedang apa dan dimana, sesuka hatinya saja melepas pakaian atau menyibakkan rok milikku, entah itu disudut ruangan, diatas kursi sofa tamu atau bahkan di Taman belakang, asalkan burungnya itu bisa keluar masuk dengan bahagia didalam sangkarnya.

Pemanasan? sebuah kepuasan? mendapatkan sebuah kenikmatan? atau bahkan untuk mende sah seperti pasutri lainya yang bisa terbang ke awang-awang setelah sama-sama sampai ke puncak asmara? owh.. aku sama sekali tidak berani berharap walau hanya sekejab saja.

Selama lima tahun ini kami selalu tidur terpisah, aku lebih banyak tidur bersama Kanaya, dan dia tidur di kamar lain dirumah kami.

Saat ini Kanaya masih kecil, dia belum tahu apa-apa, kalau dia merindukan ayahnya karena pulang malam setelah kerja lembur di Kantor ataupun kerja lembur di rumah wanitanya, malam berikutnya Kanaya selalu meminta agar kami tidur bertiga.

Dan Kalandra pun memenuhi permintaannya, namun saat Kanaya sudah tertidur, dia pasti akan pindah kembali ke kamarnya.

Seperti itulah kebiasaannya, aku pun sudah tidak perduli lagi, karena mungkin hatiku sudah terlalu sakit saat mengingatnya, jadi mungkin saat ini hatiku sudah terasa hambar, ibarat nasi rasanya sudah tidak manis dan pulen lagi, dimakan pun tawar tapi mau dibuang pun belum basi.

Diriku hampir sama seperti nasi yang berada didalam panci magicom selama tiga hari tiga malam, masih tetap hangat diluar namun rasa didalamnya sudah tidak akan sedap lagi.

Kalau kalian tanya kenapa aku bisa bertahan sampai sejauh ini, selain karena Kanaya juga karena kedua Mertuaku, mereka tetap baik denganku dan Kalandra pun selalu bersikap baik denganku saat mereka berkunjung kerumah untuk melihat cucu kesayangannya, seolah rumah tangga kami harmonis dan baik-baik saja, karena memang aku adalah wanita pilihan dari kedua orang tua Kalandra.

Orang tuaku dan orang tua Kalandra berteman baik sejak dulu, bahkan perusahaan kami juga saling bekerja sama dan saling menguntungkan satu sama lain, hingga perusahaan kami saat ini berkembang pesat.

Mungkin mereka ingin agar jalinan perusahaan kami tidak terputus dan memutuskan untuk menjodohkan kami berdua.

Saat itu aku masih ragu, namun Kalandra terlihat begitu manis dan tulus mengatakan kepadaku, agar mau menerima perjodohan ini, karena dia pun bilang denganku, bahwa dia juga sudah menyukaiku sejak lama.

Betapa senangnya hatiku kala itu, ternyata gayungku bersambut, aku sudah mengaguminya sejak masih di bangku sekolah dan aku rasa dia tahu akan hal itu.

Dulu, aku sering mengajak Geng di Sekolahku untuk menggoda dia, atau sekedar menggangunya, namun seolah dia tidak punya rasa kepadaku.

Aku tipe orang yang penasaran, siswa-siswa cowok lain seolah bersaing mengejarku, namun Kalandra selalu mengabaikan aku dan membuatku semakin merasa penasaran.

Dan ternyata dibalik semua penolakan dia terhadap sikap-sikap manisku, ternyata ada gadis lain yang sudah menjadi tambatan hatinya.

Saat aku pulang ke negara dimana aku dilahirkan, aku mendapatkan kabar tentang perjodohan ini, awalnya aku ragu saat mengingat Kalandra saat di sekolah dulu selalu menolak perlakuan baikku dan sudah punya kekasih lain.

Namun Kalandra begitu meyakinkan aku bahwa kejadian itu hanya masalalu dan hanya sebuah cinta monyet belaka yang biasa terjadi di kalangan remaja anak SMA.

Tapi ternyata fakta setelah ada kata SAH diantara kami berdua adalah...

"Anyelir, apa kamu benar-benar percaya bahwa aku menikahimu karena memang mencintaimu?" Disaat kami baru saja masuk kekamar pelaminan yang sudah dihias begitu cantiknya, tiba-tiba Kalandra masuk dengan ocehannya yang membuatku tersentak kaget.

"Maksud kamu apa Kala? bukannya kamu sendiri yang bilang, kalau kamu sudah melupakan Jenny dan ingin merajut kasih denganku!" Padahal aku baru saja ingin mandi berendam dengan kembang tujuh rupa, agar ritual malam pertama ku saat itu terkenang sepanjang masa.

"Cih... Apa kamu sepolos itu, apa kamu pikir aku akan dengan mudahnya melupakan orang yang paling berarti di hidupku, TIDAK SAMA SEKALI!"

Namun kata-katanya sungguh terasa menusuk hatiku, padahal aku benar-benar mencintainya, dari dulu hingga sampai detik ini.

"Kalandra?" Aku bahkan sampai kehabisan kata-kata dan hanya air mata saja yang tahu betapa hancurnya hatiku kala itu.

"Sampai kapanpun itu, aku akan tetap mencintai satu gadis, yaitu Jenny seorang!"

"Lalu kenapa kamu menikahiku!" Aku sungguh-sungguh ingin tahu apa alasannya dia meminta aku kepada kedua orang tuaku untuk menjadikan aku istrinya.

"Gara-gara kamu, hidup Jenny jadi kacau, lalu apa aku akan diam saja ketika kamu sudah berhasil merenggut semua impiannya, owh... tentu saja kamu juga harus merasakan hal yang sama dengannya!"

"Apa kamu hanya ingin balas dendam denganku?" Tanyaku dengan bibiir yang sudah gemetar.

"Setidaknya, aku tidak akan membiarkan perjalanan hidupmu merasakan apa itu yang dinamakan BAHAGIA!"

Kata-kata itu seolah seperti Bom yang meledak diatas kepalaku dan menghancurkan hatiku hingga berkeping-keping.

"Okey, jika itu membuat kamu dan wanitamu puas, sekarang tinggalkan aku sendiri!" Aku sudah tidak bisa lagi berpikir, saat itu aku hanya ingin menangis dan meluapkan rasa kecewaku sendiri saja didalam kamar itu.

"Enak saja, aku sudah merogoh kocekku cukup dalam untuk membelimu dengan kata mahar, jadi tentu aku akan menikmatinya terlebih dahulu malam ini!" Dia langsung mendorong tubuhku hingga aku jatuh diatas kasur empuk itu dengan kasar.

"Jangan Kala!" Saat itu aku mulai merasa ketakutan, tubuhku seolah bergetar karena perlakuannya yang kasar denganku.

"Apa hakmu melarangku, aku ini suami sah mu!" Teriaknya dengan wajah yang seolah penuh dengan rasa kebencian dan dia mulai membuka paksa semua pakaian milikku dan membuangnya kesembarang arah, aku sulit menolaknya karena dia seperti orang yang kemasukan iblis dari neraka.

Jleb!

Dalam isak tangisanku, aku melihat dia tersenyum saat itu, karena mungkin telah berhasil mendapatkan keperawananku yang telah aku jaga selama ini.

Dan akhirnya dia melakukan tugasnya sebagai seorang suami walau tanpa rasa cinta dihatinya, bahkan mungkin seluruh jiwanya hanya tertanam sebuah kebencian dan rasa ingin membalas dendam semata.

Setelah malam pertama pernikahan dengan penuh paksaan itu terjadi, dia mengakui semua perasaannya, dia mengeluarkan segala unek-unek dari dalam hatinya selama ini.

Dan saat ini, aku sudah lupa tentang apa itu rasa bahagia, tapi aku lebih memilih DIAM, biarkan saja dia dan wanitanya menyiksaku, setidaknya dosa-dosaku bisa berkurang karena kejahatan mereka berdua.

Tapi aku yakin, Tuhan itu maha melihat, Tuhan itu maha adil dan Tuhan itu selalu tahu kapan Kita harus Bahagia.

Beri wanita rasa sakit dan dia akan mengubahnya menjadi kekuatan. Beri wanita itu kekacauan dan dia akan menciptakan sebuah kedamaian.

HAI BESTIE-BESTIEKU TERSEGALANYA, JUMPA LAGI DENGAN AUTHOR DI NOVEL TERBARU😊

JANGAN LUPA TEKAN TANDA 'LOVE' NYA, AGAR MENDAPATKAN NOTIF UP DATE TERBARU DARI AUTHOR😘

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA KALIAN SUKA, BIG HUG BUAT KALIAN SEMUA🤗

2.Indahnya Masa Sekolah

Dan semua mimpi buruk dari Anyelir yang kini menjadi sebuah kenyataan itu, berawal dari saat Anyelir dan Kalandra masih dibangku Sekolah Menengah Atas.

Senin pagi disebuah Sekolah Menengah Atas yang paling bergengsi di kota itu diawali dengan sebuah kegiatan rutin yaitu Upacara Bendera.

Kalandra sebagai salah satu anggota OSIS disana, sudah standby sebagai petugas yang akan membantu ketika ada siswa yang pingsan saat upacara bendera, mengingat suasana pagi itu sudah sangat terik sekali.

"Tiga A, cepat masuk kedalam barisan kalian, nggak usah banyak gaya kalian!" Ucap Wali kelas dari Anyelir.

"Sabar dong pak, masih pake sunscreen dulu ini."

Tiga A adalah nama dari Geng Anyelir, yang beranggotakan Anyelir, Adinda dan Alenka. Mereka tiga sekawan yang tidak terpisahkan kemanapun dan dimanapun, soal tampang mereka sudah tidak diragukan lagi, soal harta kekayaan masing-masing adalah pewaris dari perusahaan keluarga yang kaya raya, dan soal prestasi di sekolah mereka bertiga adalah rangking pertama, kedua dan ketiga, namun peringkat dari belakang.

"Cuma mau upacara bendera aja pake dandan segala, cepat lari kalian!" Ucap Wali kelas mereka yang hanya bisa geleng kepala, mau marah tapi seolah sudah bosan karena setiap hari mereka selalu membuat ulah, mau melaporkan kepada orang tua mereka, namun orang tua mereka masing-masing adalah para penyumbang dana terbesar di sekolah itu.

"Nanti kalau wajah kita gosong gimana dong pak, aset masa depan yang berharga ini loh!" Umpat Anyelir yang tetap menatap wajahnya dengan cermin kecil yang selalu menjadi penghuni kantong bajunya.

"Iya kan, emang kalau wajah kita sampai iritasi dan merah-merah gitu, bapak mau tanggung jawab?" Adinda pun langsung ikut menimpali, seolah tidak ada guru yang mereka segani di sekolah itu.

"He em, nanti anak bapak yang tampan itu selingkuh lagi dari aku, emang nggak kasian apa sama calon mantu kamu ini pak?" Alenka bahkan dengan Percaya dirinya pamer tanpa rasa canggung apalagi malu.

"Calon mantu?" Wali kelas mereka itu langsung berpikir sejenak.

"Loh.. bapak nggak tahu ya kalau, Alenka adalah kekasih putra bapak?" Ucap Anyelir yang semakin membuat Wali kelasnya melongo.

"Maksud kamu Rico?" Dia langsung mengingat nama putra pertamanya.

"Hehe... Iya pak, kami baru saja jadian sama Aa Rico, mohon doa restunya ya pak?" Celoteh Alenka kembali.

"Astaga, anak itu! ya sudahlah cepat kalian masuk barisan, atau mau bapak hukum lari lapangan tiga kali setelah upacara berakhir?" Ancam Pak wali kelas yang tidak mau ambil pusing saat mendengar ocehan mereka, lagi pula mereka masih anak ABG pikirnya.

"Iya deh pak, yaelah galak banget dah!" Umpat Anyelir yang langsung menggandeng kedua temannya untuk pergi ke lapangan.

"Apes dah Luu, punya calon mertua kayak pak Rudi!" Ledek Adinda dengan tatapan mengejek ke arah Anyelir.

"Bodo amat, yang nikahin gue kan Aa Rico, tinggal buat dia bucin aja apa susahnya, jika anaknya tergila-gila dengan gue, orang tuanya bisa apa!" Jawab Alenka dengan santainya.

"Bahaha... bisa aja luu panci presto!"

Akhirnya mereka bertiga berjalan berlenggak-lenggok menuju lapangan sekolah dan saat melihat Kalandra sudah berada dibarisannya, wajah Anyelir seolah langsung berubah berbunga-bunga.

"Woi... nanti kalau Kalandra sudah mulai keliling barisan, kalian panggil dia ya, bilang gue mau pingsan." Bisik Anyelir dengan tingkah jahilnya.

"Hah, awal lagi cuy, masak udah mau pingsan aja?" Ledek Alenka yang menatap heran kearah temannya itu, mereka sudah tahu kalau Anyelir memang peminat berat Kalandra.

"Iya, lemah luu!" Adinda pun menyetujui pendapat Alenka.

"Cuma pura-pura doang geng, biar aku digendong, kapan lagi aku bisa merasakan berada didalam pelukannya, ya kan? kalian ini kayak nggak tau aja!" Bisik Anyelir kembali.

"Woah Anye? kalau soal bibit unggul memang benar-benar licik kamu ya!" Alenka lansung mengacungkan jempolnya kearah Anyelir.

"Akan aku pastikan dia menjadi jodohku di masa depan!" Celetuk Anyelir dengan sombongnya.

"Dih... Pede banget lu, dia sukanya yang kalem-kalem cuy, sedangkan elu, parah!" Ledek Adinda dan Alenka dengan kompak.

"Sembarangan aja kalau ngomong ya, aku sih tergantung bagaimana mereka memperlakukan gue, kalau dia kalem gue juga bisa kalem, tapi kalau dia Ngegas, gue juga bisa Ngetril cuy!" Anyelir langsung menaikkan kedua bahunya dengan cuek.

"Balapan lah ya,haha!"

"Pokoknya kalau dia sudah mau lewat sini, kalian langsung panggil Kalandra ya!" Anyelir kembaki menegaskan perintahnya.

"Untungnya apa nih, buat kita berdua?" Ledek Alenka yang langsung bersidekap kearahnya.

"Yaelah, itungan amat kalian sama gue Geng, nanti pulang sekolah gue traktir shoping deh!"

"Asiap kalau begitu, itung-itung uang jajan kita aman ye kan Al?" Adinda langsung mengiyakan saja.

"Yoi Din!" Akhirnya Alenka dan Adinda langsung bertos ria.

"Dasar, kartu di Dompet aja unlimited, masih ngarep traktiran aja kalian!" Cibir Anyelir yang langsung tersenyum masam.

"Kalau ada yang gratis, kenapa harus beli ye kan?"

"Cocok!" Jawab Kedua sahabat Anyelir itu secara bersamaan.

"Diam kalian berdua, Kalandra sudah mau lewat noh, siap-siap acting kalian!"

Mereka langsung kembali berbaris ditempat masing-masing dan Anyelir segera mengeluarkan bedak nya untuk menutupi lipstik di bibiirnya dengan bedak, agar wajahnya terlihat pucat.

"Kal.. tolong Kal!" Teriak Alenka dengan wajah pura-pura panik, kalau soal acting Tiga A memang tidak perlu diragukan lagi.

"Kenapa?" Jawab Kalandra dengan santainya, dia sudah tahu bagaimana perangai Tiga A itu.

"Anyelir mau pingsan, gimana ini?" Adinda pun masuk dalam sandiwara pagi mereka.

"Ckk... Dia mau pingsan atau sengaja mau ngadem di UKS aja?" Cibir Kalandra dengan curiga.

"Ish... kamu ini Kal, dia beneran mau pingsan loh, eh.. eh.. Kal!" Alenka lansung menyangga tubuh Anyelir yang sudah melemas.

Bruk!

Dan saat Anyelir sengaja menjatuhkan diri, Kalandra langsung berlari dan menangkapnya, sebelum tubuh Anyelir jatuh ke lantai lapangan upacara bendera.

Grep!

*Yess*!

Saat berada didalam dekapan Kalandra, si Anyelir langsung mengedipkan satu matanya kearah kedua temannya yang langsung melengos karena merasa jengah sendiri dengan kelakuan licik Anyelir, hanya karena alasan ngebet banget pengen digendong oleh Kalandra.

"Eugh!"

Saat tubuh Anyelir sudah di baringkan di ranjang UKS, tak selang beberapa lama dia langsung pura-pura melengvh dan membuka kedua matanya, karena jika berada dalam jarak dekat dengan Kalandra atau bahkan hanya berduaan seperti ini, sudah pasti detak jantungnya berpacu dengan cepat, dia takut Kalandra akan menyadarinya kalau dia kelamaan pura-pura pingsan.

"Sudah sadar kamu? cepet banget? jangan bilang dugaanku benar, kamu hanya pengen ngadem di ruang UKS saja kan?" Ucap Kalandra dengan tatapan curiga.

"Ckk... kamu ini jangan jahat-jahat jadi orang, aku beneran pusing ini." Umpat Anyelir yang pura-pura lemas.

"Mau minum apa?" Tanya Kalandra yang akhirnya tidak mau tahu.

"Jus jeruk ada?" Pinta Anyelir yang membuat lirikan mata Kalandra terlihat tajam.

"Mana ada orang bangun dari pingsan mintanya jus jeruk!"

*Aish sial... mulutku ini kenapa minta jus jeruk sih*?"

"Aku biasanya tiap pagi minum itu, tadi aku bangun kesiangan jadi lupa sarapan dan akhirnya pingsan deh." Jawab Anyelir dengan lemah, dia merutuki ucapannya sendiri.

"Heleh, sudahlah pake selimutmu, aku ambilkan minum dulu." Walaupun merasa jengah namun Kalandra mengambilkan selimut juga untuk Anyelir.

"Terima kasih kesayangan." Celetuk Anyelir dengan senyuman manisnya.

"Kamu ngomong apa?" Tanya Kalandra kembali.

"Ehh... maksudnya terima kasih Kalandra."

"Cih!"

Dia langsung melengos saat mendengarnya, dia tipe pria yang tidak suka terlalu mengumbar sesuatu hal, apalagi melihat wanita yang terlalu berlebihan.

Tak selang beberapa lama, Kalandra kembali membawakan satu gelas teh hangat, roti dan juga jus jeruk.

"Nih minum tehnya dulu, setelah itu makan rotinya, baru boleh minum jus jeruk, memangnya lambungmu itu terbuat dari besi baja apa, belum sarapan kok minum yang asem-asem."

"Mau minum yang asem juga lambungku tidak masalah, karena saat berdua bersama kamu, semua terasa manis bagiku."

*Eaaaaaa*!

"Eherm... aku tunggu didepan pintu saja,kalau ada apa-apa panggil saja aku dari situ."

Kalandra hanya bisa menahan nafas saja, sebenarnya dia kesal, namun entah mengapa wajahnya terasa hangat seketika saat mendengar rayuan maut dadakan dari Anyelir.

JANGAN LUPA BESTIE, LIKE, HADIAH DAN VOTENYA DITUNGGU, KARENA DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT AUTHOR😘

3.Dibanding-Bandingke?

Hari berganti hari, Anyelir seolah semakin terpesona saja dengan segala apa yang dilakukan oleh Kalandra, segala aktivitas dan gerak-gerik yang Kalandra lakukan seolah istimewa dan selalu menarik perhatian dari Anyelir.

"Gila, Kalandra bagus banget mainnya, mungkin saat dewasa nanti dia bakal jadi Atlet Basket idola deh." Anyelir duduk sambil memangku wajahnya dengan kedua tangannya.

"Heleh.. bagus dari mananya? masukin bola ke keranjang aja gagal semua!" Ejek Adinda yang langsung tersenyum miring saat melihat kedua mata Anyelir yang terus tertuju ke satu pria di lapangan basket sekolahnya.

"Maklum lah cuy, namanya juga orang lagi kasmaran, mau dia kentut bau bangkai juga berasa harum wangi Kasturi." Alenka pun langsung ikut menimpali.

"Hoeeerrrkkk! kalau gue sih ogah!" Adinda langsung pura-pura ingin muntah dan memencet hidungnya.

"Emang siapa yang nawarin ke Elu, sampai kalian berdua coba-coba jadi saingan gue buat ngedapetin Kalandra, aku pecat kalian jadi Bestie gue, paham!" Anyelir langsung menatap kedua sahabatnya dengan tatapan penuh ancaman.

"Hello... Gue sudah punya kak Rico okey? walaupun bapaknya ngeselin tapi anaknya ngegemesin buanget Bestie!" Alenka langsung pamer dengan kekasih barunya yang memang belum lama jadian.

"Gue biar jomblo juga nggak minat sama Kalandra, orang dia dinginnya kayak kulkas tujuh pintu gitu, apalagi dia nggak suka cewek yang rame, woah... kebayang nggak sih hidup Elu Nye, bakalan berubah menjadi Garing seperti di Gurun pasir, kalau cuma masalah tampan doang mah gampang dicari, tapi soal kenyamanan hati itu tetap pilihan hati." Adinda saja sampai heran, orang serenyah Anyelir kenapa idamanya seperti Kalandra.

"Mantul sekali ceramahmu Bestie!" Alenka pun setuju dengan pendapat Adinda.

"Aish... selera kalian ini kurang menantang, walaupun sampai saat ini Kalandra belum terlihat wellcome denganku, tapi ini bisa menjadi sebuah tantangan bagiku, mau kalian jelek-jelekin Kala seperti apapun, aku tetap cinta dan mengaguminya!" Jawab Anyelir dengan bangganya.

"Heleh... makan tuh cinta!" Ledek Adinda sambil melengos.

"Anye, kita masih terlalu muda untuk terlalu over jatuh cinta, aku pun merasakan hal yang sama dengan Aa Rico, tapi masih tahap sewajarnya, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok bukan?" Adinda langsung sok bijak, namun dalam kisahnya dia tidak terlalu untuk memikat hati Rico, bahkan Rico yang selalu mengejarnya saat itu.

"Aku tidak perduli, apapun akan aku lakukan demi bisa mendapatkan Kalandra seorang." Entah menapa Anyelir begitu terobsesi dengan Kalandra.

"Ckk... ini anak dibilangin ngeyel banget yak!" Adinda langsung menoyor kening sahabatnya itu.

"Gue nggak bisa tidur Cuy kalau sudah bayangin dia tiap malam, apa kalian mau aku jadi gila gara-gara cintaku nggak kesampaian sama dia?" Anyelir sudah lama memendam rasa dengan Kalandra, padahal banyak siswa pria lainnya yang menggodanya, mencoba pede kate dengan Anyelir, namun seolah tidak menggugah hatinya.

Sedangkan Kalandra yang selalu cuek saat dia sapa dan selalu diam saat dia goda, membuat Anyelir seolah merasa penasaran dan tertantang karenanya.

"Ya jangan lah woi, sampe segitunya, merinding sendiri gue, ngeri amat dah, padahal Amat tetangga gue lumayan ganteng orangnya!" Adinda langsung mengusap lengannya sendiri.

"Ya sudah, kalian nggak usah banyak protes, cuma tinggal bantuin misi gue aja apa susahnya sih?" Keluh Anyelir.

"Terserah Elu lah, susah ngomongin orang yang lagi bucin!" Alenka hanya bisa memutar kedua bola matanya dengan jengah.

"Bodo amat!" Umpat Anyelir tidak mau tahu.

"Entar sore rombongan OSIS di sekolah kita mau buat acara di Kafe, mau lihat nggak?" Adinda memang selalu update berita-berita terkini.

"Emang ada Kalandra juga?" Tanya Anyelir dengan wajah semangat.

"Ya iyalah, dia kan juga anggota OSIS." Adinda menjawabnya dengan mantap.

"Mantul deh kalau begitu, cus kita berangkat lah woi!" Semangat Anyelir seolah membara.

"Kok Elu bisa tau Adinda, jangan bilang gebetan kamu juga salah satu anggota OSIS disini, hayow.. ngaku kamu!" Tuduh Alenka yang langsung kepo.

Plak!

"Sembarangan aja kalau ngomong, gue males pacaran sama anggota OSIS kita kale!" Adinda langsung menoyor lengan Alenka saat dia seolah mengejek dirinya.

"Why?" Anyelir langsung mengerutkan kedua alisnya dengan heran, karena menurutnya semua anggota OSIS pria disekolahnya rata-rata tampan semua.

"Karena rata-rata mereka yang menjadi juara kelas, dan gue malas pacaran sama orang pintar, pasti ribet urusannya, dikit-dikit banggain nilainya, dikit-dikit belajar, fuh... pasti hidupnya hampa karena setiap harinya hanya berkencan dengan buku doang!"

Diantara mereka bertiga, Adinda memang terkenal si orang yang nggak pernah mau ribet dalam segala hal, dia seolah tidak mau ada beban di pundaknya.

Mungkin karena itu dia memilih jomblo sedari dulu, karena males harus ngasih kabar, ngechat, diajak kesana, diajak kesini, sedangkan mood Adinda sering berubah-ubah setiap harinya.

"Harusnya kamu senang dong, kan bisa nyontek nantinya!" Anyelir langsung terlihat menyeringai.

"Ya kalau kita sekelas, kalau enggak gimana? Nyahok doang!" Jawab Adinda yang tetap ngotot.

"Eh... btw nanti ada ulangan harian Fisika cuy, kalian sudah pada belajar belum?"

Saat mendengar kata contekan Anyelir baru teringat hari ini ada pelajaran Fisika, dan minggu lalu Pak Wali kelas sudah koar-koar kalau hari ini ada ulangan harian.

"Mau belajar sampai pagi juga gue kagak ngerti, apalagi suruh hafalin rumus, aish.. berasa berat mata gue untuk bisa terbuka." Jawab Alenka yang langsung menyandarkan kepalanya di lengan Anyelir yang duduk disampingnya.

"Woi... Nggak jaim Luu, masak macarin anaknya tapi benci mata pelajaran bapaknya, gengsi dong harusnya kamu rajin belajar dan punya nilai bagus di mata pelajaran pak Wali kelas, biar dia bangga punya calon menantu kayak kamu!" Ledek Anyelir kembali, dia pun semapt kaget saat Alenka bilang kalau kekasihnya adalah anak pak Rudi, wali kelas mereka.

"Whateverlah, mau dia bangga ataupun tidak yang penting anaknya cinta!" Jawab Alenka yang tidak mau tahu.

"Suatu saat nanti, jika orang tua Rico tetap tidak setuju denganmu, apa yang akan kamu lakukan?" Entah mengapa Adinda merasa penasaran sendiri jadinya.

"Lepaskan saja lah, buat apa kita terlalu keras memikirkan cinta, walau mungkin harus nangis tujuh hari tujuh malam, karena mas Rico itu sweet banget saat berdua bersamaku, rasa-rasanya aku selalu dibuat nyaman olehnya."

Senyum diwajahnya langsung terbit saat mengingat Rico kekasih hatinya, hatinya selalu dibuat mleyot oleh pria itu, apalagi umur Rico memang beberapa tahun lebih tua darinya, Rico sudah menginjak di bangku Kuliah saat ini, jadi dia selalu bisa memanjakan diri Alenka dalam segala hal.

To Be Continue...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!