NovelToon NovelToon

Keris Leluhur

ch 1. awal mula

di desa jati Rejo tinggal lah seorang anak bernama sabrang berusia 8 tahun, desa ini termasuk desa terpencil karena akses listrik belum tersalurkan hingga sekarang, desa ini memiliki sebuah hutan larangan cerita dari warga setempat jika ada seseorang yang masuk ke hutan itu sudah di pastikan tidak akan kembali.

cerita ini lah yang hingga kini masih di ceritakan oleh para orang tua di desa itu agar anak-anaknya tidak bermain hingga ke hutan larangan.

****

"Sabrang ayo ikut bapak ke ladang." ucap Sanusi bapaknya Sabrang.

"iya pak sebentar Sabrang ganti baju dulu." balas Sabrang lalu bergegas berganti pakaian, setelah selesai berganti baju Sabrang bergegas menemui bapaknya lagi.

"ayo pak"

lalu mereka berdua berjalan menyusuri desa untuk pergi ke ladang, cuaca yang masih pagi membuat udaranya sejuk, "udaranya sejuk ya pak." ucap Sabrang tiba-tiba.

"iya sab, desa kita kan masih asri wajar saja udaranya masih sejuk dan segar." balas bapaknya.

dijalan desa mereka juga menemui beberapa tetangga yang saling bertegur sapa pada bapak-bapak yang hendak pergi ke ladang atau hanya sekedar mencari rumput untuk ternaknya.

di desaku memang seperti itu orang-orangnya sangat ramah dan baik-baik, tidak ada satupun warga yang jelek di mata kami menurut kami semua sama saja tidak ada beda nya.

tak terasa aku sudah sampai di ladang milik orang tuaku, bisa di bilang ladang keluarganya agak luas letaknya beberapa meter dari pintu masuk hutan larangan.

"Sabrang tolong petikan tomat yang ada di sana, ingat jangan kelayapan kemana-mana apa lagi di hutan itu." ucap Susi ibu nya Sabrang.

"siap Bu laksanakan perintah." balas Sabrang dengan posisi hormat.

saat sedang memetik tomat tiba-tiba ada suara misterius yang memanggil Sabrang, "kemarilah, datang lah kemari." tiba-tiba Sabrang menjatuhkan bak yang berisi tomat ke tanah.

entah terkena sirep apa Sabrang tiba-tiba berjalan ke arah hutan terlarang, saat hampir masuk kedalam hutan kaki Sabrang terasa berat dan kesadarannya kembali, "loh dimana aku bukannya aku tadi di ladang ?." Sabrang merasa heran atas kejadian ini.

"Sabrang."

"siapa itu!" ucap Sabrang kaget.

lalu kemudian di susul oleh suara ibu dan bapaknya, "Sabrang dimana kamu nak." teriak ibu dan bapaknya.

"Sabrang di sini Bu." teriak Sabrang sambil melambaikan tangannya.

melihat Sabrang, Bu Susi dan pak Sanusi berlari ke arah Sabrang lalu memeluknya, "Oalah nak-nak kenapa kamu bisa di sini sih nak, ibu kan sudah bilang jangan kelayapan kemana-mana." ucap ibu nya sambil memeluk Sabrang.

"entahlah Bu Sabrang juga tidak mengerti." balas Sabrang yang masih termangu atas kejadian tersebut.

*****

setelah kejadian tersebut Sabrang sakit selama satu Minggu dan selama sakitnya Sabrang di mimpikan oleh orang yang sama, yaitu seorang pria paruh baya dengan berpakaian jubah putih dan tasbih yang selalu di pegang nya bahkan orang itu bercahaya berwarna putih.

setelah Sabrang sembuh, Sabrang menceritakan apa yang di mimpikan nya semalam, orang tua Sabrang yang mendengar cerita anaknya hanya diam saja karena memang belum saatnya Sabrang mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.

9 tahun sudah berlalu kini Sabrang sekarang berumur 18 tahun dan sekolah di kota karena di desa nya tidak ada sekolah SMA atau yang setingkat.

untung saja di sana Sabrang bersama Rendy teman sekampung nya dan juga teman seperguruan saat masih di desa, "oi Rendy bangun apa kau ingin terlambat ke sekolah." ucap Sabrang dengan menepuk-nepuk bahu temannya itu.

"enak...." ngi gau rendy

plakk

"aduhh-aduh apa-apaan sih Lo Abdul Somad ganggu gw tidur ae." gerutu Rendy.

"eh dengerin ni ya Samsul Arifin, kalau gak gw bangunin Lo mungkin udh kesiangan kali ah, dah sana mandi gw dah beliin sarapan habis ini kita berangkat." ucap Sabrang pada Rendy.

"siap bos." balas Rendy lalu bergegas mandi, setelah mandi dan sarapan Rendy dan Sabrang berangkat sekolah jalan kaki, ya memang sekolah nya tidak terlalu jauh dari kost nya.

****

sesampainya di sekolah Sabrang dan Rendy langsung masuk kelasnya, "silahkan di siapkan dulu." ucap guru yang telah masuk ke ruang kelas.

setelah selesai pelajaran bel istrinya pun tiba aku dan Rendy bertemu di kanti sekolah, "gw kok kangen sama kampung ya." ucap Rendy dengan tertunduk lesu.

"bentar lagi juga liburan Ren, kan kita lusa akan ujian kenaikan kelas kita gunakan liburan untuk ke desa gimana Rend ?" usul gw pada Rendy.

"gw mah ngikut ae asal gw di contek in nanti." balas Rendy dengan memperlihatkan giginya.

"woo semprol." lalu aku dan Rendy pun bercanda setelah bel masuk aku dan Rendy segera ke kelas dan mengikuti pelajaran selanjutnya hingga bel pulang tiba.

******

"capek juga ya Rend hari ini." ucap ku lalu merebahkan badan yang telah capek ke kasur.

"jangan tidur dulu, nanggung bentar lagi masuk sholat ashar." ucap Rendy.

"astagfirullah, tumben Lo ingetin gw biasanya juga gw yang ingetin Lo." ucapku pada Rendy yang tidak biasanya seperti ini.

"iya sab, ada yang gw mau omongin ke Lo nanti sehabis sholat ashar." ucap Rendy pada Sabrang, adzan ashar pun berkumandang Sabrang dan Rendy segera mengambil air wudhu, setelah selesai wudhu mereka sholat berjamaah seperti biasa Sabrang imam nya karena Bacaannya lebih fasih daripada Rendy.

setelah selesai menunaikan sholat Sabrang membuka topik pembicaraan, "ada apa Rend gak biasa nya Lo begini." ucapku pada Rendy yang nampak lesu.

"gini sab gw ada perasaan gk enak tentang kakek guru, apa Lo gak ngerasain sesuatu yang sama seperti gw." ucap Rendy padaku.

"aku kira cuma aku doang, ternyata Lo juga Rend."

"jadi Lo juga ngerasain sab ?."

"iya Rend pasti ada yang gak beres tentang desa kita Rend." ucap ku.

"iya sab Lo benar nanti setelah ujian kita selesai kita langsung saja gimana menurut Lo."

"gw setuju Rend nanti pas selesai ulangan kita segera berangkat saja, tapi untuk rapot kita gimana ?."

"nanti kita minta tolong sama kamar sebelah aja kan kita sering ajak dia makan bareng pas hari tua kayaknya gak masalah untuk di mintai tolong." balas Rendy dengan santai.

"semoga gak terjadi apa-apa Rend saat kita ke sana."

******

hari yang di tunggu-tunggu pun datang, hari terakhir aku dan Rendy ujian, tringggg 'waktu ujian telah selesai' bel pulang pun berbunyi aku dan Rendy segera bergegas menuju kost an.

sebelum aku dan Rendy berangkat, aku minta tolong terlebih dahulu pada kamar sebelah untuk mengambil rapot kami Alhamdulillah orang nya mau menolong kami.

"kalau begitu kami berangkat dulu mas." ucap kami berdua lalu di balas oleh orang itu.

ch 2. jati diri Sabrang

setelah itu aku dan Rendy naik angkot menuju terminal bus, setelah sampai aku dan Rendy segera mencari bus yang masih satu arah dengan desa kami.

di perjalanan aku dan rendy cuma bisa terdiam memikirkan firasat apa yang sebenarnya kami rasakan, "sab menurut mu firasat seperti apa ini." ucap Rendy dengan memandang ke luar jendela.

"entahlah gw juga gak tau Rend, semoga saja gak terjadi apa-apa." ucapku lalu kami berdua mengaminkan.

di tengah perjalanan tiba-tiba bus berhenti dan nampak seorang kakek-kakek dan seorang pemuda gagah memasuki bus kami.

*****

tepat jam 11malam kami tiba di halte yang kebetulan juga tempat mangkal akang ojek, "kang desa jati Rejo ya." ucap ku pada akang ojeg yang masih tersisa dua orang.

"kami dari desa sana pak sekolah di kota." ucapku lagi pada tukang ojeg itu.

"ya sudah ayo bapak antar." lalu kami berdua menaiki ojeg tersebut karena jalanan desa kami belum ada penerangan sama sekali aku meminta tukang ojeg itu untuk berhati-hati.

'cu turunlah di sini, tidak aman jika tukang ojeg ini masuk ke desa' suara misterius itu kembali lagi di dengarnya dari sekian tahun lamanya menghilang.

Sabrang yang tidak mau mengagetkan mereka semua hanya terdiam lalu menepuk pundak tukang ojeg yang di tumpangi nya, "sudah pak turun sini saja gapura desa sudah dekat dari sini." ucapku lalu memberikan uang lebih pada kedua tukang ojeg tersebut.

"kenapa kita turun di sini sab ?." tanya Rendy padaku.

"entah lah Rend gw juga gak tau, lebih baik kita terus jalan saja gapura desa juga sudah dekat." ajak ku pada Rendy.

malam hari di jalan menuju desa kami memanglah sangat mengerikan apalagi di tambah dengan suara jangkrik dan burung hantu yang menambah kesan menakutkan.

"suara apa itu sab." ucap Rendy padaku tapi aku diam dan menyuruhnya tetap berzikir.

selang beberapa menit akhirnya kami tiba di gapura desa, "Sabrang aku pulang dulu ya." ucap nya padaku lagi Rendy mengambil jurus seribu langkah.

melihat tingkah Rendy Sabrang hanya geleng-geleng kepala, "ada-ada saja bocah satu ini." lalu aku pun melangkah menuju rumahku saat aku sampai di rumah alangkah terkejutnya saat mendapati rumahku bercahaya terang berwarna putih.

"subhanallah." aku pun mendengar lantunan ayat suci Al-Quran dari dalam rumah yang di baca oleh ibu dan bapak ku.

saat ingin mengetuk pintu tiba-tiba mataku tertuju pada benda yang menancap di samping rumah, "apa itu." ucap ku lalu menghampiri benda tersebut, benda yang kutemukan adalah seperti gagang keris dengan ukiran rajah di warangka nya.

blesh

aku mencabut keris itu dan tiba-tiba keris itu terangkat dan terbang menuju ke padaku dengan sangat cepat, aku pun kaget dan meraba-raba badanku sendiri apakah ada luka.

"eh ?, mungkin aku tadi kelelahan." ucapku lalu kembali lagi ke depan rumah dan mengetuk pintu.

tok tok

"Bu ini Sabrang." teriak ku agar ibu dan bapak membukakan ku pintu.

"pak anak kita pulang pak." ucap ibu nya dengan senang, lalu pak Sanusi membukakan pintu untuk Sabrang.

setelah mencium tangan bapakku aku pun duduk bersama bapakku menunggu ibu yang sedang membuat minuman, "gimana kabar anak bapak yang genteng ini sholat enggak bolong kan ?." ucap bapak ku.

"Alhamdulillah enggak dong pak." setelah itu aku melihat ibu dengan membawa nampan berisi singkong rebus dan kopi buat aku dan bapak.

"Bu ibu sehatkan." ucapku lalu mencium telapak tangan ibuku.

"Alhamdulillah ibu sehat, kenapa ibu saja yang di tanya begitu bapak mu ?" ucap ibu ku dengan tersenyum.

"kan sudah jelas jika bapak sehat jasmani dan rohani." ucap ku dengan tersenyum.

"Alhamdulillah bapak sama seperti dulu masih sehat." jawab bapak ku dengan tersenyum pada ku.

"ayo nak di makan dulu ibu sudah siapkan untukmu."

"iya Bu, o ya pak bagaimana dengan keadaan di desa soalnya aku dan Rendy mendapatkan firasat tidak enak ketika di kota." ucapku pada bapak.

bapak dan ibuku menarik nafas dalam-dalam lalu mulai bercerita, "sudah saatnya kamu tahu tentang jati dirimu nak, Bu ambilkan kertas itu di kamar." ucap bapak ku pada ibu.

"kita tunggu ibu mu dulu." setelah semua berkumpul bapakku mulai bercerita.

"nak sebenarnya kamu ada keturunan Ki Badrus yang sering kau dengar dari warga dulu, dulu sebelum desa ini menjadi desa dulu nya ini adalah hutan yang wingit (keramat atau juga angker) kakekmu memiliki teman bernama Ki mandri, kakek mu dan Ki mandri melawan penguasa hutan dengan kekuatan Kanuragan yang dimilikinya pertarungan itu berlangsung selama 7hari 7malam, kakekmu mengeluarkan pusaka nya berupa keris pagodan keris yang di berikan oleh gurunya sedang kan Ki mandri mengeluarkan pusaka berupa keris nogo Ireng yang di dapat dari pertapaannya.

dengan dua pusaka itu Ki Badrus dan Ki mandri melawan penguasa hutan itu dengan kekuatan yang dahsyat bahkan sampai menimbulkan getaran di area tersebut, hingga pada akhirnya penguasa hutan itu di kalahkan oleh kakekmu dan sahabat tapi penguasa itu memberikan 2syarat pada kakekmu pertama adalah menjaga putri nya yang manusia dan sarat kedua adalah menjaga pohon beringin yang ada di hutan.

setelah penguasa hutan itu kalah kakekmu dan sahabatnya mulai membabat sebagian hutan untuk membangun sebuah desa, waktu demi waktu di lalui oleh kakekmu dan sahabatnya ternyata anak dari penguasa hutan itu menyukai kakekmu tapi karena Ki mandri juga menyukai nyi Saraswati anak penguasa hutan itu, kakekmu sebisa mungkin menjaga jarak hingga kejadian itu tiba, di malam hari yang hujan kakekmu mendengar jeritan meminta tolong dari rumah nyi Saraswati.

alangkah terkejutnya saat Ki Badrus mengetahui jika nyi Saraswati akan di per*** oleh sahabat nya, melihat itu kakekmu sangat marah dan mengeluarkan keris pagodan dari warangka nya, pertarungan itu pun terjadi selama 10hari 10malam tidak ada yang kalah maupun memang, di hari terakhir kakekmu mengeluarkan tasbih nya dan duduk bersila sambil berzikir dan meminta pertolongan kepada Allah.

lesatan cahaya putih menerjang tubuh Ki mandri hingga menyebabkan luka dalam yang sangat serius, ternyata serangan itu dari harimau putih yang ada di dalam keris pagodan, setelah kekalahan itu Ki mandri mengucapkan sumpah sarapah akan menuntut balas pada suatu saat nanti.

waktu terus berlalu lama kelamaan benih-benih cinta di antara nyi Saraswati dan Ki Badrus muncul, setelah menikah nyi Saraswati di karunia anak perempuan yang sangat cantik dan di beri nama nyi Sekarwati, nyi Sekarwati menikah dan di karunia anak bernama Susilawati."

"jadi ibu ada keturunan dari Ki Badrus ?." tanya Sabrang dengan terkejut.

"iya nak ibu adalah keturunannya, ibu serahkan ini." ucap ibuku lalu menyerahkan kertas yang kusam padaku.

"apa ini pak bu."

"itu adalah ayat 15 gabungan dari beberapa ayat suci Al Quran, sekarang ini menjadi milik mu setelah menikah wariskan pada anakmu kelak." ucap bapakku sambil bercanda.

"sekarang kau tidur, cari jawabanmu besok." ucap bapakku lalu aku masuk ke kamarku.

ch 3. kyai Suryo

suara adzan subuh pun berkumandang, bapak membangunkan aku untuk sholat berjamaah bersama ibu, aku pun bangun lalu mandi serta mengambil air wudhu setelah itu aku bersiap untuk melakukan sholat subuh berjamaah.

setelah selesai sholat aku dan bapak tadarusan sambil menunggu ibu selesai masak, "Sabrang pak, makanannya sudah siap ayo kita makan sama-sama." ucap ibuku lalu aku dan bapakku menyudahi tadarusan yang di tutup dengan Shadaqallahul 'adzim.

"Sabrang kau ingin mengetahui kondisi desa bukan ?, tanyalah pada gurumu kyai Suryo semoga di dapat membantumu." ucap bapakku lalu menyeruput kopinya.

"iya pak aku rencananya memang ingin ke sana bersama Rendy, nanti lah agak siangan sedikit aku ke sana."

"itu ayat 15 kemarin kamu amalkan ya nak setelah sholat subuh atau sholat malam, jika ada waktu senggang puasa mutih lah selama 15hari makan dengan nasi putih dan minum dengan air putih saja selama 15 hari." ucap bapakku lalu aku mengangguk kepala.

"iya pak Sabrang akan usahakan untuk mengamalkan nya." ucapku lagi.

sekitar jam set 6pagi aku ke rumah Rendy, "pak aku pamit ke rumah Rendy ya." ucapku lalu mencium telapak tangan bapakku.

"iya hati-hati nak sampaikan salam ayah pada pak Rohim dan kyai Suryo." ucap bapakku lalu aku pun berangkat ke rumah Rendy.

****

"Rendy main yokkk" teriakku saat sampai di rumah Rendy.

"eh buset ni anak ngapain jam segini ke rumah gw." batin Rendy di dalam rumah lalu membukakan pintu untukku.

"ada apaan pagi-pagi gini Lo datang kesini ganggu gw tidur ae." ucap Rendy sewot padaku.

"kita ke rumah kyai Suryo yuk silahturahmi." ajakku pada Rendy.

"oke bentar gw mandi dulu, duduk dulu di sini mau minum apa lu biar gw bikinin." ucap Rendy lalu mempersilahkan untuk duduk.

"kopi luwak kalo ada." ucapku yang sedikit bercanda pada Rendy.

"bentar gw bikinin sekalian sama luwak-luwak nya." balas Rendy lalu membuatkan ku teh hangat.

"nih, tunggu bentar gw mau mandi dulu."

"lama gak ?" tanyaku pada Rendy.

"ya tergantung haha."

saat aku menunggu Rendy selesai mandi pak Rohim tiba-tiba datang dari luar bersama Bu Hani istrinya, "eh nak Sabrang sudah lama di sini." tanya pak Rohim padaku.

"baru aja sih pak." jawabku dengan sopan.

"o iya pak tadi bapak titip salam buat bapak." ucapku lagi pada pak Rohim.

"waalaikumsalam, ada-ada saja Sanusi itu padahal setiap hari juga ketemu." ucap pak Rohim dengan sedikit tertawa.

setelah beberapa saat aku mengobrol dengan pak Rohim Rendy akhirnya keluar dari kamarnya, "yok kita ke rumah pak kyai."

"langsung aja ni Rend."

"ya iyalah nanti ke buru siang, lagi pula gw juga ingin menghirup udara yang segar enggap gw di kota kebanyakan polusi."

"ya udah ayok, pak Sabrang pamit dulu ya." ucapku pada pak Rohim sambil mencium punggung telapak tangannya.

sambil berjalan menikmati udara yang masih asri dan segar mata Rendy ke sana kemari seperti orang sedang mencari sesuatu.

"lu nyari apaan Rend, nyari mbak Kunti ?." ejek ku pada Rendy.

"ah supe lu gw mah nyari yang bening-bening." jawab Rendy dengan senyuman mesumnya.

"dasar omes."

"omes apaan anjirr." balas Rendy dengan memukul bahu ku.

"otak mesum hahaha." sambil bercanda di jalan aku dan Rendy pun telah sampai di rumah sederhana yang di halaman rumahnya terdapat beberapa anak yang sedang latihan silat.

"assalamualaikum." ucap kami berdua, lalu seseorang dengan menggunakan komprang menghampiri kami.

"waalaikumsalam kang, loh ini kang Rendy sama kang Sabrang bukan." tanya pemuda itu pada kami berdua.

"iya kang kok tau." ucapku terkejut.

"iya kang aku tadi di suruh oleh guru untuk menemui dua orang bernama kang Sabrang dan kang Rendy." ucap pemuda itu dengan sopan.

"terimakasih kang kami berdua masuk kedalam ya." ucapku lalu kami masuk kedalam rumah kyai Suryo.

"assalamualaikum kyai." ucapku lalu kyai Suryo membalas salam kami dan mempersilahkan kami untuk duduk.

"aku sudah tau kedatangan kalian, nak Sabrang kau adalah murid pertama dan kau Rendy murid ke dua yang ku sayangi mungkin sekarang sudah saatnya kalian mewarisi ilmu ku, di antara kalian harus ada yang bisa mewarisi ilmu ku."

"wah pak kyai kayaknya saya kurang cocok untuk menerima ilmu itu, apa lagi saya sering meninggalkan solat dan sering terbawa emosi serta hawa nafsu saya pak kyai, ku rasa Sabrang paling cocok untuk menerima ilmu itu pak kyai." ucap Rendy yang membuatku terkejut.

"kok gitu sih Rend."

"iya karena gw percaya sama Lu, Lu juga lebih bisa mengontrol emosi dan hawa nafsu lu daripada gw, dan juga lu lebih sering sholat lima waktu daripada gw." ucap Rendy.

"wah tumben lu bijak Rend." ucapku lalu merangkul pundak Rendy.

"yang di katakan Rendy benar Sabrang, tapi kamu tidak usah merasa bersalah Rendy tetap akan saya wariskan ilmu yang memang cocok dengannya, saya akan bekali kalian dengan ilmu yang saya miliki untuk membela kebenaran dan menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan kalian apa kalian siap" mendengar ucapan kyai Suryo aku dan Rendy langsung kompak dan tegas menjawab iya.

"malam ini kalian datang lagi ke sini sehabis sholat magrib, sekarang kalian pulang lah dan istirahat jika kalian ingin di sini melihat anak-anak ya gak apa-apa." ucap kyai Suryo lagi lalu Rendy pamit karena kemarin ia janji pada bapaknya untuk ngarit (mencari rumput untuk pakan ternak).

"ya sudah hati-hati ya Rend jangan sampai masuk di hutan itu." ucapku yang mengingatkan pada Rendy.

"siap"

"Sabrang apa kamu sudah tau jati diri kamu ?." tanya kyai Suryo tiba-tiba.

"kok tau apakah kyai memang sudah tau." ucapku pada kyai Suryo.

"iya Sabrang karena memang aku adalah murid dari kakek buyut mu, sebab itu aku melatih mu ilmu Kanuragan sudah saatnya kamu melatih pusaka dari kakek buyut mu, berupa keris pagodan yang semalam kau cabut dari samping rumah."

"kok kyai tau lagi ?" ucapku yang terkejut kembali.

"tidak usah terkejut aku adalah murid dari kakek buyut mu, nanti malam aku akan membuka mata batin mu karena ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."

"siapa itu kyai ?." ucap ku yang penasaran.

"sudahlah kau nanti juga tau, apa kau ingin melatih mereka Sabrang ?." tanya kyai Suryo yang tiba-tiba.

"tapi apa yang harus saya ajarkan kyai ?." tanya ku pada kyai Suryo.

"ada beberapa pemuda yang saya pilih untuk berlatih tinju harimau dan lompatan harimau, kau bisa mengajarkan mereka itu orangnya." tunjuk kyai Suryo lalu aku pun mendatangi beberapa pemuda berusi sekitar 15tahunan.

"eh kang, ada apa." tanya salah satu pemuda itu dengan sopan.

"aku di suruh untuk melatih kalian tinju harimau dan lompatan harimau." ucapku pada mereka lalu mereka menyambutnya dengan sangat antusias, dengan rasa sabar dan telaten aku mengajari mereka semua hingga bisa.

"kalian sudah mulai hafal dasar-dasar nya latihan terus kalian semua lama kelamaan pasti bisa." ucapku pada mereka sambil bersandar di bawah pohon mangga.

"terimakasih kang, kalau boleh tau nama akang siapa ya." tanya salah satu pemuda itu.

"namaku Sabrang, kalau nama kalian ?" jawabku pada mereka semua lalu mereka memperkenalkan diri.

"aku Asep, ini Rohman, ini Samsul dan ini Subagio."

"oh iya ingat ya ilmu yang kalian miliki untuk membela yang lemah bukan untuk menjadi jagoan atau apapun itu." ucapku pada mereka.

"baik kang aku dan teman-teman akan mengingatnya." jawab mereka semua dengan kompak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!