"Kakak!!!! terdengar suara teriakan dari luar rumah.
Dini merasa suaranya tak begitu asing baginya, Dini langsung bergegas membuka pintu.
"Ceklek"
"Kejutan teriak Nita adikku" dia langsung memelukku dengan erat dan akupun membalas pelukannya.
"Oh Nita, kenapa kemari tak memberi kabar ke kakak kalau kamu datang hari ini, kakak bisa menjemputmu kalau kakak tau kamu akan datang. "
"Aku bosan sekali kak di rumah, semenjak lulus kuliah aku belum dapat kerja. Setelah kakak telefon kemarin aku merasa senang sekali kak, semoga aku cepat dapat kerja biar gak jenuh lagi".
"Ia kakak sudah cerita ke mas Dion untuk mencarikanmu kerja, semoga kamu lekas dapat kerja, ya sudah ayo kakak tunjukkan kamarmu dan istirahat dulu"
Nita dengan penuh semangat mengikuti kakaknya dan menuju kamar yang ditunjukkan Dini.
Nita sangat heran sekali setelah masuk ke kamar dan melihat kamarnya yang mewah berbanding terbalik dengan keadaannya dirumah.
"Nita kenapa kamu terdiam, ayo masuk kamar dan istirahatlah. Pasti kamu lelah"
"Emmmm tidak kakak aku heran sekali rumah kakak megah sekali dan begitu mewah, berbanding terbalik dengan rumah kita di kampung, kakak begitu sangat beruntung sekali punya suami mas Dion".
"Ah kamu bisa aja dik, kakak ini hanya ibu rumah tangga biasa, kamu tau sendiri kakak hanya lulusan SMP bagaimana mungkin kakak bisa membeli semua kemewahan ini tidak seperti kamu, ini semua berkat kegigihan mas Dion, tapi kakak belum bisa buat mas Dion bahagia"
"Emang kenapa kak"
"Kamu tau sendirikan, kakak belum juga kasih keturunan ke mas Dion sampai sekarang padahal pernikahan kakak sudah 5 tahun"
"Sudahlahkak, sabar saja mungkin ini belum saja, nanti juga kakak akan diberi keturunan, kakak jangan merendah begitu, kakak sudah beruntung sudah mempunyai suami yang sayang dan menerima kakak apa adanya"
"Ia adikku sayang kamu istirahatlah, kakak akan mempersiapkan makanan karna mas Dion sebentar lagi tiba"
"Ia kakakku sayang"
Nita bergegas masuk kamar dan mandi setelah itu ia mulai merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk sambil berkata dalam hatinya.
"Andai saja ini semua adalah rumahku dan aku mempunyai suami seperti mas Dion alangkah beruntungnya aku"
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu.
"Tok.... tok...... tok!!!!"
"Nita tolong kakak bantu kakak bukakan pintu, sepertinya mas Dion datang"
"Ia kakak"
Nita bergegas membuka pintu.
"Cekrek...... cekrek"
Dian begitu terkejut dan sejenak terpana dengan sosok laki-laki di depannya, pria yang tinggi putih dan memakai jas hitam dan memakai mobil alpard, seperti laki-laki yang ia impikan.
"Tuhan begitu tampannya kakak iparku ini andai saja ia suamiku, begitu bahagianya kakakku dan beruntungnya dia punya suami setampan dan sekaya mas Dion"
"Hai nita kenapa kamu melamun"
"Maaf kak, bukan melamun cuma lagi heran Haaaaaa, tawa Nita dengan lebarnya"
padahal di hati Dion, dia juga terheran dengan gadis. yang berada di depannya yang begitu cantik, masih muda, berkulit putih dan menggunakan pakaian yang sangat modis sehingga lekuk tubuhnya terlihat, apalagi terligat bagian depannya gunung kembar yang membuat mata laki-laki terpana"
"Ayo kak masuk, kak Dini lagi masak dibelakang"
Dion mengikuti Nita masuk ke dalam rumah, sesekali ia melihat lekuk tubuh Nita.
"Wah gadis di depanku ini begitu menggoda, kalau bukan adik istriku, ku jadikan selingkuhku, ucap Dion dalam hatinya"
ternyata Dion tak sebaik yang dikira oleh istrinya, Dion sengaja tak membiarkan Dini kerja atau bebas bermain dengan temannya diluar sana agar Dini tak tau bagaimana kelakuan suaminya di luar sana, Dion tau istrinya adalah gadis desa yang lugu dan bisa dipermainkan jadinya ia mau menikah dengan Dini.
"Kabarmu bagaimana Nit?"
"Baik kak"
Dion sambil menatap wajah Nita dan memandang gunung kembar Nita.
Nita merasa sangat tidak enak dengan tatapan mas Dion.
"Duh kenapa mas Dion menatapku begitu, apakah dia suka sama aku, haduh apa yang aku fikirkan dia adalah suami kakakku sendiri, tapi kalau laki-laki setampan mas Dion siapa yang bisa menolaknya" ucap Nita dalam hati.
"Mas kamu sudah datang, ayo kita makan bersama-sama" ucap Dini.
Sejenak Dion menatap istrinya yang terlihat sangat tidak menarik dengan pakaian daster layaknya ibu-ibu dan rambut Dini yang sangat tak terurus makanya selama ini Dion sangat malas sekali membawa istrinya ke acara kantor karena takut teman-temannya menertawakan istrinya.
Dion berbalik menatap gadis muda di depannya seraya berkata dalam hati "Nah harusnya istri manager itu seperti Nita yang menarik"
"Mas. mengapa melamun, ayo kita makan mas pasti capek dan lapar"
"Oh ia sayang, mas hanya sedang mengingat pekerjaan tadi saja"
"sekarang makan saja mas, ini aku siapkan gurame bakar kesukaan mas"
"Wah kakak dari dulu masakan kakak adalah yang no satu yang paling enak, aku rindu sekali masakan kakak"
"Ah kamu dik bisa aja, sekarang kamu makan yang banyak biar gemuk"
"Mas Dion tidak keberatankan, adikku tinggal disini?"
"Ya tentu saja aku tak keberatan biar rumah kita ramai dan kamu ada teman untuk ngobrol, rumah kita sepi selama ini"
Dini tertunduk dan merasa bersalah karna belum memberinya anak.
Mereka mulai makan dan tanpa disangka, kaki Dion mulai menyentuh kaki Nita.
"Haduh apa yang dilakukan kakak iparku ini, apa dia tertarik denganku, ah biarkan saja, kalau dia tertarik denganku itu juga bukan salahku" ucap Nita dalam hatinya.
Dion tak sanggup menahan kecantikan gadis di depannya, setelah acara makan selesai Dion bergegas masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya.
Dini yang masih di meja makan, meneteskan air matanya dan Nita melihatnya.
"Kakak kenapa menangis?"
"Tak apa-apa dik"
"Sudahlah jangan difikirkan apa yang dikatakan mas Dion tadi, mungkin ia sedang capek saja"
Dini menghapus air matanya seraya membersihkan meja makannya.
"Kakakku yang malang, ternyata rumah tanggamu tidak bahagia" Dalam hati Nita ingin memiliki Dion.
Di tempat lain Dion yang sedang mandi selalu teringat dengan kemolekan tubuh Nita dan ingin sekali menikmatinya tapi ia belum yakin apakah Nita mau dijadikan selingkuhan apalagi ia adalah adik istrinya.
Diluar sana Dion punya pacar namun tak semenarik dan tidak membuatnya penasaran seperti Nita.
"Mas sudah selesai mandinya ini aku siapkan minuman hangat buat mas"
"Ia taruh situ saja bentar lagi aku selesai mandi"
"Ia mas aku taruh dimeja"
"Sayang aku bawakan baju untukmu, kamu pakai nanti malam ya"
Dini bergegas melihat bingkisan itu ternyata sebuah baju tidur yang seksi, Dini tau maksud suaminya membelikan baju itu.
bersambung
"sayang terimakasih ya bingkisannya" ucap Dini.
"Ia kamu sukakan?"
"Tentu saja mas aku suka, apa yang tidak aku suka, kalau pemberian dari suami tersayang, sayang kira-kira ada tidak lowongan buat adikku mas, kasian dia sudah lama nganggur setelah lulus"
"Ia besok aku tanyakan, sepertinya ada lagian aku managernya pasti ada buat adikmu, sudah sana ganti bajunya sudah malam"
Saat Dini berganti bajunya, Dion keluar kamar untuk mengambil minum. Namun tak sengaja ia bertabrakan dengan Nita.
"Haduh mas, maaf aku tak sengaja"
Sesaat Dion termenung karena telah menyentuh tubuh Nita yang begitu cantik dan wangi apalagi Nita memakai dress merah minim, yang membuat Dion terpukau.
"Halo mas Dion, mas tak apa-apakan apakah ada yang sakit"
"Tidak Dini tidak ada yang sakit, hanya jantungku yang berdenyut sangat kencang, dan terpukau mencium harumnya tubuhmu"
"Ah mas Dion bisa aja, jangan menggoda begitu, aku jadi malu jadinya"
"Aku hanya jujur itu kenyataannya, kamu sudah punya pacar belum Nit"
"Dulu ada mas, tapi sudah putus mas. Lagian apa ada yang mau sama aku"
"Ya pasti ada yang mau dengan gadis secantik kamu"
"Ya sudah mas, aku masuk kamar dulu"
"Ia Nit, moga mimpi indah"
"Ia mas terimakasih"
Dalam hati Nita berkata "apakah mas Dion suka sama aku, andai ia ini semua juga bukan salahku, aku juga mau hidup berkecukupan dan bisa beli apa-apa yang aku mau. Tapi mas Dion adalah suami kakakku!!! ah aku tak perdulu andai mas Dion mau sama aku, berarti dia ditakdirkan untukku. haduh apa yang kufikirkan ini, Nita langsung bergegas masuk ke dalam kamar"
Sedangkan Dion kembali masuk kedalam kamarnya, dan Dini sudah menunggunya dia diatas kasur, dengan menggunakan baju linjernya.
Tanpa menunggu lama, Dion segera duduk disamping istrinya.
"Sayang"
"Ia mas, ada apa"
"Kita menikah sudah 5 tahun, aku ingin sekali punya anak sayang"
"Aku juga mas, wanita mana yang tak ingin punya keturunan, tapi Tuhan belum kasih rizki anak pada kita, sekarang kita berdoa dan berusaha ya mas. Aku yakin nanti kalau waktunya sudah tepat pasti kita akan diberikan anak yang cantik dan ganteng sesuai harapan kita"
"Ia sayang, mas akan tunggu waktu itu datang"
Dini langsung memeluk suaminya, namun Dion kembali membandingkan wangi tubuh istrinya dengan Nita.
"Kenapa istriku tak sewangi dan seseksi adiknya, andai saja dia seperti adiknya mungkin aku akan sangat bahagia"
Dion mulai berselancar di tubuh Dini, namun difikirannya masih saja terbayang-bayang harum tubuh Nita dan kemolekannya.
Saat dia berselancar di tubuh istrinya hampir saja ia mengucap nama Nita.
"Mas kenapa kamu tak meneruskannya mas, apakah ada yang salah denganku" ucap Nita.
"Tidak sayang, mas hanya tiba-tiba sakit perut"
"Apa kita tak usah lanjutkan"
"Tidak ini sudah baik-baik saja"
Dion mulai melanjutkannya, memegang gunung kembar sambil sesekali ia membayangkan Nita, dan pada akhirnya puncak kenikmatannya akhirnya ia rasakan dengan sempurna, merekapun kelelahan dan tertidur dengan sangat pulas.
pagipun tiba, Dion keluar kamar dan tak sengaja lewat di kamar Nita.. Entah disengaja atau tidak pintu kamar nita terbuka dan Dion melihat nita yang hanya memakai handuk, terlihat sekali lekuk tubuhnya dan juga lempitannya yang membuat yang tongkat sakti Dion tak terkendali.
Apalagi saat handuk yang dipakai tiba-tiba terlepas, dan Dion sangat menikmati melihatnya, dia sangat tak terkendali lagi ingin sekali langsung masuk dan mulai menikmati layaknya binatang buas yang siap menerkam mangsanya.
"Nita kenapa kamu begitu indah sekali, aku tak tahan untuk masuk ke kue lempitmu"
Tanpa disadari Nita melihat mas Dion yang sedang melihatnya.
Nita berlari dan segara memakai dressnya, dan setelah ia memakainya ia langsung menuju ke Dion yang berada di balik pintu.
"Maaf mas Dion aku tadi lupa menutup pintu, kalau begini aku jadi malu sama mas Dion"
"Ah aku yang seharusnya malu, maaf juga aku tak sengaja melihatnya, tadi aku lewat dan pintumu terbuka jadi aku tak sengaja melihat"
Nita tertunduk malu dan melihat ke bawah ke arah Dion dan ia tersenyum karena melihat tongkat berdiri.
Tak lama terdengar teriakan Dini.
"Mas Dion!!!!! "
Dion bergegas menemui istrinya.
"Ada apa sayang, pagi-pagi sudah teriak"
"Itu sayang HP mas berbunyi aku takut penting"
Dion langsung bergegas mengangkat telefon benar saja itu telefon dari bagian HRD bahwa ada lowongan di kantornya untuk Dian.
"Sayang ada apa"
"Ada lowongan dari kantor, kamu beritahu Nita, pagi ini ikut aku ke kantor dan bawa lamaran pekerjaannya"
"Ia sayang, sebelumnya aku ucapkan terimakasih sekali kamu sudah bantu aku da adikku"
"Sudah tenang aja, tak usah sungkan. Adikmu adalah adikku juga"
Dini langsung mencium suaminya tanda terima kasih.
"emmmuach....... emmuach. terimakasih sayang"
dini langsung berlari ke kamar.
"Kakak kenapa berlari gitu, apakah ada yang penting?"
"Kamu sekarang dandan yang cantik, berpakaian rapi tidak lupa siapkan lamaran, ada lowongan di kantor suami"
"Wah kakak, terimakasih"
"Ia sayang sama-sama"
Dini keluar dan menyiapkan makanan, sedangkan Dion dikamar berdandan rapi dan dia sangat bahagia sekali pagi ini, akhirnya dia dapat tiap hari berdua dengan Nita karna ia berencana akan mengungkapkan perasaannya pada Nita. Dion bersiul-siul di depan kaca.
Dini yang masuk dalam kamar sangat curiga dengan sikap suaminya seperti anak muda yang sedang jatuh cinta.
"Mas kenapa kau terlihat bahagia dan bersiul"
"Tidak apa-apa sayang, aku lagi menang tender jadi aku sangat bahagia"
"Kalau begitu kita sarapan mas"
"Oke sayang"
saat tiba di meja makan Dion juga kaget melihat penampilan Nita yang layaknya seperti model, lekuknya terlihat.
"Mas adikku cantikkan hari ini, semoga kamu ketrima ya dik"
"Ia adikmu cantik, tapi lebih cantik kamu sayang istriku"
"Ah kamu mas bisa saja, aku jadi malu"
"Ia kakak yang lebih cantik dari aku"
seperti biasa di meja makan Dion melihat bibir merah nan seksi Nita, serasa ia ingin sekali **********, hasratnya sudah tak terkalahkan dan jiwa mudanya sangat bergelora.
"Sayang kami berangkat, kamu baik-baik dirumah ya"
"Ia sayang"
Tak lama mereka berdua meninggalkan Dini dirumah.
Didalam mobil dengan sengaja Dion memegang tangan Nita.
Nita dengan dengan pura-pura lugu berkata.
"Aduh mas kenapa pegang tangan Nita, kalau begini aku tak enak dengan kakak"
Dion dengan cepat melepaskan tangannya.
"Maaf aku tak sengaja tadi, kamu jangan marah ya"
"Ia mas, padahal dalam hati Nita dia sangat senang akhirnya Dion terpikat juga dengannya"
bersambung
"Wah mas Dion kantornya besar sekali"
"Ia Nit, semoga kamu keterima disini. Tapi mas yakin kamu pasti kuterima, kemarin mas sudah titipkan agar kamu keterima"
"Emang aku melamar sebagai apa mas"
"Sebagai asisten mas"
"Apa mas, seperti sekretaris gitu ya mas"
"Ia benar sekali, moga aja kamu suka"
"Tentu saja mas, aku suka gunanya aku tidak suka bisa kerja bareng sama mas yang tampan ini, upsss Nita langsung menutup mulutnya. Maaf mas aku bicara gitu"
"Tak apa-apa, aku suka kau bicara begitu, ayo kita masuk"
Mereka masuk ke kantor bersamaan, dan semua karyawan disana melihat mereka, terdengar salah satu karyawan berkata.
"Duh siapa itu yang bersama Dion, cantik sekali dan tubuhnya seksi. Lihat geh saat dia berjalan dah seperti gitar spanyol"
Dion yang mendengarnya merasa sangat bangga sekali bisa jalan bersama Dini.
Saat Dini masuk untuk interviu, Dion melamaun diruangannya, dia termenung dan terbesit dalam hatinya, "Apakah Nita mau menerimanya dan bagaimana kalau dini tau, ah perasaan ini tidak benar, apa yang kamu lakukan Dion, kamu boleh selingkuh tapi jangan dengan adik istrimu"
"Dooorr...... dorrrr, da apa ini kenapa pak bos satu ini pagi-pagi sudah melamun saja"
"Ah kamu bisa saja Dirga, aku tak melamun"
"Kamu itu tak usah bohong denganku, aku bisa melihat kamu sedang melamun, lagi ngelamunin gadis cantik yang datang bareng sama kamu tadi ya, aku juga salut dan terkesima dengan kecantikan gadis tadi, kalau aku belum punya istri. Aku pacari juga cewek cantik tadi, tapi ngomong-ngomong siapa gadis cantik tadi kok kalian bisa datang bersama".
"Dia adik istriku"
"Apa adik istrimu, kenapa mereka bisa berbeda sekali"
"Nah itu masalahnya Dirga, laki-laki mana yang tidak tergoda, akupun tak tahan kalau setiap hari harus satu rumah dengannya, apalagi sekarang dia akan bekerja disini, bisa-bisa no tongkat tak terkendali haaaaaa"
"Dasar kau Dion, punya tongkat makanya di kandangi, kalau tidak sekalian di gembok biar aman dan gak tumpah-tumpah"
"Dasar Dirga kamu tuh bisa aja"
"Sudah jadiin ja, dia cantik, manis yang paling penting bodynya itu loh, aku ja pingin nyicipin. kalau kamu gak mau, aku ambil loh"
"Loh..... loh kamu punya istri"
"Lah kamu juga punya istrikan, sesekali kita harus punya hiburan tau biar semakin semangat kerjanya, kamu pasti sudah bosan liat istrimu dirumah, ia kan dah lah jujur aja"
"Ia sih, kalau pulang kerja aku bosan sekali liat istriku yang penampilannya begitu saja, mana tak wangi, kucel, badannya sudah tak menarik dan yang paling parah lagi kami sudah menikah 5 tahun tapi kami belum juga Dikasih anak. Kadang aku kecewa banget sama dia, tapi dia baik dan merawat aku. Apalagi kamu taukan, masakan istriku enak sekali aku tak punya pembantu karna istriku sangat pandai merawat rumah"
"Nah itu sudah pas jadinya, istrimu merawat rumah dan adiknya yang melayanimu sampai kamu puas. jadi lengkap semuanya"
"Tapi kalau ketahuan bagaimana"
"Kamu bisa main yang cantikkan"
"Tapi aku belum yakin Nita mau diajak begitu"
"Rayu saja, belikan baju dan perhiasan yang wanita suka pasti dia mau"
"benar juga kata-katamu, ya sudah kita kerja lagi"
"Siap bos, nanti kita bincang-bincang lagi jangan lupa coba katakan isi hatimu pada cewek itu, diterima syukur gak ya sudah, kita berhak cari kebahagiaan diluar haaaaa"
"Dasar teman gak bener"
Tak lama, ada suara ketukan pintu.
"Mas, maaf aku lancang masuk keruangan mas. Aku hanya mau izin untuk pulang duluan, interviu ku sudah selesai"
"Loh kamu pulang dengan siapa, nit"
"Aku dah hubungi temanku yang tinggal disini, baru tadi malam aku dapat nomernya dan dia akan menjemputku"
"Laki-laki atau perempuan"
"Laki-laki Mas"
Ada perasaan tak enak hati dan cemburu di hati Dion, tak ikhlas harus membiarkan Nita pergi namun apa boleh buat dia harus membiarkan Nita pergi.
"Ya sudah pergilah namun jangan pulang malam"
"Siap itu mas"
Nita berlalu pergi, dan Dion membuka tirai kacanya dan melihat Nita dari kejauhan, jiwanya tak tenang apalagi ia melihat Nita mencium laki-laki di motor itu.
Di rumah Dini seperti biasa bersih-bersih rumah dan sesekali keluar rumah untuk berbincang dengan para tetangga.
"Wah mb Dini, tambah cantik aja"
"Ah ibu-ibu ini bisa aja"
"Mba tadi pagi aku lihat gadis cantik masuk mobil dengan suami mba dan kelihatan sangat akrab sekali itu siapa mba"
"Oh itu, dia adikku bu, baru kemarin datang kasini mau cari kerja"
"Kemarin aku lihat sangat mesra loh, mana senyum pak Dion terlihat agak berbeda, hati-hati loh mba Dini nanti suaminya bisa diambil adikmu sendiri"
"Ah bu mana mungkin dia adik kandungku jadi tak mungkin itu terjadi"
"Tapi dijaman sekarang apa yang tak mungkin mba, kamu harus hati-hati, kami hanya bisa mengingatkan saja, semoga yang ditakutkan tidak terjadi"
"Ia bu, saya yakin pada adikku dia adik tersayangku"
Dini bergegas pulang dan mulai kembali melakukan tugas rumah tangga, kasian sekali nasib Dini yang hanya jadi ibu rumah tangga yang hanya tau masak, beberes rumah, nyuci baju dan piring, yang ia tau selama ini adalah bagaimana jadi istri yang baik dan membuat suaminya bahagia. sampai ia tak memperdulikan lagi dengan tubuhnya.
Sorepun tiba mas Dion kembali kerumah.
"Mas kamu dah pulang"
"Ia, Nita sudah pulang belum Din"
"Loh emangnya dia kemana mas? "
"Tadi pamit bertemu dengan sahabatnya laki-laki, kamu bagaimana jadi seorang kakak, harusnya kamu khawatir adik perempuanmu belum pulang"
"Aku tak tau mas, aku kira dia tadi sama mas ke kantor dan kalian pulang bareng nantinya"
"Memang kamu itu, taunya apa. Cuma pintar pekerjaan rumah saja hanya itu yang kamu tau"
"Kamu kok bilang begitu mas"
Dalam hati Dini terasa sakit sekali saat suaminya bicara begitu padahal ia sudah melakukan yang terbaik dengan suaminya.
"Sudah aku malas bicara ma kamu, aku mandi dulu. Dasar perempuan tak berguna"
Tak terasa air mata Dini menetes selama 5 tahun baru kali ini suaminya sangat kasar sekali pada Dini, dalam hati Dini sudah mulai tak enak.. "Apa ini karena adiknya yang datang kesini, apa benar kata ibu-ibu itu, tapi sekali lagi ia mulai meyakinkan dirinya, bahwa semua itu tidak mungkin ini hanya fikiran negatifku saja"
Tak lama ada suara motor tiba, Dini membuka jendela dan ia melihat adiknya dengan seorang pria seketika hatinya yang kacau mulai reda.
bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!