Suasana Bandara Internasional yang ramai sesak membuat seorang gadis cantik yang baru saja turun dari pesawat yang membawanya dari negeri kincir angin itu menjadi kalang kabut.
Sedari tadi ia terus menengok kesana kemari untuk mencari orang yang akan menjemput dirinya.Tadi ia sudah menghubungi bundanya, dan bundanya bilang kalau dia akan dijemput di Bandara.Tapi dari tadi tak satupun namanya tertulis di bagian orang yang menjemput penumpang, juga tak ada yang di kenalnya disana.
Baru saja ia ingin menghubungi bundanya lagi,tiba-tiba ponselnya terjatuh karena ia terdorong oleh seseorang yang sedang berjalan dibelakangnya.Semua itu salahnya sendiri, karena ia tidak fokus dan menelpon sambil tetap menengok kesana kemari, tanpa ia sadari ia terus mundur dan akhirnya bertabrakan dengan seorang cowok tampan yang sepertinya juga baru saja tiba dan akan berjalan keluar dari Bandara tersebut.
"Maaf, Bang.Maaf," ucap gadis yang bernama Qaryra itu.
"Ya, tidak apa-apa," jawab cowok yang tampan itu.
"Kalau jalan tuh pakai mata dong Mbak! Jangan mundur-mundur gak jelas gitu!Nabrak kan akhirnya!"ketus wanita yang ada di samping cowok itu.
"Iya Mbak, saya kan sudah minta maaf tadi," sahut gadis yang biasa disapa Ryra itu sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada, tanda permintaan maafnya.
"Sudah dong sayang, jangan diperpanjang.Lagian Mbak ini sudah minta maaf kok." Cowok itu membelanya.
"Ya sudah, minggir!Kami mau lewat!," ketus wanita yang bersama cowok tadi.
Dengan sedikit malu Ryra mundur dan menarik kopernya agar tak menghalangi pasangan yang mau lewat itu.Terlihat cowok yang tadi ia tabrak menoleh ke arahnya sesaat setelah memungut ponselnya yang juga terjatuh,sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya.Sepertinya ia mau meminta maaf atas sikap wanitanya tadi yang begitu kasar,dan kemudian mereka pun berlalu.
"Huhft!! Baru aja tiba di tanah air,udah diomelin sama cewek gak jelas itu,"celoteh Ryra.
"Untung aja cowoknya cakep,mana baik lagi.Kok bisa ya tuh cowok suka sama tuh cewek jadi-jadian?" Ryra tersenyum membayangkan bagaimana ribetnya tuh cowok karena harus menghadapi cewek arogan seperti itu.
Ryra pun teringat dengan ponselnya yang tadi jatuh saat mereka bertabrakan,ia mencari ke sekeliling.Untung bisa ketemu karena jatuhnya gak jauh,baru saja akan mengecek kondisi ponselnya,tiba-tiba ada suara yang memanggilnya dari arah belakang.
"Ryra."
Ryra pun langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas yang ia bawa.Setelah ia menoleh,"Dinda.... ,"serunya.
"Akhirnya kamu pulang juga ke Indonesia. Aku seneng banget,"sambut sahabatnya itu.
Mereka berdua memang sudah bersahabat dari kecil,hanya saja keduanya harus terpisah karena Ryra yang terpaksa harus pindah kuliah di luar negeri,menuruti kehendak orang tuanya.
Maklum saja,bundanya yang perfeksionis soal pendidikan dan juga selalu ingin melihat Ryra menjadi lebih baik dari dirinya,membuat Ryra tidak bisa membantah saat bundanya yang meminta. Meskipun sebenarnya dirinya juga tidak mau kuliah di luar negeri, tapi mau bagaimana lagi?Titah Bundanya sudah seperti sebuah undang-undang yang tidak boleh dilanggar.
Dari kecil, gadis itu selalu tidak bisa menentukan apapun di dalam hidupnya sesuai keinginannya, semuanya harus sesuai dengan kehendak orang tuanya, terutama bundanya,Bunda Diana.
"Aku juga senang banget akhirnya kita bisa ketemu lagi,Din,"sahut Ryra.
Kedua sahabat yang sudah lama tidak bertemu itu saling berpelukan untuk melepaskan kerinduan yang mendalam, karena sudah bertahun-tahun mereka tidak pernah bertemu.
Selama Ryra di Belanda,mereka hanya bisa teleponan dan berkirim kabar lewat medsos saja.Tidak bisa berpelukan secara langsung seperti ini.
" Kangen banget,"ujar Dinda.
" Sama, aku juga kangen bangetttt,"jawab Ryra.
" Sudah...sudah,sesak juga nih lama-lama,"ujar Dinda yang mulai melerai pelukannya.
" Ya udah,ayo buruan pulang ke rumah,"ajak Ryra pada sahabatnya itu.
" Eitsss..., jangan buru-buru pulang dulu ke rumah kamu,"ujar Dinda sembari menahan lengan sahabatnya itu.
"Loh, kenapa?" Ryra bingung apa maksudnya Dinda.
"Kamu lupa ya?Kalau kamu langsung pulang,yang ada kamu gak boleh keluar lagi sama bunda mu.Benar 'gak?" ujar Dinda.
Ryra manggut-manggut,benar kata Dinda. Kalau sudah sampai di rumah, pasti lah dia akan di jadikan burung dalam sangkar oleh bundanya.
Ryra tidak mau terus terkekang,bahkan selama ia kuliah di Belanda pun ,hidupnya sama terkekangnya seperti di Indonesia. Ternyata di Belanda, Ryra harus tinggal bersama paman dan bibi dari pihak bundanya.
Pamannya itu adalah adik kandung dari Bunda Diana,adik kakak itu sama saja.Selalu mengawasi Ryra seperti sedang mengawasi peliharaannya saja.
"Kalau gak pulang, kita mau kemana?" tanya Ryra bingung.Dia hanya bisa menatap sahabatnya itu penuh tanya.
"Ya,,,gak kemana-mana juga, kita main ke rumah aku aja dulu.Kebetulan aku sudah minta ibu aku buat masakin makanan kesukaan kamu loh, bagaimana?Mau ya?" tawar Dinda.
"Oke deh, aku mau.sebenarnya aku juga rindu sama ibu,"ujar Ryra yang memang sudah sangat dekat dengan ibunya Dinda,sudah seperti ibu ke-dua baginya.
Keluarga Dinda yang hangat kadang membuat Ryra iri,karena keluarganya sangat jauh berbeda.Ayahnya mengurus usaha mereka yang di bagian pabrik,sedangkan bundanya mengurus usaha mereka yang di bagian kantor pusatnya.Jadi tentu saja keluarganya bisa di bilang adalah keluarga yang sangat sibuk.
"Baiklah, ayo kita cabut!"Dinda menarik tangan Ryra menuju ke pintu keluar Bandara.
"Let's Go!! "Keduanya sangat kompak.
Dinda dengan sukarela menarikkan koper besar milik Ryra,dia tau betul,pasti sahabatnya itu merasa capek, karena perjalanan jauh.
"Biar aku aja,"pinta Dinda saat Ryra ingin menarik kopernya sendiri.
"Ya udah deh, kalau kamu memaksa." Ryra tersenyum senang, memang Dinda lah sahabat yang paling pengertian.
"Eh,ngomong-ngomong,kok kamu yang jemput aku?"tanya Ryra sambil jalan menuju mobil.
"Tadinya Mang Oding yang mau jemput kamu, tapi kebetulan aku datang dan aku bilang sama bunda, biar aku aja yang jemput kamu," jawab Dinda .
"Kamu memang the Best ya. " Ryra menepuk punggung sahabatnya itu.
"Dinda gitu loh. Eh... ngiming- ngiming ada gak nih oleh-oleh buat aku?" tanya Dinda sambil melihat barang bawaan Ryra yang sedang ia masukkan ke bagasi mobil.
"Ada dong, semua akan kebagian," ujar Ryra.
Dirinya memang baru saja lulus dan kembali untuk membantu usaha keluarganya, yang bergerak di bidang tekstil.Jadi ia sudah mengirim semua baju-bajunya dan barang yang lain ,melalui jasa pengiriman jauh-jauh hari. Sedangkan yang ada di koper besar itu khusus untuk oleh-oleh yang baru saja ia beli saat akan pulang ke Indonesia.
"Memang ya, kamu sahabatku yang paling the best deh pokoknya."Dinda sangat senang.
Keduanya masuk ke dalam mobil dan kini Dinda lah yang menyetir,walaupun mobil yang Dinda bawa untuk menjemput Ryra ini adalah mobilnya Ryra sendiri.
Gadis itu baru menyadari kalau ini mobil kesayangannya,pantas saja dia merasa sangat familiar.Sudah bertahun-tahun ia tidak pernah menggunakannya.Untung saja mobil kesayangannya itu tidak banyak berubah.
Hanya saja sepertinya ada penambahan stiker saja yang terlihat menambah kesan feminim di bagian luar tadi, sampai-sampai Ryra tidak menyadarinya.Baru setelah mereka masuk kedalam, Ryra 'ngeh kalau itu adalah mobilnya sendiri.
Sesampainya dirumah Dinda,mereka berdua langsung disambut dengan ramah oleh Ibu Mira.Wanita itu sudah menganggap Ryra seperti putrinya sendiri,jadi tidak heran kalau dia juga sangat merindukan anak dari sahabatnya itu.
Ya, Ibu Mira memang dulu adalah teman satu kampusnya Bunda Diana.Itulah sebabnya kenapa Ryra dan Dinda bisa bersahabat sejak dari mereka lahir kedunia, karena ibu-ibu mereka juga adalah sahabat.
"Ibu.... " Ryra tak lupa mencium punggung tangan wanita itu.Meskipun lama tinggal diluar negeri,ia tetap tidak pernah melupakan tata krama sungkem kepada orang yang lebih tua.
"Alhamdulillah, akhirnya kita bisa ketemu lagi ya, sayang," ujar Bu Mira sambil mengusap surai Ryra. Senyuman bahagia tergambar jelas diwajahnya.
"Iya Bu,Ryra juga senaaaaang banget bisa ketemu sama Ibu lagi. "
"Kamu makin cantik aja ya,andai aja anak laki-laki Ibu usianya diatas kalian,pasti udah Ibu jodohin sama kamu.Sayangnya, adiknya Dinda masih kelas 7 SMP,"ujar Bu Mira.
"Ih Ibu,ada-ada saja.Masa' Ibu mau jodohin Ryra sama Dilan sih Bu,malu-maluin aja," sahut Dinda gak setuju.
Ya jelas lah gak setuju, lagian mana mau Ryra sama bocah ingusan yang masih pake seragam putih biru kayak adiknya.
Ryra hanya tertawa mendengar penuturan Ibu angkat dan sahabatnya itu.
"Sudah jangan bertengkar.Tamunya,gak diajakin masuk nih?"seloroh Ryra.
"Eh iya,sampai lupa.Ayo..ayo, mari nak Ryra, ayo masuk," ajak Ibu Mira.
"Gak ada yang berubah kan,dirumah ini? Semuanya masih sama seperti saat kamu belum ke Belanda dulu," ujar Bu Mira merendah.
"Malahan bagus Bu,kalau ada yang berubah malah Ryra jadi sulit nanti mengenalinya. Yang ada nanti, mau ke kamar mandi aja minta ditemanin."Ryra kembali berseloroh.
"Kamu juga gak berubah nak,malah semakin cantik,cantik hatinya,cantik juga orangnya," ujar Bu Mira memuji.
"Ah...ibu bisa aja."Ryra jadi tersipu malu.
"Bu,udah siap 'kan makanannya?Udah laper nih." Dinda langsung berlari ke ruang makan untuk memastikan kalau ibunya itu sudah menyiapkan masakan sesuai yang dia minta.
"Wah udah siap semua!Ayo Ryra,kita makan siang bareng.Ini semua makanan kesukaan kamu loh,"ajak Dinda.
"Ayo Ryra kita ke meja makan,Dinda kayaknya udah gak sabar.Dari pagi dia ngajakin Ibu ke pasar buat belanja bahan masakan kesukaan kamu,sambel udang dengan irisan petai,"ujar Bu Mira dengan ramahnya.
Hanya di rumahnya Dinda ini Ryra gak pernah jaim,ia bisa makan nambah,gak kayak dirumah orang tuanya,makan pun harus dijaga.Mulai dari jam makan yang harus teratur, lauk pauknya gak boleh banyak minyak,harus begini,harus begitu.Capek banget kalau ngebayanginnya.Boro-boro ia boleh makan petai favoritnya.
Seandainya saja,ia terlahir didalam keluarga yang sederhana seperti keluarganya Dinda,yang orang tuanya hanya bekerja sebagai pemilik warung sembako yang cukup besar di wilayah tersebut,pasti hidup Ryra akan lebih mudah dan tidak akan terkekang.
Bu Mira mempersilakan Ryra untuk segera duduk dan mengisi piringnya.
"Makan yang banyak ya, nak Ryra.Kalau habis,di atas kompor masih banyak. Kamu tenang aja,tadi Ibu masak banyak sambel udang petai nya,"ujar Bu Mira.
"Makasih ya Bu,Ryra udah lamaaaa banget pengen makan sambel udang yang ada petai nya,sekarang baru kesampaian😁😁."Ryra melahap sambal udang petai itu dengan lahap, ia tidak jaim sama sekali.Memang kalau soal memasak makanan rumahan,Bu Mira lah jagonya.
Makanya kalau main kerumahnya Dinda, sudah pasti pulangnya Ryra akan merasa sangat kenyang.Tidak seperti di rumahnya, kalau makan selalu ada aturannya, tidak boleh makan ini, tidak boleh makan itu dan sebagainya,"Awas jangan makan petai Ryra.Nanti mulut kamu bau, belum lagi nanti kamar mandi kamu bau pesing."Begitulah omelan bundanya kalau di rumah.
"Iya Bu, tenang aja.pasti Ryra akan makan banyak nih,"sahutnya pada Bu Mira.
Selesai makan,Ryra tak segan membantu Dinda untuk mencuci piring sambil sesekali bergurau.
"Di Belanda,beneran kamu gak punya gebetan?" tanya Dinda yang kepo abis.
"Mana ada,aku gak dibolehin keluar rumahnya sama Paman dan Bibiku.Kalau abis kuliah,ya...cuma bantuin mereka di restoran aja,"jawab Ryra.
"Busyet dah!Keluarga kamu killers semua ya, aku jadi kasihan deh sama kamu.Entar aku cariin pacar deh kalau gitu.Tenang aja, serahkan semuanya sama Dinda,"ucap Dinda sambil menaikkan alisnya berulang-ulang.
"Kayaknya gak perlu deh Din,entar yang ada kalau bunda sampai tau, kamu bisa kena marah." Ryra tertunduk lesu.
"Udah... kamu tenang aja,pokoknya serahkan semuanya sama aku.Masa' usia sudah segede gini masih belum pernah ngerasain yang namanya pacaran," ujar Dinda sambil terkekeh. Baginya, Ryra sangat udik kalau soal pacaran.Kalah jauh dengan dirinya yang udah tiga kali punya pacar.
"Tapi cariin yang baik-baik ya cowoknya, kalau gak , kamu tahu sendiri nanti akibatnya. "Ryra akhirnya mau.
"Oke Bos! Yang penting ada imbalannya,"sahut Dinda.
" Kalau gitu,gak jadi aja deh. "Ryra mengurungkan niatnya.
" Ya ampun, gitu aja kok ngambek. "Dinda tahu kalau sahabatnya itu cuma bercanda.
" Hehehehe. "
******
Setelah semuanya beres,Ryra bermaksud ingin menghubungi bundanya,agar tidak mengkhawatirkan dirinya yang sekarang masih dirumah Dinda.
Ia merogoh ponsel yang tadi ia masukkan ke dalam tas secara sembarangan,karena tadi keburu Dinda datang saat di Bandara.Namun saat ia baru saja akan memegang ponsel itu, tiba-tiba saja ponsel itu berdering.
Ryra kaget karena mendapati ponsel itu bukanlah miliknya."Ponsel siapa ini?" tanyanya pada diri sendiri,ia kaget karena tipenya memang sama dengannya ponsel miliknya, tapi warnanya sedikit berbeda.
Ryra pun langsung teringat kejadian di Bandara tadi, dimana ponselnya terjatuh bersamaan dengan ponsel laki-laki yang tadi menabraknya.
Karena mata mereka terus saling memandang, jadi tak terasa ponsel yang mereka bawa bukanlah milik mereka sendiri, melainkan tertukar satu sama lain.
"Jangan-jangan,ini ponselnya cowok itu?"ujar Ryra sambil terus memperhatikan ponsel tersebut.
"Cowok yang mana?" tanya Dinda.
"Cowok yang tadi tabrakan sama aku di Bandara," jawab Ryra.
"Kok bisa?" tanya Dinda heran.
"Iya,tadi itu pas aku lagi cariin siapa yang jemput aku sambil celingak celinguk, eh... tau-tau,aku ditabrak sama seorang cowok karena aku mundur-mundur terus, terus ponsel aku jatuh karena waktu itu aku lagi mau nelpon Bunda.Lalu ponsel kami jatuh barengan gitu,eh gak taunya ketuker," jelas Ryra pada sahabatnya itu.
"Kok bisa ketuker?Jangan bilang,kalau tadi kamu terpesona ya sama tuh cowok.Sampai-sampai gak tahu,kalau ponsel kalian ketuker gitu," goda Dinda.
Tapi belum sempat Ryra menjawab dan menjelaskan, ponsel ditangannya kembali berdering.
Dengan cepat Ryra menjawab panggilan itu.
"Ya,hallo.Maaf ini siapa ya?Apa anda orang yang ponselnya tertukar dengan ponsel saya di Bandara?"tanya Ryra.
" Iya, benar sekali. Begini eee.... "Cowok itu nampaknya bingung mau panggil Ryra dengan sebutan apa.
" Ryra, panggil saja Ryra,"jawab gadis itu.
" Oh.. iya, Ryra.Kenalkan,nama saya Kenzivaro,"ujar cowo di seberang telpon itu.
"Senang berkenalan dengan anda,Kenzivaro.Tapi...apa bisa kita menukar ponsel kita?Soalnya saya sangat membutuhkan ponsel itu.Pasti anda juga begitu 'kan?"tanya Ryra.
"Iya Ryra, maksud saya juga maunya begitu. Jadi kapan dan dimana kita bisa bertemu untuk menukarnya?"tanya Kenzi.
"Emmmm, bagaimana ya?Saat ini,saya sedang berada dirumah teman saya.Apakah Bang Kenzi bisa datang kesini?" tanya Ryra.
"Dimana alamatnya?"tanya Kenzi.
"Jalan Waringin nomor 5."
"Oke, saya akan datang kesana kira-kira 40 menit lagi."
Mendengar hal itu,Ryra memberi kode kepada Dinda kalau cowok itu akan datang kerumah ini.
"Baiklah, saya tunggu," jawab Ryra.
Panggilan itu pun diakhiri.
*
*
*
"Bagaimana?Udah ketemu ponselnya?" tanya Dinda.Gadis itu lebih tidak sabaran dari Ryra.
"Udah nih, bentar lagi tuh cowok mau kesini, " jawab Ryra.
"Wah,aku jadi penasaran nih sama cowok yang bikin kamu terpesona,sampai gak nyadar salah ambil ponsel," goda Dinda.
"Ah,kamu mah ada-ada aja.Siapa juga yang terpesona sama tuh cowok.Kan dia duluan yang ambil ponselnya,setelah itu baru aku. " Ryra masih menampik, karena memang ia belum ada rasa apa-apa sama tuh cowok.
"Yang bener nih?"goda Dinda lagi,sambil toel-toel lengan sahabatnya.
"Beneran,suwer," ucap Ryra sambil mengacungkan dua jarinya ke atas.
"Iya deh,iya.Kalau gitu,entar kalau yang datangnya cowok ganteng,biar aku aja yang ngadepin,kamu kan gak suka," ujar Dinda.
"Yeyy,dasar maniak cogan."Ryra menoyor lengan Dinda dengan tangannya.
"Biarin,dari pada kamu,jomblo seumur hidup,"ejek Dinda lagi.
"Gak ingat ya,kalau sudah punya pacar?"Ryra menyindir sahabatnya itu.
"Asal mulut kamu gak lemes,pasti aku gak akan ketahuan," jawab Dinda.
"Uhhh, takut... "Ryra berlaga seperti orang yang sedang ketakutan.
Lalu keduanya pun tertawa,karena bercanda sudah jadi kebiasaan mereka berdua dari dulu.
*
*
*
Empat puluh menit kemudian,terdengar suara deru kendaraan di depan rumahnya Dinda.
"Siapa tuh Kak,yang datang pakai mobil Lamborghini?Wow keren banget,"ujar Dilan, adiknya Dinda yang berdiri di dekat jendela.
"Jangan-jangan ,cowok yang kamu bilang mau nukar ponselnya?" Dinda segera menarik tangan Ryra secepatnya kedepan.
Dinda sebagai tuan rumah membukakan pintu."Buju buset! Ganteng amat yak. " 😍Eh malah tuh anak sampe melongok dibuatnya.
"Hey, mingkem dong. Malu tau'!" Ryra menutup mulut sahabatnya itu dengan tangannya.
"Apaan sih Ryra! Lepas deh." Dinda tak terima.
"Maafin teman saya ya,Bang.Orangnya memang kayak gini.Suka heboh sendiri," ujar Ryra kepada Kenzi,karena merasa tidak enak hati.
"Ah, gak papa kok.Biasa aja, santuy,"jawab tuh cowok.
"O ya,ngomong-ngomong,silahkan duduk dulu,Bang."Ryra mempersilahkan Kenzi untuk duduk di kursi yang ada di teras rumah Dinda.
Sementara Dinda,langsung menghempaskan telapak tangan Ryra yang masih membekap mulutnya,"Lepasin!"
"hehehe." Dinda nyengir kuda di hadapan Ken.Gadis itu malah menatap wajah Ken dari ujung rambut sampai ujung dagu,sambil menopang dagunya sendiri dengan kedua tangannya.
"Sudah Din, jangan kayak gitu.Kamu bikin malu aja deh," bisik Ryra.
"Hush, diem!" Dinda malah semakin menjadi.
"Maaf Ryra,jadi...dimana ponsel saya?"tanya Kenzi.
" Kalau bisa,saya mau segera menukarnya karena saya harus menghubungi klien saya, dan nomornya hanya ada diponsel itu."ujar Kenzi.
"Sebentar ya, Bang Kenzi.Aku ambilkan dulu di dalam."Ryra pun permisi masuk ke dalam.
Namun Dinda tidak bergeming,ia terus saja memandangi Kenzi yang jadi salah tingkah, karena dari tadi dilihatin terus menerus oleh Dinda.
"Eh,lupa.Abang namanya Bang Kenzi ya?Aku Dinda." Dinda mengulurkan tangannya mengajak Kenzi berkenalan.
"Kenzivaro,"jawab Kenzi.
"Keren banget,sama kayak orangnya,"ujar Dinda sambil senyum-senyum memuji.
"Ngomong-ngomong,Abang Kenzi ini, kerjanya dimana?"tanya Dinda.
" Saya?"tanya Kenzi sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya,"jawab Dinda yang sudah kadung kepo.
"Saya kerjanya serabutan,kadang saya kerja sebagai tour guide,kadang juga bisa jadi driver taxi online,dan masih banyak lagi kerjaan lainnya, "jawab Kenzi jujur.
"Yang penting halal ya,Bang," tambah Dinda.
"Eh.. iya," jawab Kenzi asal.Terus terang, dia sudah males berhadapan dengan gadis yang suka mewawancarainya kayak wartawan ini.
"Tapi masa sih Bang,kerjanya serabutan.Tuh, mobil didepan?" Dinda mulai lagi deh, dia memang punya jiwa kepo yang luar biasa. Cocok banget kalau jadi wartawan atau kalau gak ,jadi pengacara,suka banget menginterogasi orang.
"Oh, itu mobil teman saya.Saya hanya pinjem," jawab Kenzi lagi."Hadeuh... nih cewek,kepo nya gak ketulungan, "batin Kenzi.
Tak lama kemudian,Ryra datang dengan membawa ponsel milik Kenzi.Lalu ia menyodorkannya ke atas meja.
"Nih Bang ponselnya Abang,ponsel aku mana?"tanya Ryra.
Kenzi langsung merogoh kantong di bagian dalam jaketnya."Nih dia ponsel kamu,"ujar nya. Ryra pun mengecek baik-baik ponselnya.
"Maaf ya, tadi aku coba buka ponsel kamu,untung gak ke blokir.Soalnya aku benar-benar gak tau kalau ponsel kita ketuker, habis tipenya sama,"ujar Kenzi ketika melihat Ryra, sepertinya gadis itu merasa ada yang aneh dengan ponsel miliknya yang sudah tidak memakai kunci layar.
" Pantes aja tadi aku merasa aneh,kok Abang bisa nelpon pake nomor aku?"ujar Ryra.
" Iya, untung bisa kebuka,"jawab Kenzi lagi.
" Kok bisa sih?"Gadis itu jadi terlihat bingung.
" Eee ,kalau begitu saya pamit dulu ya,soalnya saya harus segera melakukan tour lagi,"ujar Kenzi, pamit.
" Yaaa, padahal kita kan belum ngobrol banyak Bang Kenzi,"sahut Dinda.
" Lain waktu kita ketemu lagi,lagipula aku sudah save nomor teman kamu,"ucap Kenzi sambil mengerlingkan matanya ke arah Ryra.
" Oke deh kalau begitu,kalau Abang Kenzi mau main kesini lagi,gak papa kok.Pintu rumah Dinda selalu terbuka untuk Abang, tapi jangan mimpi kalau mau main ke rumahnya Ryra,bundanya galak,"ujar Dinda sambil menghindari Ryra yang sudah mulai bertanduk.
Bisa-bisanya sahabatnya itu ngatain bundanya, hadeuh... untung gak ada bundanya di sini.Coba kalau ada,yang ada nanti Ryra dan Dinda gak akan boleh temenan lagi.
"Oh, begitu ya.Terus terang saya jadi penasaran segalak apa?"ujar Kenzi lagi.
"Gak usah Bang,lagian nanti cewek Abang marah, lagi,"sahut Ryra.
"Jadi,Abang ini sudah punya pacar 'ya?" tanya Dinda kecewa.
"Ooo,itu tadi yang di Bandara adik saya.Kami memang selalu manggil sayang satu sama lain,"elak Kenzi cepat.
"Pacarnya juga gak papa kok Bang,Dinda juga sudah punya pacar loh, " jujur Ryra.
"Kalau kamu?"
Eh,,,si Ken malah nanyain ke Ryra udah punya pacar atau belum.
"Kalau Ryra mah dari dulu jomblo akut Bang. Gak pernah pacaran dia,sekalipun kuliahnya di luar negeri,tapi dia itu anaknya selalu di dalam pengawasan,gak pernah bebas.Ini aja nih dirumah aku,aku rasa sudah ada tuh pengawal atau pengawas di balik tembok pagar ataupun di balik semak." tukas Dinda.
"Hadeuhh Dinda, kenapa juga pakai diumumin segala.Lebay banget sih🙆♀️" batin Ryra.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!