NovelToon NovelToon

Briliance Era

Chapter 1 : Prolog

Tiupan angin membawa bau anyir darah yang begitu semerbak, sepi, sunyi. Tumpukan mayat prajurit tak bernyawa itu tergeletak begitu saja dan tak ada satupun yang selamat.

Perang besar melawan para Iblis berlangsung sekitar 200 Tahun lamanya, Namun perang tersebut berakhir membawa kedamaian setelah kemenangan manusia yang berlangsung selama 1 dekade.

Namun 25 tahun kemudian pasukan Iblis yang kembali datang, menyerang manusia dari laut utara untuk memasuki dataran Benua Regina dan tanpa ampun langsung membunuh para manusia yang terlihat.

Empat Kaisar yang menguasai dataran, sepakat untuk melakukan kerja sama militer untuk berperang melawan pasukan Iblis.

Dan mereka adalah :

-Kekaisaran Jiksa.

-Kekaisaran Orta.

-Kekaisaran Darten.

-Kekaisaran Guza.

[Laut Utara]

Tiga belas ribu prajurit gabungan dikerahkan untuk memerangi Iblis yang masuk ke wilayah pantai di laut utara dan diantara pasukan yang diutus untuk menyerang daerah pantai laut utara terdapat pangeran dari Kekaisaran Orta.

Sezi Aj Orta, keterampilan bertarungnya tidak perlu dipertanyakan lagi. Dia adalah salah satu jenius yang hidup di Benua Regina, namun bahkan untuk seorang jenius sekalipun. Para iblis yang berjumlah 100 × lipat dari pasukan yang diutus untuk mengambil alih Laut Utara berhasil menghabisi para prajurit, dan sang jenius Sezi Aj Orta juga ikut kehilangan nyawanya.

Dan itu hanyalah awal dari kisah kehancuran umat manusia. Kini, Pahlawan umat manusia dan satu satunya sang harapan berbaring lemas tak berdaya diatas tanah dengan nafas yang terasa sangat sulit, tubuhnya dipenuhi luka-luka dan noda darah kering.

"hufttt .... huft .... huft ..."

Pandangan matanya mulai kabur diiringi sakit kepala, dan rasa perih di setiap luka nya menyebar begitu menyakitkan.

Zai Ju Vaze, seorang duke dari keluarga Vaze yang hampir runtuh. Ia adalah pahlawan berumur 17 tahun yang terpaksa menjadi Kepala keluarga dikarenakan tewasnya sang ayah Glone Ju Vaze.

Dengan suara yang sudah tak terdengar dan rasa putus asa yang memuncak Zai hanya bisa menggumamkan sesuatu. "Ayah ... Ke empat kaisar bahkan tak dapat menghentikan serangan para Iblis, mereka kuat. Sangat-sangat kuat, kuharap ketika aku menemui di sana kamu tidak begitu kecewa padaku."

Tiba-tiba guncangan tanah yang begitu terasa terjadi begitu saja, ini menandakan pasukan iblis sedang bergerak untuk bersiap menyerang manusia yang mereka temui.

Zai perlahan mulai merasakan kantuk dan matanya mulai berat. "Aku ... Pulang Ay—" belum selesai Zai menggumam untuk berpisah dengan dunia, secara tiba-tiba seseorang tidak dikenal datang dan menyapa Zai.

Orang itu adalah seorang pria dengan rambut putih cerah, bahkan sedikit bercahaya dan mengenakan mantel berwarna putih.

"Yo! , Kamu mau menyerah tentang hal ini begitu saja? Lihatlah pasukan iblis di sana, gerombolan makhluk-makhluk tolol itu bergerak membantai para manusia. Maka dari itu aku akan membantu dirimu." ucap orang misterius itu dengan wajah tersenyum lebar penuh misteri.

Zai yang sudah putus asa memutuskan untuk menghargai tawaran omong kosong dari orang misterius di atas nya itu. "Jadi apa yang bisa kamu bantu?" tanya Zai.

"Zehid, panggil aku dengan nama itu." Zehid tersenyum lalu menjelaskan bahwa ia akan memutar waktu. "Aku akan memutar ulang waktu ke 10 Tahun yang lalu. Kau yang paling tahu apa yang mesti kau lakukan bukan? Namun apa kamu sanggup untuk mengubah takdir ini Zai Ju Vaze sang harapan?"

"Aku menyanggupinya."

"Baiklah pergilah ke masa lalu. Dan untuk mu Enzo untuk menebus banyak kesalahan mu di dunia sebelumnya, kau harus menghentikan invasi Iblis di Benua Regina seperti yang telah aku jelaskan."

Enzo tak dapat berbicara dan berdiri seperti mayat hidup, namun otaknya berusaha. memberontak.

"Kau tak akan mencapai nirvana apabila belum menyelesaikan tugas ini Enzo, sampai nanti ...."

...----------------...

"Gah! Dasar malaikat bajingan!" teriaknya dengan lantang.

Di sebuah kamar dengan interior yang luar biasa mewah dengan kasur besar super empuk terlihat pemuda kecil berwajah tampan sedang mengamuk.

Nama asliku adalah Enzo Denoch seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan lulus, namun takdir berkata lain. Kekasihku membunuh diriku di rumahku setelah kami cekcok hebat.

Namun kukira aku akan langsung pergi ke Nirvana/Surga ataupun Neraka, akan tetapi seseorang menungguku. Ia adalah Zehid sang aturan kematian.

Dia menjelaskan padaku jika diriku tak dapat pergi ke Nirvana karena banyak kesalahan yang ku perbuat di dalam hidupku dulu.

"Yang kuasa memberikan kamu kesempatan, yaitu hidup di Dunia lain."

Zehid menawarkan hal yang aneh padaku. Hidup di dunia lain seperti di anime, dimana kekuatan sihir dan pedang adalah yang paling utama lalu mendapatkan kehormatan tinggi dan hidup bahagia selamanya.

Namun aku menolaknya dan saat itulah dia tersenyum dan memasang senyum licik, dia menyeret diriku kesini dan me reinkarnasi kan diriku ke dunia ini.

Tuan muda Sarfon Fotd Cazey, yaitu keturunan dari keluarga Cazey yang agung karna memiliki hubungan darah dengan Kaisar Jiksa Pertama.

"Sial, sekarang yang dapat kulakukan hanyalah bersiap untuk pertarungan melawan para Iblis. Zehid dan aku telah melakukan perjalanan waktu untuk melihat keseluruhan dari Benua Regina.

Aku akan mulai dari hal paling mendasar tentang dunia yang dipenuhi sihir ini, aku akan membunuh para iblis dan pergi ke Nirvana."

[Kota Santino]

"Selamat pagi Tuan muda, hari ini anda di undang ke ulang tahun anak dari Perdana Mentri. Saya sudah menyiapkan pakaian untuk anda Tuan Muda, silahkan bangun."

Sarfon membuka matanya perlahan meskipun rasanya sangat malas dan tak nyaman. 'Anak perdana mentri? ulang tahunnya dirayakan lagi ... Sialan.'

"Baiklah aku bangun Miranda ... "

Pelayan berjenis kelamin perempuan itu bernama Miranda ia adalah gadis muda dari keluarga bangsawan yang mengabdi pada Keluarga Agung Cazey, dan dipilih untuk menjadi pelayan pribadi Tuan muda Sarfon Fotd Cazey.

Setelah beberapa persiapan, Sarfon telah siap untuk pergi ke pesta. Pesta besar itu dihadiri cukup banyak anak-anak bangsawan yang sebaya dengan Sarfon.

Di pesta itu tersedia banyak sekali hidangan kelas atas dan kue kue cantik yang tertata rapi diatas meja yang telah disediakan.

Ketika Sarfon datang ke dalam Pesta, anak-anak bangsawan yang ada melihatnya langsung memberikan salam hormat padanya.

"Salam bagi kemuliaan Kekaisaran Jiksa."

Setelah cukup, Sarfon kemudian menyuruh mereka untuk mengangkat kepala mereka. "Iya, senang melihat kalian datang kesini dalam keadaan sehat. Angkatlah kepala kalian."

Mereka semua lalu melanjutkan aktifitas nya seperti tadi. Sarfon berjalan menghampiri sang pemilik acara yaitu Jason Gen Erickson sang anak dari Perdana Menteri.

"Oh! Anda datang Tuan Muda Cazey! Sungguh kemuliaan." Sambut Jason dengan semangat.

"Iya, ambillah hadiah dari diriku."

Jason menerimanya dengan senang hati. "Sungguh terimakasih Tuan Muda, silahkan nikmati hidangan terbaik yang sudah kami sediakan.

Sarfon mengangguk dan pergi ke meja dimana berbagai macam kue dihidangkan di atas sana. 'Hm! Kue coklat tak pernah gagal, ini enak.'

^^^Bersambung.^^^

Chapter 2 : Ini mulai menyebalkan

[Kastil Blue Rose]

Kastil milik keluarga agung Cazey yang ditinggali oleh Sarfon.

Sarfon duduk diatas sofa dengan kaki di silangkan sambil membaca buku dengan beberapa cemilan yang menemaninya.

"Pesta besar kemarin itu, apa tidak terlalu menghambur-hamburkan uang? Dalam keadaan perang melawan Iblis uang sebanyak itu bisa mendanai ratusan prajurit dengan persenjataan lengkap dan baru. Apa Perdana Menteri tidak takut di kritik ya Miranda?" tanya Sarfon pada Miranda yang sedang membersihkan debu di lemari menggunakan kemoceng.

Gadis maid dengan rambut coklat dan bola mata lebar itu tertawa kecil mendengar pertanyaan dari Tuan Mudanya.

"Hihihi ... Pertanyaan anda selalu tidak sesuai dengan usia anda. Anda seperti pria berumur ratusan tahun dengan pemikiran berat dan matang ... khu khu khu ..."

"ah, kau ini..."

Miranda kembali tersenyum ketika mengingat Sarfon yang seharusnya bermain dengan anak bangsawan seusianya malah menolak hal itu dan mengatakan apabila berteman dengan mereka itu tidak berguna.

Dan Tuan Muda agung ini malah memilih berteman dengan anak-anak golongan biasa kebawah dengan alasan agar dapat memanfaatkan mereka.

Sarfon menutup bukunya dan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan kearah lemari buku untuk meletakkan bukunya di sana.

"Miranda."

"Ya, Tuan Muda?"

"Kirimkan surat pada Kepala Keluarga yang bertuliskan jika aku meminta agar ayah mencarikan seorang pandai besi paling hebat di Negeri ini."

Miranda mengangguk mengerti. "Baik tuan muda." Ketika Miranda telah pergi keluar dari kamar pribadi Sarfon, Sarfon langsung berjalan mendekati jendela dan melihat pemandangan luar dari sana.

Ia teringat dengan beberapa detail yang pernah dibicarakan dengan Zehid. 'Aku akan mengubah takdir kematian Pangeran Kekaisaran Orta, serangan Iblis dari laut Utara akan ku urus sendiri. Jadi diam dan perhatikan.'

Pada saat itu tepatnya Satu juta tiga ratus ribu pasukan Iblis yang bergerak menyerang Pantai langsung tumbang dan hancur oleh satu orang saja.

'Jangan berpikir yang tidak-tidak Enzo. Alasan kami para Malaikat tidak campur tangan tentang hal ini karna para makhluk transenden yaitu Pemimpin ras Iblis belumlah muncul ke permukaan.

Namun saat itu terjadi, ras manusia sudah pasti telah musnah. Jadi bantuan kami bisa dibilang tidak ada gunanya lagi.'

Sarfon mengingat hal itu dengan jelas, berbagai garis waktu yang selalu menuju kearah kepunahan umat manusia di Benua Regina ini. 'Hal mengerikan itu terus menerus terulang ulang di kepalaku. Kekaisaran Utara berhasil membawa kemenangan pada perang itu.

Namun, peringatan dari Zehid yang tak akan ku lupakan. Pasukan yang terpukul mundur itu akan berputar haluan ke Kekaisaran Timur dan itu adalah Kekaisaran Jiksa.'

Sarfon memperkirakan kedatangan pasukan Iblis akan melewati Dark Forest sebuah hutan lebat di belakang Kastil ini dan kemungkinan kedatangan mereka adalah sekitar 3 Tahun lagi.

 

Berselang 3 hari setelah surat diterima sang Kepala Keluarga Cazey. Seorang pandai besi datang ke kastil Blue Rose, seorang pria tua dengan janggut tebal dan tubuh yang berotot sedang menatap kastil dengan seksama.

Sarfon yang melihat kedatangan pandai besi itu langsung turun dan menyambut kedatangan pria itu dengan sopan. "Miranda, antar kan pria ke ruang tamu." Miranda sang pelayan mengangguk dan meminta agar pria itu mengikuti dirinya.

Setelah mereka berdua sudah duduk berhadapan, Pria tua itu langsung bertanya pada Sarfon untuk apa mencari seorang pandai besi terbaik di negeri ini.

"Anda mencari pandai besi terbaik di Negara ini, senjata apa yang ingin anda minta tuan muda?" tanya Pria tua itu.

Sarfon menghela nafas dan mulai berkata, "Aku ingin dibuatkan senjata yaitu Katana," tukas Sarfon sambil meletakkan cangkir tehnya di atas meja.

"Begitu ya ... Jika seperti itu seharusnya anda dapat membeli nya di toko senjata yang ada di dekat sini dan tentunya banyak warna-warnanya.

Namun, cukup sampai disini saja saya berbasa-basi. Katakanlah sejujurnya tuan muda. Mengapa anda sampai harus membutuhkan seorang pandai besi terbaik di Negara ini?!"

Sarfon yang di tekan seperti itu nampak sangat biasa saja, lalu dengan tenang ia merespon, "Beberapa hal, namun saya rasa permintaan ini akan sangat egois dan akan sangat mustahil. Namun saya percaya pandai besi terbaik yang ayah kirimkan akan sangat luar biasa.

Baiklah, saya menginginkan sebuah Katana yang tidak akan pernah dapat hancur ataupun dapat dipatahkan, senjata sempurna yang dapat memotong apapun, Katana paling tajam yang dapat memotong musuh-musuh saya." Sarfon mengutarakan semua niatnya tanpa ada yang disembunyikan, karena ia mengetahui jika pak tua ini sedang mengetes dirinya atas perintah kepala keluarga.

"Permintaan klasik. Beberapa bangsawan di kekaisaran ini bahkan Kaisar sendiri pernah meminta hal ini. Aku menyanggupi hal ini namun dengan satu syarat."

"Dan apa syarat itu?"

"Senjata sempurna yang tak dapat hancur dan paling tajam hingga dapat memotong apapun adalah senjata paling mengerikan. Namun karena sangat mengerikan senjata itu tercipta dengan kelemahan yang sangat kuat, apakah anda berfikir jika senjata se sempurna itu akan memiliki sarung pedang yang dapat menyingkap senjata itu?

Jika anda memiliki jawabannya saya akan menyanggupi hal itu, saya berjanji akan menciptakan senjata paling sempurna itu."

Sarfon berfikir sejenak sebelum mengatakan sesuatu. "Itu mudah, artinya pedang itu tidak membutuhkan sarung untuknya. Apa anda pernah melihat makhluk paling kuat bersembunyi?"

"Jawaban yang sangat angkuh Tuan Muda. Semoga Kekaisaran selalu dilindungi oleh Tuhan."

Pria tua itu merupakan seorang dwarf bernama Gigs, dan dia telah menyanggupi permintaan dari Sarfon untuk menciptakan sebuah Katana paling sempurna.

"Aku membutuhkan waktu 2 hari untuk menciptakan senjata itu."

...----------------...

Sarfon duduk diatas sofanya sambil membaca buku, keseharian membosankan yang ia lakukan hampir setiap hari.

"Tuan muda, ada surat dari Keluarga Wyke. Mereka mengundang anda ke acara minum teh para putri bangsawan. kyaaa! sepertinya anda adalah pria yang populer di kalangan gadis-gadis!" Teriak Miranda seolah-olah histeris untuk menggoda Tuan Mudanya.

Namun Sarfon dengan jelas memberikan tanggapan tidak sudi dengan acara ramah tamah anak-anak yang sangat tidak berguna. 'Keadaan garis depan jelas-jelas sudah sangat genting. Bagaimana bisa mereka terus menerus melakukan acara ramah tamah?! menyebalkan!' Batin Sarfon emosi, namun wajahnya tetap datar.

"Malas, aku lebih baik tetap di sini. Membaca buku 100× lebih bermanfaat dibanding menghadiri acara itu."

Miranda terlihat cemberut ketika Sarfon memberikan tanggapan seperti itu. "Cih!"

"Apa coba maksudnya "CIH!" itu?"

Miranda hanya bersiul-siul sambil tertawa-tawa kecil sendiri dengan ekspresi aneh yang membuat Sarfon merasa sedikit merinding.

"Hentikan fantasi aneh mu itu Miranda."

Miranda yang ketahuan oleh Sarfon langsung salah tingkah dan mengelak untuk mengakui hal itu. "Eh, tidak kok! Tidak, Tuan muda!"

^^^Bersambung^^^

Chapter 3 : The great Cazey [1]

Di dalam Kastil Blue Rose tepatnya di ruang tamu, Gigs menemui Tuan Muda Sarfon untuk memberikan pedang katana yang diminta.

"Katana ini adalah merupakan perwujudan senjata dosa di masa depan. Tuan muda, sebelum saya berikan pada anda saya ingin menanyakan satu hal..."

"Dan apa itu?"

"Apakah anda ingin merebut gelar Kepala Keluarga Cazey?"

Sarfon duduk dengan tenang dan menyilangkan kakinya sambil menyenderkan bahunya di sofa. Tak langsung menjawab pertanyaan itu Sarfon justru mengambil cangkir tehnya dan sedikit menyeruputnya.

Ia menunjukkan seberapa tinggi dirinya saat ini meskipun hanyalah seorang anak-anak, namun Sarfon menunjukkan kharisma yang menekan seolah memberi isyarat untuk tidak lancang.

tik ...

"Pak tua, apa anda menyadari seberapa lancangnya pertanyaan anda itu? Setiap orang memiliki urusannya masing-masing. Dan setiap masalah tak bisa diberitahukan begitu saja bukan?

Namun aku tidak akan memperpanjang masalah ini, karena aku tahu ke khawatiran mu."

Terlihat jelas ekspresi Pak Tua Gigs yang kesulitan mengatur ekspresinya dengan keringat yang mulai mengucur dari pelipisnya.

"Aku akan mengatakan satu hal pak tua. Aku membutuhkan katana ini untuk melindungi kekaisaran. Dan cukup sampai situ saja kau mengetahuinya."

Hal ini membuat Pak Tua Gigs makin dilema untuk memberikannya pada Tuan Muda Sarfon, dan beberapa hal lain ikut menghantuinya seperti pecahnya kekaisaran Jiksa karena merebutkan senjata ini.

Namun pada akhirnya ia memantapkan dirinya dan memberi kepercayaan kepada Sarfon untuk menjaga Katana tersebut dan berharap di masa depan tidak ada hal-hal buruk.

"Saya mohon agar anda menjaga Katana ini dengan baik. Katana ini tidak perlu diasah, ia tak akan pernah tumpul ataupun berkarat."

Sarfon mengangguk dan menerima katana itu, ia memegang gagang katana dengan tangan kanannya. Sesaat ia berfikir jika katana ini akan berat di tangan seorang anak berumur 7 Tahun, namun tak pernah ia sangka bahwa katana ini benar-benar sangat ringan.

Besi jiwa adalah material yang ditempa untuk menciptakan katana ini, dan besi jiwa itu hanya ada satu di Dunia ini. Material yang datang dari luar angkasa dan mendarat di Selatan Kota Anthenum di Kekaisaran Jiksa dan pria yang menemukannya tak lain adalah Pak Tua Gigs.

Besi itu terus menerus memanggil manggil sesuatu dan terus menawarkan kekuatan terhebat, maka dari itu material ini dinamai Besi jiwa.

"Kalau begitu karena pekerjaan saya telah selesai saya pamit undur diri Tuan Muda."

"Ya, jaga diri anda baik-baik. Dan rahasiakan soal ini dari siapapun termasuk Ayahanda."

Dwarf tua itu mengangguk paham. "Sesuai keinginan anda Tuan Muda."

...----------------...

[Kastil Polhirety]

Kastil megah yang di tinggali oleh Keluarga inti Cazey yang kemampuannya sudah diakui langsung oleh Kepala Keluarga, terdapat enam anggota yang tinggal di Kastil ini, dan enam diantaranya adalah sang Kepala Keluarga dan Istrinya itu sendiri.

Rein Fotd Cazey.

Seorang Pria berwajah tampan dan tinggi mengenakan jas panjang berwarna hitam serta celana panjang dengan rambut merah tua dan sorotan mata yang tajam terlihat sedang membaca sepucuk surat.

'Sarfon meminta dikirimkan pandai besi terbaik di Negara ini? Apa yang anak itu inginkan?'

"Sayang, ini waktunya sarapan mengapa kamu tidak keluar untuk bercengkrama dengan para pewaris utama di meja makan?"

Rein tersenyum dari balik pintu ruangannya dan meminta istrinya yaitu Alene Fotd Cazey untuk pergi duluan. "Aku akan turun sebentar lagi, turunlah lebih dulu." Rein dapat tersenyum karena merasa sedikit terhibur dengan rasa penasarannya.

'Setidaknya tak ada alasan bagiku menolak permintaannya, baiklah kalau begitu aku akan mengurus beberapa dokumen terkait peperangan melawan iblis sekarang. Selagi mood ku bagus.'

Sementara itu di Kastil Blue Rose terlihat Sarfon menggenggam katana di tangannya sambil mengalirkan mana miliknya. Sarfon benar-benar berkonsentrasi untuk bisa menguasai katana ini sepenuhnya.

'Setelah beberapa latihan menebas benda, bahkan sebuah batu besar. Pedang ini benar-benar dapat memotong apapun, namun entah kenapa aku merasa pedang ini jauh sekali dariku.'

Aura biru pekat menyelimuti tubuh Sarfon. Hal ini membuat Sarfon merasakan hawa dingin di kulitnya namun, ia tetap berusaha berkonsentrasi hingga akhirnya secara mengejutkan darah mulai mengucur keluar dari hidungnya.

"Huh?! Sialan, pusing ...."

Sementara itu Miranda saat ini sedang berjalan ke halaman belakang sambil membawa sebuah kue coklat untuk cemilan Sarfon dan secangkir susu hangat.

Namun ketika sampai di halaman belakang tempat Sarfon berlatih mata Miranda langsung terbelalak melihat Tuan mudanya terbaring diatas tanah dengan ekspresi wajah pucat dan tubuh yang panas. "TUAN MUDA!" teriaknya histeris dan menjatuhkan semua cemilan yang ia bawa.

Miranda dengan cepat berlari kearah Sarfon kemudian menggendongnya dan membawanya ke kamar untuk di baringkan. 'Astaga suhu tubuhnya panas sekali. Saya mohon bertahanlah tuan muda...'

Setelah membaringkan tubuh Sarfon di atas ranjangnya, Miranda langsung keluar dari Kastil dan pergi ke Kota untuk mencarikan Dokter. Miranda yang sebenarnya seorang assasin bergerak dengan begitu cepat.

"Dokter! SAYA MOHON IKUT SAYA!"

"Eh... Eh... Nona muda! Anda bergerak cepat sekali!"

Begitu sampai di Kastil dengan segera Miranda langsung membawa sang dokter menemui Sarfon yang sedang terbaring tak sadarkan diri.

"Ya Tuhan ... Jantung saya hampir copot nona ..." keluh sang Dokter karena kepalanya sedikit pusing

"M-Maafkan saya," tukas Miranda sambil membungkuk minta maaf dengan panik.

Dokter itu mulai mengecek nadi dari Sarfon untuk mengetahui apakah detak jantungnya masih normal.

"Ah, ini demam biasa nona. Detak jantungnya normal namun aliran mana nya sedikit tidak teratur, Tuan muda hanya kelelahan fisik. Jadi tak perlu khawatir tentang apapun, biarkan beristirahat sebentar dan nantinya akan membaik sendirinya."

Miranda mengangguk paham mendengar penjelasan dari dokter tersebut. "Terimakasih banyak dokter," tukasnya sambil memberikan 3 keping emas.

"ah ... Ini terlalu ban—"

"Tidak apa-apa dokter, i-ini juga sebagai permintaan maaf saya karena membawa anda kemari dengan kurang sopan."

"Baiklah kalau begitu saya pamit dahulu ..."

Setelah sang Dokter pergi dari Kastil dan kembali ke Kota, Miranda pergi ke dapur untuk membuatkan bubur.

Sementara itu Sarfon sendiri belum sadarkan diri dari pingsannya karena kelelahan dan masih berbaring diatas kasurnya hingga akhirnya malam pun tiba.

Sarfon mulai membuka matanya, kepalanya sungguh berat dan rasanya pusing sekali bahkan untuk berdiri ia begitu kesulitan.

"Kuh ... Demam sialan seperti ini terjadi bahkan di dunia fantasi, ini gila!" gumamnya tak puas.

Dengan usaha lebih Sarfon mencoba untuk bangkit dari ranjangnya untuk mencari minum dan makanan yang dimana itu semua terletak di dapur.

Dengan tertatih-tatih Sarfon berjalan kearah dapur secara perlahan. Sarfon mengambil sepiring roti dengan air putih biasa dan membawanya menggunakan kedua tangannya ke luar.

Di halaman kastil, Sarfon duduk di tanah dan meletakkan gelas berisi air minumnya dan mulai memakan roti yang ia bawa.

Dengan ekspresi kosong dan datar Sarfon dengan lahap memakan rotinya sambil termenung memikirkan kehidupannya di sini.

'Sudah jelas jika aku bukan karakter Utama di dalam Dunia yang akan hancur ini ... Lantas mengapa aku harus di transmigrasi ke Dunia ini? Mengapa setelah kematian ku di Bumi aku tidak langsung dikirim ke Nirvana saja? Aku tidak ingin hidup lagi ...'

^^^Bersambung^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!