Di sebuah rumah megah, seorang perempuan cantik sedang duduk di hadapan papinya yang terkenal tegas tapi sangat menyayangi anak-anaknya.
Tangan perempuan cantik itu sedang meremas roknya sendiri untuk mengatasi kegugupannya, karena saat ini dia ingin membicarakan sesuatu yang penting kepada papi nya.
"Ada apa sayang? Kenapa kamu dari tadi hanya diam saja? Bukankah kamu bilang ada yang ingin kamu bicarakan dengan papi?" Tanya Kenan kepada putrinya.
"Emmm, setelah Al mengungkapkan apa yang ingin Al bicarakan, apakah papi tidak akan marah? "Tanya Alya kepada papinya.
"Kenapa kamu mengatakan hal itu Al? Apa kamu melakukan kesalahan?" Tanya Kenan dengan kening yang mengerut.
Di tengah-tengah pembicaraan mereka, Belinda datang dengan membawa nampan yang berisi dua gelas jus jeruk.
"Ayo minum dulu, kalian berdua ini tegang sekali seperti ada masalah serius yang akan dibicarakan saja." Ucap Belinda sambil menaruh nampan yang berisi jus jeruk tersebut di atas meja.
"Al, kamu semenjak tinggal di apartemen mu sendiri kenapa jadi jarang sekali sih pulang ke rumah? Apa kamu tidak merindukan kami?" Tanya Belinda.
Ya, setelah lulus SMA, Alya memang memutuskan untuk keluar dari rumah orang tuanya dan menempati apartemen yang di berikan papinya untuk dirinya sendiri.
Walaupun Kenan sering menyuruh Alya untuk memegang salah satu perusahaannya, Ayla selalu menolaknya, dia bilang dia ingin menjadi wanita yang mandiri dan bekerja dengan kemampuannya sendiri.
Alya tidak ingin terus berada dalam bayang-bayang keluarganya itu, selama ini Alya selalu memiliki banyak teman karena dia memiliki latar belakang keluarga yang bagus.
Tentu saja, siapa yang tidak mengenal keluarga Kalandra Adibrata? Seluruh dunia tau siapa itu Kalandra Adibrata, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki perusahaan di semua bidang.
Baik perusahaan makanan, minuman, pakaian, furniture, bahkan produk kecantikan.
Walaupun hanya anak yang di angkat, Alya di perlakukan seperti seorang ratu di keluarga itu, dia adalah cucu pertama keluarga Kalandra.
Hanya saja Alya selalu menginginkan hidup dalam kesederhanaan, dia tidak ingin di sukai hanya karena dia adalah anggota keluarga Adibrata.
Itulah kenapa dia memutuskan untuk keluar dari rumah setelah dia kuliah sampai saat ini dia sudah berusia 28 tahun.
"Maaf mami, Al sibuk banget di kantor, mami tau kan Al bekerja di bagian desainer, setiap hari Al harus terus membuat model pakaian terbaru." Jelas Alya.
"Papi kan udah bilang, kamu kerja di perusahaan papi aja, kamu bisa jadi bosnya di sana dan kamu nggak perlu lembur kayak sekarang." Ucap Kenan.
"Pi, kita udah bahas ini loh dulu, Al mau mandiri pi, Al mau menghasilkan uang dengan usaha Al sendiri, nanti kalau Al mulai bosan Al akan terima saran papi untuk memegang salah satu perusahaan papi." Ucap Alya.
"Tapi..." Kalimat Kenan terhenti karena Belinda yang sekarang duduk di sebelah Kenan langsung menggenggam tangannya.
"Jangan memaksa Al sayang, saat waktunya nanti dia pasti mau kembali ke tempatnya." Ucap Belinda.
Ya, dari dulu hanya Belinda yang membebaskan Alya untuk memilih sesuatu yang dia suka, sedangkan Kenan dan kakeknya selalu menuntutnya untuk mengambil alih perusahaan fashion mereka.
"Kenapa kamu selalu membiarkan anak-anak mu memilih keputusan sendiri sih sayang? El dan Azzu juga selalu kamu biarkan memilih sesuatu sendiri." Ucap Kenan protes kepada sang istri.
Karena memang setelah lulus SMA Aciel dan Azzura memilih untuk tinggal di apartemen mereka masing-masing mengikuti jejak sang kakak.
Hanya saja mereka tinggal di apartemen yang berbeda-beda daerah yang lebih dekat dengan kampus mereka masing-masing yang kebetulan berada di daerah yang berbeda.
"Mereka memang harus memilih jalannya masing-masing sayang, kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung mereka saja, kita tidak boleh terlalu ikut campur ke dalam urusan mereka, kita hanya mengarahkan saja." Jelas Belinda.
"Terserah deh, kamu tuh emang selalu benar ya." Balas Kenan.
Alya tersenyum mendengar perdebatan kedua orang yang paling dia sayangi itu, tanpa mereka Alya tidak akan bisa jadi seperti ini.
Bagi Alya, mereka berdua bukan hanya orang tuanya, tapi malaikat yang di kirim tuhan untuk membantunya dan menjadi pelindungnya.
"Papi, mami, plis deh jangan mulai nanti aku pulang loh." Sahut Alya yang membuat keduanya terdiam dan langsung menatap ke arah Alya.
"Jangan pulang Al! Besok hari minggu dan kamu harus menginap di sini karena El dan Azzu juga akan pulang." Ucap Belinda.
"Iya benar, kalau kamu tidak menginap pasti mereka akan mendemo kita." Sambung Kenan.
"Iya iya, Al menginap di sini kok." Balas Alya.
"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan sama kami sayang?" Tanya Belinda.
"Jadi gini mi, sebenarnya Al mau ngasih tau sama papi dan mami kalau Al dan Tommy akan menikah." Ucap Alya yang membuat Kenan dan Belinda terkejut.
Ya, sejak Alya SMP, Kenan dan keluarganya langsung terbang ke Belanda dan menetap di sana, Alya yang waktu itu adalah anak baru dan baru bisa menyesuaikan diri tanpa sengaja bertemu dengan Tommy dan Teresa yang ternyata sama sama berasal dari Indonesia.
Sejak itu akhirnya mereka bertiga berteman baik sampai saat ini.
Tommy menyukai Alya dan mereka akhirnya memulai hubungan percintaan mereka saat berada di bangku SMA, mereka bertiga tetap berteman karena masih berada di satu sekolah juga.
Hubungan Tommy dan Alya akhirnya berlanjut sampai detik ini Tommy mengatakan kepada Alya kalau dia akan melamarnya.
Tentu saja Alya sangat senang, tapi dia tau kalau orang tuanya kurang suka dengan Tommy.
Entah apa yang membuat mereka tidak menyukai Tommy, tapi mereka bilang Tommy bukan laki-laki yang baik seperti kelihatannya.
Tapi Alya sama sekali tidak percaya karena selama bersama dengan Tommy, dia adalah laki-laki yang baik, bertanggung jawab dan sangat menghargai wanita khususnya Alya.
"Apa kamu serius Al? Laki-laki itu mau melamar mu?" Tanya Kenan.
"Iya pi, aku sengaja lebih dulu bilang sama papi dan mami setelah itu baru aku akan mengatakan padanya untuk datang ke sini." Jelas Alya.
"Tapi papi ga suka kalau kamu sama dia Al! Bukannya papi bilang kalau laki-laki itu bukan laki-laki yang baik." Ucap Kenan.
"Pi, tolonglah untuk kali ini aja turuti keinginanku, aku yakin dia adalah laki-laki yang baik." Ucap Alya memohon kepada sang papi.
"Sayang, kalau laki-laki itu bukan laki-laki yang baik, dia tidak akan berani melamar Al." Sahut Belinda dengan lembut.
Walaupun sebenarnya hatinya juga tidak terlalu menyukai Tommy tapi selama putrinya bahagia, Belinda akan terus mendukungnya.
"Pi plis..." Rengek Alya dengan mata yang berbinar.
Kenan menghela napas panjang lalu matanya beralih melihat ke arah Belinda dan langsung di balas anggukan kecil oleh Belinda.
"Baiklah kalau memang dia adalah laki-laki yang kamu pilih dan kamu yakini bisa membahagiakan kamu, papi akan mendukung kamu. Suruhlah dia datang pekan depan untuk memintamu secara langsung kepada papi dan mami." Ucap Kenan yang akhirnya memberikan ijin kepada sang putri bersama dengan kekasihnya.
"Papi beneran? Papi beneran merestui hubunganku dan Tommy?" Tanya Alya dengan mata berbinar.
Kenan hanya mengangguk sedikit lalu tersenyum, Alya yang melihat anggukan dari sang papi langsung memeluk papi dan maminya secara bergantian.
Walaupun sebenarnya Alya tahu kalau papinya tidak benar-benar merestui hubungan dia dan Tommy, tapi setidaknya sang papi mau berusaha untuk mendukung apa yang sudah menjadi pilihannya.
"Terima kasih papi, mami, Al sayang banget sama papi dan mami." Ucap Alya dengan girang.
Sore pun tiba, Alya sedang berada di dalam kamarnya yang ada di rumah orang tuanya, begitu juga dengan Aciel dan Azzura yang baru saja tiba di rumah dan segera masuk ke dalam kamar masing-masing untuk membersihkan tubuh dan beristirahat sebentar sebelum waktu makan malam.
Alya yang sudah mandi dan memakai baju santainya segera keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga menghampiri maminya yang sedang menyiapkan makan malam.
Di rumah itu memang ada ART yang bertugas untuk melakukan semua hal di dalam rumah kecuali memasak, karena Belinda sendiri lah yang turun tangan untuk memasak.
"Selamat sore menjelang malam mami..." Sapa Alya saat dia sudah berada di dapur.
"Hai sayang, kenapa kamu turun ke sini?" Tanya Belinda kepada sang putri.
"Al mau bantuin mami, udah lama Al ga masak bareng sama mami kan?" Ucap Alya.
"Kamu sama adik-adik kamu kalo ga di suruh pulang juga ga akan pulang! Harusnya kalian tiap hari sabtu pulang nginep di sini ga usah di bilangin dulu." Ucap Belinda.
Alya hanya terkekeh mendengar omelan maminya, sayangnya pekerjaan Alya benar-benar banyak dan hari liburnya dia gunakan untuk mendesain dan beristirahat.
"Lain kali Al akan usahain ya mi.." Balas Alya yang mulai membantu Belinda memotong sayuran.
"El sama Azzu tau aku dateng mi?" Tanya Alya.
"Walaupun ga mami kasih tau mereka pasti tau soalnya mobil kamu kan ada di garasi." Jawab Belinda.
"Tapi tumben ga ngetok kamar, biasanya mereka langsung ngetok kamar Al udah kayak orang nagih utang." Ucap Alya sambil terkekeh.
"Papi udah wanti-wanti mereka pas mereka dateng tadi, papi nyuruh mereka ga ganggu kamu yang lagi istirahat." Jelas Belinda.
Alya hanya manggut-manggut lalu kembali fokus dengan sayurannya.
Alya sudah sangat handal dalam memasak, karena memang dia senang membantu Belinda memasak.
Walaupun sering kali di larang karena takut kena minyak panas, tapi Alya sama sekali tidak menghiraukan ucapan maminya dan tetap membantu maminya.
"Sudahlah Al, lebih baik kamu siapin piring sama sendok aja di meja makan, udah tinggal dikit biar mami yang lanjutin." Ucap Belinda.
"Siap bos!" Seru Alya yang langsung menyiapkan piring, sendok dan garpu di atas meja makan.
Setelah semuanya siap, Belinda menyuruh Alya untuk memanggil semuanya dan segera di lakukan oleh Alya.
Alya mengetuk pintu kamar Azzu sambil memanggil-manggil adiknya.
"Azzu, ayo keluar makan malam." Teriak Alya dari luar kamar.
"Iya kak, aku datang..." Teriak Azzura dari dalam kamar.
Setelah mendapat jawaban dari dalam kamar adiknya, Alya segera beralih ke kamar Aciel yang ada di sebelah kamar Azzura.
"El, ayo keluar makan malam!" Teriak Alya.
"Iya kak, on the way..." Balas Aciel dari dalam kamarnya.
Setelah mendengar jawaban dari azura dan Aciel, Alya segera menuju ke ruang kerja papinya.
Tok,, tok,, tok.. Alya mengetuk pintu ruang kerja papinya dan menunggu jawaban dari dalam.
"Masuk!!" Jawab Kenan dari dalam ruang kerjanya.
Setelah mendengar jawaban dari papinya, Alya segera membuka pintu ruang kerja papinya dan berjalan masuk ke dalam.
"Hai sayang, ada apa?" Tanya Kenan saat Alya sudah berada di hadapannya.
"Sudah waktunya makan malam pi, ayo kita ke bawah. "Jawab Alya.
"Tunggu sebentar lagi, tapi akan menyelesaikan pekerjaan papi lebih dulu." Ucap Kenan.
"Emang masih banyak pekerjaannya pi?" tanya Alya.
"Masih, makanya papi butuh bantuan kamu buat menyelesaikan pekerjaan yang lain." Ucap Kenan.
Alya hanya geleng-geleng kepala, dia tau papinya menyindirnya untuk menyuruhnya bekerja di perusahaan keluarga.
Tapi mau bagaimana lagi? Alya masih nyaman dengan pekerjaannya saat ini.
"Pi, come on! Jangan bahas hal ini lagi oke? Al turun dulu, jangan terlalu memforsir diri sendiri, yang lain udah nunggu di bawah." Ucap Alya yang langsung pergi meninggalkan ruang kerja Kenan.
Kenan hanya menghela nafas panjang, dia segera menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap untuk turun.
Semua orang sudah berada di meja makan, setelah El dan Azzu melakukan drama memeluk tubuh Al dengan sangat dramatis, mereka akhirnya tenang saat ini.
Belinda juga memberitahu El dan Azzu tentang rencana pertunangan sang kakak yang membuat mereka berdua terkejut.
"Kak Al beneran mau tunangan sama laki-laki itu?" Tanya Aciel di sela-sela makannya.
"Iya El, kenapa kamu kayaknya shock banget gitu sih?" Ucap Alya sambil menggelengkan kepalanya.
"Tapi, El ga suka sama laki-laki itu kak." Balas Aciel.
"Sebenernya Azzu juga ga terlalu suka sama kak Tommy kak, tapi kalo kak Al bahagia Azzu tidak bisa melarang." Sambung Azzura.
"Anak-anak, makannya habiskan dulu baru ngobrol oke?" Ucap Belinda yang di balas anggukan oleh semuanya.
"Papi juga ga suka sama laki-laki itu." Sahut Kenan di saat suasana mulai hening.
"Sayang!!" Ucap Belinda dengan penuh penekanan membuat Kenan kembali menyantap makan malamnya dengan tenang.
Selesai menghabiskan makan malam, semuanya berkumpul di ruang keluarga untuk membahas pertunangan Alya.
Walaupun tidak menyukai Tommy, tapi Kenan yang paling antusias menyiapkan semuanya.
"Kapan Tommy akan ke sini Al?" Tanya Belinda.
"Besok, papi sama mami ga ada acara kan?" Tanya Alya.
"Ga ada kok, besok mami akan menyiapkan semuanya." Ucap Belinda yang di balas anggukan dan senyuman oleh Alya.
Alya sudah menghubungi Tommy dan mengatakan kalau papi dan maminya merestui hubungan mereka.
Tentu saja Tommy sangat senang mendengar kabar dari Alya, walaupun hanya beberapa kali bertatapan langsung dengan keluarga Alya tapi mereka semua sudah sangat menentang hubungan Alya dengan Tommy entah apa alasannya.
Namun sekarang Tommy sangat senang dan dia langsung memesan seserahan untuk pertunangan mereka besok hari itu juga.
"Wah, pertunangannya cepet amat sih kak besok? Kita belum fitting baju buat acara besok loh." Ucap Azzura
"Ga perlu fitting lah, kita kan udah punya baju kembaran yang waktu itu, lagian acaranya cuma keluarga inti aja." Ucap Alya.
"Ga bisa dong, kamu anak pertama kami, tentu saja acaranya harus megah!" Seru Belinda.
"Nanti aja mi pas nikah baru di rayain, mami tau kan Tommy masih belum tau siapa papi dan mami, kalau acaranya semegah itu nanti dia tau." Jelas Alya.
"Bukannya emang seharusnya dia tau siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu selalu menutupi hal ini?" Tanya Kenan.
"Pi, anggap saja ini sebagai hadiah buat dia karena sudah menemaniku tanpa mengetahui latar belakang keluargaku." Ucap Alya.
"Kalo kataku dia hanya pura-pura ga tau aja kak, ga mungkin dia ga tau siapa papi dan mami." Celetuk Aciel.
"El, kamu kok gitu sih pikirannya? Ngapain juga dia bohong masalah itu." Ucap Alya mengingatkan sang adik.
Sedangkan Aciel hanya memutar bola matanya jengah mendengar ucapan sang kakak yang terus membela Tommy.
Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, hanya beberapa jam lagi Alya dan Tommy akan bertunangan.
Alya berencana untuk menghampiri Tommy di apartemennya untuk memberi kejutan sekaligus melihat apa saja yang sudah di siapkan oleh Tommy.
Tidak lupa Alya mampir ke MCD untuk memberi burger kesukaan Tommy, Alya takut Tommy tidak sempat sarapan karena menyiapkan persiapan seserahan untuk tunangan.
Sesampainya di parkiran apartment Tommy, Alya segera naik lift ke lantai 5 tempat apartment Tommy berada.
Alya mulai berjalan mendekati pintu apartemen Tommy yang ternyata tidak di tutup rapat, tapi samar-samar dia mendengar percakapan seorang laki-laki yang di yakini adalah Tommy, dan seorang perempuan yang suaranya sangat Alya kenali.
"Tom sama Tere? Tapi ngapain Tere di apartemen Tom?" Gumam Alya yang terus berjalan mendekat sambil telinganya di dekatkan ke pintu.
"Apa?! Kamu serius bertunangan dengannya!? Kenapa kamu melakukan ini padaku Tom! Apa artinya aku di hidupmu selama ini!?" Ucap seorang wanita yang saat ini sedang duduk di atas tempat tidur hanya tertutup dengan selimut.
"Dengarkan penjelasan aku dulu Tere! Kamu adalah wanita satu-satunya yang paling aku cintai! Aku hanya ingin mengambil harta milik Alya saja." Ucap Tommy membujuk Teresa.
"Setelah hartanya aku kuasai, kita akan menikah dan hidup bersama selamanya sayang.." lanjut Tommy.
Ya, Teresa adalah kekasih Tommy, lebih tepatnya, selingkuhan Tommy dan juga sahabat baik Alya.
Bertahun-tahun Alya dan Teresa berteman tidak membuat Teresa mengurungkan niatnya untuk merebut Tommy darinya.
Padahal selama ini Alya sangat menyayanginya, tapi hal itu malah membuat Teresa iri, dia iri Alya bisa mendapatkan laki-laki sebaik Tommy, dia iri Alya memiliki keluarga yang sangat menyayanginya. Teresa iri semua yang ada pada diri Alya.
Padahal dia dulu yang berteman dengan Tommy, tapi kenapa malah Alya yang berpacaran dengan laki-laki itu.
Teresa dan Tommy pun berselingkuh itu berawal dari Teresa yang terus menggoda Tommy dan menjebaknya untuk tidur dengannya.
Dan hal itu yang di gunakan Teresa untuk menjerat Tommy di genggamannya.
Awalnya memang Tommy hanya mencintai Alya, tapi karena dia tau dia tidak bisa meninggalkan Teresa, maka dari itu Tommy ingin menguasai harta Alya lebih dulu barulah dia mencampakkan Alya.
Walaupun Alya bekerja sendiri, tapi tetap saja Alya mendapat banyak harta dari keluarganya bukan? Begitulah yang ada di pikiran Tommy.
Mendengar percakapan keduanya membuat Alya terkejut bukan main, bagaimana bisa kedua orang itu sudah mengkhianatinya selama ini.
Kenapa mereka tega melakukan hal itu kepada Alya, padahal sebisa mungkin Alya bersikap sederhana agar mereka tidak mengenal latar belakang keluarganya, tapi ternyata mereka sudah tau dan bahkan sudah merencanakan kejahatan.
Air mata Alya menetes tanpa sadar, seketika memori kebersamaan dia, Tommy dan Teresa terputar di otaknya.
Kesenangan yang mereka lalui selama ini ternyata hanya kepalsuan saja, dan Alya yang terlalu bodoh hingga tidak menyadarinya.
Alya mendengar Teresa ingin keluar dari apartemen Tommy, dengan segera Alya masuk ke dalam apartemen yang ada di depan apartemen Tommy yang kebetulan baru saja di buka.
Alya segera mendorong tubuh sang pemilik apartemen itu kembali masuk ke dalam apartemennya.
Sang pemilik apartemen itu terkejut dengan apa yang di lakukan Alya, sedangkan Alya sama sekali tidak melihat sang pemilik apartemen itu.
Alya hanya fokus mengintip ke apartemen Tommy di lubang pintu, tangannya mengepal kuat saat melihat Teresa keluar dari apartemen Tommy dan Tommy langsung mencium kening Teresa dengan lembut.
"Dasar laki-laki buaya!" Gumam Alya dengan penuh amarah.
Alya masih terus mengintip dari lubang pintu, sedangkan sang pemilik apartemen sudah menatap Alya dengan tajam tanpa Alya sadari.
Setelah Alya melihat Teresa dan Tommy sudah pergi dari apartemen Tommy, barulah dia menyadari kalau dia sudah masuk ke dalam apartemen orang asing.
Alya langsung melotot dan membalikkan tubuhnya menghadap ke laki-laki yang saat ini sedang menatapnya dengan tajam.
"M-maaf aku..." Belum selesai Alya berbicara, matanya semakin melotot saat melihat seorang laki-laki lain yang saat ini sedang berlutut di samping sofa dengan tangan dan kaki yang terikat.
Mulut laki-laki itu di sumpal hingga tidak bisa bersuara dan wajahnya sudah babak belur di penuhi darah.
Rasa takut di hati Alya semakin besar, bukan ini yang dia inginkan, dia hanya ingin bersembunyi sebentar saja tapi kenapa malah melihat hal seperti ini?
"A-aku mau pergi." Ucap Alya dengan cepat mau membuka pintu apartemen laki-laki asing itu.
Namun sayang, tangannya kalah cepat dengan laki-laki itu dan laki-laki itu saat ini sudah menahan pintu dan mencengkram lengan Alya kuat-kuat.
"Kamu sudah melihat apa yang seharusnya tidak kamu lihat wanita asing!" Ucap laki-laki itu dengan suara beratnya.
Jantung Alya semakin berdegup kencang, dia masih belum mati hari ini karena dia masih mau membalaskan dendamnya kepada Tommy dan Teresa.
Alya juga masih belum membahagiakan orang tuanya, dia masih ingin melihat adik-adiknya sukses.
"Seseorang yang sudah masuk apartment ku tidak akan bisa keluar lagi." Ucapnya.
"A-aku mohon, ampuni aku... Bebaskan aku, aku tidak akan memberitahu siapa pun atas apa yang sudah aku lihat ini." Ucap Alya dengan bersungguh-sungguh.
Laki-laki itu berhasil mengambil ponsel Alya yang kebetulan tidak terkunci, dia melihat semua galeri foto di ponsel Alya untuk melihat siapa saja orang-orang terdekat Alya.
"Apa yang kamu lakukan!?" Teriak Alya.
"Apa laki-laki yang tinggal di apartemen depan adalah kekasihmu? Tapi sepertinya bukan, karena selama ini aku melihat wanita tadi yang sering tidur di apartemen itu." Ucap laki-laki itu.
Dada Alya semakin sesak, ternyata selama ini mereka sering tidur bersama namun dia sama sekali tidak mengetahui hal itu.
Namun seketika Alya kembali tersadar jika saat ini dirinya lah yang berada di tempat yang berbahaya.
"Kembalikan ponselku!" Ucap Alya yang mau merampas ponselnya kembali namun tidak bisa.
"Aku akan membuat ponselmu sebagai jaminan, kalau ada orang lain yang tau tentang kejadian yang ada di apartment ku ini maka semua orang yang ada di ponselmu satu per satu akan menjadi korban." Jelas laki-laki itu.
Deg!!! Jantung Alya rasanya berhenti seketika, ada banyak foto keluarganya di sana dan dia tidak ingin kalau sampai keluarganya berada dalam bahaya karena dirinya.
"Apa maumu? Aku mohon jangan melukai orang-orang yang tidak bersalah, aku mohon..." Ucap Alya yang saat ini sudah menangis.
"Menikahlah denganku!" ucap laki-laki itu membuat Alya semakin terkejut.
Menikah? Menikah dengan psikopat gila seperti laki-laki yang ada di hadapannya sekarang? Oh tidak! Alya tidak akan pernah sudi menikah dengan orang asing dan psikopat seperti laki-laki itu.
Itu sama saja dia keluar dari lubang buaya dan masuk ke dalam kandang singa yang ujung-ujungnya akan di santap habis!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!