Cristal terbangun dalam keadaan tubuh benar-benar remuk, tulangnya seakan dilolosi begitu saja. Tak ada tenaga yang tersisa setelah pertempuran panas di atas ranjang. Cristal begitu enggan untuk membuka mata, karena dia tau suaminya itu sudah tidak ada di sampingnya lagi.
Rasa yang selalu ia rasakan berulang-ulang kali selama dua tahun terakhir. Mereka memang sudah menikah namun saat di atas ranjang bukanlah hubungan mesra antar suami istri melainkan hanya sebagai pemuas semata.
Dua tahun lalu Cristal menikah paksa dengan tuan muda Devano, crazy rich yang menduduki posisi pria terkaya nomor dua. Cristal yang saat itu hanyalah gadis miskin yang di jual ibunya tak punya pilihan untuk menolak. Selama dua tahun, Cristal hidup bagai burung dalam sangkar. Tak di izinkan bekerja ataupun memberitahu identitasnya sebagai seorang istri dari pria yang di puja ribuan wanita.
Dering telepon memaksa Cristal membuka mata dan meraba ponselnya di atas nakas. Tanpa melihat nama pemanggil Cristal langsung saja mengangkatnya.
"Hallo...," ucap Cristal serak khas bangun tidur.
"Cristal apa kamu hari ini sibuk? Klien kita ingin bertemu di acara amal yang akan di adakan di Aula Star nanti malam pukul 19. 30. Aku harap kamu mau mewakili untuk bertemu dengannya. Klien kita yang satu ini sangat berbeda dengan yang lainnya. Kita hanya bisa berharap denganmu." Jelas Dara di seberang telepon.
"Baiklah, aku akan datang." Jawab singkat Cristal. Setelah mematikan panggilan telepon itu, Cristal kembali menghela nafas. Jika bukan karena kerja sama senilai 100 juta, mungkin Cristal akan memilih untuk tetap tinggal di rumah. Namun apa daya, jika dia tidak bekerja dan sewaktu-waktu suaminya sudah bosan dan membuangnya, setidaknya dia masih punya uang untuk hidup kedepannya. Walaupun ia harus merahasiakan pekerjaan yang dia geluti sekarang, karena Devano tak mengizinkan dirinya pergi bekerja.
Dengan malas, Cristal membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Saat selimut terbuka Cristal melihat uang sepuluh juta ada di atas ranjang. Cristal pun menitikkan air mata setiap melihat uang tersebut, ia merasa suaminya menghargai layanannya di atas ranjang seharga sepuluh juta dan itu membuat hati Cristal benar-benar sakit. Tapi dia juga sadar, kalau dirinyalah yang memulai. Karena desakan sang ibu yang hampir setiap Minggu membutuhkan uang membuat Cristal harus merendahkan diri dihadapan suaminya untuk mendapatkan uang dan hasilnya dia pun harus melayani di atas ranjang terlebih dulu sebelum uang itu di dapatkan.
Cristal segera mengambil ponselnya kembali dan mencari nama ibunya untuk di hubungi.
"Halo Cristal.." panggil Monata, namun tak ada jawaban dalam waktu cukup lama.
"Uangnya sudah aku transfer. Bu, aku tidak bisa memberimu uang setiap saat. Aku tidak punya uang lebih untuk memberi ibu." Jawab Cristal
"Ibu hanya memintamu uang tujuh juta dalam seminggu saja kamu keberatan. Jangan jadi anak durhaka kamu Cristal. Seharusnya kamu berterimakasih sama ibu. Karena ibu kamu bisa menjadi wanita paling beruntung dan bisa menikah dengan tuan Devano. Uang segitu saja tidak seberapa dibandingkan uang yang kamu terima setiap minggunya dari dia. Pokoknya ibu tidak mau tau, kamu harus mengirimkan uang yang ibu mau disaat ibu butuh, paham!" Wulandari pun segera mematikan panggilan teleponnya begitu saja.
Sejenak Cristal memandangi benda pipih yang ada di tangannya, ia kembali menitikkan air matanya, saat ibu kandungnya tak mau tau dengan kondisi putrinya saat ini, yang ia perdulikan hanya anak sulungnya dan juga judi sepanjang hari.
Setelah merasa cukup tentang, Cristal pun segera membersihkan diri dan bersiap untuk pergi ke acara Amal. Walaupun badannya sakit semua, Cristal harus tetap datang dan menemui klien itu.
***
Pukul 19.30 Cristal sampai di gedung Aula Star yang ada di Berry Cormmecial Street. Cristal mengedarkan pandangannya untuk mencari klien yang di maksud. Namun tidak bisa menemukannya. Di sisi lain, Cristal juga cemas jika sampai suaminya Devano datang dan melihat dirinya, itu akan menjadi bencana.
Di dalam keramaian tamu undangan, banyak orang yang membicarakan tentang Devano, yang lebih parahnya lagi untuk kesekian kalinya Devano berganti pasangan dan hal tersebut membuat khalayak umum sibuk membicarakan dirinya, tanpa menyadari jika Istrinya ada di sekitar mereka.
Cristal mencoba mengabaikan berita tersebut karena Cristal sudah mengetahuinya. Dalam dua tahun suaminya itu sudah berganti pasangan kencan berkali-kali, namun Cristal tak perduli. Kerena suaminya selalu mengancamnya jika ia ikut campur urusan pribadinya.
Setelah menemukan kliennya Cristal pun menghampiri.
"Apakah anda tuan Abraham?" tanya Cristal membuat lelaki paruh baya itu mengerutkan keningnya, merasa terusik dengan kedatangan wanita dibelakangnya. Namun saat berbalik pria itu langsung terpesona dengan Cristal yang terlihat begitu anggun, dan senyumannya mampu menyihir Tuan Abraham dalam sekali tatap.
Saat tuan Abraham ingin berkenalan dengan wanita yang membuatnya terpesona, Tiba-tiba pintu aula terbuka, terlihat Devano muncul bersama seorang wanita di sampingnya. Ya wanita itu adalah Clara, model cantik yang sedang naik daun dan itu adalah kekasih Devano yang baru.
Melihat ada Devano, seketika Cristal menunduk untuk menyembunyikan wajahnya dan berharap Devano tidak melihat keberadaannya.
Devano segera masuk untuk duduk di salah satu meja yang sudah di siapkan. Saat itu pula Cristal ada di salah satu Meja tersebut. Perlahan Cristal ingin mundur untuk menjauh dari Devano sambil membungkuk, Namun saat hendak melangkah gaun yang di kenakan Cristal terinjak oleh kaki seseorang dan membuat Cristal tidak bisa pergi. Saat menoleh untuk memastikan siapa yang sudah menginjak gaunnya. Seketika Cristal membulatkan matanya ketika melihat laki-laki di belakangnya yang sudah menginjak gaunnya adalah Devano, yang masih berdiri menghadap ke arah lain. Tidak ada ekspresi apapun yang di tunjukan Devano saat itu juga.
"Mampus, Akhirnya ketahuan juga aku." gumam Cristal sambil menggigit bibirnya karena takut.
Sekilas Devano melirik ke arah Cristal yang nampak pucat dan cemas. Beberapa kali Cristal memberi kode pada Devano untuk menyingkirkan kakinya agar dia bisa pergi, namun sayangnya Devano tak menggubris.
"Tuan Dev, bisakah tuan menyingkirkan Kaki tuan dari gaun saya?" ucap Cristal sambil menunjuk kaki Devano. Saat itu Clara yang tak mau kekasihnya bicara dengan wanita lain, langsung menyerang Cristal dan mendorong tubuhnya.
Cristal yang tidak memiliki kekuatan, karena tenaganya sudah terkuras habis. Langsung terjengkang kebelakang, dan gaun yang dikenakannya tertarik dan robek. Hal itu membuat Cristal benar-benar malu karena semua orang perhatiannya tertuju pada dirinya dan lebih parahnya lagi, gaun itu robek sampai bagian pahanya.
Cristal yang melihat istrinya di permalukan seperti itu hanya diam saja dan malah mengabaikannya. Sambil menahan rasa malu dan menahan air mata. Cristal pun bangkit berdiri, lalu pergi ke toilet untuk membenahi gaunnya agar dia tidak pulang dengan memalukan.
Saat Cristal melangkah pergi, Dev memperhatikan punggung Cristal sampai menghilang di balik koridor.
To Be continued ☺️☺️☺️
Sesaat Cristal melampiaskan amarahnya, ia tak kuasa menahan rasa sakit yang ada. Gaun yang tertutup kini menjadi belahan dan membuat Cristal sangat risih. Namun apa boleh buat, dia harus tetap pulang dengan keadaan seperti itu.
Hal yang paling menyakitkan adalah saat laki-laki yang berstatus suaminya memilih diam saat melihat dirinya diperlukan demi gengsi dan juga menjaga reputasinya. Sakit memang, Tapi semua harus Cristal terima, karena dirinya sudah terlanjur masuk kedalam penjara Devano.
Saat hendak keluar dari toilet, Cristal merasakan sakit di perutnya. Rasa itu sering Cristal alami setiap ia meminum obat dengan dosis tinggi. Walaupun tersiksa, Cristal harus tetap meminumnya. Agar tidak terjadi kehamilan pada dirinya. Karena sang suami tidak menginginkan anak darinya.
Sebelum pulang, Cristal berencana untuk istirahat sebentar di ruang istirahat untuk tamu barang sejenak. Namun saat keluar dari toilet, Cristal terkejut melihat Angga yaitu asisten pribadi Devano tengah berdiri menunggu dirinya sambil membawa jas di tangannya.
"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Cristal dengan dingin.
"Tuan memintaku mengantarkan ini. Mungkin nyonya membutuhkannya." Angga memberikan jas yang dia bawa. Cristal hafal jika itu adalah jas milik suaminya. Namun Cristal enggan mengambilnya karena ia masih sakit hati dengan laki-laki itu.
"Bawa saja kembali jas itu! Aku tidak membutuhkannya. Aku juga tidak mau membuat jas miliknya terdapat aroma tubuhku " Tolak Cristal dan Angga pun segera mengangguk dan pergi.
Cristal yang awalnya ingin istirahat sejenak, memilih untuk segera pulang saja dan segera menuju ke pintu luar. Ia tak ingin terlalu lama tinggal dan menunggu Dev menemukannya lagi.
Saat berjalan keluar tak sengaja Cristal menabrak sosok pria yang sedang berjalan berlawanan. Karena tubuhnya masih lemah, Cristal pun tak mampu menahan keseimbangan dan membuatnya terjengkang. Di saat yang sama tangan kekar pria itu langsung menangkap Cristal sebelum jatuh ke lantai.
"Anda tidak papa Nona?" Tanya pria itu, namun Cristal terdiam untuk beberapa saat ketika terpana dengan ketampanan pria yang baru dia lihat.
" Nona, aku minta maaf. Aku benar-benar tidak sengaja menabrak mu," ucapnya lagi.
Cristal langsung memperbaiki posisinya seketika dan langsung minta maaf kepada pria itu.
" Aku yang seharusnya minta maaf karena tidak melihat-lihat saat berjalan." Setelah keduanya saling minta maaf mereka pun segera berpisah.
Namun siapa sangka, Dev melihat adegan istri nya saat di tangkap pria lain dan langsung membuatnya salah paham. Dia hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dan menunggu tidak ada orang baru ia bisa menghampiri Cristal.
Dev yang awalnya ingin mencari Cristal untuk memastikan keadaannya, setelah mendapatkan informasi dari Angga jika Cristal terlihat sangat pucat dan juga enggan untuk menerima jasnya. Namun setelah memastikan dan salah paham. Rasa iba itu kembali menjadi rasa benci.
Dev pun akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menghampiri Cristal tanpa ada yang tau dan langsung mencekal tangannya. Menariknya kedalam ruangan yang sedikit gelap yang ada di belakang.
Dev mendorong tubuh Cristal dengan kasar hingga menempel ke dinding. Satu tangan Dev mencengkeram kedua tangan kecil keatas kepala Cristal, satu tangan lagi mencengkeram dagu Cristal dan sedikit mengangkatnya.
Cristal sangat ketakutan, hingga membuat tubuhnya bergetar. Tapi dia tidak berani melawan laki-laki yang ada di depannya itu.
"Berani sekali kamu membiarkan tubuhmu di sentuh laki-laki lain, hah! Sudah aku katakan berulang kali padamu. Tubuhmu adalah milikku, dan siapapun tidak boleh menyentuhnya. Aku sudah membayar mu sangat mahal kepada ibumu, apa kamu tau itu?" Dev memperkuat cengkramannya.
"Sakit mas!" rengek Cristal yang merasakan cengkraman itu seakan mematahkan tulangnya.
"Sakit?! Sakit mana dengan ini." Dev menampar wajah Cristal cukup keras.
Cristal hanya bisa menahan rasa sakit itu dengan menggigit bibirnya dan menitikkan air mata.
"Kenapa menangis? Apa itu sakit? Ingat hari ini baik-baik sampai kapanpun. Kamu hanyalah budak miskin yang aku angkat derajatnya dengan menjadi istri rahasiaku. Jangan pernah berfikir kamu bisa bebas di luar selama aku tidak ada di sampingmu. Ingat! Aku bisa menjebloskan Orang tuamu dan juga kakakmu yang penipu itu. Bahkan aku bisa membuatmu jauh lebih menderita lagi. Jika kamu masih berani macam-macam dan melanggar semua aturanku." Ancam Devano setelah itu melepaskan Cristal dengan begitu kasar.
Cristal yang masih lemah, langsung jatuh ke lantai, namun dengan sekuat tenaga Cristal berusaha bangkit berdiri dan berjalan dengan terhuyung, ingin segera melangkah pergi menjauh. Lagi-lagi Dev hanya memandangi punggung Cristal saat melangkah pergi sampai menghilang dari pandangannya.
Devano segera menarik nafas dalam-dalam dan segera merapikan pakaiannya untuk pergi.
Cristal berangkat menggunakan taksi, dan pulang pun juga menggunakan taksi. Setelah mendapatkan taksi, Cristal segera meninggalkan tempat pesta dan ingin segera pulang. Cristal segera menghapus air matanya dan berusaha kuat. Ini adalah kesekian kalinya suaminya itu memperlakukan dirinya dengan kasar. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Karena semua hidupnya ada dalam kendali Suaminya.
Ditengah perjalanan Cristal teringat obat anti hamil miliknya sudah habis.
"Pak, singgah ke apotik sebentar ya!" Perintah Cristal.
"Ya nona." Jawab sopir.
Sesampainya di apotek, hujan mendadak turun. Cristal segera mengambil langkah lebar untuk sampai di depan apotek.
"Mbak tolong beri saya obat XX."
"Mau yang dosis 24 jam atau yang 48 jam mbak?"
"Yang 24 jam saja mbak. "Jawab Cristal. Segera saja apoteker itu pun memberikan satu botol obat yang berisi pil di dalamnya.
"Totalnya 520 ribu."
Cristal pun memberikan uang tunai enam lembar kepada apoteker tersebut.
"Sisanya buat mbaknya saja." Cristal pun bergegas kembali ke dalam taksi dan segera kembali ke Villa dimana Dev mengurung dirinya, sembari menahan rasa takut dan menutup telinga saat Guntur menggelegar setiap saat.
Devano jarang sekali mengunjungi Cristal. Sebulan, mungkin bisa di hitung dengan jari dia datang. Karena pekerjaan dan juga waktunya yang banyak dia habiskan untuk bersenang-senang dengan para wanita cantik di luaran sana. Namun saat kembali, Cristal hanya akan menjadi tempat pelampiasannya saat di ranjang.
Cristal memang istri sah Dev dan hanya Cristal satu-satunya istrinya. Namun sayangnya statusnya di rahasiakan di depan publik dan juga keluarga Dev dengan alasan agar tidak menggangu reputasi Dev seorang rich man yang menikah dengan seorang gadis miskin.
****
Di sisi lain, Clara sibuk menggoda Dev, dan berharap bisa dibawa Dev naik di atas ranjang. Namun sayangnya suasana hati Dev sedang tidak bagus. Ia pun langsung pergi begitu saja dan mengabaikan Clara di pesta.
Sebelum masuk lift, Dev menghubungi Angga untuk menyiapkan mobilnya agar bisa secepatnya pergi.
"Sayang tunggu!" Panggil Clara mengejarnya namun Dev tak menggubris ia segera masuk ke dalam lift. Clara hanya bisa berdiri di depan pintu lift. Dia ingin marah namun tidak bisa. Dev adalah penguasa, saat dirinya membuat Dev marah maka semua karirnya akan hancur dalam sekejap. Dev bisa menaikkan namun Dev juga bisa menjatuhkan karir wanita yang ada di dekatnya.
Clara pun hanya bisa pergi dengan kesal, setelah gagal menggoda kekasihnya itu.
Saat Dev sampai di pintu keluar, Dev mendapati hujan begitu deras dan Guntur terus menggelegar, pancaran kilat menyambar, membuat Dev langsung teringat dengan Cristal yang sangat ketakutan setiap mendengar Guntur di tengah hujan dan saat ini mungkin hal itu terjadi padanya yang masih ada diluaran.
To be continued ☺️☺️☺️
"Kita pergi kemana pak?" tanya Angga sebelum menjalankan mobilnya.
"Terserah."
"Iya, tapi terserah nya kemana? Kalau gak ada tujuan saya juga bingung mau pergi kemana. Bagaimana kalau kita kembali saja Villa. Siapa tau bapak masih merindukan istri bapak. Sekalian Besok kan bapak ada meeting yang tak jauh dari villa." Saran Angga dan Dev pun mengangguk. Sebenarnya Dev juga sedang mengkuatirkan keadaan Cristal saat ini.
Angga segera menginjak pedal gasnya dan melakukan mobil melewati lalu lalang kendaraan yang lewat di tengah hujan yang deras. Dev menyandarkan kepalanya sambil memejamkan matanya. Membayangkan wajah Cristal yang yang terlihat sangat malu. Sedikit penyesalan pun menghampirinya saat dirinya tidak berdaya untuk menutupi rasa malu yang dirasakan Cristal. Membayangkan hal tersebut Dev pun memikirkan saat ini Cristal pasti sangat marah dengannya.
Sesampainya di Villa, Dev segera menanyakan keberadaan Cristal.
"Dimana dia Bi? Apa dia ada di kamar?" tanya Dev, matanya langsung tertuju pada pintu kamar Cristal yang tertutup.
"Maaf tuan, nyonya belum pulang. Sedari tadi saya mencemaskannya, sampai menunggunya di sini namun belum pulang juga." Bi Laras pun menjawab dengan sedikit ketakutan.
"Apa?!" Dev terkejut.
"Kenapa kamu tidak menghubunginya dan menanyakan keberadaannya, kalau dia belum pulang? Apa gunanya aku membayar mu kalau menjaga dan memastikan dia saja kamu tidak becus." Dev mendengus kesal, namun Dev tidak ada niatan untuk mencari Cristal.
"Tunggu dia sampai pulang. Kalau dia pulang jangan lupa beritahu aku. Ingat jangan pernah memberitahu dia kalau aku pulang!" Cristal pun segera menaiki anak tangga dan menuju kamar pribadinya.
Setelah menunggu setengah jam, Cristal pun kembali dengan keadaan basah kuyup dan tubuh menggigil.
"Nyonya. Apa yang terjadi dengan nyonya? Kenapa nyonya sampai basah kuyup?" tanya Bi Laras dan segera mengambilkan handuk untuk Cristal.
Tanpa banyak bicara, Cristal segera pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri dan segera istirahat.
Tak lama, Bi Laras menghampiri kamar Cristal untuk menanyakan makan malam.
"Simpan saja semuanya Bi, Aku sedang tidak ingin makan." Jawab Cristal diikuti bersin beberapa kali.
"Nyonya baik-baik saja?"
"Aku gak papa Bi, sepertinya hujan sudah membuatku terserang flu." Hidung Cristal mulai merah karena rasa gatal di hidungnya.
"Nyonya sudah minum obat?"
"Sudah. Sekarang aku mau istirahat dulu bi, Aku sangat lelah." Cristal pun segera merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Bi Laras yang hendak memberitahu kedatangan Devano pun terpaksa di urungkannya dan membiarkan Cristal istirahat.
Bi Laras segera pergi dari kamar Cristal dan menghampiri kamar Majikan prianya.
"Tuan. Apakah tuan sudah tidur? panggil Bi Laras sambil mengetuk pintu beberapa kali.
Tak lama pintu pun terbuka."Ada Apa Bi? tanya Dev dengan dingin.
"Saya cuma mau memberitahu kalau nyonya sudah pulang dan habis kehujanan. Sepertinya sekarang nyonya diserang flu." Jelas Bi Laras.
"Apa dia sudah minum obat? Kalau belum suruh dia minum obat."
"Sudah tuan dan sekarang nyonya sedang istirahat. "
Setelah mendapatkan informasi dari pelayanan, Dev pun meminta pelayannya pergi.
Setelah berfikir sejenak, Dev pun pergi ke kamar Cristal untuk memastikan keadaannya. Ditatapnya wanita yang tengah terlelap. Bekas tamparan masih menghiasi pipinya. Setiap bertemu dengan Cristal hasratnya selalu membara ingin selalu menikmati setiap inchi tubuhnya.
"Aku tidak sengaja mas. Maafkan aku," ucap Cristal dalam tidurnya. Dev mengerutkan keningnya dan berfikir mungkin kejadian di pesta itu terbawa dalam mimpinya.
Dev membungkukkan badannya hingga wajahnya begitu dekat dengan Cristal. " Tidak ada satupun pria yang boleh menyentuhmu. Jangankan menyentuh melirik pun tak akan aku biarkan," ucap Dev pelan lalu kembali berdiri dan menyelimuti tubuh Cristal.
Keesokan harinya saat Cristal terbangun. Iya mencium aroma khas tubuh suaminya. Namun saat ia mengedarkan pandangannya untuk mencarinya, Cristal tak menemukannya.
"Apa aku hanya bermimpi? Tapi aku merasa mas Dev ada di sini tadi malam," ucap Cristal seorang diri dalam kebingungan.
Setelah dirasa kondisinya sudah membaik, Cristal segera bersiap untuk pergi bekerja, karena ada pekerjaan yang sudah menunggu dirinya.
Setelah selesai bersiap, dengan semangat Cristal menuruni anak tangga untuk pergi sarapan. Cristal masih belum menyadari jika suaminya ada di rumah.
"Pagi Bi." Sapa Cristal dengan semangat lalu duduk di salah satu kursi.
"Nyonya, Apa nyonya sudah sembuh? lebih baik nyonya tinggal dirumah saja, jangan pergi bekerja untuk hari ini. Soalnya tuan..." Belum selesai memperingatkan Cristal, Dev sudah muncul dan duduk di samping Cristal. Seketika Cristal tersedak dan segera mengambil gelas dan meneguk air didalamnya.
"Mau pergi kemana kamu?" tanya Dev dengan dingin.
"Mas Ray kapan pulang?" tanya Cristal balik.
" Mau pergi kemana? Jawab!" tanya Dev dengan penuh amarah bahkan sampai menggebrak meja makan hingga semua yang ada di atasnya bergetar.
Cristal hanya bisa menunduk ketakutan. Sedangkan Bi Laras segera pergi menjauh.
"Sudah aku katakan kepadamu, jangan pernah pergi bekerja. Aku tidak mau kamu tunduk di bawah perintah orang lain selain aku. Apa kamu tidak pernah dengar kata-kataku selama ini?" Bentak Dev dan semakin meninggikan suaranya.
"Maafkan aku mas," ucap Cristal Hanya itu kata yang bisa keluar dari mulutnya. Pikirannya sudah kacau, Cristal tak tau apa yang akan di lakukan Dev pada dirinya karena sudah melanggar aturan yang di buatnya dan dia pun pasrah jika hari ini akan mendapatkan siksaan.
Di saat suasana sedang tegang, Ponsel Cristal pun berdering dan itu panggilan dari salah satu rekan kerja nya. Cristal tak berani mengangkatnya karena takut ketauan dimana tempat dirinya bekerja dan itu akan membahayakan perusahaan.
" Kenapa tidak di angkat?" tanya Dev dan Cristal menggelengkan kepalanya tak berani.
"Cepat angkat dan aktifkan pengeras suaranya, biar aku dengar dimana pembangkang ini bekerja. Aku akan membuat perusahaan itu hancur, kerena sudah mempekerjakan kamu di dalam perusahaannya."
Cristal segera berlutut di depan Dev sambil memeluk kakinya.
"Tidak mas, jangan lakukan itu. Aku yang salah, cukup aku yang menanggungnya. Hukum aku saja mas, jangan perusahaan itu. Aku siap menerima konsekuensinya."
Dev membungkuk dan mengangkat dagu Cristal, "Kamu memang harus di hukum. Aku akan memberikan hukuman yang akan membuatmu jera. Cepat kembali ke kamar!" Perintah Dev dengan nada tinggi. Dengan tergesa-gesa Cristal pun bergegas pergi ke kamar dan menyiapkan diri menghadapi hukuman yang harus di terimanya.
To be continued ☺️☺️☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!