Kisah Asmara Santri - BAB 1
Kau memiliki segalanya. Jangan kehilangan rasa percaya diri. Kau dapat melakukan apa saja di jagad raya ini. Jangan melemah. Semua kekuatan ada pada dirimu.
-Surya Fazar-
Cerita ini adalah kisah fiktif belaka dari beberapa santri dari Yayasan Riyadlatut Thalabah. Yang ceritanya dalam yayasan itu berdiri lah sebuah Aliyah yang setara dengan SMA dan pondok pesantren yang terdiri dari santri putra dan santri putri. Dalam majelis ilmu ini muncul berbagai jenis santri.
............................
Di sore yang cerah itu berkumpul lah empat sejoli.
"Hey brother." seru Yazid sambil membawa dua kresek hitam yang berisi nasi pecel dari warung mbok Miyem.
Di pondok pesantren modern ini sebenarnya sudah disediakan kantin lengkap dengan beraneka ragam makanan, tapi entah kenapa mereka lebih menyukai makanan dari warung mbok Miyem.
"Akhirnya kamu datang juga, Zid. Sini in gorengannya cacing di perutku udah hampir tepar karna kelaparan." ujar Abdul sambil merebut plastik hitam dari tangan Yazid.
"Lama amat Zid belinya." Minan buka suara.
"Abis lagi kencan berduaan sama mbok Mi kali." canda Yusuf sambil tertawa kecil.
Yazid yang di fitnah sekejam itu pun tidak terima dan segera buka suara mengkonfirmasi kebenaran nya.
"Wah teganya. Walaupun parasku ini pas - pasan, tapi percayalah banyak wanita mempesona di pondok ini yang lagi anti buat di jadiin istri." tutur Yazid dengan yang tiba-tiba narsis.
Mendengar ucapan Yazid yang menjijikkan itu membuat yang lainya ingin muntah.
"Belajar yang bener sono baru mikirin istri." bantah Yusuf.
"Emang kalau udah nikah mau di kasih makan apa ? krikil ?" tambah Abdul.
Yazid yang di hina habis habisan cuma bisa komat kamit ngga jelas. Sedangkan Minan cuma mendengarkan sambil menikmati makannya dengan syahdu.
"Ngomongin tentang istri, kalian sudah dapat inceran belum ?" tanya Yusuf yang langsung dijawab gelengan oleh semuanya kecuali Abdul.
"Sebenarnya aku sudah ada." tambah Yusuf lagi.
"Siapa ?" tanya Yazid dengan antusias.
"Dia... adalah salah satu santri Abi ku." jawab yusuf.
Mereka memutuskan untuk bermain basket setelah berbincang begitu lama. Maklum, pondok itu telah modern jadi disediakan juga berbagai perlengkapan olahraga disana.
🌹🌹🌹🌹
Mentari mulai lelah, sebentar lagi ia akan menenggelamkan diri untuk beristirahat.
Sebenarnya waktu itu adalah jadwal untuk santri putri piket. Jangan heran kalau banyak santri putri yang melirik mereka.
Toh diantara mereka ada si Yusuf yang paling populer sebagai anak Kiyai, juga Abdul yang terkenal sebagai vocal hadroh. Juga wajah tampan yang mereka miliki.
Bukan tanpa alasan Yazid berkata kalau wajahnya biasa saja. Sebenarnya ia juga ganteng, hanya saja lebih gantengan yang lainya.
Santri putri juga ada yang menjadi incaran para santri putra. Dia adalah Aisyah. Gadis pintar yang tertutupi oleh sifat pemalunya.
Jujur saja, Aisyah juga tertarik dengan salah satu dari mereka. Tentu saja itu adalah Abdul. Standar ketampanannya yang diatas rata - rata juga postur tubuh nya yang tinggi membuat siapapun yang melihatnya menjadi terpesona.
Yang paling utama dari itu semua adalah suaranya yang aduhai merdu.
Ajaibnya saat sedang difikirkan, Abdul menoleh ke arah nya dan tersenyum mesra kepadanya.
Aisyah menoleh kekanan dan ke kiri tak ada siapapun kecuali dirinya. Itu berarti.. Abdul tersenyum untuk nya ?
Ia segera menepis pemikiran nya itu. Mana mungkin Abdul menyukainya ? ia menggeleng pelan menepis dugaan yang tidak mungkin itu dan beralih mendekati Liya dan Cha cha.
"Bukankah mereka terlalu tampan untuk menjadi manusia?" ujar Cha cha melantur, ia memang fans beratnya Yusuf.
"Entahlah. Betapa beruntungnya istri nya nanti." ucap Liya yang membenarkan pertanyaan konyol Cha cha.
"Aku berharap mereka tidak menikah dan tetap menjadi milik kita semua."
Sebuah jitakan keras hinggap di kening lebar Cha cha setelah ia berucap.
"Sakit Liya." protes Cha cha ngga terima.
Sedangkan Liya hanya cengengesan ngga jelas. Mereka berdua akhirnya sadar kalau Aisyah juga berada di samping mereka.
" Ais, adakah dari mereka yang kau sukai ?" tanya Liya yang hanya dijawab dengan senyuman kecil oleh Ais.
Aisyah memang pendiam. Tak banyak hal yang ais ceritakan pada teman-teman nya. Ia masih ingat betul ucapan salah satu guru MTs nya dulu, bahwa tak selamanya teman itu baik dan mampu menjaga rahasia kita.
Ada kalanya suatu saat nanti mereka berubah. Itu pasti. Dan Aisyah pernah mengalami hal itu.
Oleh karna itu, ia memilih diam dari pada curhat pada teman. Walau teman itu sebaik Liya dan Cha cha.
Semua itu ia lakukan bukan karna ia tidak percaya pada temannya.
Ia tau Liya dan Cha cha adalah teman yang baik. Tapi bukankah hati akan lebih lega bila menceritakan segala permasalahannya pada Allah dari pada manusia ?
Apalagi kalau curhatnya di waktu malam. Insya Allah bakal di dengar sang khalik.
Ddukk...
Karna melamun Aisyah tidak menyadari kalau ada sebuah bola melayang ke arahnya.
" Aisyah!!" kedua sahabatnya menjerit kaget dengan segera melihat keadaan Aisyah.
"Kau baik - baik saja ?" tanya Liya yang terlihat panik.
"Ada yang benjol gak ?" tambah Cha cha sambil memutar seluruh badan ku untuk memastikan.
"Aku baik baik saja." jawabku meyakinkan mereka.
Tapi begitulah mereka, tak akan percaya begitu saja tanpa ada bukti.
Akhirnya Cha cha ngomelin Abdul and the genk karna gara - gara mereka yang kurang hati - hati jadi bolanya nyasar ke kandang santri putri.
Walaupun ia nge fans, tapi ia juga sayang sama Aisyah dan ngga mau Aisyah kenapa-napa.
Bola di hadapannya juga kena imbasnya. Cha cha menendang jauh bola itu hingga kembali ke habitat aslinya. kemana ? tentu saja kandang santri putra.
Tanpa mereka sadari ada dua dari empat sejoli itu yang tengah menatap Aisyah dengan hati yang berdebar. Ya, mereka menyukai orang yang sama. Apa yang terjadi pada persahabatan mereka saat mereka tau kebenaran nya.
" Aisyah.." panggil salah satu santri yang baru datang.
"Ya, ada apa Alma ?" tanya Aisyah dengan lembut.
"Kamu di panggil sama abah." ucap Alma sedikit berteriak karna posisinya yang agak jauh dari Aisyah.
"Sono gih." canda Liya sambil mendorong Aisyah pelan seakan mengusir nya.
"Tapi piket nya belum selesai." ucap Aisyah.
"Udah gak papa. Masalah gini mah gampang. Tinggal wus sampahnya langsung lari semua." ucap Cha cha sambil mengibaskan sapunya dengan kencang.
"Uhuk uhuk... Cha, jangan bicanda. Uhuk.. " protes Liya karna banyak debunya jadi berterbangan karna Cha cha.
-To Be Continued-
Ini sebenarnya adalah karya pertama saya 🙏
Mohon maaf yaa kalau ada ke kurangan ✌️
Saya berharap ada yang memberi kritik dan saran 🙏
Salam Sehat Alhamdulillah 🙏
Kisah Asmara Santri - BAB 2
Nafsuku yang membahayakan ku dan membuatku sakit.
-Kitab Minhajul Abidin-
.
.
.
Malam itu bintang sedang bertebaran di langit, di temani sang bulan yang juga terlihat bahagia. Hari sudah begitu malam tapi aku masih belum bisa memejamkan mata.
Melihat indahnya langit malam sedikit mengobati rasa rindu ku pada kedua orang tua ku yang telah tiada.
Ucapan abah tadi sore masih menari - nari di atas kepalaku. Bahkan bisa membuatku frustasi.
5 jam yang lalu...
"Kamu ini anak perempuan Sya, orang tua kamu sudah kembali pada Allah. Kamu masih betah hidup sendiri ? ngga pengen cari pendamping hidup? Kamu bentar lagi lulus Sya, siapa yang jagain kamu nanti." tutur abah mengkhawatirkan ku setelah aku beritahu kalau mau lanjut kuliah.
"Maafkan Aisyah, Abah. Aisyah pengen mandiri. Aisyah akan selalu melakukan pelajaran yang Aisyah dapat dari pesantren ini. Aisyah akan selalu sholat dan mengaji walaupun sesibuk apapun Aisyah nanti."
Abah terdiam. Bimbang dengan permintaan Aisyah. Sejak yatim piatu Aisyah diasuh langsung olehnya. Ia sungguh tidak rela Aisyah dilepaskan diluar sana tanpa ada yang melindungi. Abah sudah menganggap Aisyah sebagai putrinya sendiri.
Melihat kebimbangan Abah, Aisyah pun berkata lagi.
" Aisyah tidak ingin membebani Abah lagi. Terima kasih telah merawat Aisyah dengan baik seperti orang tua Aisyah sendiri. Aisyah ingin mencari bakat, siapa tau nanti jadi orang sukses. Aisyah ingin membahagiakan Abah juga Ummi." Aisyah berucap dengan mata yang berkaca - kaca.
Aisyah hanya menundukkan kepalanya. Tak berani menatap kesedihan Abah yang sudah dianggapnya sebagai ayah kandungnya sendiri.
"Melihat mu tersenyum itu saja sudah mampu membuat Abah dan Ummi seneng, Sya." hati Aisyah terasa sesak sekali ketika melihat senyum Abah yang terlihat di paksakan.
Namun aku telah bertekad.
" Abah, Aisyah minta tolong jangan beritahu umi dulu tentang hal ini. Ais ngga mau umi sedih. Nanti kalau Umi tau, Umi akan melakukan segala cara untuk mencegah kepergian Aisyah." pinta Aisyah dengan menunjukkan wajah imutnya.
Tepat saat itu terdengar suara teriakkan yang sangat keras bahkan bisa mendengungkan telinga Aisyah.
" TIDAK AIS!!" suara berat itu terdengar sangat keras.
" Astaghfirullahaladhim." pekik ais sambil mengusap dadanya mengekspresikan keterkejutan nya.
Abah cuma gelengin kepalanya rambutnya sudah agak memutih.
"Kamu tidak boleh pergi jauh." pinta Yusuf yang memang sangat tidak rela kehilangan Aisyah.
"Di luar sana ada banyak sekali orang dan tak semuanya akan baik padamu. Jika nanti ada lelaki hidung belang yang mengganggu kamu gimana ?" tambahnya.
"Tenang saja. Allah bersamaku...." ucapan Aisyah terpotong oleh Yusuf.
" Tidak ! Tidak boleh. Menikahlah denganku." pinta Yusuf dengan sungguh-sungguh.
Tunggu dulu.. Bukankah ini aneh. Kenapa kita harus menikah ? bukankah lucu ia bilang seperti itu. Kita tidak saling mencintai.
"Jangan bercanda, ya. Kita ini dua insan yang cuma mengenal nama." Aisyah mencoba menolak halus karna disana ada Abah.
"Aku serius Aisyah, aku mencintaimu sejak lama. Ku mohon menikahlah denganku." desak Yusuf.
"Aku ingin melanjutkan kuliah Yusuf."
" Sya, kau mau membahagiakan Abi sama Umi, kan ? maka cukup kita menikah dan mereka akan mendapatkan cucu." tuturnya yang sukses membuat Aisyah kelimpungan antara malu dan sedih.
Jujur, Aisyah hanya menganggap Yusuf sebagai kakak tidak lebih.
Dan disinilah Aisyah sekarang. Merenungi nasibnya yang begitu tragis.
Setiap mengingat kejadian itu, ingin rasanya aku menangis. Seharusnya aku bahagia telah menemukan seseorang yang mencintaiku dengan tulus, tapi entah mengapa hatiku rasanya perih sekali setelah mendengar ungkapan cinta itu.
Andai saja itu bukan Yusuf, tapi Abdul. Aku pasti akan kegirangan setelah mendengarnya.
Harus pada siapa aku mengadu ? Liya pasti akan berceramah panjang kali lebar jika aku bercerita.
Dan Cha cha pasti akan sedih kalau tau Yusuf telah memilih ku, karna gadis itu sudah lama menaruh hati untuk Yusuf.
Tiba - tiba...
"Aduh." entah siapa yang iseng di tengah malam begini.
Kenapa juga harus ada kemeja yang mendarat seenaknya di kepalaku dan menambah kekesalanku.
Langsung ku tarik kemeja putih yang menutupi kepalaku dan betapa terkejutnya aku melihat siapa si pemilik kemeja. Aku menerjabkan mata berkali - kali berharap penglihatan ku salah. Namun, itu semua hanyalah nihil.
"A...ab..dul." seruku dengan suara pelan.
"Sudah tengah malam. Udara jam segini ngga baik buat kesehatan. Tidurlah." ucapnya sedikit berteriak dari atas jendela santri putra.
Abdul, kau tau, aku menantimu semenjak pertama kali pertemuan kita. Kau tau, mendengar suaramu saja sudah menghilangkan beban yang seharian ini menumpuk di pundakku.
Astaghfirullahal'adhim Ya Allah.. Abdul itu bukan siapa - siapa. Aku tak boleh mengaguminya lebih. Ini hanya lah nafsu belaka. Dan ku tau, orang yang tidak bisa menguasai nafsunya tidak pantas disebut sebagai seorang muslim.
Na'udhubikamin dhaliq.
"Hey Ais." panggil nya yang langsung membuyarkan lamunanku tentang nya.
Setelah menyadari kebodohan ku, aku pun pergi dan menutup jendela rapat - rapat.
Ahh .. Malu lah aku di tertawakan Abdul seperti itu. Sepertinya dia sadar kalau aku sendari tadi memperhatikan nya.
Aduh Ais... Kamu bodoh banget. Mau pasang muka dimana kamu besok.
🌹🌹🌹🌹
huft.. Sudah hampir dua jam aku mencarinya tapi tak muncul juga orang nya.
Dimana sih dia, tenggorokan ku mengering. Belum kemasukkan air sendari tadi. Ngga peka banget tu orang. Tau gini tadi malam aku tinggal saja ni kemeja di tkp. Ngga aku bawa kekamar.
Huh, Munafik banget sih kamu Aisyah.
Nyatanya aku selalu tersenyum mengingat kejadian itu. Aku bisa merasakan kehangatan dari seorang Abdul yang selama ini cuma ada di angan ku. Lelaki yang diam - diam aku cintai.
'Percaya atau tidak, kemeja ini telah ku peluk dalam tidur ku semalam. Ya, Allah. Maafkan hamba mu ini ya Allah. Saya khilaf.' Pikirku sambil senyum-senyum sendiri mengingat kebodohannya semalam.
"Lagi mikirin aku, ya." ucap Abdul dari belakang ku. Aku sangat kaget di buatnya.
"Ge.. ge er." sanggah ku menutupi kegugupanku. Aku pun melempar kemeja yang sendari tadi ku bawa. Terlihat tidak sopan sih di lempar, tapi aku reflek melakukannya karna aku gugup sekali.
"Terima kasih." seruku pelan. Entah ia dengar atau tidak aku tidak perduli. Yang penting aku bisa cepat pergi dari sini.
"Lain kali kalau mencariku jangan ditempat yang sepi seperti ini. Kata ustad Taib Subhan itu ngga boleh. Mendekati zina katanya." teriak Abdul yang tak ku hiraukan tapi aku mendengar nya.
Aku tak bisa menampik kenyataan bahwa hatiku sungguh bahagia setelah bertemu sang pujaan hati.
🌹🌹🌹🌹
Karna lupa mengerjakan tugas, Abdul kini tengah di hukum memindahkan lima kardus dari kantor ke gudang. Karna Abdul sudah berniat dari lubuk hati terdalam untuk menjadi lelaki yang baik, jadi Abdul mematuhinya.
Abdul membawa semua sekaligus karna malas bolak-balik. Malangnya lagi, karna tumpukkan kardus yang terlalu tinggi, Abdul kesulitan melihat jalan di depannya. Ia pun tanpa sengaja menabrak seseorang.
"Maafkan aku." ucap Abdul sambil menumpuk kardus itu kembali.
"Kau di hukum lagi ?" seseorang bicara padanya.
Suara itu sangat familiar di telinganya. Abdul pun menoleh ke asal suara itu dan dugaan nya benar. Itu Aisyah.
"Kau baik - baik saja ?" tanya Abdul karna Aisyah terlihat murung.
"Aku tidak terluka, tapi kamu. Lihatlah kakimu berdarah." jawab Ais sambil menunjuk kaki kiri Abdul. Dan saat itu juga Abdul baru sadar kalau kakinya terluka.
"Aku pergi dulu." pamit Abdul sambil membawa tumpukkan kardus itu.
"Sini, biar aku bantu." pinta Aisyah menawarkan bantuan.
"Tidak perlu." Tolak Abdul halus.
"Kaki mu terluka." ucap Aisyah sambil merebut paksa tumpukkan kardus itu.
"Ini hanyalah goresan." jawab Abdul sambil menampakkan deretan gigi putih nya. Alias tersenyum. Untung saja ia habis sikat gigi tadi. Jadi keliatan kinclong - kinclong giginya.
"Tapi tetap saja." setelah berdebat cukup lama, akhirnya mereka memutuskan untuk membawanya ke gudang bersama.
🌹🌹🌹🌹
Setelah selesai merekapun menumpuk semua kardus itu dengan rapi.
Ceklek
'Suara apa itu?'
Kedua sejoli beda jenis itu berlarian menuju pintu keluar. Dan benar saja seperti nya pak satpam tak tau kalau ada orang di dalam gudang.
"Permisi, apa ada orang di luar sana ?" teriak Abdul sambil menggedor-gedor pintu.
"Tolong.. ada orang disini." Teriaknya lagi kali ini lebih kencang.
"Tunggu Abdul." setelah Abdul menyingkir dari pintu Aisyah pun mencoba membuka pintu itu dari jepitan rambutnya yang ia ambil dari balik jilbabnya.
"Minggir Ais." setelah berucap Abdul langsung mendobrak pintu dengan keras.
"Sudah Abdul. Lihat, lenganmu jadi memar semua." protes Aisyah yang gak rela kalau tubuh mulus sang pujaan hati jadi lecet semua.
"Kita akan keluar." Abdul masih berusaha mendobrak pintu.
"Cukup Abdul. Tanganmu berdarah."
Abdul pun melihat ceceran darah di kedua tangannya. Sendari tadi ia tak merasa sakit sedikit pun karna yang ada di dalam fikirannya adalah bagaimana cara keluar dari ruangan itu. Sampai ia tak menghiraukan lukanya.
Sepertinya ia tak sadar kalau sedang terluka.
Seingat Aisyah, ia membawa beberapa jilbab di tas ranselnya. Aisyah pun pengambilnya.
Tanpa sadar kedua mata mereka bertemu.
Mereka merasakan ada sebuah rasa yang aneh dalam diri masing-masing. Ini bukanlah cinta. Ini hanyalah nafsu saja.
Aisyah memalingkan mukanya lebih dulu dan mulai berjalan menjauh. ia khilaf. Ia telah berzina mata dengan Abdul. Ya Allah, sesungguhnya hamba hanyalah manusia biasa yang tak luput dari segala dosa.
Mereka berdua berdua terdiam cukup lama.
"Kau tidur lah disana." ucap Abdul dari kejauhan.
"Bagaimana dengan mu ?" Aisyah mulai curiga padanya.
Entah mengapa ia menjadi was - was . Ia memang mencintai nya, tapi dirinya juga perempuan yang ingin menghadiahkan kehormatannya untuk suaminya kelak.
"Aku tidak akan tidur. Aku tidak akan kemana-mana termasuk ke sana." ucap Abdul dengan nafas yang memburu.
"Bagaimana aku bisa mempercayai mu." ucap Aisyah.
Sungguh. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan mereka berdua. Walau bagaimanapun mereka juga sudah tau apa yang terjadi pada orang dewasa kalau cuma berduaan seperti ini.
Mereka sama-sama terdiam.
"Baiklah. Bagaimana kalau malam ini kita tidak tidur?" saran Abdul.
"Tapi, besok aku ada ulangan harian." jawab Aisyah.
"Mau bagaimana lagi ? toh malam ini kamu juga tidak belajar."
"Kau benar." perselisihan ini berakhir dengan kekalahan Aisyah. Mereka saling membisu. Tenggelam dalam angan masing-masing. Akhirnya mereka pun tertidur dengan sendirinya karna kelelahan. Kegiatan di pondok pesantren memang menguras tenaga.
-To Be Continued-
Mohon kritik dan sarannya 🙏
Salam hebat Luar Biasa !
Kisah Asmara Santri - BAB 3
To make a great dream come true, you must first have a great dream. Untuk menjadi kan sesuatu itu nyata, terlebih dahulu harus di awali dengan mimpi.
-Ach Syaifullah-
Hari itu seperti biasa, empat sekawan itu selalu menyempatkan waktu untuk bermain basket bersama di sore hari.
Hanya yang berbeda adalah Abdul. Biasanya Abdul hanya akan senyum sebatas mesem saja.
Tapi sepanjang hari ini ia selalu tersenyum lebar dengan selalu memperlihatkan deretan gigi emasnya yang tak pernah ia perlihatkan pada siapapun.
"Kau kenapa ?" tanya Minan pada Abdul.
"Kenapa memangnya aku ?" tanya Abdul balik.
"Di tanyain kok malah balik nanya." protes Yazid.
"Kamu ngga merasa ada yang beda gitu sama dirimu ? sampai minan yang biasanya ngga pernah ngomong sekarang nanyain kamu." jelas Yusuf memberi pengertian pada abdul.
"Aku ya aku, yang seperti biasanya." ucap abdul memberi penjelasan.
Tapi teman - temannya terlihat kurang puas dengan penjelasan Abdul. Mereka terdiam dan menatap Abdul dengan tatapan yang tajam seolah meminta penjelasan lebih.
Abdul memutar kedua bola matanya malas. Sebenarnya ia tau apa yang membuat ia lebih bahagia dari biasanya. Semua itu karna semalam ia terkurung berdua bersama Aisyah.
Untungnya pak satpam datangnya pagi jadi mereka bisa tetap pergi ke sekolah.
Mengingat itu membuatnya tertawa lagi. Sedangkan teman - temannya yang sendari tadi melihat ia melamun terus ketawa sendiri, mereka menganggap kalau Abdul sudah kerasukan.
"Kalian kenapa sih ? jangan fikir kalau kalian berfikir yang bukan - bukan." tanya Abdul penuh selidik.
"Kamu beneran Abdul kan ?" tanya Minan memastikan.
Abdul mendengus kesal. " tentu saja aku Abdul kalian fikir aku setan apa."
"Mungkin dia kesurupan." Yusuf menebak kemudian diangguk i Yazid dan Minan.
Kemudian mereka bekerja sama untuk meruqyah Abdul.
Yazid mendekap tangan Abdul biar ia tak memberontak.
Yusuf membacakan Ayat-ayat suci Al Qur'an agar setan (yang mereka anggap merasuki abdul) cepat keluar.
Sedangkan Minan mengambil air dan di isi dengan berbagai bunga yang kemudian disiram kan ke Abdul.
Seluruh santri putri yang menyaksikan kejadian itu tertawa terbahak-bahak.
Kejadian itu membuat Abdul malu besar. Ia berharap Aisyah tak melihat kejadian memalukan itu.
🌹🌹🌹🌹
Abdul tersadar kalau semenjak terkurung bersama Aisyah ia jadi suka tersenyum sendiri.
Walau terjebak dalam tempat yang pengap tapi di tempat itulah ia bisa bertukar cerita sama Aisyah untuk yang pertama kalinya.
Cinta nya bertambah pada sang pujaan hati. Banyak hal yang ia ketahui tentang Aisyah.
Tentang Aisyah yang takut ulat tapi suka kupu-kupu.
Padahal takkan ada kupu-kupu kalau ulat tak ada.
Aisyah yang suka makanan manis, terutama coklat. Kadang Abdul berfikir, bagaimana kalau nanti Aisyah sakit gigi ? tapi dia tak memperdulikan hal itu. Walaupun gigi Aisyah tinggal dua pun ia masih mau.
Juga Aisyah yang alergi dengan kucing. Aisyah akan bersin terus kalau deket kucing.
Itu semua berkat usahanya dua tahun ini yang ingin tau banyak hal tentang Aisyah. Semenjak pertemuan pertama mereka. Namun sampai saat ini juga Aisyah tak tau apapun tentang itu.
(flashback )
2 Tahun Yang Lalu..
Suasana kelas itu terasa menyeramkan karna hari itu mereka sedang ujian matematika. Ustadzah Zaenab yang walaupun hanya seorang perempuan tapi galaknya cukup ditakuti para murid nya.
Entah mengapa Abdul sekarang baru sadar kalau semenjak dia masuk SD sampai SMA guru matematika yang ngajar pasti galak semua. Ujian bakal di mulai. Lembaran soalpun di bagikan.
"Kalau sampai saya tau dari kalian ada yang menyontek, Bakal langsung saya tendang bokong nya sampai kempet." ucap ustadzah Zaenab dengan jelas dan tajam. Guru satu ini memang suka ceplas-ceplos kalau bicara.
"Hilang dong bu." keluh Abdul.
"Biarin." respon ustadzah Zaenab tidak perduli.
"Ngga papa kok bu kalau hilang. Tapi balikin ya bu." canda Abdul.
"Iya. Bakal ibu balikin tapi pakai bokongnya kucing." ucap ustadzah Zaenab dengan menunjukkan ekspresi tanpa rasa bersalah.
"Loh, kucing punya bokong ya bu ?" tanya Abdul yang tidak berfaedah sama sekali tapi sukses membuat ustadzah Zaenab marah besar.
Seperti itu lah Abdul yang dulu. Petakilan, suka membantah guru, tukang tidur dan yang pasti suka bolos kelas.
Dan disinilah Abdul sekarang. Berdiri di bawah bendera ditengah panasnya sinar matahari.
Sambil mengangkat satu kakinya dan menjewer kedua telinganya.
Dia sebenarnya sudah biasa mendapatkan hukuman seperti ini, tapi apesnya cuacanya sangat panas sekali membuatnya tak kuat menahan dahaganya.
Tenggorokan nya kering gersang bak gurun tandus.
Brrukk
Terdengar suara ada yang terjatuh dan ternyata itu adalah air mineral yang di jatuhkan oleh malaikat cantik dari lantai 3.
"Rezeki nomplok." gumam Abdul sambil meminum air mineral itu.
Abdul melambaikan tangan nya sambil mengkode 'terima kasih'.
Aisyah cuma membalas dengan tersenyum kecil. Sepertinya ia habis dari ruang guru.
Setelah kejadian itu, Abdul mencari banyak informasi tentang Aisyah. Seperti seorang fans fanatik.
Saat itu mereka masih siswa baru. Semenjak itulah, Abdul yang nakal berubah menjadi Abdul yang sekarang, baik dan penyayang.
Mimpinya adalah menjadi suami istimewa untuk Aisyah. Abdul tersenyum mengingat akan kebodohan cinta butanya itu.
Abdul tau kalau Allah itu maha pencemburu. Dia juga tau betul kalau mencintai manusia melebihi cinta pada Allah itu dosa.
Oleh karena itu ia sering sholat malam dan meminta ampun pada sang pencipta karna telah menduakan nya.
Serta berharap kemeja putih yang pernah menjadi bagian dari pertemuan nya dengan Aisyah semoga akan ia pakai saat akad nikah nanti.
Akankah mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan ?
🌹🌹🌹🌹
Sekarang ini angin di Indonesia tengah berhembus dari Asia ke Australia yang menyebabkan terjadinya hujan di Indonesia.
Sore itu pelajaran tengah usai. Aisyah berniat akan kembali pulang ke pondok. Tetapi hujan mengguyur sangat deras. Dengan sangat terpaksa Aisyah harus menunggu di depan teras kelasnya.
Langit nya terlihat masih gelap. Padahal Aisyah ada jadwal piket di pesantren. Kalau telat ngga di kerjakan bakal disuruh piket 2 kali lipat nya dan ia ngga mau.
Tiba-tiba seseorang menjatuhkan sebuah payung didepan Aisyah dan orang itu langsung pergi begitu saja.
Aisyah pun memungut payung yang di atasnya ada sebuah surat.
°Anggap saja balas budi saat kau menyelamatkan aku saat hampir menjadi korban teriknya sinar matahari° isi surat itu.
Berarti payung ini dari lelaki yang kena hukuman tadi pagi. Tanpa sadar Aisyah tersenyum senang.
(flashback end)
Sejak kejadian tak terduga 2 tahun yang lalu lah yang mengawali kisah cinta keduanya. Entah siapa yang memulai, tapi percayalah tanpa mereka ketahui mereka telah lama saling mencintai dalam diam.
-To Be Continued-
Mohon kritik dan saran 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!