Siang yang hangat. Gumpalan awan menutupi matahari yang kini bersinar dengan terang. Angin bertiup dengan kencang. Semua orang terlihat memenuhi jalanan raya.
Elyna membidik kota dengan sniper favoritnya. Ada senyum puas dibibirnya ketika dia melihat aktivitas semua orang di siang hari. Bahkan dengan sniper itu dia bisa melihat kejadian yang jaraknya 3,5 kilometer dari posisinya berdiri.
Wanita itu menahan gerakannya ketika melihat segerombolan orang berseragam tapi yang kini terlihat sangat mencurigakan. Mereka semua berada di antara gedung-gedung tinggi. Seperti sengaja bersembunyi karena ingin membicarakan sesuatu yang rahasia.
"Bukankah itu Raja Belanda? Kenapa dia bisa sampai ke sini?" Elyna yang penasaran memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka.
Wanita itu menyembunyikan snipernya lalu turun dari gedung dengan cara melompat dari gedung satu ke gedung lainnya. Gerakannya sangat lincah hingga tidak sampai lima menit saja Wanita itu sudah berhasil tiba di bawah.
Elyna berdiri di balik gedung yang jaraknya tidak jauh dari segerombolan orang tersebut. Wanita itu menggenggam pistolnya untuk berjaga-jaga jika keadaan memaksanya untuk bertarung.
Big Boss Queen Star itu dibuat kaget ketika melihat Raja Belanda ditembak hingga tewas. Pria itu tergeletak dengan kepala bersimbah darah. Beberapa pria yang ada di sana tertawa seolah-olah mereka senang atas kematian Raja Belanda tersebut.
Tiba-tiba seorang pria keluar dari dalam mobil berwarna hitam. Wajah pria itu sangat mirip dengan Raja Belanda yang baru saja ditembak. Detik itu Elyna tahu kalau masalah ini sangat serius. Tetapi wanita itu memutuskan untuk tidak ikut campur. Ketika ingin pergi, tiba-tiba Elyna menendang kaleng kosong yang ada di dekat kakinya.
Jelas saja itu menarik perhatian semua orang. Beberapa bodyguard yang bertugas berjaga-jaga di sana segera berlari mengejar ke arah Elyna. Elyna tidak langsung panik. Wanita itu justru mengangkat senjata apinya dan berusaha untuk menembak satu persatu orang yang ingin membunuhnya.
Bahkan wanita itu juga sempat bertarung untuk menyelamatkan diri. Segerombolan para pejabat penting segera masuk ke dalam mobil dan mereka diamankan untuk pergi. Kini Elyna harus bertarung dengan bodyguard berbadan tegap itu. Sialnya hari ini Elyna baru saja meminta semua pasukan Queen Star untuk tidak ada yang mengikutinya. Wanita itu memang ingin sendiri. Hidup bebas seperti wanita pada umumnya tanpa dijaga oleh siapapun.
Melihat ada mobil kosong, Elyna segera masuk ke dalam mobil tersebut. Wanita itu melajukannya dengan cepat untuk kabur.
Bodyguard yang tadi sempat bertarung dengan Elyna juga masuk ke dalam mobil dan mengejar Elyna. Tentu saja mereka tidak akan membiarkan Elyna lolos karena wanita itu adalah satu-satunya saksi yang bisa membongkar skandal Kerajaan Belanda.
"Sial! Sekarang mereka pasti mengincar nyawaku! Mereka tahu kalau keberadaanku akan mengancam rencana mereka!" umpat Elyna di dalam hati.
Sejenak, wanita itu kembali berpikir dengan rencana yang dilakukan para pejabat penting tersebut. "Andai saja mereka tahu kalau aku sama sekali tidak memiliki niat untuk ikut campur, mungkin mereka sudah membebaskanku. Tapi semua sudah terlambat. Sekarang aku harus kabur."
Elyna benar-benar mengebut karena dia tidak mau sampai tertangkap. Sambil melajukan mobilnya, Elyna berusaha untuk menghubungi ibu kandungnya. Namun sialnya, panggilan telepon itu tidak di angkat.
"Mommy, tolong aku!" lirih Elyna. Sepuluh mobil yang ada dibelakang Elyna masih belum menyerah. Mereka harus menangkap Elyna agar rahasia yang sudah didengar Elina tidak sampai ke telinga orang lain.
Karena kecepatan yang begitu luar biasa, Elyna kehilangan kendali. Wanita itu melebarkan kedua matanya ketika melihat pohon besar yang tidak jauh dari pinggiran jalan.
Elyna benar-benar tidak bisa mengendalikan mobilnya lagi hingga akhirnya mobil itu menabrak pohon besar hingga ringsek parah.
Kepala Elyna mengeluarkan darah yang begitu banyak. Sebelum memejamkan mata, wanita itu sempat melihat wajah kedua orang tuanya yang kini tersenyum.
"Mommy ... Daddy ...."
Elyna memejamkan mata dan tidak sadarkan diri lagi. Karena mendengar suara tabrakan yang begitu keras, membuat warga sekitar segera berlari untuk memeriksa. Mereka berkumpul mengelilingi mobil Elyna. Seseorang menghubungi ambulans.
Orang-orang yang tadi mengejar Elyna tidak lagi berani untuk menangkap Elyna karena kini ada banyak warga yang mengelilingi mobil Elyna.
"Sepertinya wanita itu tidak akan selamat," ucap seorang pria yang kini berada di salah satu mobil tersebut. Pria itu merasa yakin kalau Elyna pasti akan tewas di tempat, melihat keadaan mobil Elyna yang begitu mengerikan.
"Kita lihat saja nanti. Sekarang ayo kita pergi," sahut pria yang ada di balik kemudi. Mereka semua segera pergi meninggalkan lokasi tempat Elyna kecelakaan.
...***...
Satu bulan kemudian.
"Elyna ... kau sudah sadar sayang? Ini Mommy."
Elyna membuka matanya secara perlahan. Karena terlalu silau, wanita itu menutup matanya dengan tangan. Dia memperhatikan satu persatu orang yang kini ada di dekatnya. Wanita itu terlihat kebingungan.
"Dok, kenapa putri saya?" Ny. Letty benar-benar panik melihat Elyna yang sekarang terlihat seperti orang bingung.
"Saya akan memeriksanya." Dokter itu segera mendekati Elyna. "Nona, apa anda ingat siapa wanita ini?" Dokter itu menunjuk ke arah Ny. Letty yang kini terlihat menahan tangis.
Elyna menggeleng pelan. "Ini dimana?" tanya Elyna dengan suara yang pelan.
Dokter itu memandang ke arah Ny. Letty sebelum memandang ke arah Elyna lagi. "Apa Anda ingat. Siapa nama anda?"
Elyna kembali melamun. Wanita itu memegang kepalanya karena tiba-tiba saja terasa sakit ketika dia berusaha untuk mengingat namanya sendiri.
"Tidak!" sahut Elyna marah. Dia tidak suka merasakan sakit hingga separah itu.
Dokter itu mulai mengerti dengan keadaan Elyna. Dia mengajak Tuan Miller yang juga ada di ruangan itu untuk sedikit menjauh.
"Nona Elyna kehilangan ingatannya. Kita akan melakukan observasi ulang untuk memastikan pendarahan dikepalanya tidak mengalami masalah. Untuk saat ini, jangan terlalu memaksa Nona Elyna untuk mengingat semuanya!"
Tuan Miller mengangguk. Setelah Dokter itu pergi, dia segera mendekati Ny. Letty dan mengusap lengan istrinya itu. "Putri kita amnesia."
Elyna adalah gadis berusia 24 tahun yang memiliki rambut pendek berwarna hitam kecokelatan. Alis matanya yang terlukis indah berpadu sempurna dengan bola matanya yang berwarna cokelat.
Putri tunggal dari pasangan Letty dan Miller ini memimpin sebuah geng mafia yang bernama Queen Star. Dia memiliki bakat yang tidak semua orang miliki. Elyna adalah seorang sniper handal. Tembakannya tidak pernah meleset. Itu yang membuat misinya selalu lancar selama dia menjadi pembunuh bayaran.
Sore itu, setelah mendengar kabar kalau Elyna sudah sadar, seorang pria segera bergegas. Bahkan dia rela meninggalkan pekerjaannya yang masih menumpuk.
"Tuan, kita ada rapat," ujar pria yang bertugas sebagai sekretaris pribadi sang pemimpin perusahaan.
"Atur ulang! Jika mereka tidak terima, batalkan kerja sama dengan mereka!"
Sepertinya pria itu tidak lagi mempedulikan kerugian yang akan dia terima. Yang ada dipikirannya hanya Elyna. Rasanya semua akan terbayar jika dia sudah bertemu dengan Elyna dan melihat wanita itu baik-baik saja.
Setelah turun dari pesawat pribadi, pria itu sudah di sambut oleh pasukan Queen Star. Ternyata selama Elyna tidak sadarkan diri, Queen Star di ambil alih olehnya. Tentu saja semua itu atas perintah Letty yang tidak lain adalah pemimpin Queen Star yang sebelumnya.
"Bos, Bos Elyna sudah sadar. Sekarang Nyonya Letty dan Tuan Miller tidak ada di rumah sakit. Mereka baru saja pulang untuk mengambil barang-barang pribadi milik Bos Elyna."
Bahkan pasukan Queen Star sendiri belum tahu kalau saat ini pemimpin mereka amnesia. Mereka tahunya, Elyna belum diperbolehkan dengan siapapun karena demi menjaga kesehatannya pasca koma selama satu bulan terakhir ini.
"Aku ingin segera menemuinya." Pria itu menunduk lagi sembari memandang buket bunga Lily yang ada di tangannya. Bunga Lily merupakan bunga favorit Elyna. Belum juga memberi, dia sudah sangat yakin kalau wanita itu pasti sangat menyukainya.
Memang mereka belum memiliki status yang pasti. Tetapi pria berbadan tinggi itu yakin kalau secepatnya Elyna pasti akan luluh dan mau menjadi kekasihnya.
Mobil Mercedes yang menjemputnya sudah tiba. Dia segera masuk ke dalam. Sembari menunggu sampai mobil tiba, pria itu mengambil ponselnya dan membaca kabar baik yang baru saja dikirimkan adik tercinta.
Jarak rumah sakti dengan bandara memang sangat dekat. Hanya membutuhkan waktu 10 menit saja mereka kini sudah tiba.
Pria itu turun dari mobil dan memandang gedung rumah sakit didepannya untuk beberapa saat. Seorang pria lagi-lagi datang untuk menyambutnya.
"Bos, selamat datang. Apa anda mau langsung ke kamar Bos Elyna? Kebetulan sekali Dokter baru saja memeriksanya. Saya sudah minta izin. Dokter bilang kalau saat ini Nona Elyna sedang terjaga. Biasanya kalau Nona Elyna masih tidur, Dokter melarang siapapun untuk masuk ke dalam," jelas pria itu apa adanya.
"Ya. Aku ingin segera menemuinya. Aku harap dia tidak marah karena aku datang terlambat. Bahkan aku tidak ada di sampingnya ketika dia pertama kali membuka mata."
"Silahkan, Bos." Pria itu memberi jalan lalu menunjukkan kamar Elyna di rawat. Dia tidak ikut masuk ke dalam. Hanya pria itu sendiri saja yang dipersilakan masuk ke dalam untuk menentukan Elyna.
Elyna memandang ke pintu ketika mendengar suara sepatu mendekat. Sepertinya meskipun dalam keadaan amnesia, tetapi dia tetap selalu waspada. Secara perlahan, Elyna mengambil senjata api yang dia sembunyikan di bawah bantal sebelum memperhatikan ke arah pintu lagi.
Pria tadi masuk ke dalam. Pria itu Lang tersenyum melihat Elyna sudah duduk. Berbeda dengan Elyna yang langsung menodongkan senjata apinya karena takut.
"Siapa kau?"
Pria itu menahan langkah kakinya. Dia kaget mendengar pertanyaan Elyna. "Aku Dominic. Apa kau lupa?"
Dominic terdiam sejenak sebelum tertawa. Pria itu masih belum sadar kalau kali ini Elyna benar-benar tidak mengenalinya. Ditambah lagi terakhir kali mereka bertemu, mereka sempat berselisih paham. Dominic berpikir kalau Elyna masih marah kepadanya.
"Oke, maafkan aku karena sudah membuatmu kecewa." Dominic melanjutkan langkah kakinya untuk meletakkan bunga yang ia bawa di atas nakas. Pria itu langsung syok ketika melihat Elyna benar-benar ingin menembaknya.
DUARRR DUAARR
Dua peluru yang baru saja dilepas Elyna bisa saja mengancam nyawa Dominic. Jika saja saat itu dia tidak segera mengelak. Kali ini Dominic berdiri dengan wajah yang sangat kaget.
Bersamaan dengan itu, pasukan Quinn Star yang menunggu di depan juga masuk ke dalam untuk memeriksa keadaan di dalam. Melihat Elyna memegang senjata dengan wajah panik membuat pasukan Queen Star juga merasa khawatir. Sempat terbersit di dalam pikiran mereka kalau Dominic memiliki niat jahat terhadap sang Big Boss Queen Star.
"Bos, apa semua baik-baik saja? Kenapa Anda marah?" tanya pria itu ingin tahu.
Bukan menjawab justru Elyna ingin menembak pasukan Queen Starnya sendiri. Dominic yang merasa tidak beres di sana segera berlari dan memegang tangan Elyna sebelum wanita itu kembali melepas tembakan.
"Lepaskan aku! Siapa kau! Siapa kalian! Apa yang kalian inginkan? Kenapa kalian masuk ke sini. Apa kalian ingin membunuhku!" teriak Elyna.
Pikiran Elyna kini dipenuhi dengan kejadian saat ia belum kecelakaan. Dimana saat itu Ia berpikir kalau orang-orang yang mengejarnya ingin membunuhnya. Dan itu membuat Elyna ketakutan setiap kali ia bertemu dengan orang baru.
Bahkan Letty dan Miller saja kesulitan untuk mendekati Elyna awalnya. Kini mereka pulang untuk mengambil barang-barang pribadi Elyna agar bisa ditunjukkan Elyna untuk membuat Elyna percaya kalau mereka benar-benar orang tua kandungnya. Karena terlalu sibuk, Miller dan Letty tidak sempat untuk memberitahu Dominic akan kesehatan Elyna yang sebenarnya.
Karena tadi sempat terdengar suara tembakan kini tim medis dan juga security masuk ke dalam ruangan Elyna. Dokter yang sempat menangani Elyna juga terlihat khawatir ketika Dominic memegang tangan Elyna yang terus saja berontak.
"Tuan, Apa yang anda lakukan terhadap pasien saya? Tolong lepaskan dia," pinta Dokter itu.
Dominic segera melepas tangan Elyna. Tidak lupa ia mengambil senjata api yang dipegang Elyna dan menyembunyikannya.
"Tuan, tolong tinggalkan ruangan ini," usir dokter itu lagi.
"Kepalaku," lirih Elyna sambil memegang kepalanya. Bahkan wanita itu sampai menjambak rambutnya untuk mengurangi rasa sakit yang kini ia rasakan.
"Nona, tenanglah," bujuk dokter itu khawatir. Dengan cepat ia menyuntikan sebuah cairan ke lengan Elyna agar wanita itu kembali tenang.
Detik itu Dominic mulai sadar kalau ada yang tidak beres dengan Elyna. Dia segera meninggalkan ruangan tempat Elyna di rawat dan menunggu dokter yang memeriksa Elyna di depan sana. Tidak lupa Dominic membawa pasukan Queen Star yang sempat masuk ke dalam untuk keluar lagi.
Setibanya di depan ruangan, Dominic duduk di kursi yang tersedia. Pria itu masih bingung membayangkan wajah Elyna yang kesakitan.
"Bos, sepertinya terjadi sesuatu terhadap Bos Elyna. Apa sebelumnya Bos Letty tidak memberitahu anda?"
"Tidak," jawab Dominic singkat. "Bahkan aku tidak tahu kalau Elyna kecelakaan jika kalian tidak memberitahuku. Satu bulan ini aku memang disibukkan dengan pekerjaan sampai-sampai tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan Elyna. Tadinya aku pikir dia sudah melupakanku. Ternyata Ia baru saja mengalami kecelakaan dan koma selama satu bulan," jelas Dominic apa adanya.
Tidak lama kemudian seorang suster keluar. Sepertinya ia ingin mengambil sesuatu yang diperintahkan oleh Dokter yang ada di dalam ruangan Elyna. Dominic tidak mau menyia-nyiakan Suster itu, ia segera menghadangnya untuk meminta penjelasan lengkap.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Elyna?"
"Nona Elyna amnesia. Sebaiknya jangan paksa pasien untuk mengingat hal-hal yang pernah terjadi dalam hidupnya karena itu hanya akan membuat pasien tersiksa bahkan lebih fatalnya lagi pasien bisa saja gila," jelas Suster itu singkat. "Permisi, Tuan karena ada sesuatu yang harus saya ambil dan saya bawa ke dalam ruangan Nona Elyna lagi."
Dominic segera menyingkir dan memberi jalan. Namun pria itu kembali terdiam mendengar penjelasan singkat dari suster yang ia temui tadi.
"Amnesia? Itu berarti dia tidak ingat denganku?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!