NovelToon NovelToon

Selir Jadi Yang Pertama

Penasaran

Happy reading....

Seorang lelaki dengan tubuh gagah dan tegap, dia menggunakan kemeja hitam sedang berjalan keluar dari ruangan besar dengan beberapa orang yang bersama dengannya.

Rangga Aditama, CEO yang paling terkenal tampan dan misterius, dia begitu berdedikasi dengan pekerjaannya. Saat itu malam telah menunjukkan pukul 10 tepat. Tentu saja Rangga harus pulang ke rumahnya.

"Reno, mari kita kembali," kata Rangga yang memalingkan wajahnya untuk dapat melihat pria lainnya, tidak terlalu jauh dari tempat lelaki itu berada.

"Baik, Pak!" balas pria itu dengan sangat patuh.

Rangga langsung menyudahi acara perbincangannya dengan beberapa orang, dia dan Reno keluar kantor, semua orang yang melihat hal itu langsung memberikan sambutan mereka dengan baik.

Setelah tiba di tempat parkir, Rangga masuk ke dalam mobilnya sendiri. Dia duduk di kursi penumpang, begitu tenang tanpa beban. Reno menutup kembali pintu mobil setelah Rangga di dalam, dia duduk di kursi pengemudi. Mereka meninggalkan kantor dengan laju mobil yang standar.

Rangga yang saat itu sedang fokus dengan iPadnya. Tiba-tiba saja lelaki itu disadarkan oleh bunyi ponsel genggam dari seseorang hal membuat diri Rangga harus mengangkatnya. Rangga merogoh saku celana hitam itu. Dan menatap tegas layar ponsel yang menyala. "Mamah," dalam benak Rangga. Dia segera menyambut panggilan.

"Halo, Mah!" kata Rangga dengan tegas. "Selamat malam, ada masalah apa? Mengapa tiba-tiba Mamah menelponku malam begini?" tanya Rangga tegas.

"Mamah ingin bicara sesuatu dengan kamu, setelah Mamah pikirkan semuanya cukup lama, hmm ... kamu sudah selesai di kantor kan?" tanya Mamah Rangga tegas.

"Ya, baru saja, aku sedang berada di dalam mobil, tidak melakukan apapun, sebenarnya apa yang ingin Mamah katakan padaku, sampaikan saja," balas Rangga dengan tenang. Tatapan dari sepasang mata hitam itu begitu tajam.

"Hmm ... Kamu seharusnya sudah dapat menduganya sendiri, masalah ini tentu saja berkaitan dengan hubungan kamu dan Olive, tentunya Mamah ingin segera menimang seorang cucu, kamu tahu itu kan, Rangga? Kamu tidak mungkin terus bertahan dalam kondisi seperti ini, kamu membutuhkan seorang penerus untuk menjalankan bisnismu nantinya! Mungkin apa yang Mamah katakan terlalu berlebihan, tapi kita harus jadi orang yang realistis, Rangga! Sudah berapa tahun kamu bersabar atas diri Olive, ingin menunggu sampai tahun berapa lagi untuk diriku bisa mewujudkan impian ini? Rangga tegaslah dalam mengambil keputusan!" Mamah Rangga berbicara ini dan itu, terlihat begitu serius.

Rangga hanya diam dan terus mendengarnya dengan tenang. Rangga bukannya tidak peduli dengan apa yang dia alami saat ini bersama Olive. Tapi bukan hal mudah baginya untuk melakukan itu semua. "Mah, nanti aku akan membicarakannya dengan Olive terlebih dahulu, karena tidak bisa aku langsung melakukan apa yang aku inginkan tanpa ada pengetahuan darinya, Mamah tenang saja, setelah Olive menyetujuinya aku pasti akan mencari beberapa wanita langsung," balas Rangga. Lelaki itu memiliki sepasang mata yang tegas.

Reno yang mendengar semua percakapan mereka di dalam saluran telepon hanya dapat terdiam. Mobil mereka melaju sudah cukup jauh dari kantor.

"Baiklah, Mamah menyerahkan segalanya padamu, Mamah yakin kamu mampu melakukan itu dengan mudah, kamu adalah seorang lelaki yang begitu hebat, Rangga! Jadi Mamah tunggu kabar baik darimu, tolong jangan kecewakan Mamah ya?" Mamah Rangga terlihat sedikit menekan lelaki itu. Untuk tidak bermain-main dengan apa yang dia inginkan.

"Iya, Mah!" Rangga menjawab dengan singkat. "Karena hari juga sudah larut, sebaiknya Mamah cepat tidur, tidak baik terlalu sering terlambat tidur, Mamah harus menjaga kesehatanmu juga, jangan terlalu pusing memikirkan aku di sini, tenang saja semua akan aku laksanakan dengan baik!" Rangga saat itu sedang membujuk Mamahnya untuk tidak membebani pikirannya hanya karena lelaki itu. Rangga merasa cukup kasihan pada Mamahnya, meskipun wanita itu sangat protektif kepada dirinya, tapi Rangga tahu semua yang dilakukan oleh Mamahnya adalah hal baik untuk diributin dikemudian hari.

"Haaaah, kamu ini, jika bukan karena aku yang masih memedulikan kamu, dan kamulah anakku satu-satunya, bagaimana mungkin aku tidak khawatir? Anak Mamah ini memang sudah dewasa kelihatannya, tapi kamu selalu jadi anak kecil untukku, Rangga! Maafkan Mamah ya jika terlalu banyak menekan kamu!" kata Mamah Rangga yang langsung memberikan respon pada Rangga.

Rangga menghela napasnya cukup dalam. "Sudahlah, Mah! Untuk apa kamu meminta maaf? Aku tidak merasa selamat ini kamu adalah orang jahat, kamu itu Mamahku, jadi jangan khawatir untuk bicara apapun denganku!" Rangga langsung menenangkan hati Mamahnya.

Mamah Rangga yang berada di dalam rumah besar, sedang duduk menggunakan piyama merah, rambutnya yang hitam di sanggul. Hanya dapat terdiam mendengarnya. Mamah Rangga langsung menatap ke arah depan, dia melihat sebuah tembok besar, di sana terpampang bingkai fhoto seseorang. Yaitu dia dan anak lelaki yang begitu imut menggunakan topi hitam. "Baiklah, Nak. Kalau begitu Mamah tutup dulu telponnya, jangan lupa untuk membersihkan tangan, kaki dan wajah, mandilah menggunakan air hangat, usahakan jangan terlalu panas airnya, jangan terlalu lama berendam, segera tidur, jangan begadang hanya karena pekerjaan, ingat kesehatanmu itu juga harus dijaga, makanlah dengan teratur, minum vitamin yang rutin!" Mamah Rangga memberikan sebuah saran kepada anak lelakinya.

Rangga menganggukkan kepala dengan tenang. "Siap, Komandan! Mamah pun harus segera tidur, selamat malam." Rangga tidak memberikan nada bicara yang angkuh di hadapan Mamahnya, sikapnya langsung berbeda dari dia yang biasanya.

"Iya, selamat malam." Mamah Rangga langsung mengakhiri panggilan itu.

Begitu juga dengan Rangga, dia menutup telepon, dan langsung memasukkan benda itu ke dalam saku celananya lagi. Apakah saat ini Rangga terlihat baik-baik saja? Tidak! Dia memikirkan banyak hal.

"Aku tidak mungkin mengecewakan Mamah yang sudah berharap banyak padaku, tapi aku juga harus siap untuk menghadapi Olive yang mungkin akan menentangku untuk masalah ini," dalam benak Rangga yang terus berpikir mengenai hal itu.

Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya mereka pun tiba di depan rumah Rangga yang besar dan megah seperti istana. Rangga keluar dari dalam sana saat Reno membuka pintu untuk dirinya.

Rangga tidak memperlihatkan ekspresi apapun saat itu. Dia langsung melangkahkan kaki jenjangnya untuk bisa meninggalkan halaman. Lelaki berusia 28 tahun itu terlihat sangat mempesona memang, dia mendekati teras rumah dengan pintu yang tertutup dengan rapat. Saat Rangga hendak membuka pintu mendadak pintu sudah di buka dari dalam oleh seseorang. Dia adalah wanita berseragam putih seorang pelayan rumah.

Wanita itu segera menyambut kedatangan dari Rangga. "Selamat malam, Tuan Muda,'' kata wanita itu dengan suara yang rendah.

Rangga hanya diam sambil melirik wanita itu. "Di mana, Nyonya?" tanya Rangga penasaran.

BERSAMBUNG......

Menjengkelkan

Happy reading....

Mendengar apa yang diucapkan oleh Rangga, wanita itu langsung mengangkat kepalanya dan menatap tegas diri Rangga. "Nyonya tentu saja berada di dalam kamarnya," balas wanita itu tegas.

Rangga hanya diam sambil menghela napas cukup dalam. Lelaki itu kembali berjalan dan menaiki anak tangga. Sementara pelayan rumah menutup kembali pintu besar itu. Rangga terlihat sangat dingin dari raut wajahnya. Dia pun langsung membuka pintu kamar, lalu melihat ruangan yang cukup besar, dengan penerangan yang sangat terang.

Di sana, Rangga pun mendapati seorang wanita yang duduk di depan cermin. Terlihat wanita itu sedang bersolek dengan manjanya. Ia menggunakan piyama biru dengan rambut yang dia biarkan jatuh terurai. Olive sangat fokus dengan kegiatannya itu. Dia sama sekali tidak mengetahui jika Rangga sudah datang.

"Ehm!" Rangga segera mengeluarkan suaranya yang cukup besar.

Olive agak terkejut dan langsung memalingkan wajahnya. "Oh, hai Sayang, kamu sudah pulang ya? Selamat datang!" kata Olive yang sedikit melihat diri Rangga. Lalu dia kembali lagi pada aktivitasnya.

Rangga hanya diam menatap diri Olive yang selalu seperti itu seperti biasanya. "Aku akan pergi mandi," ucap Rangga. Lelaki itu sepertinya tidak tertarik dengan sikap Olive. Dia memalingkan tubuh sambil mengendurkan dasi. Lalu berjalan dengan cepat menuju kamar mandi.

Sudah tidak ada lagi percakapan di antara mereka, hingga beberapa saat kemudian. Kini terlihat Olive yang sedang menatap dengan fokus layar ponselnya. "Waaah! Keren sekali pakaian ini, sepertinya jika aku menggunakannya pasti akan cocok untuk gayaku, semua orang akan menatapku dan begitu iri dengan penampilanku nantinya, cocok nih kalau aku gunakan saat hangout dengan teman-temanku, harganya fantastis juga, ah! Aku ini istri orang terkaya, khawatir apa?" Dalam benak Olive yang langsung melakukan orderan.

Pintu kamar mandi terlihat dibuka oleh seseorang, Rangga keluar dengan tubuhnya yang masih basah, dia mengelapnya menggunakan handuk putih yang ada di atas bahunya. Saat itu rambutnya pun basah kuyup. Rangga masih melihat diri Olive yang cuek padanya.

Rangga tidak berbicara apapun mengenai sikap Olive padanya, dia mengambil pakaian yang berada di dalam lemari dan menggunakannya. Setelah Rangga telah rapi dia pun kembali melirik diri Olive dari pantulan cermin.

"Aku ingin bicara serius denganmu," kata Rangga tegas.

Mendengar hal itu, Olive yang sedang tiduran di atas ranjang, langsung memberikan suaranya. "Hmm." Akan tetapi Olive menjawab sambil terus scroll ponsel.

"Mamah menginginkan seorang cucu, sementara kita sudah cukup lama hidup bersama, kelihatannya tidak ada tanda-tanda apapun padamu, aku ingin mencari beberapa gadis untuk aku jadikan bahan percobaan penabur benih, jika mereka semua hamil maka aku akan menikahinya, itupun jika mereka setuju!" tambah Rangga dengan tegas. Sambil menyisir rambut hitamnya.

Olive yang saat itu sangat fokus pada smartphonenya, dia tiba-tiba terkejut dan langsung mengangkat kepala untuk melihat diri Rangga yang sangat terus terang. Olive segera meletakkan benda pipih hitam itu di atas kasur. "Apa! Kamu ingin menikahi mereka juga? Kamu gila ya?!" balas Olive yang langsung marah pada Rangga.

Wanita itu menatap dengan sangat tajam Rangga yang berdiri tegap di depan cermin. Rangga hanya diam dengan sangat dingin. "Aku yang gila? Atau kamu yang sudah tidak waras? Aku yang gila atau kamu yang egois? Selama ini kamu di mana? Kamu bagaimana denganku?! Apa pernah aku menuntutmu untuk melakukan ini dan itu selama kamu menjadi istriku?! Kamu hanya tahu bagaimana caranya menghamburkan uang. Tanpa mengerti kondisiku selama ini, jadi sekarang kmu tidak memiliki hak apapun untuk menolaknya!" Rangga langsung memalingkan wajahnya, tatapan yang tajam dengan raut wajahnya yang dingin.

Olive terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Rangga, wanita itu sungguh tidak dapat menerima apa yang disampaikan oleh Rangga. "Aku hanya tahu menghamburkan uangmu? Kamu kira bagaimana dengan dirimu sendiri yang hanya tahu pulang dan pergi dengan sengaja, kadang kamu pun seharian tidak kembali ke rumah! Dan kamu masih mengharapkan anak dariku, kamu saja tidak pernah menjaga gaya hidupmu, bagaimana makanan yang masuk ke dalam tubuhmu, apa saja yang kamu lakukan setiap saatnya, dan kamu menyalahkan aku yang tidak bisa memberikan kamu seorang anak, kamu keterlaluan Rangga! Aku masih memiliki hak untuk menyetujuinya atau tidak mengenai kamu yang ingin menikahi wanita itu!" Olive langsung bangkit dari pembaringannya, wanita itu berdiri dengan tetap lalu menunjuk Rangga dengan jarinya.

Rangga diam mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut Olive. "Apa kamu kira setelah kamu menjadi istriku, kamu masih memiliki hak untuk melawan, Olive? Kamu yang terlebih dahulu menuntutku untuk bersikap kejam, apakah kamu buta? Darimana semua fasilitas yang kamu dapatkan, apakah turun begitu saja? Aku hanya memintamu untuk hamil apakah itu sulit? Jika tidak sanggup aku akan mencari wanita lain di luar sana yang sanggup menyimpan benihku! Yang jelas jika wanita itu hamil aku pasti akan menikahinya, jangan berdebat denganku Olive, kamu tidak akan sanggup menerimanya!" dengan tegas Rangga membeberkan segala ucapannya yang dia simpan cukup lama. Mengenai hubungannya dengan Olive.

"Kamu sungguh keterlaluan Rangga," tambah Olive yang masih kesal.

"Baik, aku akan memberikan dua pilihan untuk dirimu," ucap Rangga tegas.

'Pilihan yang kamu berikan pasti tidak ada yang bagus,' dalam benak Olive yang sudah mengiranya.

"Dimadu atau diceraikan! Ingat, aku tidak kesulitan untuk mencari seorang istri!" Rangga langsung menekan Olive pada titiknya.

Olive yang mendengar hal itu, dia semakin terkejut saja, wanita itu kesulitan untuk bicara beberapa saat. Apalagi ditambah saat Rangga melihat wajahnya dengan tatapan tajam membidik. 'Sial! Bagaimana mungkin aku rela untuk diceraikan oleh Rangga?! Aku masih membutuhkan lelaki ini untuk menunjang kehidupanku, kalau begitu aku hanya bisa menerima untuk membiarkan dia menikahi wanita yang akan hamil anaknya. Sungguh licik! Tapi yasudahlah, karena yang terpenting adalah aku tidak kehilangan apapun!' dalam benak Olive yang sedang berpikir cukup dalam.

"Baik aku akan menerima wanita itu, jika kamu sudah mendapatkannya, tapi! Aku tidak ingin jika hakku menjadi turun," balas Olive dengan tegas.

Rangga langsung tersenyum dengan sinis. "Ya, kamu tenang saja! Aku tidak akan melakukannya, selamat malam!" sambut Rangga. Lelaki itu langsung berjalan keluar dari dalam kamarnya. Tatapannya sangat dingin dan perasaannya juga terlihat tidak baik saat itu.

Olive hanya diam, dia pun menghela napasnya cukup dalam. "Aku memang tidak bisa melakukan apapun dengan lelaki itu!" kata Olive yang bermonolog. Dia segera duduk di atas kasur dengan perasaan yang masih belum menerima semua dengan baik. "Menjengkelkan!" dalam benak Olive.

BERSAMBUNG....

Menenangkan Pikiran

Happy reading....

Rangga segera memasuki sebuah ruangan yang besar dan megah, lelaki itu langsung duduk dengan perasaan yang cukup tidak senang. Rangga menghela napasnya cukup dalam, lalu lelaki itu duduk di atas kursi berwarna hitam. Ya! Kursi kerja, temon sepi bisu yang selalu dijadikan oleh Rangga sebagai kegiatannya.

"Olive, sebenarnya apa yang dia inginkan dariku? Selama ini aku bahkan selalu diam saja dengan apa yang selalu wanita itu perbuat, kini aku sudah muak dengan caranya memperlakukan aku! Aku tahu wanita itu memang hanya menginginkan uangku saja, setelah sekian lama juta mengarungi bahtera rumah tangga. Namun aku sangat malas berhadapan dengan dia, apalagi jika harus memperdebatkan semuanya, aku bisa dengan mudah melepaskan Olive, namun aku masih belum mampu untuk benar-benar meninggalkan dia seorang diri," dalam benak Rangga. Dia hanya bisa berpasrah dengan keadaannya sekarang ini.

Rangga memalingkan wajah dan dia pun teringat akan satu hal, yaitu pekerjaan yang masih menumpuk di atas meja kerjanya. Rangga kembali fokus dengan apa yang harus dia kerjaan saat itu. Hingga tiba-tiba Rangga mendengar suara dering ponsel genggam yang berada di dalam saku bajunya. Rangga yang menyadari hal tersebut langsung menundukkan wajahnya dan menatap saku baju yang berada di sebelah kiri dari tubuhnya. Lelaki itu mengambil ponsel genggam berwarna hitam.

Rangga tatap tajam nama seseorang dalam kontaknya. "Anak ini, apa yang sekarang dia inginkan?" kata Rangga dengan perasaan yang bingung.

Rangga tidak ingin menunda lagi waktu untuk menyambut panggilan dari seseorang bernama Samuel. "Halo, Samuel, ada apa?" tanya Rangga yang langsung meletakkan ponselnya di telinga kiri.

Rangga terlihat cukup tidak senang saat mendapatkan panggilan itu dengan seseorang yang sepertinya sangat dia kenal. "Halo, Rangga, di mana kamu? Ayo datanglah ke Rumah Bram! Kita habiskan malam di sini, kamu sudah terlalu lama tidak kumpul dengan kita, lho! Jangan jadi sombong begitu," kata Samuel dengan suaranya yang begitu ringan dalam berucap.

Di sana Rangga juga mendengar ada beberapa suara dari seorang pria yang menyahut. "Ayolah, apakah kamu adalah suami yang takut dengan istri?" kata seorang lelaki dengan nada bicara yang meledek.

Tidak lama kemudian semua pria yang ada di tempat itu langsung tertawa dengan renyah. Mereka membully Rangga dengan sangat berani.

"Cih! Menjijikkan, kalian adalah warga jomblo yang sering memainkan perasaan wanita, tahu apa kalian mengenai pernikahan?" sindir balik Rangga dengan tegas dan serius.

Beberapa teman Rangga yang mendengar hal tersebut sudah tahu mood Rangga tidak baik. Membuat seorang lelaki yang sebelumnya bernama Samuel kembali bicara, "Hahahah! Sungguh luar biasa, aku tahu kamu banyak hal yang rumit di sana, datanglah kemari, kami akan menunggumu," balas Samuel dengan tegas.

"Dasar tukang paksa, siapa juga yang sudi bergabung denganmu, hanya untuk minum-minum, sungguh membosankan!" tambah Rangga yang terlihat sangat tidak tertarik.

"Hais, baiklah, terserah saja padamu, aku tidak akan mengganggu waktumu lagi, sampai jumpa!" Samuel langsung menyudahi percakapannya itu. Dia mematikan panggilannya dengan Rangga. Segera Samuel memasukkan ponsel ke dalam saku bajunya.

Rangga hanya diam dengan perasaan yang masih seperti biasanya tidak senang, dia terlihat tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Samuel. Lelaki itu segera meletakkan ponselnya di atas meja sebelah kiri dari posisinya saat ini.

Rangga menatap komputer hitam yang berada di hadapannya. Lelaki itu segera menyelesaikan pekerjaannya.

**

Sementara itu di tempat lain, terlihat rumah yang besar dan megah, tempat tinggal Samuel. Lelaki memang sedang melakukan party untuk minum bersama sambil bermain bilyar. "Rangga tidak akan kemari kah?" tanya seorang lelaki yang menggunakan baju hitam menatap Samuel dengan rambut ikal blondenya.

"Aku tidak yakin, karena sepertinya tidak mungkin dia mengabaikan kita di sini, aku dapat merasakan dari suaranya yang berat pasti lelaki itu sedang dirundung masalah, aku dan Rangga tumbuh bersama, jadi aku sedikit tahu bagaimana dirinya. Jika dia ingin meluapkan segala perasaannya dia pasti akan datang kemari, dan aku yakin sebentar lagi dia akan tiba di sini!" balas Samuel yang segera memulai permainannya.

"Kamu telah menduganya sejak awal, maka dari itu mengajak kita untuk datang ke rumahmu kan?" tanya seorang lelaki dengan potongan Pompadour. Sambil terus menatap wajah Samuel.

Samuel hanya diam, dia tersenyum kecut. "Hubungan Rangga dan Olive menurutku telah renggang cukup lama, aku selalu merasa khawatir dengan Rangga, dia yang masih harus mengurus pekerjaan di kantor, kadang pulang kerja masih harus menyiapkan air untuk dia mandi sendiri. Semua barangnya pun dia siapkan sendiri, apakah mereka terlihat seperti suami istri?" tambah Samuel dengan perasaan tidak senang. "Yang dia hanya tahu itu belanja, hangout dengan teman-temannya, aku malah sangat berharap Rangga dapat melepaskan Olive, dan membiarkan wanita itu tidak kembali dalam lingkungan Rangga, lelaki yang malang!" lanjut Samuel yang sedang merasa iba pada diri Rangga.

Beberapa teman Samuel yang mendengar segala celoteh dari mulut lelaki itu, mereka hanya diam, namun menyimpan perasaan tidak senang dalam diri masing-masing. "Sungguh keterlaluan, wanita itu tidak tulus sepertinya terhadap Rangga!" ucap lelaki dengan menggunakan kacamata bulat, menggunakan oversized cuban shirt berwarna hijau tosca.

Samuel hanya diam, dan mereka kembali memainkan bilyar, meneguk beberapa kali minuman dalam gelas. "Perempuan memang sangat merepotkan," tambah pria lain dengan kaos hitam pendek duduk di atas tangga.

Beberapa saat mereka telah bermain, kemudian pintu ruangan di dalam sana terbuka begitu saja. Semua orang langsung memalingkan wajah mereka dengan bersamaan. Menatap dengan tegas seseorang yang hanya diam memandang ke arah semuanya. "Selamat datang, kemarilah, mari kita minum bersama," kata Samuel yang langsung berjalan ke arah meja kecil, dia mengambil gelas dan menuangkan anggur ke dalam sana. Lelaki itu segera menghampiri Rangga sambil menyodorkan benda itu kepadanya.

Rangga hanya diam, dia tatap diri Samuel dengan tajam. Lalu pria itu mengulurkan tangan dan menerima minuman tersebut. "Bisa-bisanya kalian memulai tanpa ada aku?" kata Rangga dengan tegas.

"Kami menunggumu," balas pria yang duduk di tangga sambil tersenyum.

"Ck!" Rangga terlihat tidak mood, dia langsung duduk di atas sofa sambil meneguk minuman di dalam gelas.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja," kata Samuel yang segera duduk di samping kiri Rangga.

Rangga membuang napas kasar, lalu memalingkan wajah dengan tidak senang. "Aku baru saja bertengkar dengan Olive, aku ingin mencari seorang wanita yang bisa aku titipkan benih dan membuat dia melahirkan putra untukku, aku ingin kamu yang mengaturnya, Samuel!" dengan tiba-tiba Rangga berkata segalanya di hadapan teman-temannya.

BERSAMBUNG....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!