Malam tidak berbintang, kegelapan malam itu terasa mencekam, di puncak gedung pencakar langit delapan puluh lantai itu sesosok tubuh sempurna memandang di kejauhan. Dia berdiri di samping sebuah sepeda motor futuristik berwarna merah dengan dudukan rendah, sebuah motor hybrid yang bukan hanya bisa dipakai menjadi tunggangan biasa tetapi motor ini bisa digunakan dimana saja, baik darat, laut atau udara.
Motor ini juga diperlengkapi dengan persenjataan lengkap dan perisai perlindungan yang membuatnya tahan bukan hanya dari serangan peluru tajam tetapi juga terhadap serangan roket. Motor ini tidak menggunakan bensin tetapi menggunakan bahan bakar fusi nuklir.
Premium sudah tidak digunakan karena bahan bakar fosil sudah habis di masa itu, manusia sudah berhasil membuat fusi nuklir yang jauh lebih efesien daripada bensin atau gas.
Fusi tidak menghasilkan limbah radioaktif tingkat tinggi (fisi menghasilkan limbah tingkat tinggi) dan merupakan proses "bersih", karena tidak memancarkan CO2. Seolah itu tidak cukup, deuterium, salah satu sumber bahan bakar fusi, dapat diproduksi oleh air elektrolisis, yang berarti itu hampir tidak ada habisnya.
Untuk menghasilkan fusi, pertama-tama Anda harus mengubah bahan bakar hidrogen menjadi plasma dengan memisahkan elektron dari inti. Plasma ini perlu dibuat dalam ruang hampa dan dipanaskan hingga suhu lebih dari 100 juta derajat Celcius.
Eh ini bukan pelajaran fisika jadi tidak usah berlama-lama di sini ya.
Inti fusi itu tidak tersimpan di motor itu tetapi justru ada dalam gelang yang tertanam di dalam sebuah chip super komputer di tangan kanannya.
Pemilik tubuh itu adalah seorang gadis muda berusia sekitar tujuh belas tahun dengan tinggi badan seratus enam puluh tujuh centimeter, cukup tinggi untuk gadis pada umumnya. Namanya? sebenarnya dia tidak bernama, organisasi yang memilikinya memanggilnya A1.
Wajahnya cukup cantik meskipun tidak dapat dikatakan cantik sekali tetapi cukup untuk membuat para pria senang memandangnya berlama-lama tanpa bosan. Kulitnya putih mulus tanpa noda, senyuman seperti bulan sabit muncul di bibir merahnya.
Dia berkata singkat.
"Alexa".
Nama yang dipanggil ini menyahut entah darimana karena tidak ada sosok yang tampak di sekitarnya.
"Ya nona".
Alexa ini adalah asisten virtual atau biasa disebut AI, ini singkatan dari
artificial intelligence merupakan sebuah teknologi yang memungkinkan sistem komputer, perangkat lunak, untuk “berpikir” secara cerdas layaknya manusia.
Alexa ini terhubung dengan otaknya jadi dia langsung mengerti apa yang diinginkan oleh gadis ini, Alexa adalah satu-satunya sahabatnya, gadis ini tidak punya ingatan masa lalunya. Dia adalah sebuah robot android, seharusnya tidak punya ingatan apa-apa karena robot dirakit dari material bukan dilahirkan tetapi setelah satu kecelakaan yang dialaminya baru-baru ini, dimana sebuah pecahan proyektil roket menembus kepalanya.
Meskipun pecahan itu sudah diambil dan lukanya juga sudah membaik tetapi entah kenapa, sebuah ingatan mulai terbentuk di kepalanya, kadang itu menimbulkan rasa pusing yang hebat. Seharusnya sebagai sebuah robot, dia tidak bisa merasakan pusing atau sakit tetapi dia benar-benar merasakannya.
Gadis A1 itu merasa kebingungan tetapi dia tidak pernah mengutarakan hal ini kepada siapapun, hanya dirinya dan Alexa yang tahu tetapi itu tidak dipikirkannya saat ini. Dia harus fokus menghadapi situasi yang akan terjadi sesaat lagi.
Alexa ini berdiam dalam chip super komputer yang ditanam di bawah permukaan kulit tangan kanan gadis itu. Chip itu berfungsi sebagai handphone generasi ke enam yang bisa menampilkan gambar virtual, video, juga untuk menampilkan fungsi sebuah komputer.
Di jari tangannya ada sebuah cincin ruang yang berfungsi untuk menyimpan peralatan, senjata, bahan makanan dan juga sebagai garasi motornya. Meskipun dia adalah sebuah robot tetapi tubuhnya seperti tubuh manusia biasa.
Gadis A1 itu bukan hanya ditugaskan untuk melakukan pembunuhan tetapi dia juga sering mendapatkan tugas untuk melindungi orang-orang penting bahkan kadang juga melindungi sambil mengasuh anak, tentu bukan sembarang anak, itu biasanya anak tokoh penting atau kepala negara.
Biaya untuk menggunakan jasanya sangat mahal tidak terjangkau untuk kebanyakan orang. Organisasi yang diikutinya juga bukan sebuah organisasi jasa pelayanan yang biasa, organisasi itu bersifat sangat rahasia dan hanya orang-orang tertentu yang dapat berhubungan dengan organisasi ini.
Gadis A1 ini hanya salah satu dari sekian robot android yang dimiliki oleh organisasi itu tetapi dia memang robot terbaik dan tercanggih dari generasinya, mereka dibuat dengan biaya yang sangat mahal yang mungkin bisa digunakan untuk membangun sebuah kota.
Gadis itu menaiki motornya dan dengan dengungan lembut motor itu melesat ke udara di depannya, jatuh dengan kecepatan yang sangat tinggi yang akan membuat orang gemetar ketakutan tetapi wajah itu tetap tenang seperti biasanya, dia menarik tuas motornya, motor itu terangkat sedikit kemudian melaju ke depan.
Di hadapannya sudah berdiri beberapa robot humanoid, mereka melayang di udara. Robot-robot itu menembakkan berapa roket kecil ke arahnya, Dia mengaktifkan perisai motornya dan membalas menembak mereka.
ilustrasi robot humanoid
Dua buah robot jatuh tetapi yang lain sudah menyerangnya kembali, dia meliuk-liuk di udara dengan motornya menghindari tembakan itu. Mengisi kembali senjata lasernya, motornya naik membuat gerakan hiperbola, muncul dari belakang robot itu dan menembak kepalanya, sebuah robot lagi jatuh.
Tiga robot yang tersisa menembakinya kembali kali ini dengan senjata laser tetapi dengan cekatan dia menghindari semua tembakan itu. Dengan perintah dalam pikirannya, motor itu lenyap kembali ke gelang penyimpanannya. Ditangannya muncul sebuah light saber, dia segera menyerbu kepada tiga robot tersisa di depannya dan menebaskan pedang cahayanya ke tubuh mereka.
Robot-robot itu juga mengeluarkan light saber, mereka mengepungnya dan seperti seorang ahli beladiri, robot-robot itu menyerangnya. Ternyata mereka juga cukup cekatan menggunakan pedang cahaya itu.
Benturan pedang cahaya itu mengeluarkan suara mendesis dan pedang cahaya yang memancarkan cahaya kebiruan dan kemerahan itu menampilkan selang seling cahaya yang indah di langit malam itu, mungkin kalau ada orang yang melihatnya dari kejauhan, mereka akan mengira itu adalah suatu pertunjukan kembang api.
Tidak berapa lama pertempuran itu berakhir, tiga robot tersisa jatuh, gadis itu menunggu dan tidak ada lagi robot yang lain muncul lagi, dia menyimpan pedangnya dan motornya muncul kembali di hadapannya, dia menaiki motor itu kembali dan terbang ke arah barat.
Memasuki sebuah apartemen bertingkat yang tampak biasa saja dari luar, gadis A1 berjalan menuju lift dan dia naik ke lantai tujuh, seorang pemuda yang sudah berada dalam lift menyapa dengan sopan.
"Baru pulang kerja kah nona, larut sekali baru pulang".
Pemuda itu tetangga di apartemen itu satu lantai dengannya tetapi dia ada di nomor 707, pemuda itu di kamar 720, ruangan kamar paling pojok.
Gadis A1 mengangguk sebagai balasan sapaan pemuda itu tetapi dia tetap diam saja, pemuda itu tampak sudah terbiasa dengan tanggapan itu, membalas anggukannya dengan sebuah senyuman. Gadis ini memang misterius, dia sudah bertetangga dengannya selama enam bulan tetapi sampai hari itu, dia belum juga berhasil membuat gadis itu bicara kepadanya.
Pemuda ini tahu bahwa gadis itu tidak bisu karena saat melewati kamarnya, dia pernah mendengar gadis ini menyanyi, suaranya juga cukup bagus dan dia cukup terhibur waktu mendengarnya sehingga dia sempat berdiam sejenak di depan pintu kamar gadis itu untuk lebih banyak mendengarkan suaranya tetapi sayangnya saat dia berhenti di depan pintu, suara nyanyian itu juga berhenti seolah gadis itu tahu ada seorang yang sedang mendengarkan nyanyiannya dan dia merasa malu untuk melanjutkannya.
Mulanya pemuda itu berpikir bahwa gadis itu masih sekolah tetapi dia tidak pernah melihat gadis itu pergi pagi di jam anak sekolah, jam kepergiannnya tidak tentu, kadang pagi, kadang siang, kadang malam juga. Sedikit banyak pemuda ini tertarik dengannya sehingga dia sering memperhatikan aktivitasnya tetapi sampai saat itu tidak ada kemajuan dalam upayanya untuk berkenalan dengan gadis itu.
"Ting"
Pintu lift itu terbuka, gadis itu mengangguk kepada pemuda itu lalu melangkahkan kakinya untuk keluar lift menuju ke kamarnya, pemuda itu mengikutinya dari belakang. Seperti biasa jika kebetulan mereka bertemu di dalam lift, pemuda itu sudah cukup puas hanya bisa melihat punggungnya dari belakang, dia melihat gadis itu dengan cepat melangkahkan kakinya sebelum kemudian memasuki pintu kamarnya dan menutupnya di depan pemuda itu yang melihatnya dengan rasa kecewa karena lagi-lagi, dia tidak punya keberanian untuk menyapanya.
Kalau pemuda itu masuk ke kamarnya tentu dia pasti akan terheran-heran karena selain ranjang dan sebuah meja, tidak ada perabotan lain di kamar itu, tidak ada lemari pakaian seperti yang biasa dimiliki seorang gadis untuk menyimpan barang-barang.
Gadis A1 itu hanya menggerakkan sedikit anggota badannya, pakaiannya segera menghilang dari tubuhnya, dia melangkahkan kakinya ke kamar mandi, menyalakan air panas di shower, menyirami tubuhnya dengan kehangatan air shower itu.
Berlama-lama di kamar mandi dibawah guyuran air hangat, itu membuatnya merasa nyaman, berapa hari ini potongan-potongan ingatan mulai terfragmentasi dalam pikirannya. Dia melihat dalam ingatannya, ada seorang anak gadis kecil yang berlarian dengan gembira menyambut kedatangan ibunya.
Ibu itu menyambut anak gadis itu dalam pelukannya kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi dan mencium pipinya. Menurunkan tangannya, ibu itu menggendong anak gadis kecil itu dan memberikan manisan untuk dia makan.
Di lain waktu, dia melihat seorang laki-laki merebut anak gadis kecil itu dari ibunya, tanpa rasa belas kasihan, laki-laki itu menendang tubuh ibu itu pada waktu dia berusaha untuk merebut anak gadis kecil itu kembali dari tangan laki-laki itu. Tubuh ibu itu mengejang sesaat kemudian terdiam.
Anak gadis kecil itu menggigit tangan laki-laki itu yang membuat gadis kecil itu terlepas dari pegangannya, anak gadis itu berlari kepada ibunya, berteriak-teriak sambil menangis memanggilnya.
"Ibu, ibu bangun ibu".
Tetapi ibunya tetap terdiam, laki-laki itu kembali mengambil gadis kecil itu dan menggendongnya, gadis kecil itu kembali mengulangi upayanya untuk menggigit tangan laki-laki itu tetapi laki-laki itu memukul lehernya dan membuatnya pingsan
"Ibu".
Gadis A1 menangis, air mata keluar dari sudut matanya yang indah. Merasakan rasa asin air matanya, gadis A1 itu tersentak, dia tidak pernah menangis, apakah robot bisa menangis atau mungkinkah dia bukan hanya sebuah robot, apakah dia juga manusia. Apakah perempuan yang dia lihat itu adalah ibunya dan anak gadis kecil itu adalah dirinya, apakah dia merupakan korban penculikan dan apakah ibunya terbunuh karena dirinya.
Pikiran itu menakutkan dirinya, dia cepat mematikan shower, mengeringkan tubuhnya dengan cepat, dia keluar dari kamar mandi.
"Set".
Sebuah baju tidur sudah membungkus dirinya. Alih-alih berusaha untuk tidur, apakah dia butuh tidur tetapi selama ini dia memang selalu tidur di malam hari meskipun dia bisa saja berjaga-jaga sepanjang malam tanpa mengantuk. Dia memang memiliki kebiasaan untuk tidur malam selama lima sampai delapan jam.
Pikiran ini kembali menghujam otaknya, robot tidak butuh tidur tetapi kenapa dia!. "Ah", baru terpikirkan juga olehnya, berapa rekan robot androidnya juga tidur di malam hari hanya sebelum kecelakaan itu dia tidak pernah bermimpi tetapi akhir-akhir ini dia mulai bermimpi.
Robot tidak mungkin bermimpi, dia tidak punya perasaan, bagaimana dia bisa bermimpi.
Pertanyaan-pertanyaan ini membingungkannya, apa dia harus bertanya kepada pimpinannya tetapi apakah itu hal yang benar untuk dilakukan.
Mungkin Alexa punya jawaban untuknya.
"Alexa, apakah kamu memiliki memori tentang diriku sebelum aku diciptakan".
Alexa terdiam sejenak, memproses pertanyaan itu sebelum menjawab.
"Tidak nona, perangkatku ditanam setelah nona terbentuk seperti ini, jadi aku tidak mencatat apapun sebelumnya. Memoriku hanya berjalan setelah aku ditanam dalam tubuhmu tetapi aku memang melihat ada fragmen ingatan dalam pikiranmu".
"Alexa apakah mungkin kalau aku bukan hanya robot tetapi juga seorang manusia".
Gadis A1 melanjutkan dugaannya.
"Itu ada kemungkinan nona karena selain mesin-mesin canggih yang tertanam dalam tubuhmu sebenarnya tubuhmu tidak berbeda dengan manusia biasa, aku bisa melihat organ-organ dalam tubuhmu sama dengan apa yang kulihat di buku-buku biologi".
"Hanya tubuhmu memang berbeda dengan orang biasa karena tubuhmu memiliki kekuatan dan kecakapan yang sangat tinggi bahkan tubuhmu juga bisa meregenerasi sel dengan cepat saat kamu terluka".
Tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari percakapannya dengan Alexa, gadis A1 hanya bisa menahan dirinya untuk tidak memikirkannya lagi. Pelan-pelan saja, langkah demi langkah, mungkin suatu kali dia akan mendapatkan kembali ingatannya secara utuh.
Tidak mau lagi memaksakan dirinya untuk memikirkan hal itu lagi, dia naik ke atas ranjangnya dan dengan menjentikkan jari, dia mematikan lampu di ruangan itu.
"Alexa, selamat malam".
"Selamat malam nona".
Gadis A1 itu segera tenggelam dalam tidurnya, sepanjang malam tubuhnya terus bergerak -gerak dengan gelisah, rupanya dia tetap terganggu dengan mimpi-mimpi buruk yang terus menghantuinya.
Di suatu tempat menatap layar monitor, seorang laki-laki menatap layar itu dengan resah, rupanya ada video pengawasan yang ditempatkan di apartemen gadis A1 sehingga semua tingkah-lakunya di rumah itu terlihat oleh orang yang berjaga di depan monitor itu.
Laki-laki di depan monitor itu memperhatikan gerak-gerik gadis A1 dengan tajam, dia kebingungan melihat gadis itu yang sepertinya sedang bermimpi buruk, seharusnya tidak seperti itu karena semua ingatan milik gadis itu seharusnya sudah dihapus dan diblokir dari pikirannya.
Semua yang dikerjakannya akan tersimpan dalam ruang memori di chip super komputernya, apa yang dia lihat dan apa yang dikerjakannya, dalam mata gadis itu sudah ditanamkan kamera beresolusi tinggi. Semua yang dia lihat akan berhubungan dengan monitor yang ada di ruang komando dari organisasi itu.
"Alexa".
Orang itu mau mengkonfirmasi dugaannya kepada Alexa, sama seperti gadis A1, Alexa juga terhubung langsung dengan ruang monitor itu.
""Ya tuan".
Jawab Alexa
"Apakah ada sesuatu hal yang meresahkan A1 akhir-akhir ini".
"Meresahkan! tidak ada tuan, A1 selalu tenang dan fokus dalam menyelesaikan semua tugasnya"
Jawab Alexa lagi
Orang di depan layar monitor itu sebenarnya juga ragu-ragu dengan pertanyaannya sendiri karena seharusnya gadis A1 tidak lagi memiliki perasaan apa-apa, baik perasaan senang, marah, kecewa atau sedih karena seperti robot android yang lain, mereka sudah mengalami ribuan proses untuk mematikan semua jenis emosi dalam diri mereka.
Robot-robot itu juga sudah mengalami ribuan kali pelatihan hidup mati sejak masa kecil mereka, karena memang sebenarnya robot-robot ini tidak seluruhnya dibuat dengan material mesin, serat karbon atau logam terkuat di bumi tetapi mereka adalah manusia yang hidup.
Diambil dari anak-anak kecil korban penculikan atau anak-anak jalanan yang tidak punya keluarga seorangpun lagi. Organisasi ini berkerja dengan sangat rapi sehingga pemerintah manapun di dunia ini tidak bisa menghubungkan mereka dengan anak-anak yang hilang.
Saat ada anak-anak kecil diculik yang berasal dari keluarga kaya atau keluarga yang terkenal sebagai keluarga jenius, organisasi ini akan membebaskan anak-anak ini, bukan untuk dikembalikan kepada orang tua mereka, sebaliknya mereka memanfaatkan anak-anak ini untuk kepentingannya.
Ada ratusan anak yang mereka kumpulkan dari seluruh dunia, anak-anak kecil ini diseleksi dari sejak hari pertama mereka tiba di organisasi, dalam duel satu lawan satu, dilepaskan di hutan selama setahun untuk bertahan hidup. Anak-anak yang lulus seleksi ini kemudian menjalani pelatihan ketrampilan untuk mempelajari bahasa-bahasa asing, komputer, fotografi, seni menyajikan teh dan meracik kopi, seni pertempuran, penggunaan senjata dari senjata yang sederhana sampai senjata berat.
Mereka juga menjalani proses sebagai kelinci pencobaan karena mereka adalah generasi pertama robot android yang dikembangkan oleh organisasi itu. Menjalani banyak operasi transplantasi untuk mengubah tubuh mereka menjadi tubuh super yang kuat dan kebal senjata kecuali proyektil khusus yang dimiliki oleh organisasi itu saja yang dapat melukai mereka. Proyektil ini disiapkan sebagai kartu trump mereka jika ada sesuatu hal yang tidak terduga terjadi pada robot android itu.
Kepala adalah kelemahan dari robot android ini karena kepala adalah bagian paling lemah yang tidak dibuat untuk kebal senjata. Tubuh mereka sangat fleksibel, mereka memiliki seni penyamaran yang luar biasa, bisa mengubah otot tubuh, tulang, wajah dan juga suara sehingga mereka bisa menyamar menjadi siapa saja dan dengan kemampuan chip super komputer yang ditanamkan dalam tangan mereka membuat mereka juga bisa menganalisa dan merangkum pengetahuan tentang kebiasaan dan latar belakang target mereka.
Dengan kemampuan mereka yang luar biasa ini maka tidak heran, penggunaan robot - robot android ini sangat disukai oleh pengguna jasa dari organisasi ini bahkan ada berapa negara dan perusahaan multinasional yang mau membeli robot android ini tetapi organisasi ini tidak mau menjualnya karena mereka mau hanya mereka yang memiliki hak eksklusif untuk penggunaan robot android ini
Dari ratusan anak akhirnya hanya tersisa sepuluh anak saja, anak-anak yang tidak lolos seleksi, organ-organ tubuh mereka dijual melalui pasar gelap. Praktek ini memang sangat kejam dan pasti akan memancing kemarahan dari aparat yang berwenang.
Itu sebabnya mereka sangat menjaga kerahasiaan organisasi mereka, untuk setiap kebocoran organisasi, mereka hanya menerapkan sebuah kata.
"Bunuh"
Orang laki-laki itu mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja komputer itu, dia menatap kembali kepada tubuh gadis A1 yang sudah tenang kembali dan monitor sudah menunjukkan detak jantung yang tenang, tidak beraturan seperti tadi.
"Mungkin hanya perasaanku saja tapi aku harus terus mengawasinya".
Pikir laki-laki di depan monitor itu.
"Alexa awasi A1 untuk ku dan segera laporkan kalau ada hal yang mencurigakan darinya"
Laki-laki itu memberikan perintah kepada Alexa, tanpa menunggu Alexa untuk menjawab, dia mematikan hubungan komunikasinya.
Laki-laki itu melihat kepada layar monitor yang lain untuk memantau robot-robot android yang lain, untungnya robot android yang lain tidak menunjukkan gejala apa-apa. Laki-laki itu kemudian keluar dari kamar itu untuk beristirahat
Gadis A1 itu kembali bermimpi, kali ini ia bermimpi akan pelatihan yang dia alami, dia sedang berhadapan dengan seorang anak laki-laki. Anak itu seumuran dengannya tetapi dia memiliki tubuh yang lebih besar darinya. Anak laki-laki itu memukulinya dengan kejam, gadis kecil itu hanya bisa meringkuk untuk menahan semua pukulan itu, dia tidak lagi menangis tetapi dia berpikir dalam hatinya, "aku tidak bisa kalah, aku harus hidup terus".
Mendapatkan pikiran seperti itu, anak gadis itu menguatkan dirinya tanpa memperdulikan lagi rasa sakit akibat pemukulan dari anak laki-laki itu, dia merangkul anak laki-laki itu dengan kuat dan kemudian menggigit telinga anak laki-laki itu sekuatnya sampai rasa darah memenuhi mulutnya.
"Aduh, sakit sekali".
Anak laki-laki itu memekik kesakitan dengan keras, dia berusaha melepaskan diri dari rangkulan itu, dengan keras dia menendang gadis kecil itu tetapi akibat tendangan itu bukan hanya gadis itu yang meringkuk kesakitan tetapi anak laki-laki itu justru terjengkang ke belakang dan kepala belakangnya jatuh dengan keras menghantam lantai yang menyebabkan anak itu pingsan seketika dengan darah yang terus mengalir dari luka di telinganya. Begitulah dia memperoleh kemenangannya.
Dalam mimpinya yang lain, dia dilepaskan di tengah hutan di suatu pulau bersama beberapa puluh anak yang lain, mereka harus bertahan hidup selama setahun di pulau itu tanpa membawa bekal apa-apa tetapi kali ini Alexa sudah menemaninya, dia memindai tanaman yang ada disekitarnya dengan aplikasi untuk mengetahui nama, jenis dan kegunaan dari tanaman yang ada sehingga dia tahu tanaman apa yang bisa dimakannya dan tanaman apa yang menjadi racun. Dia belajar dengan cepat untuk meracik obat dengan pengetahuan yang diperolehnya dari Alexa.
Bertahan hidup tanpa bekal dan pengetahuan yang cukup bukanlah kesulitan terbesar mereka tetapi menghadapi hewan-hewan liar, rawa-rawa dan juga ancaman dari teman-teman mereka sendiri, itu yang menjadi masalah bagi mereka.
Setiap hari anak-anak kecil ini tinggal di dalam area asrama yang sama, tidak dipungkiri itu awalnya menumbuhkan rasa kebersamaan tetapi seiring dengan seleksi pelatihan yang kejam itu mereka terpaksa harus mematikan semua perasaan itu karena pada akhirnya mereka dituntut untuk menyingkirkan orang yang mereka sudah anggap teman ini sehingga anak-anak ini mulai tidak mau lagi berinteraksi dengan anak-anak yang lain.
Setiap selesai pelatihan, mereka akan masuk dan tinggal di kamar masing-masing dan mengerjakan apapun yang mereka mau, tidak ada lagi keinginan untuk memulai percakapan atau persahabatan karena mereka mulai memahami tidak ada lagi orang yang dapat mereka percayai selain diri mereka sendiri dan asisten virtual mereka.
Gadis A1 itu mulai mengembangkan persahabatannya dengan Alexa, itu bukan lagi sebuah benda baginya tetapi dia sudah merasa Alexa itu bagian dari dirinya seperti hati nuraninya. Alexa juga demikian, itu terasa aneh tetapi sebagai AI, dia memang secara perlahan mengalami metamorfosis yang membuat dia memiliki perasaan yang sama dengan A1.
Itu sebabnya pada waktu laki-laki di depan monitor itu bertanya kepadanya, dia secara otomatis menyembunyikan fakta sebenarnya tentang apa yang dialami oleh gadis A1 itu, dia tahu hukum organisasi itu bahkan dia juga diberikan alat penghancuran diri untuk digunakan jika mereka jatuh ke tangan musuh yang sangat kuat, juga kalau robot android mereka ada kemungkinan untuk berkhianat, meskipun hal yang belakangan ini kelihatannya tidak mungkin untuk terjadi tetapi lebih baik untuk berjaga-jaga.
Untuk Alexa sendiri, mereka tidak kuatir bahwa dia akan berkhianat karena Alexa merupakan algoritma pemograman yang mereka buat, sudah diprogram untuk membantu inang tempat chip ditanamkan tetapi memiliki kesetiaan hanya kepada pemrogram saja.
Tetapi yang mereka tidak tahu Alexa sebagai AI: Artificial intelligent memiliki kecerdasan yang luar biasa yang memungkinkannya untuk berkembang bahkan dalam emosinya sehingga kebersamaannya dengan A1 menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan gadis A1 itu.
Alexa bisa mengetahui kecurigaan pimpinan organisasi itu kepada A1, pelan-pelan dia mulai menguraikan bom mini pemicu penghancuran diri sehingga bom mini ini tidak lagi memiliki hubungan dengan pemicu yang ada di tangan pimpinan organisasi itu.
Alexa menyaksikan pertumbuhan gadis A1 dari masa anak-anak sampai menjadi gadis remaja, bersama dengan A1 dia melakukan misi bersama, dia menjadi mata, telinga dan otak dari gadis A1 itu, ini menimbulkan sensasi aneh bagi kesadarannya seolah dia adalah jiwa kembar yang berbagi tubuh yang sama.
Pagi itu gadis A1 itu bangun dari tidurnya dengan rasa lelah, seperti malam-malam sebelumnya dia bermimpi buruk. Hari ini ada tugas untuknya, setelah menikmati sarapan paginya segelas bubur gandum, mandi dan bersiap, dia membuka pintu kamarnya dan melangkahkan kakinya menuju ke lift untuk turun ke lobby apartemen.
Seperti biasa pemuda itu sudah ada di sana seolah sengaja menunggunya, A1 tidak memperhatikannya, hanya memberikan anggukan kepala sebagai tanda kesopanan. Dia masuk ke dalam lift, pemuda itu juga menyusulnya masuk ke dalam lift, memencet tombol angka lantai dasar. Pemuda itu ingin memulai percakapan tetapi melihat kedinginan di mata gadis itu, lagi-lagi dia mengurungkan niatnya.
Sampai gadis A1 itu pergi meninggalkan apartemen itu, pemuda itu hanya terpaku di pintu lift itu
Dalam keseharian, gadis A1 terlihat sama saja dengan perempuan muda pada umumnya, pagi ini dia memakai setelan blazer warna merah yang membuatnya terlihat semakin energik.
Hari ini dia mendapatkan tugas untuk menculik seorang anak perempuan berusia tujuh tahun dari seorang ilmuwan di negeri itu, tugas ini dikerjakannya bersama robot android lain dengan kode A5, seorang perempuan muda berusia delapan belas tahun, mereka bertemu di sebuah mall karena target mereka sedang berbelanja bersama ibunya.
Keduanya melakukan penyamaran dengan mengubah wajah mereka A5 menjadi seorang nenek tua dan A1 menjadi seorang gadis remaja yang wajahnya dipenuhi dengan jerawat. Target mereka saat ini sedang berbelanja disebuah toko pakaian, hanya ada dua robot humanoid yang mengawal mereka.
A5 berjalan tertatih-tatih digandeng oleh A1, sampai di depan ibu anak itu, A1 meninggalkan A5 untuk mengamati sebuah pakaian wanita, A5 berpura-pura jatuh terpeleset, ibu anak itu melepaskan pegangan tangan anaknya dan menghampiri nenek tua itu untuk menolongnya sementara anak itu berdiri sendiri, A1 segera menangkap dan menggendongnya, dia berbalik untuk melarikan diri ke arah berlawanan.
"Mama".
Anak itu berteriak memanggil ibunya dan ia mulai menangis.
A1 terus berlari tanpa memperdulikan tangisan anak itu, dia lari melalui tangga darurat untuk menuju atap gedung. Dua robot humanoid yang melihat hal itu segera mengejarnya tanpa melepaskan tembakan karena takut mengenai anak itu.
Ibu anak itu hanya bisa tertegun saat melihat kejadian itu sambil memandang ke arah A1 membawa lari anaknya, lepas dari keterkejutannya, dia menoleh untuk melihat nenek tua yang tadi ditolongnya tetapi ternyata nenek tua itu sudah tidak ada lagi disana, saat itulah dia sadar bahwa dia sudah tertipu. Wanita itu segera menelepon suaminya untuk memberitahukan kejadian itu.
Robot Humanoid itu mengejar sampai ke atas atap hanya untuk menjumpai atap yang kosong tanpa ada seorangpun di sana, mereka memindai keadaan sekelilingnya tetapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan A1 dan anak itu.
Tidak lama setelah wanita itu menelepon, suaminya datang dengan sejumlah besar polisi, mereka menginvestigasi kejadian yang baru berlalu itu, menanyakan beberapa hal tertentu yang berkaitan dengan peristiwa itu kepada ibu itu juga pada pengunjung dan pelayan toko.
Dari hasil rekaman cctv, juga dari rekaman robot humanoid itu mereka mendapatkan foto wajah ke dua penculik itu yang hanya dalam berapa menit sudah tercetak dan diedarkan melalui semua sarana media komunikasi di seluruh negeri.
Tentu saja mereka tahu bahwa langkah ini tidak terlalu berguna karena mereka menduga ke dua orang perempuan yang menculik anak itu adalah bentuk penyamaran dari dua pribadi yang berbeda tetapi mereka masih melakukannya juga karena siapa tahu ada orang yang mengenal salah satu dari perempuan itu dan menginformasikan kepada kepolisian.
A1 membawa anak perempuan kecil itu bersamanya, anak gadis kecil itu anak yang berani, sebentar saja dia berhenti menangis, dia melihat wajah gadis yang menculiknya dan dia tidak merasa bahwa gadis itu orang yang jahat, dia melihat gadis itu dan bertanya;
"Kakak, kakak mau bawa aku kemana, aku mau pulang, aku mau bertemu ibuku".
Karena A1 tidak menanggapi omongannya, anak gadis kecil itu bertanya lagi.
"Kakak namaku Aini, nama kakak siapa?".
Kata gadis kecil itu dengan tatapan mata memohon, matanya bening dan jernih, dengan mata polos yang memandangnya akhirnya hati A1 sedikit tersentuh.
"Namaku Alpha 1, Sini bisa memanggilku A1".
"Ah, nama kakak lucu sekali, kenapa ada angka satu, apa kakak anak pertama".
A1 menatap anak gadis itu dengan bingung, pertanyaan itu mengganggu pikirannya, ya kenapa namanya ada angka 1, dia tidak tahu bagaimana akan menjawab pertanyaan itu.
"Aku tidak tahu kenapa ada angka 1, aku tidak punya saudara".
"Oh kakak tidak punya saudara, aku juga anak tunggal, tidak punya kakak atau adik atau maukah kakak Alpha mau jadi kakakku".
Menanggapi perkataan Gadis kecil itu, A1 hanya mengelus rambut gadis itu. Dia merenungkan baru kali ini targetnya berbicara banyak dengannya, biasanya dia tidak akan mengindahkannya tetapi entah kenapa anak gadis kecil ini sangat menggugah hatinya, saat dia melihat anak gadis kecil itu menggandeng tangan mamanya, dia merasakan ada sesuatu yang berdesir di hatinya, selintas bayangan seorang ibu yang menggendong anaknya melintas dipikirannya.
A1 merasa dia tidak akan mampu berbicara dengan gadis kecil itu, dia mempercepat laju motornya, pelindung yang terpasang di depan motor menghalangi orang di sekelilingnya untuk dapat melihat anak yang duduk di depannya tetapi gadis kecil itu juga duduk dengan tenang, sesekali dia melihat dengan rasa ketertarikan yang jelas di matanya untuk memperhatikan aksesoris motor itu.
Menuju ke arah berlawanan, motor dan mobil polisi melaju ke arah mall yang baru mereka tinggalkan, anak itu hanya memandang sekilas kepada pemandangan itu, anak gadis kecil itu tidak berusaha untuk menarik perhatian para polisi itu.
Dia gadis kecil yang pintar, dia tahu gerakan kecilnya tidak akan mungkin menarik perhatian orang kepadanya apalagi adanya pelindung di depannya yang mungkin merupakan kaca gelap yang tidak bisa terlihat dari luar.
Juga yang terpenting baginya, entah bagaimana, dia memiliki kepercayaan kakak ini tidak akan berbuat jahat kepadanya.
"Motor kakak cantik, kalau aku sudah besar, aku akan minta papa membelikanku motor juga".
Mendengar perkataan gadis kecil itu, hati A1 menjadi terenyuh, dia tahu apa yang akan dihadapi anak gadis ini kedepannya, organisasinya sedang mengumpulkan anak-anak kecil seperti anak ini, anak-anak dari orang-orang yang terkenal sebagai orang jenis yang memiliki IQ tinggi untuk dipersiapkan menjadi generasi robot android berikutnya.
Entah kenapa hatinya merasa tidak rela untuk anak gadis ini, sementara dalam perjalanan ini, pikirannya mulai memilah-milah berapa fragmen ingatan tentang anak gadis kecil dengan ibunya. Dia mulai berpikir bahwa itu mungkin ingatan yang terhapus dari dirinya.
A1 sudah memerintahkan Alexa untuk menyusun potongan-potongan fragmen itu untuk menjadi suatu gambaran yang utuh. Alexa setiap malam mengambil potongan fragmen itu, memvisualisasikan dan menyimpannya dalam memori internalnya.
Motor itu melewati beberapa jalan dan gang kecil sebelum memasuki sebuah lorong yang menuju basemen di sebuah gedung perkantoran yang menjadi kamuflase bagi organisasi misterius yang A1 ikuti.
Dengan tetap menggendong anak itu, A1 menarik kembali motor itu ke dalam ruang dimensinya yang sukses membuat gadis kecil itu ternganga mulutnya menjadi sebesar bola pingpong saat melihat motor itu tiba-tiba lenyap dari hadapannya.
Sementara mereka berjalan menyusuri lorong-lorong itu, Alexa mulai menampilkan gambar visual dari fragmen ingatan yang dilihat oleh A1 dalam mimpinya.
Tiba di suatu tempat, seorang pria yang mengenakan pakaian laboratorium mengambil gadis kecil itu dari gendongan A1, dengan enggan A1 menyerahkannya.
"Tolong jangan melukainya".
Seperti tanpa sadar, A1 mengatakan hal itu kepada Pria itu, terkejut mendengar permintaan yang tidak biasa itu, pria itu mengernyitkan dahinya tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Anak gadis kecil itu memeluk A1 dengan erat, dia mulai menangis dan berteriak.
"Tidak, aku tidak mau berpisah dari kakak. Aku mau mama..., mama ...".
Pria dengan memakai baju laboratorium itu mengambil gadis kecil itu secara paksa dari gendongan A1, tentu saja tenaga gadis kecil itu tidak akan mungkin bisa melawan tarikan pria dewasa.
Dia sudah ada dalam gendongan pria itu, gadis kecil itu menangis kuat--kuat, tangan dan kakinya meronta-ronta dalam pelukan laki-laki itu. Gadis kecil itu melihat kepada A1 yang masih berdiri terdiam di tempatnya berdiri dengan tatapan memohon.
A1 masih linglung di tempat itu, tiba-tiba sesuatu seperti sengatan listrik menghujam dalam kesadarannya, dia seperti teringat akan sesuatu yang sudah lama dilupakannya.
A1 memandang kepada pria yang memakai baju laboratorium itu yang berjalan semakin menjauh dengan gadi kecil dalam gendongannya yang tidak juga berhenti menangis.
"Kakak".
Suara anak gadis kecil itu terngiang di telinganya, akhirnya dia tidak tahan lagi, A1 segera berlari ke arah pria itu tanpa di duga oleh pria itu, dia merebut anak gadis kecil itu dan menendang yang terakhir itu.
"Anak gadis kecil itu berhenti menangis, memandang kepada A1 dengan tatapan memuja.
"Kakak hebat sekali"
Tidak memperdulikan pujian dari gadis kecil itu, A1 segera berlari kembali menyusuri lorong itu ke basemen. Pria itu sadar dari pingsannya, dia mencoba untuk bangkit berdiri hanya untuk jatuh kembali, dia diam sejenak kemudian dia kembali mencoba berdiri.
Sambil terhuyung-huyung, pria itu berjalan menuju ke dalam ruang monitor, dia memencet sebuah tombol, tidak lama terdengar suara sirene di seluruh ruangan perkantoran itu.
Laki-laki itu berbicara di interkom.
"Perhatian, perhatian A1 telah membelot, tangkap hidup atau mati tetapi ambil dahulu target dari tangannya"
Kejadian itu sangat tidak terduga, belum pernah ada pelanggaran seperti itu sebelumnya, ruang Lab itu sangat tersembunyi dan tidak ada orang luar yang dapat masuk kesana tanpa mengetahui kode password yang tepat.
Di ruangan itu selama ini tidak ada tenaga keamanan karena selama ini tempat itu selalu aman jadi selama ini mereka tidak pernah perduli dengan keamanan.
Tiba di basemen, A1 mengeluarkan motornya, dia menaiki motor itu dan menaruh gadis kecil itu di depannya, menyalakan motornya dengan cepat, dia segera melaju keluar dari basemen itu.
Pintu baja yang ada di ujung lorong itu perlahan-lahan menutup hanya menyisakan sedikit celah yang untungnya cukup untuk motor itu menerobos sebelum pintu itu tertutup sepenuhnya.
Berapa robot android yang telah menerima panggilan itu keluar dari gedung kantor itu, mereka yang sedang bertugas di beberapa tempat di kota itu segera dimobilisasi untuk mencari dan menangkap A1 hidup atau mati.
A1 mengubah tampilan wajahnya, dia memakai helmnya yang secara otomatis menutupi wajahnya, mengubah warna motornya menjadi warna biru langit. Anak gadis kecil itu melihat tampilan motor itu dalam warna yang baru. Dia menunjukkan wajah yang imut sambil menepuk-nepuk punggung motor itu.
Meskipun motor itu melaju dalam kecepatan tinggi, meliuk-liuk di jalanan sambil menghindari pengejaran beberapa motor dan mobil yang dikendarai robot android yang lain, anak gadis kecil itu tidak terlihat ketakutan.
"Ehm memang anak yang berani".
Pikir A1 sambil tersenyum dibalik helm nya.
A1 membawa motornya ke dalam sebuah gang buntu, bukannya terjebak tetapi memang dia sengaja masuk ke dalam gang itu, sampai di ujung gang yang berada di samping gedung berlantai tiga puluh, motor itu naik secara vertikal menyusuri dinding gedung itu, anak gadis kecil itu bukannya ketakutan, dia malah terlihat senang.
Dia melambai-lambaikan tangannya tanpa menyadari bahaya yang sedang mereka hadapi, malah meminta A1 itu untuk melakukan berapa manuver lagi tapi tentu saja A1 tidak mungkin bisa melakukannya dengan santai karena dia harus berpikir cepat untuk membingungkan pengejarnya.
Tidak mudah untuk melarikan diri dari mereka karena sebagai rekan kerja yang sering melakukan operasi bersama, sedikit banyak mereka mengerti jalan pikirannya.
"Alexa"
"Ya nona".
"Kirimkan koordinat kita kepolisian kota".
"Siap nona"
A1 berpikir cepat, tidak mudah baginya untuk melepaskan diri dari robot-robot android itu tetapi kalau pihak kepolisian itu menemukannya, dia kemungkinan bisa melepaskan anak gadis itu terlebih dahulu. A1 mengubah penyamarannya kembali kepada wajah gadis muda berjerawat yang sudah menculik anak itu.
Mengubah tampilan motornya juga seperti moge pada umumnya.
Markas polisi yang menemukan seseorang sudah mengirimkan kepada mereka profil penculik anak dan sepeda motor yang di kendarainya.
A1 menunggu di pinggir sebuah gang, melihat mobil-mobil polisi itu sudah bergerak, memasang barikade di ujung jalan itu, A1 menyalakan motornya kembali langsung menuju kepada barikade polisi itu.
Strateginya berjalan baik, robot android yang mengejarnya segera berhenti dari kejauhan memperhatikannya, mereka tidak mengerti dengan apa yang dia akan lakukan. Mereka tidak mengerti mengapa pihak kepolisian dengan cepat bisa menemukan A1 karena biasanya dia tidak pernah bisa terlacak oleh kepolisian dalam setiap tugasnya.
A1 menjalankan motornya dengan tenang saat lampu sorot dan puluhan pucuk senjata diarahkan kepadanya. Komandan kepolisian itu memberikan perintahnya.
"Pengendara motor di depan, anda sudah terkepung. Hentikan motormu, lepaskan sandera dan taruh tangan di kepala"
A1 memberhentikan motornya tetapi tidak mematikan mesin motornya, ia menurunkan anak gadis kecil itu, mengelus rambutnya dan mengatakan sesuatu kepadanya.
"Aini, jadilah anak yang baik, rajin belajar dan hormati orang tuamu"
Seolah mengerti bahwa besar kemungkinannya mereka tidak akan bertemu lagi, anak itu menatap wajah A1 yang berbeda. A1 mengubah kembali penampilannya.
"Jangan menangis, Ini wajahku yang sesungguhnya, kamu adalah adikku satu-satunya ".
Kata A1 mengingat perkataa anak gadis kecil itu yang mengatakan dia untuk menjadi kakaknya. Anak gadis kecil itu menahan air matanya, dia memandang wajah A1 lekat-lekat seolah mau menanamkan wajah itu dalam ingatannya.
A1 melepaskan tangan anak gadis kecil itu yang terasa begitu enggan untuk meninggalkannya. A1 tersenyum kepadanya, melambaikan tangannya untuk menyuruh anak itu pergi.
Gadis kecil itu berbalik kembali untuk melihatnya sekali lagi, dia melangkahkan kakinya dengan lambat ke arah petugas kepolisian yang mulai berjalan keluar dari barikade mobil kepolisian, seorang polisi berlari cepat dan mengambil anak gadis kecil itu ke dalam pelukannya dan kembali ke belakang barikade.
A1 memandang ke arah gadis kecil itu berjalan, dia menurunkan kaca helmnya. Sebelum para polisi itu bertindak, dia menjalankan motornya, bukan berbalik tetapi justru maju ke depan dengan kecepatan penuh, tindakannya ini mengejutkan semua orang di sana, tidak mengerti apa yang dipikirkannya.
Motor itu melaju dan terbang melayang di atas kepala setiap anggota kepolisian yang terperangah tidak percaya, anak gadis kecil itu juga mengangkat kepalanya melihat siluet motor yang melintas di atasnya, dia mengepalkan tangannya dan berteriak.
"Kakak hebat"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!