“Skalova Holdings Company akan merayakan anniversary yang ke-27 tahun di aula Skalova Hotel pada malam ini! Sederet jajaran orang terkenal turut hadir seperti penemu mesin terbang yakni Exvo Collambs juga penemu obat anti menua yaitu Laxander Aquarius. Apakah pemilik SHC yaitu Sir Aarav Skalov akan memimpin acara secara langsung?”
Aarav Skalov, pria yang melempar televisi 30 inch menggunakan gelas wine sehingga pecah berkeping-keping itu dalam keadaan begitu murka ketika namanya dijadikan headline utama news siaran televisi siang ini.
“Sir, tenangkan diri Anda,” kata seseorang yang berdiri di belakangnya, Morevo Alcheve. CEO boneka dari SHC.
Aarav menggeram, dia mengembalikan tubuhnya dan menatap Morevo tajam. “Kau senang?!” tanyanya sinis.
Morevo tidak gemetar apalagi gugup. Dia bahkan membalas tatapan datar Aarav dan tidak menjawab apa pun.
“Kau senang jika aku diejek oleh stasiun televisi milikku sendiri, huh?!” Aarav berteriak murka, urat-urat wajahnya menegang.
“Saya akan memecat mereka yang berkontribusi dalam berita ini, Sir.” Morevo membungkukkan tubuhnya 180° lalu pergi dari hadapan Aarav.
Aarav menggeram bagikan singa dan kembali duduk di sofa seharga jutaan dollar tersebut. “Hei, Pelayan!” Dia hanya memanggil satu orang, tetapi deretan pelayan di mansionnya segera datang.
“Kau tuli? Aku hanya memanggil pelayan yang berarti hanya satu orang, bukan satu kota!” teriak Aarav semakin murka. Matanya kian tajam saat melihat puluhan wanita memakai seragam yang sama itu panik.
“Sudahlah! Cepat ambilkan aku tisu!” ketusnya.
Kepala Pelayan maju untuk mengambilkan tisu yang terletak di sebelah televisi dan hanya berjarak beberapa langkah saja.
Namun, kaki Aarav begitu berharga untuk dipakai berjalan. Terkadang dia masuk ke dalam kamarnya pun menggunakan kursi roda.
Inilah Aarav, pewaris utama Skalova Holdings Company atau SHC. Penguasa Milan dan menjadi perusahaan disegani oleh seluruh dunia. Si pemalas dan pemarah yang tidak menyukai mengeluarkan tenaga.
“Ingat baik-baik kalimatku! Kalian dibayar untuk melayaniku. Jadi, jangan membuatku murka atau kalian dipecat dan diusir dari Milan!”
***
“Dokter Oxanna, ini hasil dari Radiologi. Hanya gila darah sewaktu (GDS) yang tinggi, dok. Memasuki angka 350 mg/dL.”
Oxanna, dokter Neurologi yang tidak hanya genius tetapi juga memiliki paras menawan. Dia berhasil menjadi icon dari Skalova Medical Center sejak beberapa tahun lalu.
“CT Scan?” tanya Oxanna.
“Tidak ada akibat dari benturan yang dialami pasien saat terjatuh dari lantai dua, dok. Tidak ada penggumpalan darah atau keretakan tulang tengkorak.”
Oxanna mengangguk paham. “Oke, panggil dokter Penyakit Dalam untuk menanganinya atau pindahkan saja jika ada kamar kosong di departemen PD,” perintahnya.
“Baik, dok!” ujar sangat perawat, lalu pamit dari sana.
Jam kerja Oxanna telah habis, dia akan meninggalkan rumah sakit sebelum ada seseorang yang mengunjunginya. Utusan dari kantor pusat, mereka mengundangnya untuk hadir di acara Anniversary.
Senyuman liciknya mengembang. Oxanna mengirimkan kabar tersebut kepada seseorang yang diberi nama ‘Kardiocy’ pada ponselnya.
Dia hanya memiliki waktu dua jam, maka dari itu Oxanna bergegas menuju salon untuk berhias. Dia akan tampil menawan. Hingga dua jam berlalu, dia telah siap dan baru saja sampai di lobby Skalova Hotel. Dia segera masuk. Tujuan utamanya yaitu mencari pemilik dari SHC.
Dengan percaya diri, Oxanna menyapa Aarav. “Hai, Sir. Bagaimana kabar Anda?” sapanya.
Aarav mengembangkan senyuman. “Hello, dokter Oxanna. Kau datang?”
Dia tidak menjawab dan menerima uluran gelas dari Aarav. “Yeah. Cheers?”
Ting!
Mereka terus minum bahkan acara belum mulai. Gelas kedua hingga lima botol telah habis. Aarav pun melewatkan penyambutan dan sibuk dengan Oxanna.
“Pindah ke kamar, Sir?” bisik Oxanna menyeringai.
“Sure ….” Aarav menjawab dengan racauan.
Oxanna segera membawa Aarav menuju lantai paling atas. Penthouse milik pria itu.
***
Oxanna telah berganti pakaian yang menutupi seluruh dirinya dan juga memakai topeng. Misinya hari ini adalah melenyapkan Aarav Skalov. Sumber dari penderitaannya selama ini. Dia menyeringai melihat Aarav yang terbaring tak berdaya di atas ranjang. Dengan angkuh, Oxanna mendekat.
“Kau akan tamat,” bisiknya kemudian mengeluarkan sebilah pisau dari balik jaket. Namun, dia belum ingin mengakhiri permainan begitu saja.
“Kau tampan tapi sayangnya pemalas! Sifat burukmu itu bukan rahasia lagi. Seluruh dunia mengetahui, sangat disayangkan, bukan?” Oxanna membelai sisi wajah Aarav menggunakan mata pisau.
“Lalu, apa yang terjadi jika wajah tampanmu ini hancur ya? Apakah seluruh orang akan berterima kasih kepadaku? Haha, aku ingin mendengar itu!” Dengan lambat, Oxanna menggoreskan mata pisau di pipi Aarav hingga mengeluarkan darah.
Aarav menggeliat pelan.
“Ouh, Pangeran akan sadar,” katanya meremehkan. Kemudian, Oxanna menarik pisau tersebut lalu berdiri di sebelah Aarav. Dia tengah berancang-ancang.
“Goodbye,” bisiknya sebelum melayangkan pisau tersebut ke jantung Aarav.
Namun, hanya perlu sesenti lagi, tubuh itu berguling ke berlawanan arah. Mata Oxanna melebar melihat Aarav yang sadar.
Matanya mendelik, “Siapa kau?!” teriak Aarav.
“Sial!” Bukan Oxanna namanya jika mundur. Dia lantas bergerak maju ke arah Aarav dan mulai menyerang.
Oxanna melayangkan tusukan ke wajah Aarav yang berhasil dielak.
“Kau akan tamat!!” kata Aarav mengancam.
Dia tidak menjawab, Oxanna menendang tulang kering Aarav lalu memukul kepala bagian belakangnya.
“Ouchh!! Sial kau!” bentak Aarav.
Melihat Aarav lengah, Oxanna kembali melayangkan tusukan. Kali ini bukan di jantung, melainkan lengan dan berhasil.
“Arghhh ….”
Sebagai salam terakhir, Oxanna menendang rahang Aarav sampai pingsan. Seharusnya dia kabur setelah melakukan itu, tetapi tidak.
Oxanna masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaian lalu melempar pakaiannya ke luar jendela. Kemudian, dia membenturkan dahinya sendiri ke dinding hingga pingsan.
Apa dia bodoh? Oh tidak, ini strategi terakhirnya.
***
Berita mengenai Aarav dan Oxanna menjadi trending topik di seluruh dunia. Banyak detektif dadakan yang berusaha memecahkan misteri itu sebab Morevo membayar $1.000.000 bagi yang menemukan sang pembunuh. Aarav telah dirawat di SMC di kamar VVIP. Sedangkan Oxanna pada kamar biasa.
Plak!
Kepala Oxanna terhempas ke kiri saat tamparan panas dan begitu kuat itu.
“Kau bodoh, atau terpanah dengan ketampanan Aarav?!”
“Tidak, Sir,” jawab Oxanna bergetar. Bibirnya sampai sobek karenanya.
“Kau ingin mati, huh? Baiklah, akan aku kabulkan!” Pria itu mencekik leher Oxanna dengan emosi. Pria yang diberi nama kontak Kardiocy.
“M-maafkan a-aku S-sir …,” lirih Oxanna dengan wajah memerah dan hampir kehabisan napas.
Kardiocy melepaskan cengkraman itu dan menghempaskan tubuh Oxanna ke lantai. Jika terlambat satu detik, maka nyawa Oxanna telah lewat.
“Akan kuberi kesempatan malam ini, lenyapkan dia atau kau yang akan dilenyapkan,” ancam Kardiocy kemudian pergi dari ruangan rawat Oxanna.
Oxanna menarik napas rakus. Dia memukul-mukul dadanya yang kehilangan oksigen. Dia menatap pintu dengan tajam. Kedua tangannya mengepal erat. Dia tidak emosi karena telah diperlakukan kasar melainkan memikirkan bagaimana kondisi Ivgor saat ini.
Kondisi telah mati atau masih hidup. Jika masih bernapas, maka dia akan melenyapkannya nanti malam.
“Sialan … apakah Aarav mengetahui jika aku pembunuh itu?”
“CCTV pada ponsel anda merekam semua tindakan yang dilakukan oleh pembunuh bayaran itu … Oxanna, Sir.” Morevo memberitahu setelah rekaman kamar tidur tempat kejadian perkara selesai di putar.
Aarav menatap ke arah iPad yang tengah menampilkan rekaman video Oxanna sedang berganti pakaian. Seringai sinisnya terangkat.
“Aku melihatnya, dia memiliki bokong yang padat dan sepertinya kenyal,” kata Aarav melecehkan.
Morevo menggeser durasi paling akhir, di mana Oxanna membuang pakaian yang dipakai lalu membenturkan kepalanya sendiri di dinding. "Sebagai bentuk alibi, dia melakukan hal ini, Sir."
“Hahaha, lucu! Dia tengah berpura-pura menjadi korban, huh?” Aarav tersenyum miring. Dia menghirup nikotin yang tengah dikonsumsi dengan perasaan puas.
“Menarik,” lanjut Aarav pelan. Kemudian, dia mematikan nikotin tersebut dan melipat kedua tangannya di depan dada.
“Apa yang Anda ingin lakukan pada Dokter Oxanna, Sir?” tanya Morevo memastikan tebakannya. Dia berpikir jika Aarav akan membunuh Oxanna karena telah banyak pembunuh bayaran yang mengincar nyawa pewaris SHC ini lalu berakhir di tiang gantung alun-alun kota sehingga seluruh rakyat akan melihat pelaku pembunuhan tersebut.
“Cari latar belakangnya dan culik dia ….” Kalimat Aarav menggantung. Morevo tersenyum sinis. Tebakannya benar jika—.
“Lalu, aku akan menikahinya," ujarnya kemudian.
Untuk pertama kalinya, Morevo bereaksi. Dia tersentak dan menatap Aarav terkejut. “Maksud Anda?!”
Sungguh, Morevo sangat tidak menyukai Oxanna mengingat apa yang wanita itu lakukan kepada pemimpinnya. Dan juga, dia memiliki firasat buruk jika Oxanna ada hubungannya dengan teror yang didapatkan oleh perusahaan beberapa hari belakangan ini.
Aarav melirik Morevo lalu tertawa keras. “Kau tidak percaya? Maka cepatlah siapkan pernikahan, aku akan menikahi Rubah Kecil itu,” perintahnya tak terbantahkan.
“Sir, tetapi—.” Morevo menghentikan aksi protes ketika melihat Aarav menatapnya tajam seraya berdiri dari kursi kebesarannya.
“Jangan membantah. Cepat lakukan keinginanku,” kata Aarav memotong dengan kesal.
Morevo tidak menjawab lagi, dia hanya bisa menuruti keinginan Aarav dan diam-diam akan mengawasi Oxanna. Lantas Morevo membungkukkan tubuhnya untuk pergi dari sana. Namun, ketika dia membuka pintu, sosok yang sedang dibicarakan tengah berdiri di sana, Oxanna.
“Ough ada Dokter Oxanna,” sapa Aarav antusias. Mimik wajahnya berubah 180° menjadi lebih bersahabat dan bagaikan anak kecil yang melihat mainan.
Oxanna melewati Morevo yang menatapnya tajam dan berjalan cepat menuju Aarav. “Hai, Sir. Bagaimana keadaan Anda?” tanyanya dengan nada khawatir.
Morevo menatap Oxanna dengan tatapan waspada.
Aarav tersenyum meremehkan kepada Morevo sebelum pria itu pergi dari sana. “Oh tentu baik, Dokter. Selalu baik karena melihat wajah cantikmu,” godanya mengejek.
Oxanna tidak tahu maka dari itu dia memaksakan senyuman. “Maaf jika malam itu aku pingsan lebih dulu,” ujar Oxanna berusaha merasa bersalah.
“Oh ya?” Aarav menahan senyumannya sambil berjalan mendekati Oxanna dan berhenti tepat di depan wanita tersebut.
Kemudian, Aarav mengusap kepala Oxanna berkali-kali. "Kasihan sekali kepalamu yang terbentur dengan begitu keras tadi malam. Apakah sakit, hm?" tanyanya dalam.
Oxanna mendongak sebab Aarav menjulang begitu tinggi di depannya. “Sebagai bentuk tanggung jawab, aku akan merawat Anda sampai sembuh,” lanjutnya tanpa menjawab pertanyaan Aarav.
Aarav tertawa kecil. "Yakin? Merawatku membutuhkan ekstra hati-hati yang begitu tinggi. Mungkin kau akan melewati batas kesabaran," balasnya penuh makna.
Oxanna menatap Aarav bingung. "Maksud Anda?" tanyanya.
"Baiklah, kau lulus! Kau bahkan akan merawatku seumur hidupmu,” kata Aarav penuh makna.
Oxanna tidak mengerti. Namun, tidak ingin bertanya. Dia sibuk menyusun rencana pembunuhan lainnya nanti malam. Baik Oxanna ataupun Aarav, keduanya tengah menyusun rencana pembalasan dendam.
***
Pukul 03.20 dini hari.
Oxanna telah siap memakai pakaian yang sama. Hitam dan menutupi seluruh dirinya. Dia tengah bersiap-siap menuju ruangan VVIP dan menunggu jam malam supaya pengawal Aarav bisa dikelabui.
Saat ini, dia telah berada di balik dinding kamar Aarav. Seluruh kamera CCTV di jalur yang akan dia lewati telah Oxanna matikan menggunakan alat detektor anti kamera yang diberikan oleh Kadiocy.
Tepat ketika pengawal berganti shift, Oxanna segera menyelinap menuju kamar tidur Aarav.
Ketika dia membuka pintu ruangannya, Oxanna sedikit panik karena penglihatannya tertutupi oleh kabut putih. Belum sempat dia menutupi indera penciumannya, Oxanna lebih dulu ditelan kegelapan.
Itu merupakan gas bius ciptaan SMC!
Oxanna tergeletak di atas lantai hingga seseorang muncul dari balik kegelapan untuk membawanya pergi dari sana.
***
Hal pertama yang dilihat oleh Oxanna adalah seorang pendeta. Benar-benar pendeta di gereja, padahal dia tidak memiliki kepercayaan!
Oxanna mengerjap-erjap matanya yang terasa buram. Sampai kemudian, dia mendengar lantunan lagu pernikahan disusul dengan tuntutan kalimat dari suara Aarav yang begitu dekat di telinganya.
"Saya, Aarav Skalov, berjanji akan menjaga pasangan saya dalam keadaan apapun. Berbagi suka dan duka, susah maupun senang, sehat maupun sakit."
Kali ini, pendengaran Oxanna tidak salah. Matanya terbuka sepenuhnya. Dengan jelas, dia melihat sang pendeta yang kini tersenyum lebar.
“Baiklah, acara pernikahan antara Aarav Skalov dengan Oxanna telah selesai. Kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri," kata pendeta.
Oxanna langsung tersentak, dia melebarkan matanya hingga sadar jika saat ini dia tengah duduk di sebelah Aarav dan memakai pakaian pengantin wanita berwarna putih. Dia menatap dirinya sendiri dengan perasaan marah.
“Apa ini?!” bentaknya. Oxanna menatap Aarav tajam, ketika tangannya ingin menarik kain putih di kepala, Aarav segera menghentikannya dan malah menggenggam erat tangan Oxanna.
“Hai Dok—uh, maksudku, Istriku.” Aarav tersenyum miring. Dia mengusap pipi Oxanna lembut.
“Kau … tidak! Pernikahan ini tidak sah! Aku diculik,” kata Oxanna menjerit. Ketika dia ingin berdiri, Aarav menahan menarik lengannya.
Aarav mendekatkan kepalanya ke arah Oxanna lalu berbisik, “Bukankan kah sudah aku katakan, jika kau akan merawatku seumur hidupmu? Selamat datang di Skalova Castel, My Wife.”
Ketika Oxanna kembali ingin memprotes, Aarav mendekatkan wajah mereka lalu menyatukan kedua bibir di hadapan seluruh tamu undangan yang hadir. Disusul suara tepukan tangan meriah.
Baik Oxanna maupun Aarav, keduanya tidak ada yang memejamkan mata.
Saat Aarav menjauhkan wajahnya, Oxanna mencengkram lengan pria itu erat lalu berkata, "Sialan, beraninya kau melakukan ini padaku!"
Aarav menyeringai lebar. "Aku akan menunggu bagaimana reaksimu saat mendapatkan surprise dariku," bisiknya.
Oxanna mengumpat dalam hati, dia sungguh sial karena terjebak dalam permainan Aarav dan membuat seluruh rencananya gagal.
"Sial, aku akan membunuh pria ini jika dia berani menyentuhku," batin Oxanna bersumpah.
Sedangkan Aarav, dia begitu bangga merangkul Oxanna lalu mengenalkan kepada seluruh tamu undangan yang dia undang.
Saat dia memalingkan wajah dari Aarav, Oxanna mendapati seorang pria yang tengah membuka tudung di kepala dan tengah mengawasinya dengan begitu tajam.
Dan dia adalah Kadiocy!
Tidak pernah Oxanna bayangkan jika bangun di pagi hari dalam keadaan yang begitu mengerikan. Ketika membuka mata, dia dihadapkan oleh wajah yang sialnya tampan milik Aarav tengah membaca sebuah buku.
"Sial," umpatnya spontan berdiri dari tidur.
Aarav menutup buku santai, dia menatap Oxanna dengan menyeringai lebar. "Kau sudah bangun? Bagaimana tidur tadi malam? Nyenyak sekali," balasnya mengacuhkan ketidaksukaan Oxanna.
"Kau," teriak Oxanna tertahan.
"Ada apa, Istriku?" Aarav menatapnya dengan senyuman meremehkan.
"Apa maumu, hah? Mengapa kau lakukan ini padaku?!" Oxanna berteriak murka tepat di depan wajah Aarav. Dia tidak bisa berpikir apapun saat ini mengenai alasan Aarav menikahinya dengan paksa.
Bukannya marah, Aarav malah mengusap kepala Oxanna lembut. "Kan kau sendiri yang menginginkan untuk bertanggung jawab atas diriku? Yang kumau ialah ini, kau harus berada di sisiku sebagai bentuk pertanggungjawaban," tuturnya.
"Kau sudah tidak waras lagi," desis Oxanna emosi sambil mengepalkan kedua tangannya erat.
Aarav tertawa lebar. "Ya, karenamu," balasnya.
Oxanna segera turun dari tempat tidur. Dia menarik lampu tidur di atas meja sebelah kasur dan mengacungkannya ke arah Aarav. "Aku akan membunuhmu," geramnya.
"Silakan, Baby." Bukannya takut, Aarav merentangkan kedua tangannya dan bersandar santai di dinding belakang. Dia menyeringai meremehkan ke arah Oxanna yang kian emosi melihat reaksinya.
"Aku tidak takut," katanya berteriak. Oxanna perlahan-lahan turun dari tempat tidur dengan sambil mengacungkan senjata ke arah Aarav.
"Mati kau!"
Prang!
Lampu tidur tersebut dibenturkan ke kepala Aarav dengan kuat sehingga dahinya tergores kaca dan mengeluarkan darah. Namun, Oxanna tidak peduli. Dia memanfaatkan Aarav yang lengah lalu berlari kuat menuju pintu dan pergi dari sana.
Aarav menggeram emosi. Berselang beberapa detik, pintu kamar kembali terbuka dengan Oxanna diseret oleh bodyguardnya. Dia menghampiri wanita itu dengan murka. Aarav mencium Oxanna secara paksa di depan bodyguardnya tanpa peduli jika darah mengalir di sisi-sisi wajahnya.
Oxanna melebarkan kedua mata, dia memukul-mukul tubuh Aarav kesal. "Emhh!!"
Para pengawalnya merasa tahu diri pun segera pergi dari kamar itu. Selepas kepergiannya, Aarav melepaskan tautan bibirnya dan menatap Oxanna dengan mata kian menggelap.
"Aku tidak menerima kata maaf dari seseorang yang telah melakukan kesalahan," bisik Aarav serak. Kemudian, dia merobek pakaian atas yang Oxanna kekanakan dalam sekali tarikan.
"Arghhh," teriak Oxanna terkejut. Dia segera menutupi bahunya yang telah terekspos.
Aarav tersenyum sebelah, dia mencengkram pipi Oxanna sehingga tatapan mereka beradu. "Namun, kau harus terbiasa dengan aturanku, bukan? Baiklah, ini terakhir kalinya kau dimaafkan, Baby. Jika kau mengulangi kesalahan yang sama maka aku tidak akan segan-segan memperkosa kau atau memberikan hukuman lebih berat."
***
Bertepatan dengan dokter keluar dari kamar utama Aarav, Morevo masuk sambil membawa iPad dan beberapa berkas.
"Anda terluka, Sir?" Morevo bertanya melihat perban di kepala Aarav.
"Hanya terbentur lampu, tak masalah." Aarav menjawab dengan acuh. "Bagaimana dengan perintahku? Kau telah laksanakan?"
Morevo mengangguk, dia segera mengambilkan berkas yang telah diselidiki atas perintah Aarav. "Latar belakang Nona Oxanna begitu bersih, seseorang telah menghapusnya. Dia lahir dari orang tua tanpa nama dan dibesarkan oleh panti asuhan di Berlin sejak usia 7 tahun. Nona Oxanna mahasiswa cerdas sehingga mampu meraih beasiswa dari perusahaan besar di kota tersebut, Sir."
Ya, Aarav memintanya untuk menyelidiki Oxanna.
"Di sepanjang siklus kehidupan Oxanna, ada yang begitu janggal, Sir. Sepenting apapun kegiatan yang harus dilakukan, pada tanggal 1 paruh awal tahun, dia akan kembali ke Milan dan seharian penuh berada di Rumah Duka," kata Morevo kembali menambahkan.
Sebelah alis Aarav terangkat. "Rumah duka? Bukankah dia tidak mengenali orang tuanya?"
"Tidak ada jawaban terkait orang tua Nona Oxanna," sahut Morevo.
Aarav mengangguk. "Adakah sesuatu yang penting dari hasil penyelidikanmu, Morevo?" tanyanya kesal karena informasi yang diberikan oleh Morevo tidak terlalu penting, menurutnya.
Morevo mengambil dua kertas berisikan data tabel dari Bank Milan dan menaruhnya di depan Aarav. "Selama lebih dari 20 tahun, pemilik rekening ini mengirimkan uang dengan jumlah fantastis kepada Nona Oxanna. Dan, ini bukanlah dari beasiswa perusahaan."
Aarav membaca dengan seksama bukti yang di dapatkan Morevo. Seseorang telah mengirimkan uang senilai $1.000.000 kepada akun rekening Oxanna di Berlin dan pemilik uang tersebut mengirimkannya dari Bank Milan. Dan, pengiriman uang dilakukan secara teratur tiap bulannya.
"Ke mana semua uang ini? Apakah Oxanna habiskan dalam bulan itu juga?" tanya Aarav tidak percaya.
"Sehari setelah Nona Oxanna mendapatkan uang, dia menarik semua uang di dalam rekening dan menyimpan dalam bentuk cash. Sampai saat ini, tidak ada yang mengetahui di mana Nona Oxanna menyimpan semua uang-uang tersebut," kata Morevo menjawab.
"Siapa pengirim uang ini?" Aarav kembali bertanya.
Morevo diam sesaat lalu menjawab, "Pemilik akunnya merupakan seorang nenek tua yang memiliki kedai strawberry di pinggir kota."
Aarav berpikir sebelum menyeringai lebar. "Sial, apakah mereka memiliki motif tersembunyi?" tanyanya.
Morevo tidak menjawab.
"Awasi nenek tua itu dan cari tahu siapa pengirim uang tersebut serta ke mana uang itu mengalir saat ini," perintah Aarav.
"Baik, Sir!"
***
Yang dipikirkan Oxanna saat ini ialah dia bagaikan tawanan di penjara mewah milik Aarav. Pelayan akan mengantarkan makanan serta cemilan ke dalam kamar tanpa memperbolehkannya untuk berkeliling mansion.
"Sial, apa yang harus kulakukan agar bisa kabur dari sini? Kadiocy pasti tengah murka," kata Oxanna panik.
Oxanna berjalan mengitari kamar, meraba-raba seluruh benda di dalam sana dan berharap jika ada sebuah pintu rahasia yang bisa membawanya pergi dari kamar Aarav.
Usahanya sia-sia membuat Oxanna berjalan menuju balkon. Saat memiliki niatan untuk lompat, Oxanna berpikir ratusan kali setelah melihat betapa tingginya dia saat ini. Dengan lemas, dia kembali masuk ke dalam.
Lelah tidur, Oxanna menghampiri lemari berisikan buku-buku tebal. Matanya terfokus kepada salah satu judul di punggung buku. Buku kedokteran.
"Sistem yang Melumpuhkan Saraf Manusia," kata Oxanna bergumam. Sontak, matanya melebar setelah mencerna makna dari judul tersebut.
Tanpa berpikir panjang, Oxanna menarik buku tersebut. Baru sedikit dia menariknya, Oxanna merasakan getaran bak gempa bumi di susul lemari buku yang bergeser ke samping.
"OMG," lirih Oxanna tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun, dia tidak takut melainkan bahagia karena keinginannya terwujud. Menemukan ruangan rahasia!
"Yes. Aku akan segera pergi dari penjara ini," kata Oxanna bahagia dan dia segera masuk ke dalam ruang rahasia yang gelap tersebut tanpa berpikir lagi.
Baru beberapa menit di sana, Oxanna berteriak panik dan terkejut. Lalu, keheningan menyapa. Sampai, Aarav masuk ke dalam kamar dengan wajah datar.
"Oxanna, kau menarik," ujar Aarav penuh makna sebelum masuk ke ruang rahasia tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!