NovelToon NovelToon

PENGANTIN PRIA TERKUTUK

Berawal

Di suatu pemukiman warga, di zaman yang tidak diketahui waktunya dan tentunya sangat jauh dari zaman modernisasi.

gruk......bruk.....bam......

Sirrr......brasssssss.......bam..........

Gunung merapi itu akhirnya memuntahkan laharnya berupa bebatuan dan lahar panas.

'haaaaa...........

oppung mula jadi nabolon......

bereng ma hami nadangol on......' * bahasa batak toba.*

(wahai pencipta alam semesta, lihat kami yang menderita ini).

Ujar salah seorang warga, dengan bahasa daerah yang bersujud di depan rumah nya yang berhadapan langsung ke gunung merapi yang meletus.

Sekelompok warga yang terdiri dari tujuh keluarga yang di pimpin oleh raja Huta (Pemangku adat) memilih meninggalkan pemukiman tersebut ke suatu wilayah yang terdapat sungai yang menopang kehidupan.

*pemimpin suatu daerah di tanah batak toba kuno disebut sebagai raja huta atau happung. harus laki-laki dan turun temurun, dianggap memiliki ilmu gaib atau supernatural, dan dianggap sebagai perwakilan kepada leluhur warga adat nya.

orangnya bijaksana dan dianggap tidak bercela.*

Sekelompok warga tersebut akhirnya mendiami lembah pegunungan yang terdapat sungai jernih yang dapat menopang kehidupan.

Setelah mendirikan pondok untuk berteduh, dan benar-benar menetapkan tempat tersebut sebagai tempat tinggal karena alam yang mendukung kehidupan.

Kemudian pemangku adat menikahkan putra semata wayangnya dengan salah satu gadis dari kelompok warga tersebut.

Pernikahan berdasarkan restu oppung mula jadi nabolon (restu leluhur). yang di anggap Tuhan atau Dewa, bagi kelompok warga tersebut, konon katanya hanya pemangku adat yang bisa berkomunikasi dengan leluhurnya itu.

*masyarakat batak toba memiliki kepercayaan kepada leluhur, yang disebut dengan Oppung Mula Jadi Nabolon.

Pencipta alam semesta dan jadi penguasa ciptaan nya, asal mula kehidupan dan hidup yang kekal.*

Segala sesuatu aspek kehidupan warga, baik pernikahan, penyakit, memulai panen, masa panen dan sebagainya harus mendapatkan restu leluhur yang dipanggil oppung mula jadi nabolon melalui perwakilan Raja Huta atau pemangku adat dengan serangkaian ritual adat.

Dari pernikahan anak semata wayang pemangku adat tersebut lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Binsar Batara (yang berarti kebangkitan oppung mula jadi nabolon) atau leluhur yang berkuasa.

Alasannya adalah karena Binsar Batara lahir ketika purnama penuh dan para leluhur hadir saat kelahirannya.

Binsar Batara sedari kecil sudah di dikte atau diajarkan pria tua itu, yang ku panggil Nya dengan sebutan oppung (kakek). untuk selalu tunduk dan hormat kepada oppung mula jadi nabolon (leluhur penguasa alam semesta) atau seperti Tuhan bagi kelompok warga.

Para warga dengan tuntunan atau arahan dari oppung Binsar Batara yang menjadi pemimpin, memerintahkan untuk membangun gubuk dengan tujuh tiang.

Setiap tiangnya di gorga (ukiran khas batak), dihiasi menggunakan arang dan darah ayam hitam yang di campur dengan getah pohon yang dipercaya bisa mengawetkan tiang gubuk dan perekat.

Gubuk bertiang tujuh tersebut yang beratap daun-daun yang terbaik, rotan terbaik sebagai pengikat antara tiang bangunan dan gubuk itu harus jauh lebih baik dari gubuk para warga. tujuannya agar leluhur tidak marah. karena leluhur harus diatas segalanya.

Setiap bulan purnama dan hari-hari tertentu atas petunjuk dari oppung Binsar Batara, sebagai pemangku adat, akan melakukan ritual penyembahan kepada oppung mula jadi nabolon.

Harus ada persembahan berupa dapuran tano-tano tujuh lembar (daun sirih), buah pinang yang sudah tua dan kering yang dibelah dua sebanyak tujuh buah dan darah ayam hitam.

*dapuran tano-tano adalah sirih dimana sirih itu harus menjalar di tanah.*

Ritual ini biasa dilakukan saat bulan purnama, memulai penanaman padi, panen, pernikahan sampai upacara kematian. dan semua itu harus petunjuk dari raja huta atau pemangku adat selaku pemimpin.

Beberapa mantra yang di ucapkan yang selalu berulang-ulang. dan selalu ada korban persembahan berupa ternak, khusus babi dan juga ayam hitam.

Para warga semakin bertambah banyak, dan oppung nya Binsar Batara (Pemangku adat) masih sebagai Pemangku adat yang memimpin segala sesuatu Nya.

Raja huta berkata kepada cucunya yaitu Binsar Batara, bahwa kelak dirinya akan menggantikan posisi sebagai pemangku adat. karena Binsar Batara lahir atas restu leluhur.

Sejak kecil, sampai beranjak dewasa. Binsar Batara, selalu di ajak Oppung nya untuk bertapa untuk mendekatkan diri kepada leluhur.

Semakin dewasa, Binsar Batara berpikir bahwa semua yang dilakukan oleh Oppung Nya, sang pemangku adat. hanya bualan semata, Binsar Batara merasa bahwa oppung Nya adalah budak Iblis dan menjadi warga sebagai pengikut atas dasar adat.

Dalam benaknya, semua yang dilakukan oppung (Pemangku adat) hanyalah tipuan semata untuk mengelabuhi para warga. dengan berpura-pura bisa berbicara dengan yang gaib atau oppung mula jadi Nabolon itu.

Atau memang oppung nya benar-benar pemuja iblis. Binsar Batara merasa akan ada korban manusia yang akan di tumbal kan oleh oppung Nya kelak nantinya.

Iblis harus di lawan, dan selama Binsar Batara bertapa dengan Oppung Nya. tidak ada sesuatu yang terjadi. dan hanya oppung nya yang berbicara sendiri dan seolah-olah di buat-buat.

Binsar Batara berniat berniat untuk membakar gubuk persembahan itu, akan tetapi selalu terhalangi.

Setelah habis bulan purnama penuh, tepat di musim kemarau. Binsar Batara memastikan tidak ada lagi orang di dalam gubuk itu, akhirnya Binsar Batara bisa membakar gubuk persembahan itu.

Seperti dugaannya, gubuk yang terbakar hanya mengeluarkan asap yang bergumpal-gumpal dan jelas itu hanya ulah iblis untuk mengelabuhi para warga.

Oppung (pemangku adat) langsung keluar setelah api mulai menghabiskan gubuk persembahan tersebut. oppung langsung memotong ayam hitam peliharaan Nya dan bersujud dengan membaca mantra-mantra dengan suara parau karena menangis.

Tangisannya semakin menjadi-jadi, dan hingga akhirnya petir menyambar dan suara gemuruh yang sangat kuat.

Tiba-tiba saja hujan deras turun dan terdengar suara-suara aneh, oppung (Pemangku adat) terlihat seperti orang, kesurupan dan akhirnya terdiam di tengah-tengah hujan lebat itu.

Suara-suara aneh itu sudah berakhir, Begitu juga dengan hujan berhenti mengguyur bumi. pemangku adat mendekati Binsar Batara lalu menatap nya dengan tatapannya yang tajam nan menyeramkan.

"on do oppung nahuhalhosohon seleleng on. Asing do parangem, sai marpangalo tu nadenggan roha." *bahasa batak toba.

(inilah yang ku takutkan selama ini dari mu cucuku, karena kamu berbeda dari yang lainnya. dan kamu berseberangan dengan Ku).

Ucapan itu terdengar bergetar eraya menatap Binsar Batara dengan penuh amarah. dan kemudian berlalu mengambil seekor ayam jantan hitam dan memotong nya di hadapan keluarga dan para warga yang sudah berkumpul.

Darah ayam tersebut di tampung nya di dalam mangkok yang terbuat dari tanah liat dan mengucapkan mantra sembari mengangkat mangkuk tersebut.

"Oppung mula jadi jabolon, on ma naboi sibahen nokku. dang boi hutogu pahoppu tu dalan mu. pangidoanku oppung lehon ma hatorangan di pahoppu hon. *bahasa batak toba

( wahai para leluhur Ku, inilah persembahan terakhir dariKu, saya telah gagal membimbing cucu untuk berada di jalanmu, tapi berilah dia sedikit cahaya terang baginya).

Ucapnya setelah selesai membaca mantra yang ribet itu, dan seketika itu juga oppung (pemangku adat) langsung terdiam membisu.

"Binsar Batara, hami napitu di bagos ni oppung mon, Oppung naharhuaso. alai dang tarhissak ho Binsar Batara, ikkon tagamon mu nature tu pangalakup mu." * bahasa batak toba

(Binsar Batara, yang telah memasuki tubuh kakek mu ini adalah tujuh penguasa alam semesta ini, kami adalah leluhur mu yang berkuasa. tapi kamu Binsar Batara adalah pembangkang. dan kami leluhur akan memberikan hukuman yang setimpal sesuai dengan kelakuan mu.)

Ujar oppung raja huta (pemangku adat) dengan pribadi yang berbeda, dia seperti kerusakan Iblis yang disembah nya selama ini dan matanya yang merah dan wajahnya sedikit bercahaya di kegelapan malam ini.

"di portibi on ma ho massai leleng-leleng na. jala taonon mu akka nabarnit sian roha dohot akka pangalakkup akka natorop, nadi haholongi ho manadikkon sahalakmu di portibi on. dangol ni roha, sipu-sipu ni ate-ate alani tading-tading nadihaholongi ho. jala ikkon dapat mu pitu anak boru di sedanggan roha dohot pambahanen. songon sude tiang ni sopo-sopo nadi tutung mi. ikkon songgop do tondi nami di simanjujung boru-boru naeng oroan mu na papudihon. di papituhon anak boru baru pe sae suda parsitaononmu di portibi on." *bahasa batak toba

(kamu akan hidup dengan umur yang panjang, kamu akan melihat penghianatan dari orang-orang disekitar mu, penderitaan orang lain dan melihat berbagai penderitaan lainnya.

Kamu akan menderita menyaksikan orang-orang yang kamu sayangi meninggalkan kamu di dunia yang pana ini.

Kamu harus menikahi 7 perempuan yang baik hati sesuai dengan jumlah tiang rumah kami yang telah kamu bakar. dan gadis ke tujuh adalah akhir mu. dan gadis ketujuh harus restu dari kami.)

Begitu Ujarnya, hingga akhirnya Oppung raja huta (Pemangku adat) menghilang bersamaan dengan hilangnya asap hitam nan menggumpal itu.

Saat itu juga para warga mengusir Binsar Batara dari pemukiman tersebut dan dari kejauhan Binsar Batara menatap ibunya yang menangis meraung karena kepergian anaknya yang di usir.

Restu Leluhur Pengantin Pertama.

Pada Tahun 1965 adalah masa kelam bagi Poltak, Nama yang diakuinya sejak pindah ke Medan. bermodalkan keping emas yang dibawanya, Poltak membeli sebidang tanah dan mendirikan penginapan.

Kejahatan, Premanisme dan pemerasan saat itu masih sangat kental. kehidupan masyarakatnya selalu penuh kewaspadaan, akan tetapi Poltak selalu menghindari kehidupan interaksi sosial untuk menutupi jati dirinya. karena pengalaman pahit yang dialaminya dibeberapa tempat tinggalnya.

"apa itu yang bergerak? apakah itu roh dari orang yang meninggal tadi?" Poltak bertanya kepada dirinya sendiri.

Beliau yang baru melayat, karena salah satu pegawainya mengalami kemalangan.

Pertengahan jalan, tepatnya di tempat tumpukan sampah. ada sesuatu yang bergerak, lalu Poltak melangkah melihat yang bergerak itu

"manusia rupanya."

Ucap Poltak yang terkejut, melihat sesosok perempuan tergeletak lemah dan langsung mengangkat tubuh perempuan itu dari tumpukan sampah.

Poltak membawanya pulang ke rumah lalu diobati olehnya.

Kebanyakan dari karyawan di penginapannya, adalah manusia yang malang akan kejahatan dan kekerasan sesama manusia.

Setelah beberapa hari merawatnya, sudah jelas terlihat wajahnya, dia adalah gadis belia yang telah mengalami kekerasan fisik dan hal itu sudah biasa dilihat oleh Poltak.

"Nama kau siapa?"

Tanyanya ke gadis belia itu ketika sudah terbangun dari tidurnya.

"namaku Tiur bang, tolong jangan kembalikan Tiur ke tempat itu lagi, Tiur mohon, biarkan Tiur disini. apapun akan aku kerjakan asal jangan seperti ditempat itu?"

Dengan menangis gadis belia itu memohon kepada Poltak.

"baik, bukan hanya kamu yang mengalami kekerasan seperti itu, semua pegawai yang ada disini adalah orang-orang yang tidak beruntung seperti kamu."

ujarnya kepada Tiur, dan tatapannya yang penuh rasa iba.

"pegawai? bang tolong pekerjaan Tiur disini, memasak, beres-beres adalah keahlian yang ku punya."

Seketika gadis belia itu memohon kepada Poltak untuk tempat tinggal dan juga pekerjaan.

Poltak hanya mengangguk setuju, dan berlalu meninggalkannya yang masih terbaring di tempat tidurnya. lalu bersantai di tempat biasanya yaitu kursi malas yang terbuat dari rotan.

"apa yang membuat tuan melamun di pagi hari ini?" tanya seorang Pria paruh baya sembari menyajikan teh kepadanya.

"uak Santo, buat kaget saja......

tapi setelah sekian lama roh itu kembali lagi uak."

Sahutnya kepada uak Santo dan masih seperti berpikir.

"kemungkinan ada kaitannya dengan gadis belia itu tuan."

Uak Santo menanggapinya sembari berlalu meninggalkan Poltak di kursi rotan.

Uak Santo dengan fisik yang tidak sempurna sebagaimana orang pada umumnya, warna kulitnya sangat putih seperti susu, sewaktu kecil dibuang oleh keluarganya Karena dianggap kutukan. kemudian ditemukan oleh Poltak dan mengadopsinya.

Teh yang tersaji itu akhirnya habis akan tetapi Poltak masih melamun di kursinya itu, dalam benaknya akan roh leluhur yang mendatangi tadi malam.

"bang, makanan sudah tersaji dan Tiur yang masak, sekiranya mohon di cicipi."

Ujar Tiur, gadis belia yang ditolongnya dan hal itu mengakhiri lamunan Poltak.

Poltak hanya mengangguk setuju, lalu mengikuti Tiur menuju ruang makan, terlihat diatas sudah tersaji berbagai jenis makanan. dan Poltak langsung makan dari piring yang telah disajikan oleh Tiur.

Melihat Poltak yang makan dengan lahap, Tiur tersenyum lega karena merasa berhasil memasak makanan dengan enak.

Deg..dug..deg..dug...

Lirikan Tiur membuat irama jantung Poltak berbeda.

Jantungnya berdetak kencang karena tatapan Tiur dan juga kecantikan Tiur, dan semakin kencang dan terasa sangat menyakitkan.

"ah..... "

Erang Poltak karena merasa kesakitan dari jantungnya.

"kenapa bang?"

Tanya Tiur yang terlihat kwatir, dan tanpa disadarinya tangannya telah memegang tangan kanan Poltak serta pundaknya untuk menahan Poltak agar tidak jatuh terkapar.

Perlahan detak jantungnya kembali normal, dan rasa sakit itu sudah hilang. kemudian menoleh ke arah Tiur.

"tatapan dan senyuman mu membuat jantung sakit, tapi setelah tanganmu memegang tangan dan pundak ku, rasa sakit itu hilang." kata Poltak kepada Tiur.

"Abang ini ada-ada saja." ujar Tiur yang menganggap Poltak menggoda dirinya.

Poltak kemudian beranjak dari kursinya dan menuju kamarnya. kemudian berbaring di ranjangnya.

Baru saja berbaring jantungnya kembali berdetak kencang dan membuat Poltak merasa kesakitan.

"ah....ah....ah...." gerangan Poltak yang kuat itu didengar oleh uak Santo.

Dengan segera uak Santo memanggil Tiur dan membawanya ke kamar Poltak untuk melihat keadaan pemilik Suara yang mengerang itu.

Benar saja, Poltak menggeliat kesakitan akan jantungnya yang berdetak kencang. dengan sigap Tiur meraih tangannya dan memegang lehernya.

Erangannya dan wajahnya yang pucat secara perlahan normal kembali. dan uak Santo berlalu dari kamar itu.

Hanya berselang beberapa saat, uak Santo sudah kembali dengan membawa air minum hangat dalam cangkir serta memberikan kepada Poltak.

Setelah agak tenang dan Poltak akhirnya tertidur, uak Santo mengajak Tiur untuk bicara di ruang tamu.

"uak, apa yang sebenarnya terjadi dengan bang Poltak?" tanya Tiur kepada uak Santo.

"Tuan bukan orang biasa, beliau sudah berumur banyak. sejak uak kecil sampai sekarang Tuan tetap sama dan tidak ada berubah, semua itu karena dikutuk oleh leluhurnya. hanya gadis yang berhati mulia yang mampu mengakhiri kehidupannya."

Tiur masih bingung akan penjelasan uak Santo, karena Tiur pernah bertemu dengan Pria yang seperti diucapkan oleh uak Santo.

"jadi kenapa bang Poltak merasa kesakitan seperti itu?"

kembali Tiur bertanya karena masih bingung.

"itu pertanda kalau kamu adalah gadis yang direstui oleh leluhurnya untuk menjadi pendampingnya untuk mengakhiri keabadiannya."

jelas uak Santo kepada Tiur, tapi penjelasannya itu tidak dimengerti oleh Tiur.

"sekarang terserah kamu Tiur, apakah kamu mau menjadi pendampingnya untuk mengakhiri hidupnya yang abadi."

ujar uak Santo kepada Tiur, hal itu di ucapkan karena Tiur yang kelihatan bingung dan nyaris tidak mempercayai ucapan uak Santo.

Tiur terbengong mendengar penjelasan dari uak Santo, dan pria paruh baya meninggal Tiur yang masih bengong.

Pikiran yang belum bisa menerima semua kejadian ini tapi hatinya tetap ke Poltak yang masih tertidur.

Tiur melangkahkan kakinya ke kamar Poltak, dan duduk disampingnya. seraya memandangi wajah Poltak yang tertidur.

"bang Poltak, dari sekian gadis lainnya kenapa Tiur yang terpilih? apa ini semua ada kaitannya dengan mimpiku yang selalu terulang?"

Tiur bicara dengan pelan sambil menatap wajah Poltak.

"apakah mimpi mu bertemu dengan seorang pria Tua dan berkata jodohmu ada disekitar kamu?"

Poltak bertanya kepada Tiur dan hal itu mengagetkannya.

"bang Poltak sudah bangun ya"

Tanya Tiur kepadanya dan Poltak hanya mengedipkan matanya.

"benar bang, saat itu bapak membawa Tiur ke rumah holong itu, dan hanya beberapa saat ada seorang pria yang sangat besar memaksaku untuk masuk kamar, hingga akhirnya pria itu Ku pukul dengan benda keras dan bisa kabur dari kamar.

Para preman itu sempat menghajar Tiur, hingga akhirnya Tiur bersembunyi di tumpukan sampah itu karena tidak sanggup lagi berlari.

Terkadang pria tua itu menghampiri ku dan mengatakan demikian, dan itu selalu berulang-ulang."

Jelas Tiur kepada Poltak dan hal membuatnya bangkit dari tidurnya.

"yang kamu lihat itu adalah leluhurku dan karena sudah tiga kali bertemu dengannya, dan itu artinya kita jodoh."

ujar Poltak kepadanya tapi Tiur masih belum mempercayai semua ucapan Poltak.

"Aku yakin kamu adalah gadis yang direstui oleh leluhurku untuk mengakhiri hidup ku yang abadi.

Abang ingin kamu menjadi Istriku, bukan hanya karena restu dari leluhur, tapi memang abang suka padamu sejak pandangan pertama."

Katanya kepada Tiur dan hal itu membuat Tiur tersipu malu.

"semasa hidupku baru kali ini bertemu dengan pria sebaik kamu bang, bukan hanya tampan tapi sangat berhati mulia. kebodohan bagiku menolak Abang."

Tiur mengatakannya dengan penuh percaya diri, dan menatap Poltak dengan tatapan yang menggoda.

Poltak hanya memeluknya dan mereka berdua hanyut dalam cinta yang terbentuk seketika setelah mengalami dramatisnya hidup di dunia yang Pana ini.

Malam Pertama Berujung Maut.

Hanya mengundang para pegawai dan juga orang-orang terdekatnya, Poltak dan Tiur resmi menjadi suami Istri.

Gadis belia itu sudah resmi menjadi istri Poltak tanpa sepengetahuan orangtuanya, karena pada dasarnya kedua orang tuanya telah menjual Tiur ke rumah bordir untuk menjadi PSK (pekerjaan **** komersial).

"Abang akan menjaga kamu, bahkan nyawa akan abang pertaruhkan demi kamu Dek."

Poltak meyakinkan istrinya sembari meraba kedua pipinya dengan lembut.

"adek percaya sama abang, hidupku tidak akan berarti tanpa Abang."

ujarnya kepada suaminya dan meraih tangan Poltak dari pipinya serta mencium punggung tangan suaminya.

"Tiur tidak menyesal menikah dengan Abang, bahkan bersyukur karena bisa menjadi istrimu bang. Tiur sangat mencintaimu bang."

ucapnya kepada Poltak yang sudah menjadi suaminya, dengan perlahan Poltak mencium bibirnya dan saling berbalas.

Sinar rembulan pada malam pertama, sepasang suami-istri itu memadu kasih karena cinta yang menyatukan mereka.

Terhanyut dalam buaian asmara cinta, ketika tubuh mereka sudah menyatu dan darah kesucian Tiur yang belum berhasil direnggut oleh pria berhidung belang saat dirumah bordir berhasil dipersembahkan kepada suaminya dimalam pertama mereka.

Poltak mengakhiri permainan dari atas tubuh istrinya, setelah cairan kenikmatan berhasil disemprotkan di rahim Istrinya, terlihat jelas kepuasan akan kenikmatan dari istrinya yang masih perawan.

Poltak mencabut rudalnya dari lubang kenikmatan istrinya dan tersenyum ke arahnya.

Setelah beberapa saat berpadu kasih, mereka berdua tergeletak lemas dengan kenikmatan atas nama cinta.

"terimakasih dek, cinta tulus darimu membuat abang semakin bertambah kuat."

demikian ucapkanya dan hal itu disambut senyuman oleh istrinya.

Poltak mencium kening istrinya, dan kemudian menoleh ke arah alas tidur mereka. terlihat bercak darah dan Poltak mencium kembali Istrinya itu.

Dibawah sinar rembulan, tubuh Poltak melayang dan mengeluarkan cahaya dan hal itu membuat Tiur ketakutan.

"bang, apa yang terjadi? kenapa bang seperti itu?"

Tiur bertanya dengan ketakutan dan air matanya menetes.

Seketika itu juga tubuh Poltak berhenti bersinar dan kembali berbaring di samping istrinya, kemudian memeluk istrinya yang menangis ketakutan.

"tenang dek, Abang baik-baik saja. itu semua berkat ketulusan dan darah kesucian yang menambah kekuatan fisik abang

Mereka berdua kembali berpelukan tanpa mengenakan sehelai benang yang membalut tubuh mereka, akhirnya Tiur bisa kembali tenang di pelukan suaminya.

'tolong.... tolong....tolong......'

Terdengar suara mintak tolong.dari luar kamarnya, dan suara hentakan seperti seseorang yang di pukul oleh orang lain.

"bang, kenapa ya bang?"

Tanya Tiur dengan penuh kecemasan.

Poltak dan Tiur segera berpakaian untuk melihat kondisi rumah mereka.

Akan tetapi Tiur di cegah oleh Poltak untuk ikut melihat keadaan dan disuruh untuk bersembunyi dan berlindung di dalam lemari pakaian.

Setelah yakin mengunci kamar, Poltak berlari menuju suara itu dan melihat semua pegawainya tergeletak dengan luka-luka yang sangat parah, sisanya seperti tidak bernyawa lagi.

"Tuan, geng preman jago menghabisi semua para pegawai serta tamu yang menginap disini, mereka mencari istri Tuan."

Jelas salah pegawainya yang masih selamat dan berlari hendak mencari Poltak.

'burr...burrr.....'

Tiba-tiba saja api mulai melahap dari seluruh penjuru ruangan bangunan dan mulai menghanguskan tempat itu.

Poltak dengan segera berlari untuk menyelamatkan istrinya yang berada dikamar.

Setibanya di dekat kamar, istrinya sudah diseret oleh seseorang pria yang berwajah seram bersama dengan rekan yang lain.

"pahabis si pangangus di." *bahasa batak

(habisi pria itu),

Perintah pria berwajah seram itu kepada rekannya.

Dengan kekuatan barunya, Poltak dengan sekejap membunuh rekan pria seram itu dan kemudian menghajar pria yang menyandra istrinya.

Dengan kedipan matanya preman seram itu langsung melayang dan tertancap di diantara kayu yang terbakar.

"bos.... "

Teriak seseorang dengan membawa banyak rekan yang lain yang datang menghampiri mereka sembari melempar obor yang menyala.

Rekan preman itu melemparkan tombak ke arah Tiur dan dengan sigapnya Poltak memeluk istrinya akan tetapi tombak tersebut tembus dari punggungnya tepat mengenai dada istrinya.

Karena kobaran api semakin membesar, para preman itu meninggal Poltak dan istrinya yang terkapar yang tertusuk tombak.

Trak.....push.....bam.....

Suara ledakan dari kobaran api serta suara gemuruh dan akhirnya hujan turun membasahi tempat itu yang hampir yang sudah sebagian di lahap si jago merah.

"bang.... m...a...a...f... gara-gara Tiur, preman itu menghancurkan semuanya."

Ujar Tiur dengan sangat pelan, seraya menatap wajah suaminya.

"tidak dek, maafkan suami ini yang tidak bisa menepati janji untuk melindungi kamu dek."

Ungkap nya kepada istrinya yang sudah mulai memejamkan kedua matanya.

"bang.. Tiur sangat mencintaimu bang, dan tidak ada penyesalan bagiku menikah dengan mu bang, Tiur bahagia berada di pelukan abang. Tiur mencintai mu ba...n..g."

Kata terakhir dari Tiur sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

"Tiur.... bangun Tiur, jangan tinggalkan abang sendirian."

Ucapnya kepada istrinya yang sudah tidak bernapas lagi.

Berkali-kali Poltak menciumnya untuk berusaha memberi napas buatan, akan tetapi semua itu tidak ada gunanya. Tiur sudah meninggal di pelukannya untuk yang terakhir kalinya.

"Tiur...... Tiur...... "

teriakan Poltak ditelan gelapnya malam dan derasnya hujan serta gemuruh dan kilat yang menyambar.

ah....ah.....ah.....

Dengan mengerang kuat, Poltak mencoba melepaskan diri dari tombak yang menusuk punggungnya, dan akhirnya terlepas juga.

Dibawah derasnya hujan dan tiadanya sinar rembulan malam, istrinya tercintanya digendongnya kemudian dibaringkan di tanah.

Dengan air mata berurai, Poltak memperhatikan sekeliling dan semuanya sudah rata dengan tanah dan mayat para pegawainya tergeletak begitu saja.

Hatinya terasa teriris, untuk kesekian kalinya melihat orang-orang disekitarnya dan istrinya yang dicintainya yang telah mendapatkan restu dari leluhurnya harus meninggalkan saat itu juga.

Dengan menggunakan kayu yang setengahnya telah terbakar, Poltak menggali tanah untuk kuburan istrinya.

Setelah merasa cukup dalam untuk mengubur jasad istrinya, dengan berlinang air mata yang menyatu dengan air hujan, Tiur yang baru saja di nikahi olehnya kini harus dikubur bersama cintanya.

Selesai mengubur istrinya, dengan berjalan sempoyongan menuju bekas kamarnya. tepat dibawah ranjangnya ada tempat khusus penyimpanan keping emas untuk bekalnya.

"akan akan aku habisi kalian semua,...Tiur......"

Poltak berteriak dengan sekuat tenaga, petir menyambar disekelilingnya dan gemuruh semakin kuat terdengar bersamaan dengan petir menyambar silih berganti.

Sinar matahari pagi mengakhiri gelapnya malam itu, kondisi yang demikian menjadi tontonan warga sekitar, mayat yang tergeletak beberapa diantaranya hangus di bagian tubuhnya. dan ada yang hanya tinggal bagian anggota tubuh yang tersisa.

Kondisi yang sangat miris, beberapa mayat akhirnya di evaluasi oleh pihak berwajib dibantu oleh masyarakat setempat.

Banyak hal yang tidak ketahui oleh masyarakat setempat mengenai pemilik rumah dan penginapan yang terbakar hangus itu, karena memang Poltak sengaja mengurangi interaksi sosial dengan sesamanya.

Tujuannya untuk merahasiakan statusnya sebagai Pria Abadi.

Tapi yang jelas mereka tahu siapa pelaku yang menyebabkan semua kekacauan itu, tapi tidak satupun yang berani bungkam karena takut dengan ganasnya geng preman jago yang terkenal akan sadisnya.

Tidak seorangpun yang hidup, semua tergeletak dengan keadaan memperhatinkan dan terkesan sadis. para warga tidak mengetahui akan identitas mayat yang tergeletak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!