NovelToon NovelToon

Menjadi Permaisuri Kejam

1. Mengulang Waktu

Hujan deras disertai petir yang menyambar-nyambar. Di malam itu pula, Ellena meninggal di tangan Kaisar Winter De Veloz, yang tak lain adalah suaminya sendiri. Winter menghunuskan pedangnya ke arah Ellena, karena Ellena telah mengganggu Catharina, yang merupakan wanita simpanan Winter.

Ellena jatuh tersungkur di lantai. Darah segar keluar membasahi gaun biru mudanya, sehingga tubuh Ellena bermandikan darah. Mata Ellena manatap ke arah Catharina yang merangkul erat lengan suaminya, Winter. Senyum licik terlihat, Catharina serasa senang akan tindakan Winter yang langsung mengeksekusi Permaisurinya.

Ellena tidak mengerti, kenapa ia dihunus pedang. Padahal ia hanya ingin menyampaikan sesuatu hal penting pada Winter. Ia ingin memberitahukan kalau Ayah Catharina berniat melakukan pemberontakan. Karena itulah ia langsung menegur Catharina dan meminta Cathrina membujuk Ayahnya agar tak melakukan itu, tapi Catharina menampar wajahnya sendiri dan menjatuhkan diri, lalu memfitnah Ellena yang memalukannya. Catharina memutar balikkan semua ucapan Ellena. Mengatakan pada Winter kalau keluarga Grand Duke Laros adalah pemberontak dan Ellena ikut terlibat.

"Andai aku bisa kembali memutar waktu, aku akan membalas semua ini! Andai saja ... andai saja ..." kata Ellena dalam hatinya sebelum akhirnya ia menutup mata.

***

"Yang Mulia .... "

"Yang Mulia, bangun. Yang Mulia .... "

Mata Ellena terbuka seketika. Ia terkejut dan langsung duduk dari posisi berbaring. Ia menatap sekelilingnya. Ia berada di kamarnya, bukan di ruang kerja Winter tempatnya dieksekusi. Ellena meraba perutnya, tidak ada darah dan perutnya baik-baik saja. Ellena segera turun dan menatap ke cermin. Ia ingat ia mengenakan gaun biru muda, sedangkan sekarang ia mengenakan gaun tidur berwarna hitam.

"A-a-apa ini? a-aku masih hidup? tidak mungkin! Aku yakin aku sudah meninggal  di tangan Winter." batin Ellena.

"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?" tanya seorang mendekat.

Ellena kenal suara itu dan langsung memalingkan pandangannya, "Janette ... " panggil Ellena memeluk wanita yang berdiri tak jauh dari belakangnya.

"Ya-Yang Mulia ... Anda kenapa? apa ada masalah?" tanya Janette.

Ellena merasa aneh. Kenapa bisa Janette yang sudah meninggal masih hidup. Padahal Janette meninggal karena dihukum, dan itu semua karena Catharina. Ellena menangis, ia memeluk erat Janette yang merupakan dayang pribadinya, sekaligus teman masa kecilnya tumbuh.

"Jane ... sekarang tanggal berapa?" tanya Ellena.

"Tanggal empat belas bulan kelima tahun limaratus enam puluh, Yang Mulia." jawab Janette.

Deg  ...

Ellena terkejut. Pantas saja Janette masih hidup. Rupanya ia kembali ke lima tahun sebelum ia mati terbunuh. Dan tiga tahun kemudian Janette akan meninggal karena dihukum. Padahal bukan Janette yang bersalah. Sekeras apapun Ellena memohon pada Winter, pada akhirnya Ellena hanya menjadi patung di depan ruang kerja Winter. Setelah menyaksikan sendiri dayangnya digantung, Ellena langsung terpuruk. Ia sangat kehilangan sosok Janette yang ia sayangi.

Ellena mengerutkan dahi. Ia merasa senang, juga sedih. Ia tidak mau kehilangan Janette untuk kedua kalinya. Dan ia juga tak mau meninggal ditikam pedang oleh Winter lima tahun kemudian. Ellena pun bertekad untuk mengubah takdirnya, juga takdir Janette. Ia akan menuntut balas atas apa yang ia terima di kehidupan pertamanya. Ia harus memanfaatkan dengan baik kehidupan kedua yang diberikan Tuhan padanya.

"Kalau ini bulan kelima, berarti dua bulan setelah aku menikah dengan Winter. Dan besok ... adalah hari di mana Winter membawa wanita itu, kan? Catharina ... aku akan membuatmu merasakan rasanya masuk dalam lubang kelam. Aku tak akan membiarkanmu menginjak-injakku lagi." batin Ellena.

"Jane ... " panggil Ellena menatap Janette.

"Ya, Yang Mulia. Ada perintah?" tanya Janette.

"Besok panggilkan Madam Woods. Aku akan membuat beberapa gaun dan tolong singkirkan semua gaun lamaku. Terserah kau apakan gaun itu. Kalau kau mau, kau boleh mengambilnya," kata Ellena.

Janette bingung. Ia merasa Ellena aneh. Padahal Ellena selalu tak mau kalau ia tawari membuat gaun baru beberapa hari lalu, dengan alasan menghemat. Janette yang penasaran pun bertanya, apa alasan Ellena berubah pikiran? dan Ellena menjawab, kalau ia tiba-tiba ingin saja. Mendengar jawaban Tuannya, Janette semakin bingung. Namun, Janette tak mempertanyakan lagi. Dan mengiakan perkataan Ellena.

Tok ... tok ... tok ....

Pintu kamar Ellena diketuk dari luar.

"Yang Mulia, ini Kepala pelayan. Boleh saya masuk?" tanya seseorang di luar kamar Ellena.

"Ya, masuklah." jawab Ellena.

Ellena berpikir, untuk apa Kepala Pelayan menemuinya? padahal ia tak ada urusan dengan kepala pelayan.

Setelah diizinkan masuk Kepala pelayan pun masuk dan menghadap Ellena. Setelah memberi salam, Kepala Pelayan langsung menyampaikam maksud kedatangannya. Yang ternyata memberitahukan kalau Kaisar telah tiba dan membawa seorang wanita. Kepala Pelayan diminta memberikam satu dayang pribadi dan menyiapkan kamar terbaik. Karena Kepala Pelayan bingung, ia memilih melapor dan bertanya apa yang harus dilakukan? karena urusan dalam istana adalah urusan Permaisuri.

Ellena kaget. Ia tak menyangka Winter dan Catharina akan datang hari itu dan bukan esok harinya. Dan karena Kepala Pelayan memang terlihat kebingungan, Ellena pun memberikan pendapatnya.

"Hm, begitu ya ... berikan saja istana Dandelion padanya. Dan biarkan Bertha yang menjadi pelayannya." kata Ellena.

Kepala pelayan kegat, "Istana Dandelion? bukankah itu istana yang paling ujung? dan Bertha adalah pelayan Anda, apakah tidak apa-apa?" tanya Kepala Pelayan.

"Tidak apa-apa. Setelah keluar dari kamarku, kau tolong panggilkan Bertha. Soal istana, kenapa kau tampak bingung? wanita itu mau ditempatkan di mana? Istana inti hanya untuk Kaisar dan Permaisuri. Bukan untuk orang asing!" kata Ellena dingin.

Kata-kata dan tatapan Ellena serasa mencekam Kepala Pelayan. Kepala Pelayan langsung menganggukkan kepala mengiakan kata-kata Ellena dan undur diri. Ellena menghela napas panjang, setelah Kepala Pelayan pergi dari kamarnya.

"Yang Mulia. Apa maksudnya Yang Mulia Kaisar membawa wanita? jangan-jangan wanita itu ... " kata Janette menghentikan perkataannya.

Janette memanglah wanita cepat tanggap. Sehingga ia langsung paham siatusi yang terjadi. Ellena mengiakan perkataan Janette. Memberitahu pada dayangnya itu, siapa wanita itu.

"Siapa lagi? bukankah sudah jelas dia siapa, kalau sampai dibawa ke istana oleh Kaisar?" kata Ellena.

"Tapi Yang Mulia. Anda harusnya melarang. Yang Mulia Kaisar tidak seharusnya membawa wanita lain masuk tanpa izin Anda." kata Janette protes.

"Biarkan saja. Pernikahaku dan Kaisar juga hanya pernikahan politik. Kami tak saling menyukai ataupun mencintai. Kau jangan terlalu emosi dan menunjukkan ketidaksukaanmu, Janette. Jangan sampai kamu terlibat masalah dengan wanita itu. Kamu mengerti?" kata Ellena memperingatkan.

Ellena tak ingin Janette kehilangan nyawa karena Catharina. Jika dulu ia tak peduli siapa pelayan Catharina, sekarang ia akan menempatkan Bertha yang merupakan pelayan setianya, yang juga ia bawa dari kediaman Grand Duke, kediaman keluarganya.

Pintu kamar Ellena diketuk. Bertha melapor dan masuk setelah diiznkan Ellena. Bertha di beritahu Ellena untuk menjadi pelayan Catharina. Ellena meminta Bertha untuk bekerja dengan baik. Memperhatikan dan melaporkan padanya setiap gerakan Catharina. Bertha awalnya menolak, tapi Ellena menyakinkan Bertha kalau ia tak membuang Bertha. Ia hanya ingin menempatkan mata-mata di sisi wanita simpanan Kaisar.

Setelah dijelaskan dengan baik, Bertha mau tak mau menerima. Ia memasang wajah muram dan mengeluh. Bagaimana ia bisa tak tahu diri memuji wanita simpanan dan menjelekkan Permaisuri nantinya? meski itu hanyalah umpan agar Bertha tak dicurigai  Chatarina karena berpihak pada Ellena, tapi tetap saja itu menyakitkan hatinya.

2. Catharina Rosaro

Diceritakan dikehidupan pertama Ellena. Begitu Catharina masuk ke istana, perlahan Catharina langusung menguasai istana. Jika dikehidupan pertama Catharina diberikan istana "Lily" yang letaknya tak jauh dari istana "Mawar" yang merupaka istana tempat tinggal Kaisar, dikehidupan kedua Ellena menempatkan Catharina di istana paling ujung. Yakni istana "Dandelion".

Catharina adalah wanita berparas cantik dengan rambut berwarna merah muda dan mata berwarna merah. Ia merupakan wanita simpanan Kaisar, Winter De Veloz. Karena memang keduanya terlihat akrab dan sangat dekat. Catharina bahkan terus-terusan dibela oleh Kaisar meski melakukan kesalahan.

"Dikehidupan kali ini, jangan harapkan kamu mendapatkan belas kasihanku, Catharina." kata Ellena dalam hati.

Ellena berjalan menuju ruang makan, untuk makan malam. Pelayan membuka pintu ruangan dan Ellena memasuki ruangan. Ellena melihat Winter sang Kaisar sudah duduk di kursinya ditemani seorang wanita yang tak lain adalah Catharina.

Ellena memanggil pelayan dan bertanya, kenapa tak ada yang memberitahu tamu kalau tamu tak boleh duduk di kursi miliknya? Pelayan kaget, pelayan pun tak bisa berkata-kata dan hanya menunduk ketakutan.

"Kau yang duduk di sana, pindahlah!" perintah Ellena.

Catharina menatap Winter. Seolah meminta agar Winter membelanya. Namun, Winter hanya diam saja, sehingga Catharina tak punya pilihan selain pindah tempat duduk. Baru saja Catharina menarik kursi dan ingin duduk, Ellena menghentikan Catharina.

"Apa tamu tak sopan santun? Duduklah setelah aku duduk. Kau bahkan tak memberi salam padaku," kata Ellena.

Ellena berjalan mendekati kursinya dan duduk dengan tenang. Catharina yang dipojokkan menunduk dan sedikit membungkukkan badan, ia mengangkat kedua ujung gaunnya dan memperkenalkan diri. Ellena menatap ke arah Catharina yang masih dengan posisinya memberi salam. Ia sengaja diam saja untuk mempersulit Catharina.

"Sialan, apa dia sengaja membuatku berdiri seperti ini?" batin Catharina.

"Cukup salam dan perkenalannya. Duduklah!" perintah Ellena.

Winter diam mengamati. Ia merasa ada yang aneh dengan Ellena. Baik itu cara berjalan, menatap atau berbicara. Seolah Ellena adalah orang lain. Dua bulan menikah, ia sedikit tahu seperti apa Ellena. Bahkan sesaat Ellena sempat bertatapan mata dengannya.

"Apa dia sedang kesal sekarang?" tanya Winter dalam hatinya.

Ellena membuka percakapan. Ellena menyampaikan pada Catharina, di mana Catharina harus tinggal. Mendengar bahwa ia ditempatkan di tempat yang paling ujung, Catharina pun protes. Ia tidak ingin ditempatkam jauh dari Kaisar.

"Yang Mulia ... " panggil Catharina menatap Winter.

"Apa kau berniat menentang perkataan Permaisuri, Lady Rosaro? Masalah internal istana, semua keputusan harus dibuat atas persetujuanku. Yang Mulia Kaisar pun tak punya kuasa melarang karena itu sudah tertulis dalam hukum perjanjian pernikahan secara turun temurun Kekaisaran." kata Ellena.

Catharina sedikit menundukkan kepalanya, "Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak bermaksud menentang kehendak Anda. Saya hanya ingin berada dekat dengan Yang Mulia Kaisar." jawab Catharina dengan nada suara lembut dan pelan.

"Lantas apa kau harus menempatkan istanamu de-kat dengan istana Yang Mulia Kaisar? memangnya kamu siapa? Istana inti hanya boleh ditinggali anggota keluarga Kekaisaran, selain Kaisar dan Permaisuri. Tolong tahu posisimu, Lady." kata Ellena.

Catharina kaget. Ia merasa sudah dipermalukam secara tak langsung dengan perkataan Ellena. Padahal ia mendengar rumor, kalau Permaisuri itu bodoh dan polos, juga ramah. Namun, ia tidak sangka kalau Permaisuri yang ditemuinya ternyata memiliki mulut yang pedas. Catharina menatap Winter, tapi Winter hanya diam saja dan makan dengan tenang.

"Ma-maafkan saya, Yang Mulia." kata Catharina.

"Apa-apaan dia? Pria ini bahkan tak bicara sepatah katapun di depan wanita sialan ini. Apanya yang ramah dan polos? wanita ini tak terlihat seperti itu," batin Catharina.

"Yang Mulia, setelah makan malam. Izinkan saya datang ke ruang kerja Anda. Ada sesuatu hal yang ingin saya bicarakan dengan Anda secara pribadi." kata Ellena menatap Winter.

"Ya, silakan." jawab Winter.

Ellena lantas makan dengan tenang. Ia melihat Catharina hanya memotong steak dan tak memakannya. Sedangkan Winter sibuk makan tanpa memedulikan Catharina. Ellena meras aneh, padahal ia sudah mengganggu Catharina meski sedikit, tapi Winter seolah tak bereaksi. Ellena bertanya-tanya, apa ada yang salah dengan Winter?

"Bukankah Winter yang kukenal sebelumnya sangat membela Catharina? kenapa sekerang dia diam saja saat aku mengusik simpanannya? dia bahkan tak bersuara, saat tahu simpanannya aku tempatkan di istana paling ujung. Apa yang terjadi?" batin Ellena bertanya-tanya.

Winter selesai makan. Ia pergi lebih dulu meninggalkan Ellena dan Catharina. Sebelum pergi, Winter berpesan agar Catharina belajar dan mematuhi semua aturan yang berlaku di Kekaisaran. Perkataan Permaisuri adalah hal mutlak yang tak bisa diganggu gugat atau ditawar. Ellena kaget, begitu mendengar perkataan Winter. Ia menatap kepegian Winter sampai hilang dibalik pintu.

Tak hanya Ellena yang terkejut, Catharina pun terkejut. Ia tidak percaya ia diperlakukan dingin oleh Winter. Catharina semakin kesal, tapi ia berusaha menahan diri dan tak memperlihatkan kekesalannya. Ellena meletakakn garpu da pisaunya, lalu menyeka mulutnya dengan anggun. Ellena berdiri, dan Catharina pun mengikuti berdiri, ia sedikit membungkuk, saat Ellena pergi meninggalkan ruang makan. Ia harua segera bergegas menemui Winter, karena ada hal penting yang harus ia sampaikan.

***

Di ruang kerja Winter ....

Ellena mengetuk pintu dan mengabarkan kedatangannya. Ia lantas membuka pintu dan masuk, lalu kembali menutup pintu. Ellena berjalam mendekati Winter yang sedang duduk di kursi di depan meja kerjanya.

"Ada kepentingan apa, Permaisuri?" tanya Winter.

"Saya hanya ingin meyampaikan beberapa hal, Yang Mulia. Izinkan saya untuk bicara," jawab Ellena.

"Bicaralah ... " jawab Winter.

"Hal pertama, saya tidak tahu apa maksud Anda membawa Lady Rosaro ke istana, dan saya pun tak mau tahu apa alasannya. Hanya saja, saya meminta kepada Yang Mulia untuk bersikap bijaksana. Jangan sampai ada rumor buruk yang tak enak didengar telinga. Apa Anda bisa mengerti maksud saya? Hal kedua, Mulai sekarang dan kedepannya Anda harus bicara pada saya kalau itu menyangkut kebutuhan atau sesuatu hal yang diinginkan Lady Rosaro. Pengeluaran dan keuangan istana adalah tanggung jawab saya, maka Anda tak boleh sembarangan memberikan sesuatu yang tak jelas tanpa persetujuan saya. Hal ketiga, Mulai besok dan seterusnya, mari kita makan secara terpisah, Yang Mulia. Saya tahu Anda sibuk, dan saya tak mengharapkan Anda bisa selalu makan bersama saya. Kita bisa makan bersama sekali atau dua kali dalam sepekan. Itu saya yang ingin saya sampaikan," kata Ellena.

Winter terdiam. Menatap Ellena sambil mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti apa maksud Ellena sampai memutuskan makan terpisah?

"Hal pertama aku mengerti maksudmu. Hal kedua itu juga bukan masalah. Bila perlu Permaisuri saja yang mengaturnya langsung. Aku punya hal lain yang lebih penting untuk diurus, daripada mengurus masalah Catharina. Hal ketiga ... apakah Permaisuri bisa pertimbangkan lagi? makan bersama bukan hal berat, kenapa harus berpisah? Lagi pula aku tak sibuk. Aku juga tidak dipaksa untuk makan dengammu." jelas Winter.

Ellena menundukkan kepala, "Tolong penuhi saya permintaan saya, Yang Mulia. Saya akan sangat berterima kasih, jika Yang Mulia mengabulkannya," kata Ellena.

"Ya, baiklah. Kalau itu keinginan Permaisuri, aku tak akan memaksa." jawab Winter.

Setelah selesai menyampaikan hal-hal yang ingin ia sampaikan, Ellena lantas pergi meninggalkan ruang kerja Winter dan pergi kembali ke istanannya.

3. Salah Sasaran

Ellena dikehidupan pertamannya merupakan sosok lemah yang mudah goyah. Ia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk bisa terlihat, tapi mudah juga ditindas. Ellena merasa terasingkan, karena Winter sendiri sangat jarang mengajaknya bicara. Winter lebih banyak menghabiskan waktu bersama Chatarina dibandingkan dengannya. Membuatnya sakit hati, tapi tak bisa melakukan apa-apa.

Ellena menggelengkan kepalanya saat mengingat kejadian kehidupan pertamanya yang menyedihkan itu. Sekarang ia telah mengulang waktu. Hal-hal tak baik, kenangan buruk akan ia singkirka sepenuhnya. Kali ini ia mau bersikap sesuka hati, tanpa peduli pada perasaan orang lain.

"Bodohnya aku. Padahal aku begitu memedulikan perasaan orang lain, tapi kenapa mereka tak peduli perasaanku?" batin Ellena menatap cermin.

Janette membantu Ellena mengenakan gaun karena Ellena harus menghadiri acara pesta teh yang diselenggarakan Catharina.

"Yang Mulia, apakah Anda harus pergi? tidakkah wanita itu keterlaluan? dia baru seminggu di sini, dan dia langsung menyelenggarakan pesta teh?" gerutu Janette kesal.

"Jane ... abaikan saja dia. Dia seperti itu karena sedang ingin mencari perhatian orang lain." kata Ellena.

Jika dulu dikehidupan pertama Ellena yang juga diundang ke pesta teh dipermalukan sampai ditertawakan, maka kali ini Ellena lah yang akan menertawakan para Nyonya bangsawan yang mrmihak Catharina dan Catharina itu sendiri. Ellena masih ingat jelas, apa saja hal yang terjadi saat pesta teh dikehidupan pertamanya, ia sungguh-sungguh diremehkan dan dipermalukan sebagai seorang Permaisuri Kekaisaran.

***

Pelayan mengumumkan kedatangan Ellena yang tiba di istana Dandelion. Semua mata menatap dan berbisik. Ellena masuk ke dalam ruangan dengan mengenakan pakaian mewah berwarna merah, sangat kontras dengan kulit putih susunya. Ellena tampak anggun dan cantik dengan gaun itu.

"Ada apa ini? kenapa para Nyonya diam saja?" tanya Ellena.

"Hah, kalian diam saja padahal tahu Permaisuri Kekaisaran Veloz berdiri di sini? lihat apa yang akan aku lakukan pada kalian semuanya." batin Ellena.

"Apa para Nyonya tidak mendapatkan pendidikan tata krama? bukankah seharusnya kalian memberi salam setidak untuk formalitas? apa kalian meremehkanku yang seorang Permaisuri?" kata Ellena dengan nada suara dingin.

Para wanita bangsawan yang hadir langsung kaget mendengar ucapan Ellena. Mereka lantas menunduk dan sedikit membungkuk, mengucapkan salam pada Ellena.

Ellena menatap semua tamu Catharina dengan tatapan tajam. Ia langsung duduk dan menyilangkan kakinya sambil membuka kipasnya.

"Aku dengar akhir-akhi ini keluarga Marquis Wilham sedang mengalami krisis ya? Apa ada yang bisa kubantu, Machioness Wilham?" tanya Ellena tersenyum.

"Oh, ada Marchioness Greg. Apa pengiriman bahan obat-obatan ke selatan lancar? padahal aku dengar di sana sedang marak berkeliaran bandit-bandit bersenjata tajam." sambung Ellena menatap seseorang lain setelah wanita yang berada tak jauh darinya.

Wajah kedua Marchioness itu tampak aneh. Mereka merasa canggung dan mrnundukkan kepala. Dalam pikiran masing-masing Marchioness, mereka terkejut karena Ellena tahu keadaan keluarga mereka padahal tidak ada satupun keluarga Nyonya lain yang tahu.

"Bagaimana? apa kalian akan terus mengabaikanku seperti kehidupan pertamaku? Hoho ... ada untungnya aku memutar waktu. Padahal saat itu aku dulu hanya duduk diam mendengarkan mereka saling mengobrol dan menghibur satu sama lain seolah mereka menunjukka keakraban. Terlebih Catharina yang langsung menengahi mereka bak malaikat. Cih ... " batin Ellena kesal setiap kali melihat wajah Catharina yang memuakkan baginya.

"Ya-Yang Mulia ... apakah keadaan Anda sehat? Bukankah akhir-akhir ini saya dengar Anda kurang sehat?" tanya salah seorang Nyonya.

Ellena menempelkan kipasnya ke wajahnya, "Ya, begitulah. Aku memang tidak sehat. Meski begitu bukan berarti aku tak bisa tahu apa-apa tentang para bangsawan kekaisaran ini. Apa kau lupa, siapa aku sebelum menjadi Permaisuri? aku adalah putri Grand Duke Larozz." kata Ellena.

Ellena melirik ke arah Catharina yang hanya diam tidak bicara tak jauh darinya. Terlihat sangat jelas, kalau Catharina sangat kesal. Semua Nyonya jadi saling menyahut untuk mengajaknya bicara dan terkesan mengabaikan Catharina.

"Oh, Lady Rosaro. Maafkan aku. Apa aku sudah merebut perhatian para Nyonya darimu? kenapa kau diam saja sejak tadi?" tanya Ellena. Ia sengaja memancing Catharina untuk bicara.

"Ah, oh ... ti-tidak apa-apa, Yang Mulia. Tiba-tiba saya hanya tidak enak badan saja." jawab Catharina bersikap sok lemah untuk mencari perhatian.

Catharina kesal. Ia terpaksa harus berbohong dan berakting lemas di hadapan para Nyonya. Padahal ia mengundang para Nyonya untuk bergosip denganya, ia sengaja mengundang Ellena, agar Ellena di permalukan dan diabaikan. Yang terjadi justru sebaliknya. Ialah yang dipermalukan.

"Sial! Kau kuundang bukan untuk mempermalukanku. Dasar rubah licik. Dia pasti sengaja ingin membuatku terlihat tak berguna dan tak berdaya di depan para Nyonya. Lihat saja, aku akan membuatmu malu kali ini." batin Chatarina.

Dua orang pelayan datang, masing-masing membawa kudapan dan teh. Dayang yang membawa teh menatap Catharina sekilas, lalu ia sengaja melambat dan menyenggol Ellena, sehingga ia terjatuh dan menumpahkan teh. Ellena berdiri, karena gaunnya basah oleh teh.

"Ma-maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak sengaja," kata pelayan itu menundukkan kepala.

"Hihihi ... pasti sangat memalukan, kan? lihat gaumu yang indah, basah dan kotor." batin Catharina senang.

"Maafkan pelayan saya, Yang Mulia. Dia baru saya bawa dari desa, jadi sikapnya masih kasar. Saya akan menegurnya," kata Catharina.

Catharina berpikir kalau Ellena pasti akan memaafkan pelayannya. Mengingat dulu juga ada seorang pelayan tak sengaja menumpahkan minuman dan diabaikan saja. Catharina menganggap Ellena pasti akan lebih memilih dilihat sebagai Permaisuri baik hati dan ramah dari pad Permaisuri jahat dan kejam. Hanya karena masalah sepele, tak mungkin Ellena sampai menghukum dayang.

"Siapa namamu?" tanya Ellena tersenyum menatap pelayan yang menumpahkan teh ke gaunnya.

"Sa-saya Nana, Yang Mulia." jawab pelayan itu yang tiba-tiba gugup seperti terintimidasi.

"Apa kau tahu. Berapa harga gaun ini? Harganya bisa mencapai dua lima tahun gajimu. Itu hanya kainnya saja. Belum termasuk hiasan dan jasa jahitnya. Beranu sekali kau mengotori gaun baruku dan hanya minta maaf?" kata Ellena.

"A-apa? sa-saya benar-benar minta maaf. Saya salah," kata pelayan itu.

"Pengawal ... " teriak Ellena memanggil pengawal yang berjaga di luar.

Ellena sengaja membawa pengawal karena tahu akan ada kejadian itu. Dikehidupan pertamanya, ia juga mengalami hal serupa. Bedanya ia dulu hanya diam saja tak mempermasalahkan apapun, karena ingin dilihat sebagai Permaisuri baik hati. Hanya dengan pujian ia pun luluh dan lupa kalau semuanya adalah rencana jahat Catharina. Sekarang, jangankan diam saja. Ellena meembuat gempar Kekaisaran dengan menghukum berat pelayan itu.

Dua orang pengawal masuk. Mereka memberi salam dan bertanya apa yang harus mereka lakukan?

"Seret dayang ini ke luar! Pukul dia lima puluh kali dan kurung dalam penjara bawah tanah tanpa makan dan minum tiga hari." perintah Ellena.

"Baik, Yang Mulia." jawab dua pengawal serentak.

Pengawal langsung menyeret pelayan itu keluar dari ruangan pesta teh. Pelayan itupun meraung-raung meminta bantuan pada Catharina. Tidak mau dilibatkan, Catharina pun membuang muka. Ia mengabaikan jeritan minta tolong pelayannya.

Ellena tersenyum dalam hati, "Lihatlah dirimu wanita ular. Kau bahkan membuang pelayanmu yang kau bilang berharga. Di mana rasa ibamu? kau hanya ingin mencari amanmu sendiri. Dasar tidak tahu malu." batin Ellena.

Semua orang terkejut. Ellena menjatuhkan hukuman yang tak main-main. Ellena melakukan itu untuk memperingatkan semua orang yang hadir di pesta teh, jika ia bukan lagi Ellena yang bisa diremehkan. Ia adalah Permausuri Kekaisaran Veloz yang berkuasa setelah Kaisar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!