Dia adalah anak seorang kyai yang memiliki pondok pesantren. Namun selama ini dia memilih hidup di luar pesantren yang tidak banyak aturan dan disiplin. Sampai usianya sudah cukup matang dan menikah, dia belum juga menentukan satu wanita yang akan menjadi calon istrinya.
Kepulangannya ke pesantren langsung dijodohkan dengan seorang gadis.
Temukan cerita selengkapnya di novel
CALON ISTRI DARI ABAH
🍁🍁🍁🍁🍁
"Astaghfirullah, abah!? Jadi, abah dan umi menyuruh saya pulang ke pondok pesantren hanya untuk menjodohkan saya?? Abah umi, tolong jangan memaksa saya untuk menikah dengan seorang wanita yang belum saya sukai. Bahkan saya tidak mengenalnya," ucap Abryal, seorang pria dewasa yang cukup keren dan maco dengan perawakan yang lumayan ideal bak model atau aktor seperti di televisi. Nama lengkapnya Abryal Idris Sasmita.
"Kamu jangan menolak perjodohan ini,
Lagipula abah dan umi sudah memberikan kamu kesempatan selama beberapa tahun ini untuk memilih wanita yang akan menjadi pendamping hidup kamu serta jodoh kamu. Tapi nyatanya sampai sekarang, kamu juga tidak pernah memperkenalkan satu wanita pun pada abah dan umi. Jadi, ini sudah keputusan final kalau sekarang ini kamu harus menikah dengan seorang wanita yang abah dan umi pilihkan untuk kamu," ucap abah panjang lebar.
Umi Salamah yang duduk di sebelah abah Idris masih banyak diam dan sesekali tersenyum melihat putra nya yang mau tidak mau harus segera menikah dengan wanita pilihan abah dan umi nya.
"Wanita yang akan menikah dengan kamu adalah wanita sholehah, nak!? Selain cantik, dia juga wanita berpendidikan dan mandiri. Umi dan abah yakin kalau lambat laun kamu pasti akan menyukai nya. Bahkan bisa jatuh cinta dengan nya. Seperti umi dan abah dulu. Abah dan umi dulu menikah karena dijodohkan orang tua kami. Sebelumnya kami tidak saling mencintai. Pada akhirnya, kamu lihat sendiri bukan? Abah dan umi masih tetap langgeng menjadi suami istri yang saling menyayangi," ucap umi Salamah panjang lebar menceritakan masa lalu mereka yang menikah lantaran perjodohan.
"Umi abah!? Bolehkah saya menolak menikah cepat dengan wanita yang dijodohkan oleh abah dan umi!? Paling tidak saya harus mengenal terlebih dahulu wanita itu. Boleh yah, abah, umi? Beri waktu satu tahun lagi untuk melepaskan masa lajang saya. Baru setelah itu saya mau menikah," kata Abryal
berusaha menawar pada umi Salamah dan abah Idris.
"Tidak!? Penawaran ditolak!? Dalam waktu dekat ini kamu harus segera menikah dengan
Setelah kamu menikahi gadis itu dan kamu bisa mengenal lebih dekat dengan nya. Dan seiringnya waktu karena kamu dan sering bertemu, cinta dan kasih sayang diantara kalian pasti akan tumbuh. Jadi menikahlah dengan gadis, putri dari pak kyai itu baru kamu bisa memupuk rasa cinta itu," ucap abah Idris. Abryal hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam berusaha sabar dan menerima perjodohan itu.
"Besok pagi, kamu Abryal jangan lupa kita akan bertandang di pondok pesantren Darul Makmur, di mana kita akan melamar putri dari pak kyai itu di sana. Jadi anak kyai akan menikah dengan anak kyai," kata umi dengan tersenyum lega.
"Harapan kami sebagai orang tua, Anak-anak kami ini bisa meneruskan pondok pesantren setelah kami sudah mulai uzur," sahut abah Idris.
*****
"Jadi kamu mau kalau kita dijodohkan seperti ini oleh kedua orang tua kita? Kamu pasrah begitu saja menerima aku sebagai calon suami kamu yang belum kamu kenal. Bahkan kamu sendiri tidak menyukai aku?" ucap Abryal pada seorang gadis muda yang sebut saja nama nya dengan Almeda. Nama lengkapnya adalah Almeda Sasikirana Putri.
Hal itu membuat menyipit bola matanya.
"Seorang wanita tidak pantas menolak lamaran atau pinangan dari seorang pria yang notabene dari keturunan keluarga agamis atau seorang anak kyai. Sejak dalam kandungan, InsyaAllah dia sudah diajarkan bagaimana beragama dan berakhlak yang bagus. Aku rasa keputusan saya dan orang tua saya menerima lamaran dan pinangan dari kakak serta keluarga kakak, adalah tepat dan benar. InsyaAllah saya akan ikhlas menjadi istri kakak," ucap Almeda panjang lebar.
"Astaghfirullah!? Bahkan kamu belum mengenal aku? Kenapa kamu begitu yakin kalau aku adalah laki-laki yang baik dan sholeh? Aku sudah lama hidup di kota besar dan keluar di lingkungan pondok pesantren. Bagaimana kalau nyatanya aku seorang laki-laki brengsek dan badji ngan? Apakah kamu tidak akan kecewa?" kata Abryal.
"Bismillah!? Semoga keputusan saya dan keluarga besar saya untuk menerima lamaran dan pinangan ini, tepat dan benar. Dan setelah kita menikah, kita akan berusaha belajar mengenal dan mencintai satu dengan yang lain," sahut Almeda.
"Astaghfirullah!? Kamu ini benar-benar yah!? Baiklah, jangan sampai kamu menangis darah jika sudah mengenal aku lebih jauh yah! Setelah menikah, aku akan kembali ke kota. Tentu saja aku kembali dengan rutinitas ku sebagai seorang dosen, pemateri seminar, dan sibuk dengan beberapa usaha-usaha yang sudah aku jalankan. Kamu bisa tetap di sini dengan pekerjaan kamu. Kita bisa berjauhan sementara waktu," ucap Abryal seperti menakut-nakuti Almeda. Almeda terlihat menyunggingkan senyuman nya. Alamak senyuman nya begitu manis dengan lesung pipi di sebelah kiri dan kanan nya. Pria manapun jika melihat senyumnya itu tidak mungkin bisa terhindar dari pesona nya.
Almeda dengan berpenampilan busana muslim yang longgar dan hijab kekinian semakin menambah pesona nya dan kecantikan nya yang bersinar.
"Eh, em? Saya harus ikut kemanapun suamiku berada. Saya harus memutuskan melayani laki-laki yang sudah saya pilih sebagai suamiku. Pekerjaan saya di sini sebagai seorang guru, harus saya tinggalkan," kata Almeda percaya diri.
"Hah, astaghfirullah!? Itu tidak mungkin dong!? Kamu harus tetap di sini. Kewajiban kamu mendidik dan menyampaikan ilmu di madrasah harus tetap berkelanjutan," sahut Abryal.
"Tidak, kak!? Ini sudah keputusan saya. Saat di kota nanti saya akan mencari pekerjaan sebagai seorang guru. Itupun jika kakak mengijinkan nya," kata Almeda kembali senyuman itu ia tunjukkan.
"Ya sudah, kalau itu sudah menjadi keputusan kamu," sahut Abryal dengan jengah karena menghadapi Almeda yang cukup keras kepala dengan tekad nya.
*****
Persiapan pernikahan antara putri seorang kyai pondok pesantren Darul makmur dengan putra seorang kyai pondok pesantren Assalam berlangsung dengan cukup meriah. Kini sebentar lagi akan resmi menjadi pasangan suami istri. Kebahagiaan dari dua kyai besar pemilik pondok pesantren terpancar jelas. Harapan kedua kyai besar itu adalah bisa mengembangkan dan memakmurkan pondok pesantren kedua nya dengan hubungan yang baik diantara dua pondok pesantren besar itu.
🍁🍁🍁🍁🍁
Di rumah utama, Abah duduk bersama ummi. Di sana, sudah siap mendengar kan sesuatu yang akan di sampaikan oleh Abah. Kelihatannya yang akan di sampaikan oleh Abah sangat serius karena tidak seperti biasanya meminta harus pulang secepatnya ke Rembang.
"Abrya! Abah dari dulu menginginkan punya menantu seorang penghafal Al Qur'an sama halnya dengan kamu."kata Abah. Abryal mulai mengerutkan dahinya.
"Oh iya Abryal! Almeda ini, dia adalah putri nya pak kyai dari Kudus. Almeda ini adalah seorang hafidz sama seperti kamu. Dia baru datang dengan pak kyai." kata Abah sambil menunjukkan seorang gadis yang baru masuk dan duduk di antara obrolan mereka.
"Nikahi lah Almeda! Ajaklah bersamamu di kota nanti.Supaya kalian bisa saling mengenal satu dengan yang lain," ucap Abah.
Abryal seketika membulat matanya. Abryal seketika tersedak oleh nafasnya sendiri.
"Sebenarnya ini sudah kesepakatan kami sejak dulu, dengan pak kyai, supaya hubungan kami lebih akrab lagi dengan ber besan. Tolong lah, abah! Menikah lah dengan Almeda. Berjalan nya waktu kamu pasti akan menyukai Almeda," kata Abah Idris.
"Dari dulu, sebenarnya kamu sudah di sepakat untuk menjodohkan kamu dengan Almeda. Abah dengan pak kyai Kudus sepakat dengan perjodohan ini."kata Abah lagi.
"Menikahlah dengan Almeda Dan bawa lah dia bersamamu ke kota. Menjadi istri yang selalu mendampingi suaminya dan melayani dengan baik."kata Abah terakhir kalinya sebelum masuk ke dalam ruangan pribadinya.
Ummi mengusap punggung Abryal ketika Abryal terlihat kesal menarik rambutnya sendiri dengan kasar. Ummi paham, keputusan ini sangat sulit untuk dilakukan oleh Abryal, mengingat Abryal belum mau menikah.Apalagi harus menikah dengan gadis yang belum ia kenal dan cintai nya.
Abryal terdiam. Malam itu seperti neraka baginya. Tidak bisa menolak dengan keputusan Abah. Sebentar lagi dirinya harus menikah dengan gadis yang nyata - nyata dirinya belum menyukainya. Keputusan Abah seperti mutlak. Abryal tidak bisa menolak nya. Janji Abah sudah menjadi hukum. Ummi tidak bisa membantu menyelesaikan masalah ini. Keluarga besar Kyai pondok pesantren Darul Makmur dan pondok pesantren Assalam sudah mempersiapkan acara pernikahan antara Abryal dengan Almeda. Dan Abryal sebentar lagi akan melepaskan masa lajangnya dan akan memiliki tanggung jawab, beban dan kewajiban nya sebagai seorang imam bagi istri dan anak-anaknya kelak.
🍁🍁🍁🍁🍁
Pagi telah tiba. Pernikahan antara Abryal dengan Almeda yang di rencanakan sudah di persiapkan dengan matang. Abryal sudah duduk berhadapan dengan pak kyai. Di samping ada Almeda yang akan di nikahkan dengan dirinya. Akad itupun terucap di mulut Abryal lancar tanpa kesulitan sedikitpun dari mulut Abryal. Seolah ucapan itu sudah sangat hapal di kepala Abryal. Abryal menunduk, merasakan ketidakberdayaan nya untuk menolak semua itu. Sedangkan Almeda terlihat ikhlas dengan jodoh yang dipilihkan untuk dirinya.
Setelah akad itu, Abryal meninggalkan tempat itu tanpa pamit dengan Abah dan Ummi. Sedangkan Almeda terlihat menunduk sedih karena sikap dari suaminya, Abryal yang masih belum menerima keberadaan nya sebagai istrinya yang kedua.
"Kejarlah Abryal, Almeda! Karena kamu sudah menjadi istrinya yang sah," kata Abah. Ummi hanya mengusap pundak Almeda supaya bersabar dan tenang dengan sikap Abryal yang kurang sopan.
"Baik Abah!"sahut Almeda.
"Di kota nanti, kamu akan lebih sering bersama Abryal, suami mu," kata Abah.
"Baik Abah!"
"Kamu harus lebih sabar dahulu menghadapi Abryal. Umi yakin, kamu bisa menjadi istri yang baik bagi Abryal," kata Ummi dengan terus lembut.
"Baik ummi. Saya akan lebih bersabar."kata Almeda yang mulai berkaca-kaca matanya.
"Dengan setiap hari bertemu, bisa muncul benih-benih rasa suka dengan mu. Layani suami mu di kota nanti dengan baik. Semoga kalian bisa berjodoh dan menjadi pasangan yang baik. Saling mengajak dalam kebaikan dan saling mengingatkan jika melakukan kesalahan."ucap ummi Salamah.
"Insyaallah ummi."sahut Almeda.
"Abryal, tidak suka terlalu di perintah. Ikuti saja kemauan nya." kata Ummi.
"Baik ummi."sahut Almeda.
"Semoga pernikahan kamu bisa awet dan langgeng ya, Almeda!? Ummi sangat bahagia, kamu sudah menjadi istri dari Abryal. Sekarang, datangi suami kamu di dalam kamarnya. Layani dia dengan baik. Malam ini adalah malam pertama yang indah untuk kalian," kata ummi Salamah. Tiba-tiba Almeda jadi menunduk malu.
"Eh, em?? Malam pertama?" batin Almeda.
🍁🍁🍁🍁🍁
Di dalam kamar pengantin.
"Kamu tidurlah di atas! Biar aku tidur di sofa panjang ini!? Ingat!? Sementara ini kita hanya menikah karena perintah dari abah ummi kita. Jadi kamu jangan menuntut nafkah batin dari ku. Karena itu tidak mungkin aku lakukan padamu yang jelas-jelas aku dan kamu belum memiliki rasa cinta. Huh, jangankan cinta. Kita belum juga saling dekat dan mengenal. Eh tiba-tiba disuruh nikah. Benar-benar, tidak habis pikir aku," ucap Abryal. Almeda menurut saja apa kata Abryal. Lagipula Almeda juga masih takut jika harus melakukan hubungan suami istri. Kata teman-temannya yang sudah terlebih dahulu menikah, malam pertama mereka merasakan sakit saat pecah selaput dara nya. Walaupun demikian sebenarnya Almeda juga penasaran.
"Bersyukur deh, suamiku belum mau menyentuh ku," batin Almeda yang masih lengkap mengenakan kerudungnya. Almeda belum membuka penutup kepala nya yang memiliki rambut yang panjang hitam lebat.
Abryal terlihat masih gelisah dalam tidurnya. Kedua matanya ia paksakan untuk terpejam. Padahal dalam pikiran nya masih melalang buana kemana-mana. Besok rencananya dirinya akan kembali ke kota. Abryal akan kembali beraktivitas. Namun mau tidak mau dirinya harus mengajak Almeda ke kota karena Almeda telah menjadi istrinya.
"Rasanya belum percaya kalau aku sudah menikah," gumam Abryal. Diam-diam dirinya mengintip ke arah tempat tidur big size di kamar pengantin itu. Almeda sudah berbaring di atas nya yang lengkap dengan busana muslim nya yang longgar.
"Apa dia tidak kepanasan? Sepanjang hari tidak melepaskan jilbabnya? Apa lantaran di disini masih ada aku? Sehingga dia belum melepaskan penutup kepala nya," pikir Abryal.
"Eh, masa bodoh ah!" gumam Abryal akhirnya.
"Ini kopinya, mas?!" ucap Almeda.
"Letakkan saja di meja itu!? Aku mau mandi!" sahut Abryal sambil menyambar handuk di gantungan. Namun Almeda masih berdiri mematung menatap Abryal saat keadaan bangun tidur. Abryal terlihat masih tetap tampan walaupun bangun tidur. Tidak sadar Almeda berdiri mematung hingga menghalangi langkah Abryal menuju ke kamar mandi.
"Kenapa? Kamu mau ikut mandi bersama dengan ku?" kata Abryal. Sukses membuat Almeda mengerutkan dahinya.
"Eh? Em, tidak!" sahut Almeda cepat.
"Ya sudah, awas minggir! Aku mau lewat!? Kalau kamu berdiri terus disini, menghalangi langkahku ke kamar mandi," ucap Abryal yang mulai mendekati Almeda. Almeda terlihat semakin gugup. Abryal akhirnya sedikit mendorong pelan tubuh Almeda ke samping, supaya dirinya bisa masuk ke kamar mandi dalam kamar mereka.
"Eh, em??" gumam Almeda sedikit terkejut. Abryal kini sudah masuk ke kamar mandi. Namun sebelum dirinya menutup pintu kamar mandi itu, Abryal berujar.
"Sejak kemarin aku lihat kamu memakai hijab terus. Kamu tidak takut kalau kulit kepala kamu menjadi lembab dan tidak bisa bernafas? Itu akan menimbulkan ketombe. Bahkan bisa muncul kutu rambut. Kamu bisa melepaskan kerudung atau penutup kepala kamu. Bukankah kita sudah suami istri. Apa salahnya jika kamu membuka kerudung kamu," ucap Abryal panjang lebar sambil menatap ke arah Almeda. Almeda mengerutkan dahinya menatap tajam ke arah suaminya itu.
"Atau jangan-jangan kamu memang punya banyak kutu rambut yah?! Sehingga malu kalau kamu membuka kerudung kamu?" sambung Abryal. Sukses perkataan Abryal membuat mata Almeda membulat matanya dengan sempurna.
"Hah? Eh mana ada aku kutuan," protes Almeda. Namun sebelum Almeda hendak ngomel-ngomel, Abryal sudah menutup pintu kamar mandi itu. Dan setelah nya suara gemericik air mulai terdengar sampai diluar. Bahkan suara Abryal terdengar jelas sampai di luar kamar mandi. Abryal terkadang bersenandung di dalam kamar mandi itu.
"Bukankah, saat di kamar mandi tidak boleh bersenandung atau bernyanyi?" gumam Almeda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Almeda mulai melepaskan kerudung nya. Kini Almeda berada di depan cermin rias. Kembali Almeda menyisir rambutnya yang panjang. Setelah nya, Almeda membuka laptopnya dengan posisi tanpa kerudung di kepalanya.
Sengaja tadi pagi itu Almeda bangun lebih cepat supaya bisa mandi dengan membasahi rambutnya. Almeda masih melihat Abryal yang tidur lagi setelah menunaikan sholat subuh dengan leluasa membuka jilbabnya. Almeda mengeringkan rambutnya yang basah dengan hairdryer. Benar, setelah rambutnya kering Almeda kembali mengenakan hijabnya. Sampai akhirnya Abryal terbangun setelah Almeda selesai dengan pekerjaan nya. Termasuk membantu para santri-santri memasak di dapur untuk sarapan pagi. Dan saat melihat Abryal terbangun dan membuka mata, Almeda keluar kamar untuk membuatkan kopi Abryal, suaminya.
"Rasanya lega bisa lepas kerudung setelah seharian dibungkus dengan rapat terus," gumam Almeda.
Beberapa menit berlalu. Kira-kira seperempat jam kemudian, Abryal keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuh nya beserta menggosok giginya. Abryal dibuat tertegun dengan Almeda yang duduk di depan cermin tanpa kerudung. Rambutnya yang hitam lebat serta panjang membuat Abryal terpukau. Abryal melihat pantulan wajah Almeda di cermin. Wajah cantik Almeda terlihat jelas-jelas nyata. Apalagi saat Almeda tanpa mengenakan kerudung atau penutup kepalanya.
"Cantik sekali, dia!?" gumam Abryal masih terus memperhatikan Almeda yang sedang berkutat dengan laptop nya di depan cermin rias.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Kenapa buru-buru kembali ke kota, nak?! Abryal, kalian kan baru saja menikah. Apakah kalian tidak ingin berbulan madu? Bahkan abah dan ummi sudah mempersiapkan dua tiket perjalanan ke Bali lombok. Kalian perlu berdua-dua supaya lebih dekat dan saling mengenal. Abah dan ummi sudah tidak sabar ingin memiliki cucu dari buah hati kalian," ucap abah Idris panjang lebar.
Abryal mengerutkan dahinya saat mendengar ucapan abah Idris.
"Benar apa yang dikatakan oleh abah. Seharusnya kalian berbulan madu. Karena kalian baru saja menikah dan menjadi pasangan suami istri. Abryal dan Almeda ini waktu untuk kalian supaya lebih dekat dan saling mengenal. Kalian jangan khawatir, abah dan ummi akan membiayai semua perjalanan bulan madu untuk kalian berdua," ucap ummi Salamah.
Abryal dan Almeda yang duduk berdekatan kini saling berpandangan. Mereka hendak beralasan apa lagi untuk menolak keinginan abah dan ummi nya supaya mereka berdua melakukan perjalanan berbulan madu terlebih dahulu.
"Tapi abah ummi? Saya harus kembali bekerja dan mengurus beberapa bisnis yang sudah saya rintis. Perusahaan yang sudah saya dirikan semakin berkembang dan mulai membuka beberapa anak cabang-cabang di beberapa kota-kota kecil. Selain itu jadwal saya mengajar di kampus juga padat. Ditambah lagi, saya pun menjadi pemateri dalam seminar-seminar. Apakah saya harus berlibur sementara waktu? Sedangkan kewajiban saya telah menanti," ucap Abryal panjang lebar.
"Ijin selama satu minggu tidak apa-apa juga toh, Abryal!? Kepentingan untuk membahagiakan istri kamu juga penting. Ditambah lagi dengan berbulan madu ini kamu juga dalam rangka melangsungkan dan mengembangkan jumlah penduduk dalam rangka untuk mendapatkan keturunan," kata abah Idris tidak kalah untuk berargumentasi.
Abryal menggaruk tengkuknya sendiri yang tidak gatal. Sedangkan ummi terlihat cekikikan melihat putra nya kalah dalam berargumentasi dengan Abah nya sendiri.
"Abryal!? Lebih baik kamu jangan terlalu banyak protes dalam soal ini. Karena bagaimana pun kalau abah sudah memutuskan dan memerintah, kamu tidak bisa menolak nya termasuk perintah supaya kamu melakukan perjalanan untuk berbulan madu bersama Almeda istri kamu," sambung ummi Salamah.
"Abah ummi, kalau boleh saya meminta. Bagaimana kalau acara berbulan madu nya di tunda sementara waktu. Karena mas Abryal dan juga saya sama-sama sibuk dengan aktivitas kami. Saya pun harus mempersiapkan pengunduran diri saya di tempat kerja saya. Karena saya harus mengikuti suami saya di kota. Jika mana di kota nanti, saya ingin tetap bekerja dan mengajar sebagai seorang guru," ucap Almeda. Kini abah dan ummi mengerutkan dahinya sambil menyimak semua yang dijelaskan oleh Almeda.
"Hem, bisa diterima semua yang kamu katakan, nak! Baiklah, untuk sementara waktu rencana bulan madu untuk kalian berdua bisa ditunda," sahut Abah. Kini Abryal terlihat mengerutkan dahinya melirik ke arah Almeda yang sekali menyatakan pendapat nya langsung diterima oleh abah dan ummi. Sedangkan dirinya seolah-olah tidak didengar pendapat nya oleh abah ummi nya sendiri.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Jangan senang dulu, kamu!? Abah dan ummi menghargai kamu karena kamu adalah putri dari pak kyai Darul Makmur. Dan lagipula aku juga tidak perlu berterimakasih dengan kamu soal ini. Karena baik di kota maupun berbulan madu sama saja masih ketemu dengan kamu," kata Abryal ketus.
"Eh?? Maaf kalau saya sangat lancang mengusulkan acara bulan madu kita ditunda," ucap Almeda terlihat menunduk.
"Ditunda bukan berarti abah dan ummi tidak akan kembali memaksa kita untuk menyuruh kita berbulan madu. Mereka akan tetap terus memaksa kita supaya kita seperti layaknya pasangan suami istri yang akan berusaha mendapatkan keturunan. Sedangkan pernikahan ini hanya sebatas memenuhi perintah dari kedua orang tua kita. Dua kyai besar yang memiliki ambisi untuk menyatukan pondok pesantren ini dalam ikatan keluarga besar kita," ucap Abryal panjang lebar.
"Eh??" gumam Almeda kembali menundukkan kepalanya.
"Satu pertanyaan lagi untuk kamu. Sebelum kamu dijodohkan padaku lalu akhirnya kita menikah atas dasar dijodohkan orang tua kita, apakah kamu memiliki seorang kekasih atau pacar?" tanya Abryal.
"Eh?? Aku aku tidak pernah berpacaran kok," sahut Almeda.
"Tidak pernah berpacaran bukan berarti kamu tidak pernah memiliki rasa pada lawan jenis atau seorang pria pun kan? Apakah kamu ada seseorang laki-laki yang kamu sukai sebelum ini?" kata Abryal. Almeda mengerutkan dahinya. Lalu Almeda tiba-tiba saja punya ide untuk menjawab pertanyaan dari Abryal supaya dia tidak terus menerus bertanya soal ini.
"Aku aku selama ini hanya menyukai kamu saja, mas Abryal. Karena sudah jauh-jauh hari abah dan ummi telah memberitahu soal perjodohan kita. Sehingga diam-diam aku mengikuti setiap aktivitas mas Abryal di media sosial dalam setiap kegiatan mas Abryal saat di update terbaru yang di upload oleh mas Abryal," kata Almeda panjang lebar.
"Hah? Kamu ini bohong nya keterlaluan sekali. Mana mungkin seperti itu," sahut Abryal. Almeda menahan tawa nya. Dia sangat suka sekali menggoda Abryal.
"Sejak tadi kamu bertanya tentang aku. Bagaimana dengan kamu sendiri? Apakah kamu sebenarnya memiliki banyak pacar. Sehingga sangat sedih jika menikah dan dijodohkan dengan ku?" tanya Almeda.
"Ih kamu terlalu meremehkan aku loh. Tentu saja berderet cewek-cewek di belakang ku," sahut Abryal.
"Semuanya jadi pacar kamu?" tanya Almeda.
"Tidak!? Mereka ikut antri di belakang ku saat hendak melakukan transaksi dan juga antri membeli iga bakar kesukaan ku," kata Abryal asal. Almeda terkekeh mendengar nya. Abryal diam melihat Almeda yang cekikikan karena candaan nya.
"Kamu ternyata asyik juga yah kalau diajak bicara. Ditambah lagi kamu terlalu manis ketika tersenyum seperti itu. Dua lesung di pipi kamu lah yang membuat kamu semakin terlihat manis di wajah kamu," kata Abryal mulai keluar rayuan nya.
"Ais, ternyata kamu juga pandai merayu yah?" sahut Almeda.
"Tidak masalah! Merayu istri sendiri tidak apa-apa bukan?" kata Abryal.
"Eh??" Almeda menyipit bola matanya saat Abryal berkata dan mengakui dirinya sebagai istrinya.
"Kenapa? Bukannya kamu adalah istriku?" sahut Abryal.
"Iya, benar! Dan kamu adalah suamiku," kata Almeda.
"Benar! Tapi sayangnya aku belum menyukai kamu. Sementara kita seperti ini saja yah. Kita berteman dekat dulu. Yang terpenting abah dan ummi atau orang tua kita menganggap hubungan kita baik-baik saja," ucap Abryal.
"Baiklah!? Aku ikuti saja apa kata kamu, mas!?" sahut Almeda dengan tersenyum lebar. Kembali Abryal melihat senyuman manis milik Almeda.
"Ais jangan sering-sering menunjukkan senyuman kamu kepada ku, Almeda! Aku bisa jatuh hati dengan kamu nanti," ucap Abryal.
"Eh?? Tidak apa-apa jika jatuh hati padaku. Kita kan sudah suami istri. Tidak ada yang salah bukan?" kata Almeda.
"Eh tapi tapi aku sebenarnya sudah dekat dengan seorang wanita. Cuma beda server dengan ku. Makanya aku belum berani memperkenalkan nya pada abah dan ummi. Sampai pernikahan kita ini terjadi," cerita Abryal akhirnya. Almeda mengerutkan dahinya.
"Jadi benar? Kalau kamu sebenarnya sudah memiliki pacar?" tanya Almeda.
"Sebenarnya bukan pacar sih. Tapi teman dekat. Dekat sekali," jawab Abryal.
"Apakah sedekat kita ini?" jawab Almeda sambil mendekati Abryal lebih dekat lagi. Abryal menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hehehe sudah lah Almeda! Ayo kita bersiap-siap. Karena kita akan berangkat ke kota," sahut Abryal sambil berusaha mundur menjauh dari Almeda yang berusaha menggoda Abryal.
"Hihi puas rasanya mengganggu mas Abryal," batin Almeda sambil tersenyum lebar karena ternyata Abryal adalah laki-laki yang sangat polos dan lugu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!