NovelToon NovelToon

MENIKAH KARNA DENDAM

Draft

"Mamaaaaa." suara teriakan anak laki-laki berusia 12 tahun itu menggema diseantero rumah kontrakan sederhana itu.

Anak laki-laki tersebut berlari cepat ke arah tubuh mamanya yang tergeletak, disamping mamanya terdapat botol obat nyamuk semprot.

"Mama, jangan tinggalakan Qian mama, Qian tidak bisa hidup tanpa mama." rintih bocah laki-laki itu memangku kepala mamanya, wajahnya kini dibanjiri oleh air mata, baru satu minggu yang lalu dia kehilangan papanya, dan sekarang dia tidak ingin kehilangan mamanya juga.

Wanita yang dipanggil mama itu ternyata masih bernafas meskipun nafasnya pendek-pendek, wanita itu memandang putra semata wayangnya dan mengerjap-ngerjap lemah, wanita yang sebentar lagi akan dipanggil oleh malaikat maut itu berusaha untuk memegang pipi putra semata wayangnya.

"Ma, kita kerumah sakit ya ma."

Wanita itu menggeleng lemah, "Ka...mu..ha rus hi dup a na kku, ba laskan dendam mama dan pa pa." suaranya terputus-putus, namun dia masih berusaha untuk menyelsaikan ucapannya sebelum malaikat maut benar-benar mengambil nyawanya.

"I ng et sa..." rasanya suaranya susah untuk keluar, "Tu nama, Satya Cahya Abadi." wanita tersebut menyebutkan nama tersebut dengan sangat jelas sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, kepalanya terkulai dipangkuan putranya.

"Mamaa, tidakkkkk." suara jeritan anak laki-laki itu menggema, benar-benar menyayat hati.

Lengkaplah sudah penderitaannya, perusahaan ayahnya yang bangkrut karna rekan bisnisnya yang bernama Satya Cahya Abadi yang telah menipunya sehingga perusahaan yang telah dibangun dari nol harus mengalami kebangkrutan, bahkan sampai menyita semua aset termasuk rumah megah yang selama ini keluarga mereka tempati, dan keluarga mereka terpaksa harus tinggal dikontrakan sederhana.

Namun papa Qianu yang depresi dengan yang menimpa perusahaannya membuatnya memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, hal tersebut tentu saja menjadi pukulan berat untuk Qianu dan mamanya, dimana kehidupan mereka semakin susah setelah kepergian sang papa, dan tepat satu minggu setelah kepergi papanya, kini mamanya yang juga lebih memilih untuk menyusul papanya dan meninggalkan Qianu sendirian untuk berjuang.

Setelah menangisi kepergian mama dan papanya yang tragis, setelah lelah menangisi nasibnya, anak-anak laki yang sebentar lagi beranjak dewasa itu menghapus air matanya dengan kasar, dengan wajah mengeras berjanji didepan jasad mamanya.

"Qianu berjanji ma, pa, Qianu akan membuat orang yang telah menghancurkan keluarga kita menyesal, dia akan mendapatkan hal yang lebih dari apa yang kita rasakan."

*****

Bertahun-tahun kemudian, disebuah ruangan terbuka yang merupakan halaman dari sebuah rumah mewah, seorang laki-laki tampan berperawakan atletis tengah mengokang senjatanya, dengan mata tajam, laki-laki itu mengarahkan senjatanya pada papan target dimana disana, ditempel selembar foto, foto orang yang akan dihabisi, dendam yang disimpan selama bertahun-tahun itu kini sudah diambang batasnya, sudah saatnya dia untuk membalas apa yang telah laki-laki yang ada difoto tersebut lakukan pada keluarganya.

Laki-laki yang tidak lain adalah Qianu itu menarik platuk senjata apinya dan melemparkan sebuah tembakan pada papan target, dan Qianu tidak pernah salah sasaran, pelurunya mengenai dahi laki-laki yang ada difoto tersebut, Qianu kembali menarik pelatuk senjata api itu dan melemparkan tembakan berkali-kali, dan dia benar-benar penembak yang handal karna tidak ada satupun dari tembakannya yang melesat sehingga membuat foto yang menjadi sasaran tembakannya hancur.

Qianu tersenyum puas melihat hasil kerjanya, "Kamu akan berakhir menggenaskan seperti foto itu Satya, tunggu saja tanggal mainnya."

Anak laki-laki yang menangis didepan jasad orang tuanya itu kini sudah tumbuh dewasa dan berubah menjadi laki-laki tampan yang disegani dan ditakuti, tidak hanya oleh rekan-rekan bisnisnya, tapi juga oleh musuh-musuhnya.

"Minumnya tuan." seorang maid menyodorkan minuman kepada tuannya.

Qianu mengambil gelas berisi orange jus tersebut dan meneguknya.

Terlihat seorang berpakaian serba hitam dengan wajah sangar mendekati Qianu.

"Tuan, nona Agnes datang mencari tuan." beritahu laki-laki yang tidak lain adalah salah satu anak buahnya yang bernama Hugo.

Qianu mendesah berat, dia malas bertemu dengan gadis itu, tapi dia harus karna menghormat papa gadis tersebut, orang yang telah mengangkat derajatnya sehingga seperti sekarang ini.

"Dimana dia."

"Ada diruang kerja anda tuan."

Qianu memandang Hugo bengis, "Diruang kerjaku." ulangnya, sangat jelas kata-katanya mengandung amarah, "Kenapa kamu mengizinkannya masuk ke ruang kerjaku hah, apa kamu sudah bosa hidup Hugo." suara Qian meninggi, pasalnya dia paling tidak suka ruang kerjanya dimasuki oleh siapapun tanpa seizinnya.

Hugo menunduk, dia tidak berani menatap mata tuannya yang menyala, "Maafkan saya tuan, nona Agnes memaksa masuk ke ruangan tuan, dan kami tidak bisa mencegahnya."

"Dasar banci, pakai rok saja kamu Hugo, gadis lemah seperti Agnes saja tidak bisa kamu cegah, apalagi musuh, benar-benar tidak bisa diandalkan." setelah mengata-ngatai Hugo, Qian berjalan masuk menemui Agnes.

Agnes adalah anak dari Ardan Wiratama yang merupakan sahabat almarhun papanya, laki-laki itu juga yang telah menolongnya saat luntang-lantung dijalanan karna ditinggalkan oleh kedua orang tuanya sehingga membuat kehidupan Qianu membaik dan pada akhirnya bisa sampai seperti sekarang ini.

"Kami lebih memilih melawan musuh dalam jumlah banyak daripada harus disuruh menangani nona Agnes." timpal Hugo, tentu saja Hugo sangat sadar untuk tidak melafalkan kalimat tersebut didepan bosnya.

Ukhuk ukhuk

Pelayan yang sejak tadi melayani Qian terbatuk-batuk untuk menyamarkan tawanya saat mendengar hinaan Qian kepada Hugo.

Hugo memberikan tatapan tajam kepada pelayan tersebut dan hal itu berhasil membuat pelayan wanita itu tertunduk takut.

"Berani kamu mentertawakan saya hah."

"Tidak tuan, maafkan saya." pelayan itu mengkeret ketakutan karna mendapat bentakan dari Hugo.

Hugo tidak merasa bersalah sedikitpun karna telah membuat pelayan itu ketakutan, dia malah menyusul tuannya masuk kedalam.

*****

"Kafka." Agnes terlihat begitu antusias saat melihat Kafka, dia berlari menyongsong Kafka dan langsung menubruk tubuh keras Qian.

"Aku kangen Qian, kamu kenapa tidak pernah membalas pesan-pesan aku sieh, ditelpon juga kamu tidak pernah mau angkat." rengek gadis cantik itu manja sambil tangannya menggamit lengan Qian.

"Aku sibuk Nez." saat mengatakan kalau dirinya sibuk, itu memang benar, selain sibuk dengan perusahaan yang dia rintis dari nol, dia juga sibuk dengan rencana balas dendam yang sudah dia rencanakan selama bertahun-tahun.

"Sesibuk-sibuknya kamu, masak hanya balas pesanku kamu tidak punya waktu sieh."

Agnes memang menyukai Qian sejak dulu, tapi kian hanya menganggap Agnes hanya sebagai adik, tidak lebih.

"Nez, aku yang ingin aku katakan sama kamu."

"Ohh ya, tentang apa."

"Aku akan kembali ke Indonesia."

"Apa." Agnez langusung melepaskan rangkulan tangannya dilengan Qian, menatap Qian mencoba untuk mencari tahu apakah Qian berbohong atau tidak, "Kamu tidak seriuskan Qian, kamu bercandakan."

"Aku tidak bohong Nez, aku memang harus balik ke Indonesia."

"Terus bagaimana dengan aku." Agnes merajuk.

"Ya gak gimana-gimana, kamu tetap disini dan melanjutkan kuliahmu."

"Tidak bisa, aku tidak mau kamu tinggalkan Qian."

"Aku harus balik Nes, ada hal penting yang harus aku selesaikan."

"Terus kamu akan kembalikan ke sini."

Qian mengangguk tidak pasti, entahlah, mungkin dia akan kembali setelah dendamnya terbalas.

Agnes memeluk Qian, "Aku akan menunggumu kembali Qian, kamu tidak akan lamakan."

"Entahlah, akupun tidak tahu, aku harap, kamu tidak perlu menungguku."

"Apa sieh yang kamu katakan, ya jelaslah aku akan menunggumu." ngotot Agnes.

****

Sementara itu dibelahan bumi lainnya, seorang gadis cantik berkulit putih pucat saat ini tengah galau hanya gara-gara jerawat yang muncul dihidungnya, hal tersebut membuatnya panggilan vidio ke sahabat-sahabatnya, tidak peduli apakah sahabatnya terganggu atau tidak, karna dinegaranya tercinta saat ini masih tengah malam dan sudah bisa dipastikan sahabat-sahabatnya tengah pada tertidur lelap saat ini, tapi saat ini yang dia inginkan adalah laporan kepada sahabat-sahabatnya.

Gadis tersebut bisa melihat wajah ngantuk ketiga sahabatnya dilayar.

"Apa sieh Mel, tengah malam gini lo ganggu saja, apa lo baik-baik saja." tanya Juli mengucek-ngucek matanya.

"Gue yakin, Imel pasti VC karna hal yang tidak penting." Nuri menimpali dengan suara seraknya.

"Kalau sampai lo ganggu tidur kami perkara yang tidak penting, gue akan datang ke jepang nonjokin lo Mel." sahut Gebi.

"Sumpah ini penting banget, tahu gak sieh, jerawat gue tumbuh dihidung gue, besar."

"Ahh emang setan lo ya." umpat Nuri yang menyesal bela-belain bangun karna hal yang tidak penting.

"Benar-benar ya lo Mel, jerawat begitu doank gak bakalan bikin lo mati sialan."

"Imelll, bisa gak sieh lo jadi cewek gak usah lebay gitu, elahh, gue fikir lo kenapa."

"Ini perkara penting bedebah, munculnya jerawat itu bisa mengurangi kecantikan paripurna gue, kayaknya gue mesti buru-buru balik deh, udara dingin jepang gak cocok untuk kulit gue."

"Oke, lo cepatan balik, dan wajib hukumnya lo bawain oleh-oleh untuk kami bertiga, dan oleh-olehnya harus mahal, kalau sampai lo cuma bawa hidung lo doank, gue kirim balik lo ke jepang."

"Elahh, masalah oleh-oleh gercep amet dah lo."

"Udah ya Mel, gue balik tidur dulu, lo mengganggu waktu tidur berharga gue saja."

"Gue juga mau balik tidur."

"Gue juga."

Sambunganpun terputus.

"Emang dasar kalian itu, tumbuhnya jerawat yang bisa mengurangi kecantikan merupakan salah satu masalah penting." desisnya saat ketiga sahabatnya memutus sambungan.

****

TABRAKAN

Dengan mengenakan pakaian serba hitam ditambah dengan mengenakan kaca mata hitam yang membingkai matanya, Qian keluar dari pesawat pribadi miliknya, dibandara sudah menunggu sejumlah anak buahnya yang juga menggunakan pakaian serba hitam.

Qianu ditemani oleh Hugo, laki-laki botak bertubuh kekar yang merupakan orang kepercayaannya selalu mengikuti kemanapun dia pergi.

"Selamat datang tuan." sapa salah satu anak buahnya saat Qian turun dari pesawat pribadinya.

"Hmmm." respon Qian dengan wajah datar dan dinginnya.

Qian bisa merasakan embusan angin lembut yang menerpa wajahnya, sejenak, dibalik kaca mata hitamnya, Qian memejamkan matanya merasakan hembusan angin ditanah kelahirannya, tanah yang tidak pernah dia rindukan karna kembali kilasan-kilasan masa lalu kelam itu kembali memenuhi fikirannya, kilasan tentang bagaimana dia melihat jasad mama dan papanya yang terbujur kaku karna ulah laki-laki bernama Satya Cahya Abadi, karna laki-laki itulah Qian kembali, kembali untuk membalaskan dendam orang tuanya.

Qian tersenyum kecut, "Sebentar lagi masa-masa kehancuranmu brengsek, mama, papa, sebentar lagi putramu ini akan membalaskan rasa sakit kalian." tangan Qian mengepal, setiap mengingat apa yang terjadi pada kedua orang tuanya membuat Qian emosi.

Selama tinggal diluar negeri, Qian meminta anak buahnya yang ada Indonesia untuk mencaritahu semua tentang Satya Cahya Abadi, Qian sendiri tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu secara langsung, dia hanya melihat foto laki-laki itu, dan setelah mengetahui semua tentang laki-laki yang telah menghancurkan keluarganya tersebut, Qian yang memiliki perusahaan besar mengajak perusahaan milik Satya Cahya Abadi untuk melakukan kerjasama, cara itu merupakan langkah awal yang dilakukan oleh Qian untuk menghancurkan Satya, dan tentu saja tawaran kerja sama dari perusahaan besar itu diterima dengan tangan terbuka tanpa berfikir oleh Satya, laki-laki itu tidak pernah punya firasat buruk sedikitpun kalau kerjasama itu merupakan awal dari kehancurannya.

"Saya mau ke makam mama dan papa terlebi dulu." perintah Qian pada anak buahnya yang juga bertindak sebagai sopir, sementara beberapa mobil lainnya mengikuti dibelakang.

"Baik tuan."

Tempat yang pertama dituju oleh Qian tentu saja adalah tempat peristirahatan mama dan papanya setelah sekian lama dia tidak pernah menjenguk mereka.

*****

"Hai ma pa." sapa Qian didepan pusara mama dan papanya.

Laki-laki yang selalu menampilkan wajah datar dan bengis itu memperlihatkan sisi lemahnya dihadapan makam mama dan papanya, suatu hal yang tidak akan mungkin dia tunjukkan didepan anak buahnya apalagi didepan musuh-musuhnya, oleh karna itu, Qian menyuruh anak-anak buahnya untuk menunggu dimobil dan membiarkannya berada dimakam kedua orang tuanya sendirian supaya dia bisa mengekpresikan kesedihannya yang selama ini tersimpan dengan sangat baik direlung hatinya yang paling dalam.

"Maafkan putra kalian ini ma, pa yang baru datang menjenguk kalian." Qian duduk diantara makam mama dan papanya yang berdampingan, "Lihatlah, putra kalian ini sekarang sudah besar dan berkuasa dan segani oleh rekan-rekan bisnis Qian dan ditakuti oleh musuh-musuhnya, Qian bukan lagi seorang bocah yang lemah dan cengeng,

putra kalian ini sudah sangat siap untuk membalaskan rasa sakit hati kalian kepada laki-laki brengsek yang telah menyebabkan kalian menderita."

"Qian merindukan kalian, selama ini putra kalian ini telah melewati hari-hari yang berat tanpa sosok kalian berdua, tapi yang membuat Qian kuat dan tetap bertahan sampai saat ini adalah dendam kalian, Qian tidak akan membiarkan orang yang telah menghancurkan keluarga kita hidup bahagia sementara keluarga kita hancur berantakan, Satya Cahya Abadi akan Qian buat menderita dan merasakan apa yang kalian rasakan."

"Qian beruntung, karna om Damar menemukan Qian dan membawa Qian bersamanya, dialah yang telah banyak berjasa sehingga membuat Qian menjadi seperti sekarang ini." Qianu curhat didepan makam mama dan papanya seolah-olah kedua orang tuanya bisa mendengarnya.

"Beristirahatlah dengan tenang ma, pa, Qian berharap suatu saat kita bisa berkumpul kembali." Qian mengakhiri sesi curhatnya sebelum meninggalkan pemakaman tersebut.

****

"Hai mami, mami apa kabarnya, maaf ya mami, karna anak mami yang super duper cantik ini baru datang menjenguk mami." tidak jauh dari posisi Qian berada seorang gadis cantik bernama Imel juga tengah berziarah dimakam ibundanyan tercinta.

"Tahu gak mami, papi ngajakin Imel liburan ke jepang lho sebagai hadiah karna Imel naik kelas, papi bersyukur banget karna anak kesayangannya ini bisa naik kelas."

Maklum saja sieh mengingat Imel memiliki iq dibawah standar, sehingga tidak heran, sebagai bentuk rasa syukurnya, papinya Imel tidak hanya mengajak putri kesayangannya itu jalan-jalan ke Jepang saja, dia bahkan sampai memberikan santunan kepada anak yatim dan janda.

"Coba kalau mami ada, pasti liburannya akan tambah seru deh." gadis cantik itu curhat didepan makam maminya, dia memang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu karna maminya meninggal setelah melahirkannya, dan saking sayangnya kepada Imel sehingga papinya lebih memilih tidak menikah sampai sekarang, papinya Imel lebih fokus memberikan kasih sayang seutuhnya kepada putri semata wayangnya itu daripada memikirkan dirinya sendiri, selain itu juga papinya Imel berfikir kalau ibu tiri adalah orang yang jahat, dan hal tersebut merupakan salah satu alasannya untuk tidak menikah sampai sekarang.

"Mi, papi itu ya, meskipun jelek, gendut, dan perutnya buncit tapi banyak yang mau lho sama papi, tapi satupun dari perempuan-perempuan yang mendekatinya tidak ada yang papi gubris, papi benar-benar cinta mati sama mami, mami beruntung dicintai sama papi, Imel juga berharap suatu saat ada laki-laki yang mencintai Imel seperti papi yang mencintai mami, Imel berharap mendapatkan suami seperti papi."

Imel seperti anak perempuan pada umumnya yang berharap mendapatkan suami seperti ayah kandungnya, "Sifatnya maksud Imel mi, tapi kalau wajahnya janganlah, hehe, bercanda mi."

Setelah sesi curhat tersebut, Imel kemudian beranjak dari makam maminya, dia sudah cukup lama berada disana.

"Imel pulang dulu ya mi, nanti Imel akan kesini lagi." janji Imel.

Saat dalam perjalanan menuju mobilnya, Imel mendapat notifikasi pesan yang dikirim oleh sahabatnya digrup watshap.

Nuri : Woee, lo dimana sieh, kami udah nungguin lo nieh dirumah lo.

Imel : Elahh, masalah oleh-oleh saja lo pada gercep.

Juli : Gue gak kayak gitu ya, Nuri dan Gebi tuh yang maksa-maksa gue ikut ke rumah lo.

Gebi : Dihh sik panjull, sok-sok'an dia.

Nurii : Halo Cahyo Abadi, dimana sieh lo sebenarnya, cepat balik lo woee, kaki kami sudah berakar dan menancap diubin karna kelamaan nungguin lo.

Imel : Iya iya, gak sabaran banget elahh, ini juga baru mau balik dari makam mami

Nuri : Lo dimakam mami ya, sorry deh, lanjut deh, kami sabar kok nunggu

Imel : Gue udah mau balik ini

Karna sibuk membalas pesan sahabat-sahabatnya sehingga Imel tidak memperhatikan jalan sehingga dia menabrak sesuatu yang kokoh, dan hal tersebut berhasil membuatnya terjatuh dengan bokong duluan menyentuh tanah.

Imel meringis kesakitan, dia yang salah, karna jalan sambil main ponsel sehingga menabrak orang, tapi karna dia yang jatuh makanya Imel menyalahkan orang yang dia tabrak, "Lo kalau jalan pakai..." Imel langsung menghentikan omelannya saat mendongak dan melihat siapa yang dia tabrak, seorang pria tinggi tegap dengan wajah super datar dengan pakaian serba hitam dengan kaca mata hitam, wajah dan pakaian serba hitam yang dikenakan oleh pria yang dia tabrak itu sukses membuat Imel ketakutan.

"Astagfirullah, gue menabrak mafia." Imel buru-buru memungut ponselnya dan berdiri.

"Maaf maaf, maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja." setelah mengucapkan kata maaf tersebut, Imel buru-buru ngacir sebelum pria itu melakukan hal-hal yang tidak diinginkan kepadanya, intinya Imel benar-benar takut dan ingin segera menjauh dari laki-laki yang berpenampilan seperti mafia itu.

Yahh, laki-laki yang ditabrak Imel adalah Qianu, dan Qianu bukan hanya berpenampilan seperti mafia, tapi dia memang mafia sesungguhnya.

Qianu yang melihat gadis itu hanya menggeleng, "Dasar gadis kecil." desisnya dan melanjutkan perjalanannya.

Imel menarik nafas lega begitu sudah jauh dari Qianu, dia mengelus dadanya, "Syukurlah dia tidak mengejar gue dan membiarkan gue pergi, gue fikir tadi dia akan menculik gue dan mengambil organ dalam gue untuk dijual." Imel bergidik ngeri membayangkan hal tersebut, Imel memang berlebihan.

*****

SEPERTINYA GUE JATUH CINTA

Hari itu cuaca mendung, langitpun mulai menitikkan titik-titik kecil dari langit.

Didalam sebuah mobil yang melaju dijalan raya, tampak sepasang kekasih tengah berdebat seru, entah yang mengakari penyebab perdebatan tersebut.

"Pokoknya gue gak suka ya Mel lo ganjen sama setiap cowok yang lo temui, seharusnya elo hargai gue donk sebagai pacar lo donk."

"Lo jangan sembarangan ya kalau ngomong Rio." Imel jelas tidak terima dengan kata-kata Rio yang mengatakan kalau dirinya ganjen, "Cowok itu tersenyum sebagai sebuah sopan santun sama gue, apa salahnya kalau gue balas, masak iya gue cuekin."

"Itu ganjen namanya Imel." ngotot Rio tidak mau dibantah, "Lo makanya ya Mel, mulai sekarang jangan genit-genit sama cowok."

"Menyebalkan banget sieh lo jadi cowok, turunin gue disini." biasalah cewek, kalau berantem dikit-dikit minta diturunin.

Rio adalah pacar Imel yang baru tiga hari ini dipacari oleh Imel, tampan dan kaya sieh, tapi percuma saja tampan dan kaya kalau posesif dan suka ngekang.

Dan Rio yang juga kesal dengan Imel dan mendengar permintaan Imel menghentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Hah, sik brengsek ini beneran mau nurunin gue disini." gumam Imel menatap Rio.

Meskipun siek cewek setengah mati minta diturunin, tapi bukan berarti keinginannya itu ingin dituruti seih.

"Apa yang lo tunggu Mel, sana turun, bukannya lo ingin turun ya." ejek Rio.

"Oke, gue akan turun sekarang." Imel membuka pintu mobil, namun sebelum benar-benar keluar, Imel berbalik menghadap Rio, "Dan satu lagi Rio, mulai sekarang kita putus." padahal mereka baru saja jadian tiga hari yang lalu, dan kini Imel sudah mendeklarasikan putus saja.

"Oke." Rio mengabulkan, "Masih banyak wanita yang jauh lebih cantik dari elo yang bisa gue dapatkan."

"Dasar brengsek." umpat Imel dan menutup pintu mobil Rio dengan kasar.

Begitu mobil Rio berlalu, Imel mengumpat panjang pendek, dia benar-benar sangat kesal dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti Rio.

"Dasar cowok brengsek gak bertanggung jawab, tega-teganya lo nurunin gue ditengah jalan begini."

Imel sieh tidak sakit karna berakhirnya hubungannya dengan Rio karna memang sejak awal dia tidak pernah menyukai Rio, dia menerima Rio hanya sekedar iseng doank, ya begitulah yang terjadi sebelum-sebelumnya, Imel selalu menerima setiap cowok yang mendekatinya hanya sekedar iseng doank.

"Ihhh mana ujan gini lagi, benar-benar sial gue hari ini."

Imel merasakan ada sesuatu yang tebal menyelebungi tubuhnya, Imel menoleh kesamping dan menemukan seorang laki-laki tampan menatapnya dengan pandangan tajam yang tapi menghanyutkan, Imel merasakan jantungnya berdetak cepat, apalagi aroma parfum yang masih menempel dijaket yang laki-laki itu kenakan ditubuhnya benar-benar memabukkan.

Dan tanpa bicara sepatah katapun, laki-laki yang tidak lain adalah Qianu itu menaikkan kupluk jaketnya untuk menyelubungi kepala Imel supaya terhindar dari rintik-rintik air hujan.

"Pergi sekarang, hujan-hujanan tidak baik untuk kesehatan." ujar laki-laki itu dengan suara beratnya sebelum berlalu meninggalkan Imel yang terpaku menatap Qianu.

Imel benar-benar terhipnotis dengan ketampanan Qianu, sampai saat laki-laki itu menjauh, barulah Imel sadar dari keterpanaannya.

"Heiii, nama kamu siapa." Imel berteriak.

Qianu berbalik dan tersenyum misterius tanpa membalas pertanyaan Imel dia kembali berbalik dan berjalan pergi.

"Ahhh sepertinya gue jatuh cinta pada pandangan pertama." Imel memegang jantungnya yang berdetak cepat.

"Ini laki-laki yang selama ini gue cari, gentle dan bertanggung jawab, tidak seperti sik brengsek Rio itu yang meninggalkan gue tanpa perasaan seperti ini."

*****

Seharian ini Qian menghabiskan waktunya dengan berkeliling kota, meskipun dia tidak pernah ingin kembali ke kota kelahirannya itu, tapi karna dia sudah kembali, fikirnya tidak ada salahnya berkeliling hanya untuk melihat-lihat, karna dia ingin menikmati waktunya sendiri, oleh karna itu Qian pergi sendiri tanpa pengawalan dari anak buahnya, meskipun begitu, dibalik bajunya, Qian selalu menyimpan senjata api, sebagai laki-laki yang memiliki banyak musuh, dia memang harus siap siaga karna musuh bisa saja menyerang kapan saja.

Dan saat ini, setelah lelah berkeliling, ditengah langit menumpahkan rintik-rintik air dari langit, Qian memilih untuk berteduh sebuah cafe, karna Qian duduk didekat dindin kaca cafe tersebut, pandangannya tidak sengaja tertuju pada gadis yang baru turun dari mobil, Qian memiliki ingatan yang bagus, dia mengenali gadis yang saat ini berdiri dengan bibir manyun dibawah rintik-rintik hujan, entah dorongan darimana sehingga Qian beranjak dari tempatnya, tujuannya adalah menghampiri gadis tersebut.

Mata lebar gadis yang dia temui saat dipamakaman kemarin membuatnya terhipnotis, mata itu benar-benar indah, fikir Qian, gadis itu tidak mengenalinya mengingat gadis itu tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia mengenali Qianu.

"Matanya benar-benar cantik." puji Qian dalam hati.

Dan kini saat dia sudah berada didalam mobilnya, mata lebar gadis itu masih membayangi fikirannya, wajah gadis belia itu seakan menempel dan tidak pernah lepas dari pelupuk matanya.

Qian menggelengkan kepalanya untuk menghalau bayangan gadis tersebut, "Kamu gak boleh jatuh cinta Qian, cinta hanya akan membuatmu lemah, fokuslah sama misi balas dendamu." Qian mencoba mengingatkan dirinya dengan tujuan utamanya datang kembali ke tanah kelahirannya.

*****

"Makasih ya pi." Imel mencium pipi papinya saat akan turun dari mobil saat mengantarkannya sekolah.

"Belajar yang rajin anak kesayangan papi."

"Siap papi." Imel berpose hormat.

Laki-laki bertubuh tambun itu tersenyum melihat kelakuan putri semata wayangnya, gadis kecilnya yang saat ini mulai beranjak dewasa, putrinya itu benar-benar cantik, kecantikan yang diwariskan dari almarhum sang mama.

Sopir pribadi yang mengantarkan ayah dan anak itu membuka pintu penumpang disamping Imel.

"Imel masuk dulu ya papi." Imel mencium pipi papinya sebelum benar-benar keluar dari mobil.

Satya Cahya Abadi mengangguk melepas kepergian putrinya tercintanya, putri yang begitu sangat dia cintai.

"Om Anto, hati-hati ya bawa mobilnya, tolong antarkan laki-laki tambun kesayanganku itu tiba dengan selamat ke kantor." pesan Imel pada sopir papinya yang bernama Anto.

"Perintah dilaksanakan nona muda yang cantik."

"Bye papi." Imel melambaikan tangannya dan memberikan kiss bye sebelum masuk ke gerbang sekolah.

"Bye sayang."

Setelah acara perpisahan tersebut, mobil yang membawa Satya Cahya Abadi melaju menuju perusahaannya, perusahaan peninggalan orang tuanya yang selama ini dia kembangkan dan besarkan sehingga menjadi besar seperti sekarang ini.

Kembali pada Imel, gadis itu berjalan dengan senyum merekah ke kelasnya, yahh saat ini dia tengah berbunga- bunga karna dia jatuh cinta dengan laki-laki yang tidak jelas, tidak jelas karna dia jatuh cinta sama laki-laki yang tidak dia kenal namanya apalagi latar belakangnya, laki-laki yang baru dua kali dia temui, tapi pertemuan pertamanya tidak diingat sama Imel.

"Mell."

Mendengar namanya dipanggil, Imel reflek menghentikan langkahnya, dia berbalik dengan malas-malas ke arah sumber suara, pasalnya dia mengenali pemilik suara tersebut, pemilik suara yang tidak lain adalah Rio, mantan yang baru kemarin dia putuskan.

Rio tersenyum lebar dan mendekati Imel.

"Mau ngapain dia manggil gue, pakai senyum-senyum segala lagi, difikirnya gue akan terpesona apa sama dia." batin Imel.

"Mell, sorry ya masalah kemarin, gue benar-benar menyesal."

"Sudahlah lupain, gue juga ogah mengingatnya." tandas Imel ketus, karna kalau mengingat hal kemarin hanya membuatnya kesal saja, tapi ada untungnya juga sieh Rio menurunkannya ditengah jalan begitu karna dia bisa bertemu dengan pujaan hatinya.

"Ohh oke."

"Oke kalau gitu, karna kita gak ada masalah lagi, gue masuk kelas dulu." Imel siap kembali berbalik, namun Rio menahannya dengan memegang pergelangan tangannya.

Karna tidak sudi dipegang oleh Rio, Imel menghempaskan tangan Rio dengan kasar, "Apaan sieh lo pegang-pegang."

"Sorry Mel, apakah bisa kita kembali."

"Hah, kembali, maksud lo."

"Iya kita menjalin kasih kembali Mel."

"Ogahh." jawab Imel tanpa perasaan dan dengan cepat berbalik pergi, dia gak mau ditahan lagi sama Rio.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!