Tringg....
Deringan lonceng yang bergema nyaring di seluruh sekolah SMA Bina Bangsa siang itu,nyatanya tak menyurutkan sedikitpun langkah kaki seorang gadis yang saat ini tengah menaiki tangga yang akan menuntunnya ke lantai dua.
Gadis itu terus bergegas,berbaur dengan remaja sebayanya yang kini juga tampak sibuk kembali ke kelas masinh-masing. Langkah kakinya terus bergerak cepat hingga akhirnya berhenti tepat di depan sebuan pintu yang pada palangnya terdapat tulisan.
"Welcome to XI IPA 1."
Gadis itu terlihat menarik napas beberapa kali sebelumnya akhirnya melangkah mendekati daun pintu dan mulai mengetuk benda mati tersebut sebanyak tiga kali.
"Tok...,tok..,tok.."
"Permisi guys..,boleh gue masuk??" Gadis itu berucap dari depan pintu dengan nada sedikit berteriak.
Sontak suaranya membuat atensi beberapa orang teralihkan.
"Eh cewek,masuk atuh neng. Ada perlu apa??"
Salah satu cowok yang duduk di paling pojok dekat pintu terlihat mempersilahkan gadis itu masuk dengan gaya genitnya.
Gadis itu sedikit bergidik melihatnya.
"Gue masuk nih ya." Ujar gadis itu lagi,kali ini dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya.
"Nyari apa??"
Tiba-tiba suara bak gledek menyambar dari salah satu kursi,gadis itu mendelik.
Terlihat sesosok gadis dengan rambut curly tengah menatapnya sinis.
"Mau caper ya lu?" Tanya gadis itu lagi.
"Eh. Enggak kok,gue ke sini cuma mau nyari Reyno..."
"Iya Reyno,Reyno Margantara. Dia anak kelas ini bukan ya?"
Gadis itu bertanya dengan kikuk sembari mengoper bola matanya ke sana kemari,mencari objek yang sebenarnya belum sepenuhnya ia kenali.
"Lo nyari Reyno? Buat apa?"
Tanya salah satu siswa yang duduknya di kursi paling ujung.
"Ah,itu..,gue ada kepentingan sama dia. Dia anak kelas ini, bukan?" Gadis itu bertanya lagi.
"Dia dari kelas ini. Cuman anaknya lagi gak ada di kelas,kalau gak di perpustakaan ya di ruang musik,kalau gak ya di rooftop. Dia anaknya suka ketenangan,jadi sebelum guru masuk dia gak bakalan ada di kelas."
"Hah??" Penjelasan siswa yang duduk di kursi belakang tadi cukup membuat gadis itu melongo.
"Hah,heh,hoh. Udah nemu kan jawabannya? Reyno itu gak ada di kelas!" Siswi berambut curly yang tadi sempat sewot,kini menunjukkan taringnya lagi.
"Balik sana!" Tukas gadis itu lagi.
"Iya..,iya ini gue mau balik." Malas menanggapi keributan,sosok gadis yang katanya mencari Reyno itu memilih berbalik dan berjalan cepat menuju pintu.
"Aw.." Langkahnya terhenti saat di perbatasan ambang pintu,tubuhnya menabrak tubuh seseorang yang baru akan masuk.
"Kalo jalan pake mata dong! Lo gak liat apa? Di sini ada orang yang juga lagi jalan! Buta ya lo??" Gadis itu kesal bukan main saat badan mungilnya dibuat hampir terpelanting akibat ditabrak tubuh raksasa dari cowok yang sama sekali tidak ia kenal.
Kekesalan gadis itu semakin memuncak,kala tak mendapat respon dari lawan bicaranya.
"Heh? Lo bisu juga?"
"Gak!" Pria raksasa yang tadi menabrak tubuhnya itu akhirnya angkat suara,sesaat setelah melepas earphone yang menyumpal kupingnya.
"Ngomong apa,lo tadi di awal?" Tanya pria itu lagi. Jelaslah tadi ia tidak medengar umpatan gadis itu tapi bukan berati ia tak menangkap kemarahan yang terpancar. Ia hanya menguji kesabaran gadis itu saja.
Sembari mengusap wajahnya dengan kesal,gadis itu berteriak lagi.
"LO BUTA,dan LO JUGA TULI! PUAS?? Oh atau..."
"Calista,Reyno? Kalian ngeributin apa di depan sini??"
Sontak saja suara berat barusan mengalihkan atensi kedua remaja berseragam itu. Kompak keduanya menoleh ke arah sumber suara dan mendapati sosok gempal berkumis lebat tengah menatap tajam ke arah keduanya.
"Kalian berdua pacaran ya di sini??"
Tanya sosok gempal itu lagi,kali ini diiringi dengan raut geram.
"Enggak pak.."
"Enggak.."
"Terus ngapain kalian ribut-ribut di depan pintu?"
"Kita gak ribut pak,kita cuma.."
"Diam!! Kalian tau ini jam berapa??"
"Ini jam sembilan tiga puluh yang artinya jam istirahat pertama sudah usai. Lalu kenapa kalian terutama kamu..." Menunjuk ke arah Calista. "Masih keluyuran?"
"A..anu pak saya..."
"Silence!! Saya gak nyuruh kamu ngomong dan kamu Reyno! Jangan coba-coba cari pembelaan kayak gadis ini. Kalian berdua keluar sekarang dan bersihkan toilet sekolah!!"
"Pak tapi.."
"Sekarang atau skorsing dua hari!!"
"Saya pilih skorsing dua hari.." Interupsi dari pria bernama Reyno tadi berhasil membuat gadis bernama Calista itu melongo.
"Hah,lo gila ya??"
Tanya Calista dengan kagetnya.
Namun Reyno tak menjawab. Pria itu justru melenggang masuk ke dalam kelas,mengambil tasnya kemudian keluar lagi melewati dua sosok tadi tanpa menoleh sedikitpun.
"Kamu..,tunggu apa lagi? Sana balik dan kerjakan hukuman yang saya suruh!!"
"Pak,tapi..."
"Kerjakan Calista Adriana!!"
"Hua...."
Gadis itu akhirnya berteriak nyaring usai menahan kekesalan yang sejak tadi ia pendam.
♡♡♡
"Calista Adriana..."
"Nih,undangan pesta ulang tahun gue. Acaranya dua minggu lagi,dikarenakan acaranya bakalan mee...wuahhh banget. Jadi gue,berinisiatif untuk membagikan undangan terlebih dahulu terkhusus untuk anak-anak seantero Bina Bangsa. Lo tau apa alasannya?"
"Yups..,gak lain gak bukan adalah supaya lo,lo,dan elo semua mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin karena nanti di saja juga pasti akan beberapa pejabat dan rekan-rekan kerja bokap gue yang di undang. Jadi gue harap,kalian gak datang dalam keadaan yang,ewwww.."
"Ngertilah kan? Ngerti dong,masa enggak."
Gadis berambut pirang bak orang utan nyasar itu tampak sangat detail memberikan gambaran tentang acara ulang tahunnya yang katanya akan berlangsung dua minggu lagi.
Sementara di sisi lain,Calista Adriana. Gadis itu terlihat menatap lemas sampul undangan yang kini ia pegang. Lagi-lagi ia keberatan dengan persyaratan yang ada di dalam undangan tersebut.
"Ekhmm.."
"Laura,interupsi!"
"Ya,why??" Gadis berambut pirang yang tadi memberikan undangan,kini menoleh lagi dengan gaya angkuhnya saat mendengar namanya digaungkan.
"Boleh gak sih,kalau gue skip ikut? Gue titip kadonya aja deh buat lo. Gimana?"
Gadis itu terlihat mengangkat alisnya diikuti dengan bibirnya yang berubah manyun.
"Oh my God,lo nolak datang ke pesta ulang tahun gue?"
"Really? Tapi kenapa Cal.." sesaat raut manyun dan jutek tadi berubah jadi raut memelas. "Lo keberatan ya datang ke pesta ultah gue?"
Buru-buru gadis bernama Calista itu menggeleng.
"Eh...,en..enggak. Bukan gitu maksudnya Ra,tapi masalahnya kan lo pada tau..."
Gadis itu menunduk sejenak,malas melanjutkan ucapan ke kalimat berikutnya.
"Tau apa Cal? Lo sengaja beralasankan?" Laura kembali memojokkan Calista membuat gadis itu gelagapan.
"E..enggak gitu Ra,ya ampun. Gimana ya ngejelasinnya.." Gadis itu terlihat salah tingkah sendiri.
Setelahnya Calista mer3m4s ujung roknya dengan kuat sebelum akhirnya berucap lagi.
"Ra,g..gue kan gak punya pasangan. L..lantas g..gue nanti datang sama siapa? Sedangkan di situ tulisannya sama "Calista & patner."
"Oh,atau? G..gue boleh datang sama teman aja gimana? Yang bukan pacar maksud gue."
Laura sang tuan pesta langsung memberenggut.
"Apa? Enak aja! Jangan malu-maluin dong Cal. Semuanya nanti pasti datang sama pacar kecuali guru-guru. Pokoknya gue gak mau tau lo harus datang dan harus sama pacar atau minimal lo gaet cowok yang mau lo ajak pacaran pura-pura juga bisa."
"Lagian nanti ortu lo juga pasti bakalan di undang sama nyokap gue. Mereka kan rekan bisnis,lo gak mungkinkan,ngerusak nama baik bokap lo di depan relasinya karena nolak ajakan gue."
Mendadak ucapan Laura membuat Calista tercekat.
Well,papanya Calista memang bukanlah bawahan papanya Laura. Tapi dengan tidak hadirnya Calista di pesta ulang tahun Laura padahal sudah di undang,itu bisa menbuat jelek reputasi papanya di kalangan pebisnis.
Calista bisa dicap sebagai orang yang sombong dan tidak menghargai lalu papanya? Di mata rekan sekerjanya mungkin juga akan timbul gosip bahwasanya pak Hartono,papanya Calista ini tidak bisa mendidik anak. Sehingga dengan demikian,masalah berisiko muncul.
"Gue harus gimana?" Batin Calista akhirnya menjerit juga.
"Pokoknya gue tunggu kedatangan lo Calista. Lagipula masih ada dua minggu lagi buat lo nyari pacar,itu gak sulit Calista Adriana mengingat lo juga gak jelek-jelek amat. Gue yakin pasti yang suka sama lo banyak."
"Maybe,ultah kali ini jadi ajang yang tepat buat lo melepas status jones yang selama ini memahkotai lo. Dengan lo punya pacar,gue jamin. Semua.. Murid yang ada di Bina Bangsa ini gak akan bulan-bulanin lo lagi. Trust me Calista Adriana. Lo pasti bisa..."
"Selamat berjuang..."
Gadis berambut pirang itu akhirnya keluar kelas setelah puas mengacaukan ketenangan Calista,lagi dan lagi.
♡♡♡
"Argg...hhh.."
"Sebel..,sebel...,sebel...deh!!"
"Huaaaa,Lina bantuin gue dong..."
"Pleasee..."
Lina menatap nyalang sahabatnya yang tengah merengak itu.
"Lo kenapa lagi sih Cal?? Sakit perut?"
"Huaaa.."
"Emphh.." Sumpalan tempe goreng mendarat telak di dalam mulut gadis itu.
"Diam..!!" Bentak Lina dengan tatapan tajam.
Beruntung mereka duduk di bangku kantin paling pojok,jadinya teriakan Calista tak terlalu menganggu keadaan kantin yang memang ramai.
"Nah,bisa diam kan? Sekarang cerita pelan-pelan oke. Lo ada masalah apa lagi??"
Calista menatap Lina dengan mata sayunya.
"Tolongin gue Lin..,gue butuh pacar minggu ini juga. Punya rekomendasi gak? Please,gue bayar berapapun deh. Kalau ada.."
"Pfttt..." Lina langsung menyeburkan es jeruk yang barusan ia sedot ke atas meja. Untuk posisinya menunduk,jadi tidak mengenai wajah Calista.
"Apa lo bilang barusan? Cariin lo p..pacar? P..pacar? Gue gak salah denger??"
"Gak!! Kuping lo bener." Calista menjawab dengan cepat.
"W..what? B..buat apa?"
"Huaaa,Lina. Namanya orang cari pacar ya buat di pacarin lah masa dikurbanin. Pertanyaan lo gak berbobot deh!!"
Lina tercengir. "Hehe,y..ya maaf. Habisnya gue kaget sih. Lo kan selama ini anti sama pacaran,lah ini? Tiba-tiba cari pacar? Ada masalah apalagi? Lo di ledekin lagi sama mereka??"
"Iya...! Apalagi memang?!"
Calista terlihat lebih berang kali ini.
Lina yang menangkap jika sahabatnya saat ini sangat,sangat,sangat membutuhkan bantuan langsung mencoba memahami. Ia meletakkan sendok dan garpu yang sedari tadi ia genggam,lalu mengegakkan badannya dan menatap lurus ke depan di mana sang sahabat berada.
"Jadi kali ini lo beneran butuh pacar? Memangnya udah siap diusik ketenangannya sama hal-hal yang berbau komitmen?"
Pertanyaan Lina makin menambah runyamnya beban pikiran Calista. Gadis itu,saking kesalnya menusuk bakso yang ukurannya paling besar,mengangkatnya,lalu memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyahnya dengan kuat.
Lina yang melihat respon Calista barusan langsung dapat menyimpulkan apa yang sebenarnya ada di dalam batin gadis itu.
"Jadi belum siap nih? Kalau belum siap ya gak usah dipaksa Cal. Lagi pula,lo udah sekolah Bina Bangsa selama dua tahun dan udah dua tahun ini juga lo dengerin ledekan yang sama setiap harinya,tapi buktinya? Lo masih mampu tu bertahan sampe sekarang."
"Berusaha tetap abai aja udah,lagipula ya Cal. Tujuan lo sekolah di sini kan buat menuntut ilmu bukan cari jodoh. Umur kita itu baru enam belas tahun,perjalanan masih panjang. Gak dapat pacar di umur enam belas tahun bukan berati gak laku seumur hidup kan?"
"Lagi pula ledekan bentuk apa lagi sih yang mereka lontarin sampe lo sekesal ini?"
Calista menelan paksa bakso besar yang tadi sudah ia kunyah,lalu menyeruput habis minuman di hadapannya.
"sluurrpp.."
"Ctakkk.." Bunyi gelas yang di letakkan secara kasar semakin menambah ketegangan suasana.
"Jadi gini Lina sayang! Intinya gue harus dapat pacar dalam kurun waktu minggu ini. Karena kalau enggak,harkat,hakikat,dan martabat gue sebagai Calista Andriana anak dari keluarga Hartono Wijaya akan hancur! Paham??"
♡♡♡
Sore ini,sepulang sekolah kegilaan di mulai. Entah bagaimana awal ceritanya,tapi yang pasti di kamar luas yang ukurannya tidak perlu dijabarkan. Setumpuk foto sudah siap untuk di diskusikan.
Apa teman-teman? Foto didiskusikan? Ya benar sekali.
"Yang ini?" Lina menyerahkan satu foto pertama kehadapan Calista.
Calista merebut foto tersebut dari tangan Alina Maheswara dan mulai mengamati serta membaca biodata di bawahnya.
"Nama Rezaldi Azkya,umur tujuh belas tahun,kelas dua belas IPS 3,status JOMBLO!! Visi mencari pacar yang good looking,good attitude dll.."
"Ewhwh..." Calista dengan cepat melempar foto tersebut ke pangkuan Alina.
"Gak banget! Apaan coba,nyari pacar yang goodlooking,good attitude dll. Dia pikir dia goodlooking? Cih masih goodlookingan juga bapak gue!!"
"Stts,skip kalo lo gak suka."
"Nih,kandidat yang kedua."
Lina menyodorkan satu foto lagi ke tangan Calista dan lagi-lagi hal sama terjadi. Calista mengomentari dengan kejam kandidat yang Lina anjurkan.
Hal itu berlangsung hampir ke setiap foto,ada saja komentar negatif yang Calista beri hingga hal itu tak ayal membuat Alina kesal.
"Ya ampun Calista Adriana Wijaya! Please ya,lo liat udah berapa foto yang lo blacklist?? Di tangan gue cuma ada dua foto! Real dua foto! Kalo sampe yang dua ini lo blacklist lagi,udah. Gue angkat tangan,nyerah gue bantuin lo. Serius!"
Lina tak punya pilihan lain selain akhirnya mengancam Calista.
Calista mendengus kesal. "Ya abis,mau gimana lagi? Lo kan tau sendiri kalo selera gue itu setinggi gunung Everest makanya gue.."
"Gak laku.."
"Lin.." Calista menatap garang sahabatnya yang bermulut kurang ajar itu.
Lina memilih abai dan langsung menyerahkan dua foto terakhir ke hadapan Calista.
"Ini..,kandidat yang ke tiga puluh empat. Namanya Digo Sadewa,umur enam belas tahun,kelas sebelas IPA 3,status jomblo juga,dia kapten basket di sekolah kita ini. Ya,gue yakin lo juga kenal dong. Gak mungkin enggak? Iya kan?"
"Lanjut.." Jawab Calista dengan nada tidak tertarik.
Alina menghempaskan napasnya dengan kasar. Benar-benat pupus sudah harapannya karena nyatanya,dari ketua osis sampai kapten basket pun ditolak oleh Calista,lantas? Cowok bagaimana lagi yang Calista mau? Hah??
"Nih yang terakhir. Masih dengan secetek harapan,Alina akhirnya menyerahkan foto terakhir yang ia pegang ke tangan Calista.
"Yang terakhir ini namanya Reyno Margantara. Biodatanya sendiri gue gak terlalu tau. Tapi yang jelas,dia cukup cakep buat lu gebet. Di jadiin pacar beneran juga gak rugi,asal lo tau aja. Walaupun misterius,dia itu pinter. Tiap semester,dia selalu nempatin pararel atas seluruh jurusan MIPA."
"Cuma ya gitu,lo harus pakai teknik,kalo mau pepetin dia."
Calista mengangguk-angguk padat setelah mendengar penjelasan Alina barusan.
"Jadi?" Alina yang tidak paham makna anggukan Calista,tak punya pilihan selain bertanya.
Calista mengembangkan senyumnya sembari menggenggam erat foto terakhir lalu mengangkatnya ke atas.
"Gue pilih yang terakhir ini." Jawabnya mantap.
Alina melongo. "Hah? Seriusan? Reyno? Lo pilih Reyno? Lo yakin?"
"Ya."
"Why?"
"Karna Reyno misterius. Gue lebih suka sama seseorang yang gak mencolok-mencolok amat,lebih menantang aja sih menurut gue." Calista membubuhkan senyum smirk di akhir ucapannya.
Mendengar jawaban yakin dan senyuman licik yang Calista tampilkan,Alina sebagai sahabat tak punya pilihan lain. Ia hanya bisa mendukung keputusan Calista barusn.
"I hope,lo berhasil sih Cal. Cuma ada beberapa hal yang musti gue ingetin tentang Reyno Margantara. Lo jangan terlalu ngeremehin dia,karena dari info yang gue denger Reyno itu masuk ke kategori cowok idaman yang paling sulit di dapatkan di Bina Bangsa ini,trust me. Menurut gue lo pasti akan.."
"Sttsss! Udah! Gak usah di lanjutin ya manis,pokoknya lo tenang aja. Urusan Reyno. Gue yang urus,lo cukup liat hasilnya okey.."
♡♡♡
Calista melangkah masuk ke dalam kelasnya dengan raut penuh kemenangan. Hari ini ia sudah tidak sabar untuk melancarkan misinya,apa misinya?
Ya,kalian benar. Misi Calista adalah mencari tau siapa itu Reyno Margantara lalu menakhluknya. Entah dapat ilham darimana,tapi bisa dibilang Calista ini sangat yakin jika ia bisa menakhlukkan Reyno yang katanya mendapat julukan The Misterius Man Of Bina Bangsa.
"Morning jones...."
Sapaan bermuatan ledekan itu langsung menusuk telinga Calista saat gadis itu baru saja meletakkan bumpernya ke atas kursi.
Calista memutar bola matanya malas lalu menatap sinis Karamel,lawan bicara sekaligus teman sebangkunya yang menyebalkan itu.
"Kenapa Kar? Mau ngasih gue duit?"
Calista langsung nyolot.
"Wow..,wow..,wow.."
"Santai dong Calista Adriana,pagi-pagi udah ngegas aja lo. Bensin ke-full-an apa begimana?"
"Kepulan kepilan. Bukan urusan lo! Kepo amat jadi manusia. To the point aja deh,lo mau apa?"
Gadis bernama lengkap Karamel Adista itu akhirnya merenggut kesal. "Ih,Calista gak seru deh. Gue kan.."
"Buruan Karamot!!"
"Oke,oke. Gue cuma mau nanya,perihal tantangan Laura kemarin. Gimana? Lo udah dapat? Pacar yang bisa diajak couple-an ke sana nanti,udah dapet belum?"
Calista melebarkan senyum sombongnya.
"Oh,nanya itu. Gue kira penting ternyata cuma tentang tantangan Laura. Gampang itu mah."
Karamel membulatkan matanya kaget.
"Hah? Gampang kata lo? Jadi lo udah dapet pacar? Demi apa??"
"Demi neptunus dan krabby pattynya tuan Crab."
"Gue serius Kalis.."
"Gue juga serius Karammm."
"Oke,oke. Gue percaya. Jadi siapa nih? Pacar baru oh tepatnya pacar pertama lo itu? Namanya siapa? Dia anak kelas berapa? Pastinya senior atau satu angkatan kita dong,gak mungkin lo macarin adek kelas. Iya kan?"
"Ckk..,lo kepo deh."
Calista mendorong pelan kepala teman sebangkunya yang semakin dekat ke wajahnya itu.
"Lis.."
"Iya,iya Kar. Dia anak kelas sebelas,angkatan kita juga."
"Really?? Siapa namanya??"
"Kepo!! Intinya dia siswa di sini juga,buat urusan siapa namanya atau dia anak kelas mana. Itu biar jadi urusan gue. Lo gak perlu tau!! Inget kata-kata gue barusan,jangan kepo. Toh entar lo bakalan tau kok,pas gue datang ke pesta ultahnya Laura. Jadi buat sekarang,biarkan itu jadi R-A-H-A-S-I-A."
Calista menekankan kalimat utamanya dengan tegas. Bagaimana pun juga,ia sendiri belum terlalu tahu mengenai Reyno sang kandidat.
Jadi bagaimana caranya ia menjelaskan pada Karamel sedangkan ia sendiri baru menargetkan Reyno. Belum menemui secara langsung si Reyno ini.
Nantilah,itu pun jika berhasil. Kalau tidak,mungkin Calista akan bergeser ke kandidat yang kedua. Digo Sadewa,sang kapten basket.
♡♡♡
"Kringg..."
Bel istirahat pertama berbunyi nyaring.
Calista langsung menutup buku dan mengemas alat tulisnya dengan cepat. Kelakuannya tak ayal membuat Karamel di sebelahnya melongo.
"Lo mau kemana sih? Buru-buru amat? Gurunya belum keluar loh." Bisik Karamel pada Calista.
Calista mengacuhkan ucapan Karamel dan tetap mengemasi alat tulisnya itu.
Tepat setelah ia berkemas,Bu Lastri,guru Bahasa Indonesia di kelasnya itu pun keluar setelah mengucapkan salam penutup.
Keluarnya bu Lastri dari kelas di sambut antusias oleh anak-anak kelas sebelas IPS 1 terutama Calista. Gadis itu langsung menggeser kursi dan berlari keluar kelas tanpa menggubris Karamel yang terus-terusan menggaungkan namanya itu.
"Kelas sebelah IPA 1. Bangku paling pojok belakang,dekat jendela." Calista bergumam di sela-sela larinya.
"Awhh..." Gadis itu mendadak terpekik sesaat setelah ia berlari.
"Aduh..,perut gue keram." Calista refleks berjongkok sembari menekan perutnya yang terasa keram barusan.
"Shitt,lupa lagi. Gue kan lagi haid,sakit banget kalau di bawa lari. Ke toilet bentar deh,abis itu ke sini lagi."
Calista yang tadinya sudah berniat langsung ke kelas 11 IPA 1 yang berjarak beberapa kelas dari kelasnya itu langsung mengurungkan niat dan memilih turun ke bawah,menuju toilet.
Delapan menit berlalu,antrean panjang dimana banyak ciwi-ciwi menye berdandan membuat Calista mau tak mau harus terjebak di sana.
Gadis itu sudah merem4as-rem4s tangannya gusar.
"Nih badut-badut kapan keluarnya sih??" Batin gadis itu mengumpat.
"Ah,terobos aja kali ya??"
Calista memilih menerobos kerumunan lima gadis cabe senior yang menutupi akses jalannya itu. Beruntung Calista masuk kategori gadis normal,tidak cacat,tidak jelek juga,dan tidak culun.
Jadi kehadirannya di sana tidak membuatnya di bully oleh seniornya. Ya walaupun sekilas tatapan sinis masih ia dapatkan. Tapi apa pedulinya Calista? Wc sekolah kan fasilitas sekolah bukan fasilitas senior jadi mereka tidak bisa mengangggunya.
Dua belas menit setelahnya..
Calista keluar dari toilet sembari merapikan roknya yang sedikit kusut. Setelah di rasa rok dan penampilannya rapi,Calista pun melanjutkan perjalanannya.
Tujuannya adalah kembali ke lantai dua lalu berbelok ke kelas 11 IPA 1. Ia sudah mengorbankan waktu istirahatnya dengan tidak ke kantin,jadi tidak mungkinkan ia kembali ke kelas tanpa mendapat apa-apa.
"Tring..." Sayang seribu sayang,bel sekolah berbunyi.
"Sial!!" Umpat Calista. Ia melupakan jika faktanya jam istirahat pertama lebih sebentar dari jam istirahat kedua,yaitu hanya sekitar limabelas menit.
"Mati gue! Gimana ini??" Calista tampak berdiri kebingungan di undakan tangga.
"Trobos ajalah kali ya? Bentaran dong juga. Yang penting gue tau tu anak hari ini masuk dan benar-benar sekolah di sini. Itu aja udah cukup." Batin Calista lagi.
Calista akhirnya mempercepat langkah kakinya,berbaur dengan remaja sebayanya yang kini juga tampak sibuk kembali ke kelas masing-masing. Langkah kakinya terus bergerak cepat hingga akhirnya berhenti tepat di depan sebuah pintu yang pada palangnya terdapat tulisan.
"Welcome to XI IPA 1."
Gadis itu terlihat menarik napas beberapa kali sebelumnya akhirnya melangkah mendekati daun pintu dan mulai mengetuk benda mati tersebut sebanyak tiga kali.
"Tok...,tok..,tok.."
"Permisi guys..,boleh gue masuk??" Calista berucap dari depan pintu dengan nada sedikit berteriak.
Sontak suaranya membuat atensi beberapa orang teralihkan.
"Eh cewek,masuk atuh neng. Ada perlu apa??"
Salah satu cowok yang duduk di paling pojok dekat pintu terlihat mempersilahkan gadis itu masuk dengan gaya genitnya.
Calista sedikit bergidik melihatnya.
"Gue masuk nih ya." Ujar Calista lagi,kali ini dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya.
"Nyari apa??"
Tiba-tiba suara bak gledek menyambar dari salah satu kursi,Calista mendelik.
Terlihat sesosok gadis dengan rambut curly tengah menatapnya sinis.
"Mau caper ya lu?" Tanya gadis itu lagi.
"Eh. Enggak kok,gue ke sini cuma mau nyari Reyno..."
"Iya Reyno,Reyno Margantara. Dia anak kelas ini bukan ya?"
Calista bertanya dengan kikuk sembari mengoper bola matanya ke sana kemari,mencari objek yang sebenarnya belum sepenuhnya ia kenali.
"Lo nyari Reyno? Buat apa?"
Tanya salah satu siswa yang duduknya di kursi paling ujung.
"Ah,itu..,gue ada kepentingan sama dia. Dia anak kelas ini, bukan?" Gadis itu bertanya lagi.
"Dia dari kelas ini. Cuman anaknya lagi gak ada di kelas,kalau gak di perpustakaan ya di ruang musik,kalau gak ya di rooftop. Dia anaknya suka ketenangan,jadi sebelum guru masuk dia gak bakalan ada di kelas."
"Hah??" Penjelasan siswa yang duduk di kursi belakang tadi cukup membuat gadis itu melongo.
"Hah,heh,hoh. Udah nemu kan jawabannya? Reyno itu gak ada di kelas!" Siswi berambut curly yang tadi sempat sewot,kini menunjukkan taringnya lagi.
"Balik sana!" Tukas gadis itu lagi.
"Iya..,iya ini gue mau balik." Malas menanggapi keributan,sosok Calista langsung berbalik dan berjalan cepat menuju pintu.
"Aw.." Langkahnya terhenti saat di perbatasan ambang pintu,tubuhnya menabrak tubuh seseorang yang baru akan masuk.
"Kalo jalan pake mata dong! Lo gak liat apa? Di sini ada orang yang juga lagi jalan! Buta ya lo??" Calista kesal bukan main saat badan mungilnya dibuat hampir terpelanting akibat ditabrak tubuh raksasa dari cowok yang sama sekali tidak ia kenal.
Kekesalan Calista semakin memuncak,kala tak mendapat respon dari lawan bicaranya.
"Heh? Lo bisu juga?"
"Gak!" Pria raksasa yang tadi menabrak tubuhnya itu akhirnya angkat suara,sesaat setelah melepas earphone yang menyumpal kupingnya.
Calista melongo. Ucapannya barusan jelas tidak terdengar.
"Ngomong apa,lo tadi di awal?" Tanya pria itu lagi. Jelaslah tadi ia tidak medengar umpatan gadis itu tapi bukan berati ia tak menangkap kemarahan yang terpancar. Ia hanya menguji kesabaran gadis itu saja.
Sembari mengusap wajahnya dengan kesal,gadis itu berteriak lagi.
"LO BUTA,dan LO JUGA TULI! PUAS?? Oh atau..."
"Calista,Reyno? Kalian ngeributin apa di depan sini??"
Sontak saja suara berat barusan mengalihkan atensi kedua remaja berseragam itu. Kompak keduanya menoleh ke arah sumber suara dan mendapati sosok gempal berkumis lebat tengah menatap tajam ke arah keduanya.
"Kalian berdua pacaran ya di sini??"
Tanya sosok gempal itu lagi,kali ini diiringi dengan raut geram.
"Enggak pak.."
"Enggak.."
"Terus ngapain kalian ribut-ribut di depan pintu?"
"Kita gak ribut pak,kita cuma.."
"Diam!! Kalian tau ini jam berapa??"
"Ini jam sembilan tiga puluh yang artinya jam istirahat pertama sudah usai. Lalu kenapa kalian terutama kamu..." Menunjuk ke arah Calista. "Masih keluyuran?"
"A..anu pak saya..."
"Silence!! Saya gak nyuruh kamu ngomong dan kamu Reyno! Jangan coba-coba cari pembelaan kayak gadis ini. Kalian berdua keluar sekarang dan bersihkan semua toilet sekolah!!"
"Pak tapi.."
"Sekarang atau skorsing dua hari!!"
"Saya pilih skorsing dua hari.." Interupsi dari pria bernama Reyno tadi berhasil membuat gadis bernama Calista itu melongo.
"Hah,lo gila ya??"
Tanya Calista dengan kagetnya.
Namun Reyno tak menjawab. Pria itu justru melenggang masuk ke dalam kelas,mengambil tasnya kemudian keluar lagi melewati dua sosok tadi tanpa menoleh sedikitpun.
"Kamu..,tunggu apa lagi? Sana balik dan kerjakan hukuman yang saya suruh!!"
"Pak,tapi..."
"Kerjakan Calista Adriana!!"
"Hua...."
Gadis itu akhirnya berteriak nyaring usai menahan kekesalan yang sejak tadi ia pendam.
♡♡♡
"Pttfff..." Lagi-lagi minuman jus jeruk yang Alina teguk harus tersembur saat sahabatnya Calista mulai buka suara.
"G...gue,gue gak salah denger? Lo udah ketemu sama yang namanya Reyno?" Tanya Alina dengan ekpresi shocknya.
Calista berdecak malas. "Ckk..,gitu deh."
"Terus? Gimana-gimana? Berhasil? Dia mau jadi pacar lo?" Kali ini raut shock Alina berubah menjadi raut penasaran.
Calista mendengus. "Berhasil apanya sih Lin,yang ada gue males banget sama tuh cowok. Di hari pertama gue ketemu dia aja gue udah kena masalah. Gimana seterusnya? Hihh,gak kebayang gue."
"Masalah? Masalah gimana?" Tanya Alina dengan alis berkerut. Setahunya Reyno tidak pernah membuat masalah dengan siapapun selama ini.
Calista yang menangkap keraguan di mata Alina,langsung berusaha memperkuat argumennya.
"Serius tau Lin. Reyno itu nyebelin banget. Gue gak nyangka kalau di sekolah elit kayak gini,ada gitu nyimpam murid senyebelin Reyno."
"Reyno? Reyno nyebelin? Gimana bisa nyebelin,orang anaknya pendiem gitu." Alina masih kekeh dengan pendiriannya bahwasanya Reyno itu anak kalem yang gak mungkin ngadi-ngadi.
"Lo gak salah orang kan Lis?" Tanya Alina lagi.
Calista menggeleng. "Gak mungkinlah! Ini beneran Reyno,gue gak salah orang." Kekehnya.
Alina meletakkan sendok baksonya kemudian mendelik ke arah Calista. "Masa? Lo yakin banget? Lo tau dia Reyno dari siapa emangnya?"
"Lin,gue gak bego dan gue juga gak buta. Ya gue bacalah name tagnya dia. Di sana ada tulisan R. Margantara. Terus kemarin juga ada pak Gempal yang manggil dia pakai nama Reyno. Nah dari situ gue tau kalau cowok nyebelin tadi itu namanya Reyno! Reyno Margantara."
"Lagian punya nama aneh banget,masa R-nya yang di singkat. Harusnya kan Reyno .M. Bukan R. Margantara. Kenapa gak sekalian dia bikin singkatannya jadi R.M. Biar masuk member BTS sekalian."
Entah dasarnya Calista yang julid atau bagaimana,tapi sepertinya di mata Calista sekarang Reyno sudah masuk ke dalam daftar cowok yang harus ia hindari.
Alina yang melihat romance-romance kejulidtan dari bicara Calista,mencoba tidak memperpanjang dan lebih memilih untuk mencari tahu apa penyebab yang membuat Calista sebenci itu pada Reyno. Mereka baru bertemu satu kali jadi jika satu kali bertemu Calista sudah sejulid ini,Alina yakin ada masalah yang terjadi sebelumnya atau tepatnya saat mereka bertemu.
"Calista yang cantik jelita. Sebelum gue menilai lebih jauh perihal kebencian lo sama Reyno ini,bisa gak lo jelasin dulu sama gue,kenapa lo bisa bilang Reyno nyebelin? Apa jangan-jangan hukuman piket toilet tadi pagi itu ada hubungannya sama cerita lo ini?"
"Glukk.." Calista menelan paksa cairan yang barusan ia teguk. Setelah mengatur napas,gadis itu pun menjawab.
"Benar banget tebakan lo. Hukuman gue pagi tadi itu semua karena Reyno! Gue piket toilet,itu juga karena Reyno. Pokoknya semua karena Reyno!"
Alina menatap sahabat satu-satunya ini dengan miris. "Lo dihukum piket toilet di hari pertama lo ngejar Reyno? Gimana cerita detailnya sih Lis? Jangan buat gue bingung gini deh?" Sejujurnya Alina masih belum percaya sepenuhnya,kalau yang salah itu Reyno. Ia yakin Calista juga pasti salah,tapi gadis itu mencari pembelaan dengan mengkambinghitamkan Reyno.
"Lo natap gue gitu amat,masih gak percaya juga? Kalau sebenarnya Reyno itu nyebelin? Masih harus melibatkan gue juga nih?" Calista bertanya dengan nada jengkel.
Alina tercengir. "Ya mangap Lis,abisnya kan. Gue itu tau lo banget,lo itu jarang mau ngaku salah Lis. Lo berantem sama kak Kalandra aja selalu dia yang ngalah. Lah gimana sama Reyno? Lagian dia anaknya kalem loh Lis,gue itu tetanggan sama kelasnya dia,sama-sama anak IPA. Jadi sedikit-sedikit tau lah gue tentang dia,masih gak mau jujur?"
Calista memberenggut kesal. Sedikit demi sedikit pertahahan keegoisannya luntur juga. Memang kalau perihal menutupi,ia paling tidak bisa melawan Alina.
Gadis itu sudah seperti polisi jika sedang mengintrogasi orang. Lewat pertanyaan bolak-baliknya,Alina bisa dengan mudah membuat sang korban introgasi mengakui kesalahannya. Seperti itulah yang saat ini Calista alami.
"Oke,fine!" Seru Calista dengan nada menyerah pada akhirnya.
"Di sini gue juga gak ngaku benar." Ujar Calista lagi.
Alina tersenyum menang. "Kan? Gue bilang juga apa Lis. Jangan bo'ongin gue. Kita itu udah temenan dari orok,tetanggan lagi. Mana bisa sih lo bo'ongin gue.*
"Sekarang cerita ya,gimana awal mula kejadian yang bikin lo sampe di hukum?"
Calista menarik napas dengan dalam sebelum akhirnya memulai cerita.
"Jadi gini,tadi di jam istirahat gue sengaja gak ke kantin buat nyari Reyno. Tapi sebelum itu gue ke toilet dulu,di toilet ada kakel cabe,mau gak mau gue antre dong. Selesai antre,gue balik lagi ke lantai dua,niatnya mau langsung ke kelas Reyno eh taunya. Jam istirahat abis,bingung dong gue. Gak tau musti gimana dan setelah gue pertimbangkan,gue memutuskan untuk ke kelasnya Reyno."
"But...,sialannya pas gue ketemu sama tuh anak. Ada pak Gempa yang mendadak muncul di depan kita. Tanpa mau ngedengar penjelasan kita,pak Gempal langsung jatuhin hukuman buat gue sama Reyno."
"Apesnya,gue ngelawan dan saat itu pak Gempal kasih dua pilihan. Dihukum piket toilet,atau skorsing dua hari. Lo tau si Reyno pilih apa? Dia pilih skorsing dua hari,dan alhasil gue kudu piket toilet sendiri. Sialan banget kan?"
"Pokoknya semenjak kejadian tadi pagi,gue memutuskan bahwa Reyno masuk ke dalam kategori cowok yang harus di hindari. Titik!"
"Gak akan gue ngejar-ngejar Reyno lagi. Gak akan." Calista berkata dengan sangat dramatis.
Alina memutar bola matanya dengan malas. "Lah? Yang nyuruh lo ngejar Reyno siapa? Gue udah peringatin kan kemarin?" Tanya Alina telak menghujam ulu hati Calista.
Calista bungkam seribu bahasa . Kali ini ia tak bisa mengelak. Keputusannya menyeret Reyno ke dalam permasalahannya adalah murni salahnya bukan salah Alina ataupun Reyno.
Melihat Calista bungkam,Alina hanya bisa mengelus pundak gadis itu sembari menasehatinya.
"Harusnya kemarin lo gak usah dengerin apa kata Laura Lis. Harusnya kemarin lo gak terpancing sama kata-kata dia,lo bisa kan cari alasan lain,pura-pura sakit di hari ulang tahunnya Laura juga bukan hal yang buruk semisal lo udah gak punya solusi sama sekali."
"Gak perlu lo sanggupin kalau memang lo belum pengen punya pacar. Kalau udah kayak gini,lo mau nyalahin siapa? Reyno?"
"Dia gak tau apa-apa Lis. Mana dia tau kalau dia di jadiin kambing hitam buat nyelamatin lo dari gengsi atas omongan orang-orang. Dia sama sekali gak terlibat"
"Makanya lain kali,sebelum bertindak pikirin resikonya. Melindungi harga diri itu gak salah,tapi jangan sampai lo ngelakuin tindakan yang ngerugiin diri sendiri dan ngorbanin orang lain. Gak baik,minta maaf ya sama Reyno?"
Calista mendelik. "Kenapa harus minta maaf?" Tanyanya dengan ekspresi ogah-ogahan.
Alina menghela napas agar sabar. Usianya terpaut tiga bulan di bawah Calista namun saat menghadapi situasi seperti ini selalu saja ia harus berperan dewasa agar Alina yang keras kepala ini mengerti.
"Lo harus minta maaf Calista Adriana,andai tadi lo gak datengin Reyno ke kelas dan gak bikin dia stuck di depan pintu,lo sama dia gak mungkin di marahin dan dia gak mungkin di skorsing dua hari."
"Tapi skorsing dua hari kan pilihan dia,gue cuma.."
"Lis,minta maaf gak bakalan bikin harga diri lo jatuh. Paham??"
Calista mendengus. "Oke,oke...,gue bakalan minta maaf sama Reyno. Puas lo?"
Alina tersenyum seraya menepuk puncak kepala Calista.
"Good girl."
♡♡♡
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!