NovelToon NovelToon

Turun Ranjang

Datangnya masa lalu.

Dua orang tengah berhadap-hadapan. Si pria belum juga membuka suaranya meskipun mereka telah duduk hampir lima belas menit sejak datang.

Suasana restoran sedang lenggang, karena ini masih jam kerja.

"Leoni, mungkin aku terlalu tamak, tetapi ini harus kulakukan demi Mama. Aku janji setelah ini aku akan memberi tahu mereka, beri aku waktu yang tepat." Pria bernama Reza menarik tangan wanita yang masih berstatus sebagai istrinya.

Si wanita menatap wajah si pria. Dan ia tersenyum.

"Ya," jawabnya singkat.

Reza merasa sangat bersalah pada Leoni. Gadis yang dinikahinya 2 tahun yang lalu. Reza memang tidak mencintai Leoni, tetapi pernikahan yang terjadi di antara mereka karena kemauannya sendiri.

Reza yang kala itu patah hati karena putus cinta dengan kekasihnya menjadikan Leoni sebagai pelarian.

Malang nian nasib Leoni, pria yang ia kira tulus, ternyata tak seperti yang ia pikirkan.

Sikap Reza memang lembut dan santun. Tetapi bukan karena mencintai Leoni, Reza hanya menghargai Leoni sebagai penyembuh patah hatinya.

Reza pria yang gagal. Bahtera rumah tangganya bersama Leoni di hantam badai besar, badai yang tak mampu Reza lalui dan justru membuatnya semakin tengelam dalam ombaknya yang kuat.

Kekasih masa lalu Reza datang beberapa bulan yang lalu, Reza yang masih sangat mencintai sang mantan tidak kuat menahan godaan dan terjerumus dalam lingkar setan.

Mereka menjalin hubungan diam-diam di belakang Leoni.

Semula, semua berjalan pada mestinya, tetapi tidak setelahnya, karena kekasih Reza ternyata berbadan dua, dan bersikeras ingin di nikahi Reza.

Baru beberapa hari yang lalu Reza jujur pada Leoni. Wanita yang telah ia khianati itu tidak marah, tidak juga memakinya. Hanya saja air mata Leoni tak berhenti mengalir menandakan bahwa hati wanita itu telah hancur lebur.

Reza sudah bersimpuh memohon maaf, tetapi seperti gelas kaca yang sudah pecah, meski di susun kembali bentuknya tak akan lagi bisa utuh.

Leoni memilih mundur, dan Reza menghargai pilihan Leoni, karena tidak ingin semakin melukai hati wanita itu.

Kini mereka bertemu setelah tiga hari pisah rumah.

Reza meminta bantuan Leoni untuk mau hadir di acara anniversary kedua orang tuanya yang ke 40 tahun.

Mereka belum menyampaikan perihal rumah tangganya, dan baru akan jujur setelah acara orang tua Reza selesai.

Reza melihat wajah Leoni yang pucat. Wanita itu tampak kurang istirahat. Dan Reza sadar ialah sumber kesedihan Leoni.

Reza menghela napasnya. Ia tidak ada pilihan selain membawa Leoni untuk hadir di acara besar kedua orang tuanya. Karena Dimata semua orang Leoni masih menjadi istrinya.

"Besok aku jemput jam tujuh malam, ya!" Reza kembali mendapatkan anggukan kepala dari Leoni.

Leoni bukannya tidak ingin menjawab. Tetapi sangat sulit untuk sekedar bersuara. Seolah pita suaranya tengah menghilang dari tenggorokannya.

Leoni lelah menangis. Leoni lelah menangisi nasibnya, dia di undang mendadak oleh Reza, lelaki yang dua tahun terakhir selalu menjadi prioritas utamanya.

Apa yang bisa Leoni lakukan? Menangisi lelaki yang sebentar lagi menjadi masa lalu?

Leoni tau Reza terus mencuri pandang kearah nya. Dia hanya diam. Jujur, Leoni tidak bisa berucap apapun. Jika dia memaksakan, ia takut yang keluar adalah tangisan. Dan itu akan membuat Reza tahu bahwa dia begitu terluka.

Reza adalah lelaki baik, Leoni pernah berjuang untuknya. Dua tahun bersama. Ternyata harus berakhir dengan perpisahan.

Takdir tidak memihak pada Leoni. Seharusnya ia marah, tetapi Leoni sadar akan posisinya yang akan tetap kalah. Wanita itu adalah cinta Reza, yang kini bahkan akan memberikan Reza hal yang belum bisa Leoni berikan sampai saat ini.

Sekuat apapun Leoni berjuang, jika bukan takdir, akan sia-sia saja. Allah yang menentukan setiap jalan seorang hamba.

Reza menatap hampa pada kursi yang baru saja di tinggalkan Leoni. Tidak di pungkiri Reza mulai merasa menyesal atas tindakan yang membuat wanita itu sakit. Jika waktu bisa ia putar kembali, rasanya Reza memilih untuk tidak mengenal Leoni agar tidak berujung menyakitinya seperti ini.

Tapi apa mau dikata? Nasi telah menjadi bubur. Dan Reza sadar akan hal itu. Kini yang bisa Reza lakukan adalah memenuhi keinginan Leoni sebagai rasa bersalah Reza terhadap Leoni.

Malam yang di tunggu tiba. Tepat jam tujuh malam. Reza datang menjemput Leoni yang sudah tinggal mengontrak rumah. Leoni menolak rumah yang diberikan oleh Reza. Karena rumah itu bukan harta bersama dan selama menikah dengan Reza, Leoni tidak bekerja, semua yang di miliki Reza tidak ada hak miliknya, meski Reza ingin memberikan dengan tulus, Leoni tetap menolaknya.

Leoni membuka pintu rumah kontrakannya setelah Reza mengetuk pintu.

Leoni sudah siap dengan pakaian yang biasa ia kenakan jika ingin berpergian.

Leoni tampak memoles sedikit lipstik di bibirnya, memakai sedikit bedak yang membuatnya jauh lebih segar dari penampilannya tadi siang.

Mereka hanya diam seperti orang asing di perjalanan menuju rumah orang tua Reza. Reza sendiri tidak berniat membuat Leoni tidak nyaman dengan mengajaknya bicara.

Sampai di rumah orang tua Reza, Handoko dan Melisa segera memeluk Leoni.

Selama ini hubungan Leoni dan kedua mertuanya sangat dekat. Melisa sudah menganggap Leoni seperti putrinya sendiri. Resti adik bungsu Reza juga sangat menyayangi Leoni. Itulah yang membuat Leoni sedih harus berpisah dengan Reza, karena Leoni akan kembali kehilangan keluarga.

Sepanjang acara, Leoni terus menahan bulir air matanya, pura-pura bahagia di atas kesedihan yang telah ia rasakan. Menatap iri pada pasangan yang bisa menjalani pernikahan hingga 40 tahun.

Leoni tengah menikmati acara penutup di antara keluarga besar Reza, saat tiba-tiba seorang pria datang dan ikut bergabung bersama mereka semua. Awalnya Leoni tidak terlalu memperhatikan, tatapi ia langsung menoleh saat Reza memperkenalkannya pada seseorang.

"Za, ini Leoni istri Kaka."

Leoni melihat Reza yang membawa genggaman tangan mereka di atas meja, sebelum ikut berpaling pada pria yang sedang diajak Eza bicara.

Seketika waktu terasa berhenti begitu mata mereka saling bertemu.

Leoni bahkan sampai mencengkram erat tangan Reza yang menggenggam tangannya.

Sepuluh tahun. Sepuluh tahun mereka berpisah. Dan ini seperti mimpi buruk bagi Leoni begitu ia kembali bertemu dengan lelaki yang pernah melukiskan warna indah di hidupnya. Tetapi mengapa harus sekarang? Dan kenapa harus di sini?

"Leoni, ini Eza adik ku, dia yang ku ceritakan. Adikku yang sedang melanjutkan studinya di Kairo."

Bibir Leoni kaku, jangankan bicara untuk sekedar terseyum palsu saja tidak bisa Leoni lakukan.

Leoni merasakan bagaimana sudut hati nya yang merasa bahagia karena bisa bertemu kembali dengan Eza, dan melihat bahwa laki-laki itu baik-baik saja, tetapi satu tempat di hatinya yang lebih besar merasa takdir tengah menertawakannya. Rumah tangganya hancur, bertemu dengan Eza dengan status yang pastinya membuat lelaki itu kian membencinya.

"Hai ..."

Senyum lelaki yang dulu begitu ia cintai itu terlihat berbeda, alih-alih manis tapi mengerikan.

Terbongkar

"Eza."

Leoni menerima uluran tangan Eza, dengan hati yang seakan mati rasa. Apa yang lebih menyakitkan ketika bertemu dengan orang yang telah lama di cinta dalam keadaan terpuruk seperti yang Leoni alami.

Akan segera di tinggalkan setelah dulu pernah meninggalkan.

Adakah yang ingin bertukar posisi? Segalanya bukan karena kemauan Leoni, meninggalkan ataupun di tinggalkan Leoni jalani karena keterpaksaan.

Genggaman tangan hangat ini dulu miliknya, senyum lelaki itu, perhatian dan bahkan hatinya semua pernah Leoni miliki. Akan tetapi harus Leoni tinggalkan saat Ayahnya pensiun dan Ibunya di vonis kanker payudara stadium lanjut.

Demi pengobatan Ibu tercinta Leoni pergi, meski kepergiannya meninggalkan kekasih hatinya, berkorban perasaan, tetap juga tak mampu membuat ibunya sembuh setelah hampir dua tahun berjuang.

"Leoni."

Hati Leoni yang hancur bertambah parah dengan kenyataan ini.

Karma eh?

Bahkan meninggalkan Eza sama sekali bukan keinginannya. Keadaannya sangat darurat kala itu. Ibunya tiba-tiba tidak sadarkan diri dan segera dikirim ke kota dimana ada kerabat disana yang membantu biaya pengobatan, dan juga di rumah sakit yang memiliki peralatan memadai. Leoni bahkan tidak sempat membawa ponselnya karena terlalu panik.

Tapi itu sudah berlalu lebih dari sembilan tahun, bukankah akan sangat terlambat bagi Leoni untuk bercerita.

Terlebih kini status mereka telah berbeda. Nyatanya mereka bukan jodoh.

"Leoni, ini Eza, adik Reza yang kuliah dan bekerja di Kairo setelah lulus. Hampir dua tahun kalian menikah ini pertama kalinya kalian bertemu kan?"

Melisa begitu bersemangat memperkenalkan anak keduanya pada Leoni. Begitu juga Handoko dan Resti yang langsung ikut berbahagia atas kedatang Eza.

"Kaka ipar cantik kan Kak?" Resti menepuk pundak Eza.

"Ya,"

Eza berkata singkat. Matanya terus memaku Leoni, tidak berpaling meskipun sekitar tengah memperhatikan dirinya.

Reza melihat tangan Leoni yang meremas tangannya. Seperti mengerti ada yang tidak beres Reza memilih berpamitan.

"Ma, Yah, sudah malam sepertinya Leoni kelelahan, kami pulang dulu." Pamit Reza.

"Kenapa tidak bermalam saja? Ini pertama kalinya kita bisa kumpul seperti ini selama sepuluh tahun terakhir." Handoko memberi penawaran.

"Lain kali Yah, Reza ada meeting besok pagi keluar kota, dan belum mempersiapkan apa-apa." Reza memberi alasan.

"Baiklah kalau begitu, kamu hati-hati nyetirnya, Jaga Leoni, ingat Leoni kalau Reza banyak tingkah laporkan sama Mama, biar Mama jewer telinganya." canda Melisa.

Leoni hanya tersenyum manis mendengar ucapan Ibu mertuanya, apa lagi yang bisa ia lakukan? selain pura-pura bahagia.

Eza entah pergi kemana, tetapi Leoni lega karena pria itu tidak ada, dan tidak mengharuskannya kembali berinteraksi. Jujur melihat Eza yang cuek dan pura-pura tidak mengenalinya saja, Leoni merasa sangat sedih.

"Ayo, sayang." Reza memeluk pinggang Leoni mesra sesaat setelah mereka berpamitan hingga mereka keluar dari pintu rumah.

Setelah berhasil melewati pintu, sandiwara mereka segera berakhir.

"Terimakasih sudah mau menemaniku." Ucap Reza pada Leoni yang meneruskan langkahnya menuju mobil.

*****

Eza bergegas masuk kedalam kamarnya begitu ada kesempatan. Yang ia lakukan adalah meluapkan sesak di dadanya.

Eza berteriak-teriak, memukuli dadanya yang terasa terbakar bara api.

Kepergiannya bertahun-tahun untuk menyembuhkan luka, tapi begitu pulang luka yang belum benar-benar kering itu kembali tersiram cuka dan garam. Perih, sesak dan menyakitkan.

Eza berdesis. Luka hatinya kembali terbuka. Mengapa Ia harus kembali bertemu dengan orang yang ingin dia lupakan selamanya?

Kenapa harus Leoni yang menjadi istri kakanya Reza? Kenapa?

********

Leoni baru duduk di mobil Reza saat ponsel lelaki itu berdering.

Melihat mimik wajah Reza Leoni tahu bahwa itu panggilan dari kekasih suaminya.

"Angkat saja siapa tahu penting." Seolah mendapat kekuatan Leoni sanggup memberi perintah padahal sebelumnya tenggorokannya seperti tercekat.

"Nanti saja!" elak Reza.

"Sekarang ataupun nanti sama saja, apa mas Reza tidak enak dengan keberadaan ku? kalau begitu aku pulang dengan taksi saja."

Tangan Leoni langsung di tangkap Reza, Leoni yang akan membuka pintu mobil, tidak jadi.

"Leoni, ak-aku akan mengangkatnya."

Meski berkata demikian, tetapi Reza tak juga menggeser layar ponselnya, lelaki itu hanya menatap kesal ponselnya yang tidak berhenti berdering.

*****

Syafi'i sangat kesal karena Reza sama sekali tidak menjawab panggilan teleponnya dan sengaja sulit untuk ditemui.

Reza seperti berubah, setelah perselingkuhan mereka diketahui oleh Leoni.

Reza semakin sulit di hubungi dan juga tidak pernah datang menemuinya beberapa hari ini, saat Syafi'i kunjungi di kantornya, Reza meminta stafnya menemui dan terus berkata jika Reza sedang tidak bisa menerima tamu. Meskipun Syafi'i bersikeras tetapi tepat saja, seberapa lama pun menunggu Reza tetap tidak bisa ia temui.

Itulah yang membuatnya nekad datang pada perayaan ulang tahun pernikahan orang tua Reza.

Reza tercengang melihat di depan mobilnya berdiri seorang wanita yang sangat ia kenali, wanita yang membuatnya kehilangan kewarasan dan menjadi lelaki brengsek dan pendosa.

Reza buru-buru turun dari mobil. Tidak hanya Reza yang kaget, Leoni pun sama kagetnya melihat spontanitas Reza. Sebelumnya Leoni belum pernah bertemu dengan Syafi'i, tetapi melihat Reza yang gugup seperti itu membuatnya tahu wanita itulah yang di cintai oleh suaminya.

Air mata Leoni menetes. Jika dibandingkan dirinya, Kekasih suaminya memang jauh lebih cantik, kulitnya putih bersih, tampilannya begitu modis, beda dengan Leoni yang sederhana.

"Turun." setelah sempat membeku beberapa saat, kaca mobil di ketuk sangat keras.

Syafi'i menatap dengan jijik kearah Leoni. "Harusnya kamu sadar diri dan merelakan Mas Reza untuk menjemput kebahagiaan, kau itu hanya beban untuk nya!"

Seperti belati yang menancap di jantungnya, rasanya sakit mendengar hinaan kekasih suaminya terhadap dirinya yang jelas-jelas istri sah. Hubungan dirinya dan Reza jelas bukan hanya kesalahannya, tetapi Reza yang berbohong sejak awal untuk menikahinya.

Meski Leoni ingin menyanggah ucapan Syafi'i, tetapi melihat bagaimana Reza yang hanya diam membuat Leoni sadar, bahwa dirinya memang sama sekali tidak berarti di hidup Reza.

Leoni berusaha menahan air matanya. Tetapi satu air mata tetap berhasil menetes di pipi.

Saat Reza hendak menyeka air matanya, Leoni menepis tangan Reza.

Tidak Leoni sadari, bahwa di belakang mereka kini telah berkerumun orang-orang.

"Mba Leo kenapa menangis?" pertanyaan Resti membuat kedua orang tua Reza ikut mendekat.

"Reza, ada apa ini? ..... Kamu... kenapa disini?"

Wanita tidak pernah ingin meninggalkan laki-laki yang sedang bersamanya, karena sulit bagi wanita melupakan seseorang yang sangat dia cintai. Karena jika wanita sudah benar-benar cinta, dia akan menuruti keinginan pasangannya tanpa pikir panjang, perasaan wanita tidak pernah main-main, meski pasangannya banyak membuat kesalahan, cintanya tidak akan luntur dengan mudah meski pasangannya membuatnya bersedih berkali-kali.

Tetapi dibalik itu semua, wanita juga memiliki titik lemah jika ia diberikan rasa sakit dan kecewa bertubi-tubi, jadi jangan salahkan wanita karena dia juga memiliki titik batas kesabaran, wanita bisa pergi meninggalkan meski itu berat baginya, pastilah lelakinya yang akan menyesal telah menyia-nyiakan wanita yang tulus.

"Reza, mengapa Leoni menangis? Dan, kamu wanita jahat mengapa datang kerumah saya?" Melisa tidak suka melihat Syafi'i, karena sejak dulu Melisa tidak terlalu suka dengan karakter Syafi'i yang bebas.

"Ma," Reza mengusap wajahnya gusar.

"Tante, aku datang karena anak yang ku kandung sedang merindukan ayahnya."

"Apa maksudmu?"

"Syafi'i!" Reza menarik tangan Syafi'i, tetapi Safi'i langsung menepis tangannya.

"Sudah saatnya mereka tahu Za, bahwa kita sudah lama menjalin hubungan, dan kini ada darah daging kamu yang tumbuh di rahim aku."

'PLAK!'

Pak Handoko menghadiahi Reza sebuah tamparan keras.

"BAJIGAN!!"

Kesempatan

Pesta yang baru saja usai masih menyisakan beberapa kerabat dekat. Masih cukup banyak saksi mata yang melihat kehebohan keluarga Pak Handoko.

Reza langsung di seret Ayahnya masuk kerumah. Tidak hanya pukulan, Pak Handoko juga terus mencaci maki putranya.

"Tak beradab Kamu Za, bajingan!" umpat Pak Handoko pada Reza yang tidak bisa membantah.

Leoni di tuntun oleh Melisa dan Resti yang ikut berlinang air mata.

"Kamu kok tega Za, sama Leoni, bagaimana kalau apa yang dialami Leoni di alami oleh Resti? Apa sebagai kakak kamu tidak berpikir sejauh itu? Kamu punya adik perempuan! Bisa saja apa yang menimpa Leoni terjadi pada Resti?" Melisa menatap tajam sulungnya.

Resti masih memeluk erat Kaka iparnya. Leoni sudah seperti kakak sendiri bagi Resti, Leoni yang pendiam selalu menjadi pendengar yang baik untuk Resti selama ini. Meskipun Leoni putus kuliah di tengah jalan tetapi dia termasuk perempuan yang pandai, membuat Resti sangat senang Reza menikahi wanita seperti Leoni.

Keributan di lantai bawah mengusik pendengaran Eza yang hendak mengambil minum. Setelah meluapkan kemarahannya Reza kelelahan dan tenggorokannya terasa kering karena terus berteriak.

Dari pembatas lantai atas, Reza melihat kakanya yang babak belur. Tentu saja melihat apa yang terjadi menjadi prioritasnya dibandingkan rasa hausnya. Rasa penasaran Eza meluap.

Eza buru-buru menuruni tangga dan bertanya kepada keluarganya.

Eza melihat Leoni yang hanya menunduk, seringai jahat terbit di bibirnya.

Melihat Leoni menangis adalah sesuatu yang bisa membuat hati Eza sedikit senang. Eza bertekad akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membalaskan rasa sakitnya.

Eza tidak mau Leoni bahagia, wanita itu harus menderita seperti yang selama ini ia alami.

Di satu sisi, Leoni sangat sedih karena dengan keluarga besar Reza tahu tentang masalah rumah tangganya, Ia dan Reza akan semakin cepat untuk berpisah. Leoni akan benar-benar kehilangan keluarga sekali lagi.

"Leoni," Melisa tidak sanggup menatap menantunya, ia merasa gagal menjadi orang tua, sehingga Reza tumbuh menjadi laki-laki brengsek seperti sekarang.

"Maafkan Leoni, Ma."

Melisa menggeleng tegas.

"Kamu tetap menantu Mama sampai kapanpun, biarkan Reza menikahi wanita itu, kamu jangan berpisah dengan Reza ya sayang." mohon Melisa yang membuat Leoni kaget bukan main.

Leoni menggenggam tangan wanita yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri.

"Maaf Ma, Leoni dan mas Reza sudah sepakat untuk berpisah." kejujuran Leoni yang membuat semua orang syok, begitupun dengan Eza. Hanya seorang wanita saja yang terlihat bahagia mendengar ucapan Leoni.

Reza memejamkan matanya rapat. Hatinya tiba-tiba terasa terhimpit, entah mengapa luka di bagian wajahnya tak menimbulkan rasa sakit, sementara ucapan Leoni yang pelan justru seperti tikaman pisau telak di tengah jantungnya.

"Kak!!!" Rengek Resti. Gadis itu menangis sesegukan memeluk Leoni yang juga ikut merasa berdosa telah membuat orang-orang yang menyainginya bersedih.

Reza mematung di tempatnya, melihat adik, Mama serta istrinya saling memeluk dan menangis.

Inikah buah keegoisannya?

Nyatanya tidak hanya Leoni yang terluka. Mama dan adiknya pun merasakan hal yang sama.

Pak Handoko menghela napasnya, ikut menyimak kesedihan istri, anak dan menantunya, sama dengan Melisa, Handoko juga merasa menjadi orang tua yang gagal.

Syafi'i mendekati Handoko yang masih melihat anak dan istrinya berpelukan.

"Om,"

Handoko langsung memberi isyarat pada Reza untuk membawa Syafi'i pergi, jangankan menjawab sapaan wanita itu, melirik wajahnya pun Handoko tidak sudi.

Reza ingin mengantarkan Leoni pulang terlebih dahulu. Tetapi Handoko tidak mengizinkan.

"Eza, antar Kaka iparmu ke tempat tujuannya." ucap Handoko tegas.

Leoni yang ingin menolak, tidak sanggup, terlebih melihat Mama mertuanya yang menangis di pelukan Ayah mertuanya, Leoni tidak ingin terlihat rewel.

Harusnya Eza menolak, tapi kenyataannya lelaki itu malah setuju dengan mudahnya.

"Ayo, Kaka ipar, biar ku antar."

******

Leoni pikir Eza akan memakinya, mendesaknya untuk bercerita atau bahkan meminta penjelasan tentang kejadian sepuluh tahun yang lalu. Tetapi ternyata tidak.

Eza, di mobil hanya diam, mengikuti petunjuk yang diberikan Leoni untuk sampai ke tempat tinggalnya.

"Terimakasih " ucap Leoni tulus saat Eza sudah mengantarkannya tepat di depan kontrakan Leoni.

"Sama-sama, kalau butuh sesuatu jangan sungkan, aku siap siaga membantumu."

Perkataan Eza membuat Leoni terdiam beberapa saat.

Ini terlalu ganjil, tetapi Leoni juga bahagia ternyata Eza tidak marah padanya.

"Za, untuk kesalahanku yang pernah meninggalkanmu, aku benar-benar minta maaf, itu karena ..."

"Jangan di bahas Leo, itu sudah masa lalu, masuklah! Ini sudah malam." Eza memotong penjelasan Leoni.

Setelah Leoni benar-benar masuk kedalam rumah kontrakannya. Eza tersenyum jahat.

Reza akan membuat Leoni percaya bahwa kejadian masa lalu tidak membuat cintanya pada Leoni berubah. Eza akan menunjukkan sikap manisnya untuk menjerat Leoni.

"Selamat datang di permainan yang akan ku mainkan untuk mu Leoni." Eza terseyum miring, menunjukkan wajahnya yang diliputi dendam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!