NovelToon NovelToon

Kala Cinta Menggoda

Bab 1 Pertolongan yang Berarti

Aarush Chandra Seir adalah orang yang cukup. Cukup untuk membeli apapun tanpa harus mencicil. Cukup untuk membuat karyawan merasa senang saat hari gajian. Cukup untuk keliling dunia. Intinya cukup.

Hidup cukup yang katanya dirinya sendiri tapi kalau kata para sahabatnya sangat kaya. Kekayaan yang dimilikinya tidak lantas membuatnya menjadi seseorang yang arogan dan semena – mena dengan siapapun. Dia beranggapan bahwa setiap manusia akan membutuhkan manusia lainnya. Jadi, daripada beranggapan bahwa dia satu – satunya yang kaya dan seolah memiliki dunia, Chandra lebih memilih membantu orang lain dengan caranya sendiri.

Namun, sepertinya chandra merasa hari ini menjadi hari sialnya. Ban mobilnya bocor tepat di daerah yang cukup sepi orang. Masih ada beberapa rumah tapi kebanyakan tertutup rapat. Chandra menelpon seseorang untuk membantu memperbaiki ban mobilnya.

“Halo. Pak chandra. Ada yang bisa saya bantu pak?” jawab seseorang di seberang sana sesaat setelah mengangkat telpon chandra

“Tolong panggilkan montir buat ganti ban mobil.” Chandra menelpon sopirnya yang memang lengkap memiliki nomor siapapun. Harusnya juga hari ini chandra diantar oleh sopir. Akan tetapi, karena chandra ingin menikmati waktunya sendiri, jadilah dia memilih mengemudi sendiri. Menggunakan sopir memang hal yang chandra tidak terlalu sukai.

“Baik pak. Sekarang bapak lokasinya dimana?”

“Di jalan arah proyek anggur.” Chandra melihat sekeliling yang dirasa memang benar – benar sepi dan sunyi. Hanya suara dedaunan yang saling bersentuhan karena angin.

“Baik pak. Maksimal 30 menit ya pak.” Chandra bergumam mengiyakan karena memang menyadari daerah proyek ini agak lumayan jauh dari keramaian.

“Nah. Hari ini kayaknya..” Chandra memilih memutar radio untuk mengisi sepinya suasana hari ini. mengetukkan jari ke stir mobil dengan mengikuti irama lagu yang terputar di radio. Tidak berselang lama Chandra melihat mobil yang datang ke arahnya.

“Ban yang bagian mana pak?” Begitu kata bapak yang cukup matang setelah sampai di hadapanku.

“Yang belakang bagian kanan.” Chandra menunjuk arah mobil belakangnya.

“Baik pak. Akan saya ganti dulu.” Chandra memutuskan untuk tetap di luar mobil dan mengamati daerah sekitar. Rasanya kalau kejadian ini terjadi di malam hari ia mungkin lebih memilih memesan taxi atau apapun itu, atau kalau memang akan memerlukan perjalanan hingga malah chandra akan membawa sopir saja.

Terlalu sibuk mengamati sekitar dan merasakan angin yang menyejukkan. Chandra tidak menyadari bahwa tukang montir tadi sudah selesai mengganti ban dan telah membereskan peralatannya.

“Permisi pak. Ini sudah selesai.” Chandra menoleh dan melihat bahwa si bapak montir tadi sudah berdiri dan memegang kotak peralatannya bersiap kembali. “Maaf pak. Pembayaran dilakukan dengan pusat langsung.” Lanjutnya dengan Bapak itu menolak uang yang diberikan chandra dengan halus.

“Itu saya tahu. Ini tip buat bapak.” Bapak itu tersenyum tulus dan menerima uang tersebut sambil menggumamkan kata terima kasih. Setelahnya bapak itu masuk mobilnya dan berlalu setelah pamit.

‘Tolong.. Tolong’

Baru saja chandra akan memasuki mobil malah mendengar seseorang meminta tolong. Di area sepi seperti ini bisa saja ini sebuah tipuan untuk mencuri perhatian. Chandra pernah membaca berita bahwa ini bisa saja sebuah trik perampokan.

Chandra masih gamang antara berjalan menghampiri asal suara atau memasuki mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan jalanan ini. baru saja chandra akan masuk. Chandra malah dikejutkan dengan perempuan yang berlari sambil sesekali melihat arah belakang.

“Tolong. Tolong aku.” Si perempuan tadi mendekat ke arahnya dan tak sungkan menyentuh lengannya yang terbalut jas kantor mahalnya. Tatapannya masih sangat waspada dengan melihat kebelakang. “Aku mohon.” Lanjutnya dengan mata berkaca – kaca.

“Masuk.” Chandra menyuruhnya dan si perempuan tadi bergegas memasuki mobil. Chandra dengan gerakan cepat menghidupkan mobil dan melesat pergi.

∞∞∞

Hidup susah tidak pernah menjadi keinginan semua orang. Jika boleh memilih waktu ia masih di dalam rahim, sepertinya Anna memilih lahir di keluarga kaya yang uangnya tidak akan pernah habis sampai tujuh turunan. Neneknya memiliki hutang yang cukup banyak sampai membuat mereka datang ke rumah kami dan membuat kerusuhan.

Hari ini anna sendirian dirumah. Ayah dan ibunya pergi ke rumah nenek untuk membicarakan hutang yang mereka berikan. Ibunya menjadi penanggung jawab atas hutang nenekku. Jadi saat neneknya sudah tua dan tidak cukup kuat untuk membayar mereka kembali. Ibunya yang menjadi sasaran mereka.

“Tolong!” Anna berlari kencang menghindari kejaran 2 orang lelaki dewasa yang ingin memperkosanya. Hari ini mereka datang kerumah dan menyeretnya untuk masuk ke kamar. Syukurlah anna memiliki kekuatan yang cukup. Sehingga Anna masih bisa menendang masa depan orang gila itu dan berlari kencang keluar rumah.

Anna berteriak keras, tapi sepertinya tidak ada yang mendengar. Rumahnya memang ada di kawasan yang sepi sekali. Anna menyukai daerah sepi tanpa gangguan apapun tapi di posisi sekarang ia benci lokasi rumahnya berada.

“Tolong. Tolong aku.” Anna melihat mobil dan seorang pria yang akan memasuki mobilnya. Anna tahu mungkin dia akan ketakutan dengan kehadirannya yang secara tiba – tiba. Tanpa basa – basi anna memegang tangannya dan memohon meminta tolong.

Anna melihat keraguan dalam matanya yang mungkin saja mempertanyakan keadaannya yang sangat terlihat tidak baik – baik saja.

“Aku mohon.” Anna memohon dengan penuh dan hampir menangis. Anna hampir melepaskan genggamannya dan bersiap berlari kembali. Sebelum pria ini memintanya masuk ke mobilnya.

“Masuk.” Anna memutari mobil dan bergegas masuk. Anna sedikit merasa aman dan baru bisa bernafas lega saat mobilnya berjalan.

“Lo kenal mereka?” ia masih begitu was – was dengan pandangan mengarah ke belakang. Dan saat 2 orang lelaki tadi terlihat Anna membungkukkan badannya agar tidak terlihat oleh mereka. Meskipun bisa dikatakan jarak mereka sudah lumayan jauh sekarang. Namun, ketakutan mengintainya.

“Kaca mobil gue gelap. Tenang aja.” Anna menatap pria yang disampingnya yang sedang menyetir dengan mata berkaca.

“Makasih. Makasih banyak.” Anna benar – benar sangat bersyukur. Kalau tidak ada pria ini mungkin saja anna sekarang menjadi seseorang yang sangat membenci dirinya sendiri.

“Jadi, siapa mereka dan buat apa ngejar lo?”

“Aku anna. Makasih banyak ya. Kamu bisa menurunkanku di halte depan.” Anna tidak ingin menjawab pertanyaan apapun yang pria itu lontarkan. Rasanya sangat malu kalau harus bercerita dia hampir diperkosa karena hutang sang nenek.

“Yakin?”

“Iya. Nanti kalau kita bertemu lagi pasti akan aku bayar bantuanmu hari ini.” Mobil berhenti di depan halte dan anna bergegas keluar dari mobil.

“Terima kasih dan Hati – hati.” Anna berjalan ke arah penyeberangan. Hari ini rasanya sangat berat sekali. Anna memutuskan untuk pergi ke rumah nenek dan mencari ayah ibunya untuk mendapatkan perlindungan. Tidak tau kenapa anna merasa sangat aman saat bersama pria tadi daripada berjalan sendirian seperti sekarang ini.

Atau mungkin karena anna berada di dalam mobilnya yang katanya berkaca gelap dan tidak tembus pandang itu? Tidak tahu yang pasti anna sekarang berjalan cepat untuk sampai di rumah neneknya dengan cepat.

Bab 2 Kembali dengan Mengenaskan

Chandra bernafas lega begitu sampai di rumah. Kejadian tadi cukup membuat Chandra kelelahan. Dari mulai ban mobil bocor di tengah jalanan yang sepi, bertemu dengan perempuan yang berhasil membuat chandra kepikiran sampai sekarang.

“Kenapa ya?”Chandra masih mempertanyakan ada apa sebenarnya dengan gadis tadi. Bajunya yang lusuh belum lagi sebagian kancingnya yang tampak dipasang dengan random. Rambutnya yang tampak acak – acakan dan jangan lupakan sandalnya yang berbeda antara kanan dan kiri.

“Kenapa gue harus peduli?” chandra mempertanyakan dirinya sendiri. Akan tetapi, memang tipikal Chandra yang akan selalu khawatir tentang orang – orang disekitarnya. Paling tidak hari ini dia sudah menyelamatkannya dari para lelaki yang chandra yakini sempat menyakiti atau ingin menyakiti perempuan tadi. Chandra melajukan kembali mobilnya setelah melihat anna mulai tidak terlihat.

Hari ini sudah mulai memasuki malam hari. Saatnya pulang dan beristirahat. Inilah keseharian Chandra, sang pemimpin perusahaan. Ia tidak akan memperdulikan wanita yang bahkan tidak dikenalnya.

“Lari nak. Cari bantuan. Jangan datang sendirian ya.” Ucap ibu tepat saat Anna membuka pintu.

“Bu.” Suara anna mulai melirik melihat semua kekacauan yang ada. Bukannya mendengarkan suruhan ibunya, justru yang Anna lakukan semakin mendekat ke arah ibu dan ayahnya.

Tepat setelah Anna memasuki rumah neneknya terpampang pemandangan yang Anna sendiri tidak pernah berani membayangkan. Ayah dan ibunya diikat di kursi dan neneknya yang entah Anna sama sekali tidak melihatnya disana.

“Akhirnya datang juga. Cepat ikat dia.” Baru saja Anna akan melepaskan ikatan yang melingkari ibu dan ayahnya. Suara yang tidak asing justru menyapanya dan itu adalah orang – orang tadi yang hampir memperkosanya. Mereka yang membuat Anna harus berlari pergi meninggalkan rumah miliknya sendiri.

“Enggak enggak.” Anna berteriak dan meronta saat mereka mendekap tubuhnya. Badannya diseret untuk masuk semakin dalam ke rumah. Anna terus meronta berharap kekuatan kecil yang dimilikinya bisa membuahkan hasil.

Namun, memang pada dasarnya tenaga lelaki lebih besar ketimbang wanita. Bukannya terlepas Anna justru dijambak dan ditampar. Belum selesai menyadarkan pikiran yang sempat blank akibat tamparan. Tubuhnya terasa terbang dan menabrak dinding di belakangnya.

Terdengar suara tulang yang patah dari punggungnya. Bahkan matanya sekarang mulai sedikit terasa buram akibat benturan keras yang barusan ia rasakan. Anna berusaha sekeras mungkin untuk bangkit berdiri agar bisa lari dari manusia manusia gila ini.

Lain halnya dengan keinginan yang kuat, kekuatannya justru sangat lemah. Terlahir dengan imun tubuh yang memang agak lemah membuat Anna kesusahan dalam situasi seperti ini. Saat melihat dua orang lelaki itu mulai mendekatinya, ia berusaha menggapai guci yang ada di rumahnya. Berdiri dengan tertatih karena demi apapun rasanya ia ingin pingsan saja malam ini.

“Mau kemana manis.” Anna berdecak dalam hati. Sungguh menggelikan mendengar ucapan mereka yang justru terdengar seperti sampah. Anna bersiap melemparkan guci ini ke kepala salah satu dari mereka.

“Karena tadi lo udah menendang masa depan gue. Jadi, kali ini tidak gak ada sikap baik lagi.” Lagi – lagi ia berdecak siapa memangnya yang bisa bersikap baik dengan manusia tidak tahu adab seperti mereka. Anna semakin menggenggam erat guci itu dan..

Pranggg

Hari ini benar – benar hari yang melelahkan dan chandra hanya ingin beristirahat. Namun, memang hidup kadang tidak bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita. Di jam 22:00 malam ini dengan tidak tahu dirinya telepon berdering yang tandanya ada panggilan masuk. Ingin rasanya chandra abaikan tapi sayangnya hati nuraninya menang.

“Ndra, Di tempat biasa.”

Ini adalah definisi teman yang tidak punya akhlak dan yang bener aja memangnya Arsen pikir dirinya ini babu. Karena Chandra orang yang sangat sangat baik sampai sampai tidak ada celah kejelekannya. Jadi, yang Chandra lakukan sekarang mengambil jaket dan kunci mobilnya.

“Sialan tu anak.” Pergi ke klub adalah salah satu hobi seorang Arsen Domino. Anak yang terlahir dari sendok emas itu kerap kali merepotkan Chandra untuk menjemputnya kala mabuk kian berat terasa. Sedikit informasi bahwa ini bukan pertama kalinya tapi justru kesekian kalinya.

Saat terlalu asik menikmati jalanan dan lagu yang terputar di radio mobil. Chandra dikejutkan dengan sosok perempuan yang terasa tidak asing untuknya. Sosok yang sepertinya sempat ia temui. Dengan langkah terseoknya dan tubuhnya yang Chandra perkirakan akan limbung dalam waktu sekejap.

Dirinya kaget melihat kejadian di depan matanya. Chandra saat melihat si perempuan tadi pingsan di pinggir jalan dan langsung menepikan mobilnya untuk melangkah keluar.

“Heh. Bangun.” Karena memang tidak ada sahutan dari si lawan jenis. Akhirnya Chandra mengangkatnya dan memasukkannya ke mobil. Sekarang yang ada dipikiran chandra hanya membawanya ke rumah sakit. Awalnya Chandra berniat membawanya ke rumahnya tapi saat melihat kepala si perempuan yang mengeluarkan darah. Chandra langsung berubah pikiran.

Kalau dilihat – lihat lukanya kali ini lebih banyak. Apa yang sebenarnya terjadi dengan perempuan ini?

Chandra memutuskan menghubungi seseorang begitu mengingat tujuan awalnya berkendara keluar rumah malam ini.

“Iya pak?”  Jawab seseorang dari arah seberang. Fokus Chandra harus terbagi dua. Mengangkat telepon dan memperhatikan si perempuan kalau saja dia tiba – tiba bangun. Kan tidak lucu kalau misalnya Chandra dikira sebagai penculik seperti yang ada di serial film. Padahal niatnya sudah baik ingin menolong.

“Sam. Saya minta tolong kamu buat jemput Arsen di tempat biasa.” Ya benar. Sekretaris yang Chandra hubungi saat ini. Tidak ada orang lain lagi yang bisa dimintai tolong karena memang teman – temannya yang lain sedang memiliki urusan masing – masing yang lebih bermanfaat ketimbang anak sendok emas satu ini.

“Baik pak.” Tidak ada yang bisa mengalahkan ketakutan dan rasa pengabdian yang tinggi kepada bos selain sekretaris Chandra ini.

“Sus. Tolong ini darurat.” Begitu sampai di rumah sakit candra langsung menggendongnya dan memanggil suster untuk segera memberikan pemeriksaan. Darahnya menempel di kaos yang Chandra kenakan. Apalagi malam ini Chandra menggunakan kaos putih, makin terlihat dan sangat jelas warna merah pekat disana. Mirip pelaku pembunuhan yang telah selesai menghabisi targetnya.

“Silahkan isi formulirnya dulu pak.” Setelah melihat si perempuan di bawa ke ruang UGD, barulah salah satu suster mengantarkan Chandra ke bagian formulir. Menggaruk pelipis sejenak karena bingung harus menulis nama apa. Karena sekalipun mereka pernah bertemu tadi siang, mereka belum berkenalan dengan benar.

Dengan tingkat kepintaran yang sangat tinggi. Chandra menulis nama ‘Lavender’. Kenapa? Karena baju yang dipakai si perempuan tadi berwarna lavender. Jadi ya sudah seperti itu. Tidak perlu bersusah – payah mencari nama. Toh lavender juga tidak buruk.

“Baik silahkan di tunggu ya, pak.” Chandra memutuskan mendudukkan dirinya di kursi depan ruangan UGD. Kalau dipikir – pikir perempuan tadi itu kan memintanya menurunkan di halte bus. Apa orang – orang tadi berhasil mengejarnya?

 

Bab 3 Manusia Paling Baik

Setelah hampir dua jam menunggu chandra setia menunggu penanganan si perempuan lavender tadi. Begitu melihat dokter keluar Chandra bergegas berdiri menanyakan bagaimana penanganannya.

“Gimana teman saya, dok?” tanya Chandra dengan harap – harap cemas.

“Benturan di kepalanya sudah ditangani. Tidak ada yang serius selain harus istirahat secara total untuk beberapa saat.” Barulah setelah mendengar penjelasan sang dokter, perlahan Chandra mulai bernafas dengan normal kembali.

Bahkan dirinya tidak mengerti apa yang sebenarnya dia khawatirkan. Mengingat bahwa mereka baru saja bertemu beberapa jam yang lalu dengan keadaan yang juga tidak bisa dikatakan baik.

Setelah dirasa kata dokter boleh masuk asal jangan sampai mengganggu pasien. Maka, Chandra memutuskan untuk masuk ke ruangan rawat.

Tidak pernah Anna duga bahwa kejadian akan seperti ini. Bahkan duduk dengan tenang di dalam mobil yang ia bayangkan tidak akan pernah bisa dibeli. Tangannya saling bertaut karena saking gugupnya berada dekat dengan orang asing yang justru malah menolongnya.

‘Dia gak akan jual aku kan?’

Itulah yang terlintas dipikiran Anna karena terlalu banyak melihat film thriller. Bayangkan saja orang kaya yang usianya juga Anna perkirakan masih dibawah 20 an akhir, tampan, dan mempunyai artikulasi kata yang yang sangat bagus mau menolongnya. Bahkan saudaranya yang lain saja tidak ingin menolongnya karena merasa malu.

“Jadi siapa nama lo?” Tanya Chandra begitu ia melihat sang perempuan mulai menyesuaikan diri dengan ruangan dan cahaya. Tenang saja Chandra tidak langsung bertanya apapun, ia memanggil dokter terlebih dulu lalu memberikan sang perempuan waktu untuk mencerna keadaan sekitar.

Saat merasa sudah membaik baru chandra memulai pertanyaan yang sedari awal terus mengganjal dalam pikirannya.

“Anna.” Bahkan suaranya masih bergetar hebat

“Jadi Anna, bisa saya tanya kenapa kamu bisa sampai seperti ini?”

Tidak ada keraguan apapun. Disitu anna menceritakan bagaimana saat orang – orang itu masuk ke dalam rumahnya dan menghancurkan semuanya. Tidak ada satupun yang terlewat. Semua hutang dan kehancuran yang baru saja ia alami bersama keluarganya.

Lalu disinilah Anna berada, di depan rumah yang bisa ia katakan lebih mirip dengan istana sangking besarnya. Ini kalau dibandingkan rumahnya sendiri masih belum ada seperempatnya dari rumah yang ada di hadapannya sekarang.

Anna hanya mengikuti chandra yang mulai berjalan memasuki rumah. Setelah berbicara dengan satpam yang ia sendiri juga tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena sedari tadi pandangannya hanya sibuk memperhatikan rumah istana ini.

“Malah bengong.” Anna tersadar begitu ada tangan lain yang menjentikkan jarinya tepat di depan wajahnya.

“Eh. Maaf.” Dengan instruksi bahasa tubuhnya chandra yang seakan menyuruh Anna masuk, maka ia berjalan perlahan di belakang sang lelaki yang terlihat begitu besar. Kalau tadi Anna sudah terkagum dengan bagian luarnya, kali ini justru ia dibuat terdiam dengan isi dari rumah ini.

“Ini beneran rumah?” Gumamnya perlahan yang tentu saja tidak sampai terdengar oleh telinga Chandra. Bisa memalukan kalau sampai dia tahu. Bayangkan kalau saja Chandra membatalkan bantuannya karena melihat Anna yang jusru terlihat sangat norak.

“Bi. Tolong tunjukan kamarnya Anna yang di sebelah kamar saya saja.” Ucapnya kepada seorang wanita tua yang berdiri paling depan di antara yang lainnya. Iya mereka ada 5 orang termasuk si wanita paruh baya itu yang sekarang beralih tersenyum dengan ramah ke arahnya. Anna merasa sangat terintimidasi dengan semua orang melihat ke arahnya dan sedikit menunduk.

“Baik, den.”

“Gue mau bersih – bersih. Gak papa kan kalau gue ngomong nyantai?” Kenapa harus bertanya? Itu yang sedang anna pertanyakan. Kalaupun Chandra bersikap tidak sopan padanya, akan Anna terima. Yang benar saja orang baik sepertinya yang sudah mau menolongnya dalam kurun waktu yang sangat sebentar masih bertanya tentang pendapatnya.

“Iya, pak.”

“Really?” Lengkingannya cukup mengagetkan dirinya hingga membuat tubuhnya agak sedikit menjengkit sebentar.

“Gue bukan bapak – bapak. Panggil nama aja.” Semua orang yang ada disana terlihat sedikit terkikik dengan penjelasan sang tuan rumah. Begitu Chandra berlalu pergi dan mulai menaiki tangga, barulah anna bisa bernafas lega. Cukup merasa sangat terintimidasi ada di dekat Chandra.

“Mari non ikut saya.” Anna hanya menurut dan mengikuti wanita paruh baya itu. Lagi – lagi Anna terus dikejutkan di lantai dua yang tidak kalah megahnya.

“Ini kamarnya, non. Kalau butuh apa – apa langsung panggil saya saja.” Kami memasuki kamar yang sudah ditunjukkan bibi dan mengamati dalamnya yang sudahlah. Anna sudah lelah mengagumi rumah ini yang tiada habisnya dengan kemegahannya.

“Namanya ibu siapa ya?”

“Bi ramsi. Panggil saja seperti itu, non.” Jelasnya setelahnya bi ramsi mulai menjelaskan tata letak kamar ini dari yang mulai kamar mandi sudah diisi dengan peralatan baru, lemari yang memang sudah ada bajunya dan berbagai macam pakaian lainnya. Anna jadi penasaran kapan Chandra menyiapkan ini semua. Seingatnya kami barus bertemu tadi sore menjelang malam dan Anna harus dirawat dirumah sakit beberapa jam.

“Kalau begitu saya permisi dulu, non.” Pamit bi ramsi karena dirasa sudah selesai dengan tugasnya. Bahkan bi ramsi memberikan nasihat untuk mandi dengan air hangat sebelum tidur. Sungguh orang yang sangat baik hati dan penuh perhatian.

Karena hari ini sangat melelahkan untuknya jadi, Anna memutuskan untuk langsung tidur tanpa membersihkan diri terlebih dulu.

“Jadi lo di kejar debt collector?” Chandra tidak habis pikir kenapa para penagih hutang ini selalu menggunakan hal – hal yang menyakitkan seperti ini. Apakah mereka tidak bisa menggunakan cara baik – baik.

“Iya.” Ucapnya pelan. Chandra tahu bahwa perihal hutang memang tidak pernah mudah untuk diceritakan kepada siapapun. Apalagi kalau sudah sampai di tahap yang seperti ini.

“Hutang lo berapa?” Chandra melihat Anna yang semakin terdiam dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkannya. “Oke gini gue mau menawarkan sesuatu. Gue bisa bebasin keluarga lo dari mereka tapi tentu saja gak gratis. Besok gue bakalan melunasi semuanya biar keluarga lo gak disakitin lagi. Gimana?” Lanjutnya menjelaskan apa yang dimaksud chandra.

“Ini gak mimpi?” Anna lagi – lagi mempertanyakan kenyataan yang terjadi sekarang.

“Gue serius. berapa hutang keluarga lo?” Dengan pertanyaan yang dilontarkan sang lelaki dengan tegasnya hanya mampu membuatnya sang perempuan yang sedang terduduk di kasur rumah sakit terdiam. Ia membeku beberapa saat sebelum akhirnya Chandra berdehem untuk menyadarkannya lagi.

“Dari yang aku dengar sekitar 200 juta.” Dengan sedikit terbata dan suara lirih takut salah mengatakan hal yang buruk.

“Oke besok gue lunasin tapi inget gak ada yang gratis di dunia ini. Kita ketemu sama orang tua lo besok.”

Begitulah keputusan Chandra yang siap membantunya kala itu. Chandra pikir hanya itu yang bisa dia bantu sejauh ini dan tentu dengan balasan yang setimpal.

Sesaat, Chandra hanya bisa mematung di depan cermin sambil mengingat kembali apa yang baru saja terjadi. Chandra akui dirinya bukan orang jahat yang akan sangat mudah mengabaikan hal seperti itu. Tapi membawa orang yang ingin ditolongnya sampai menginap dan tinggal sementara di rumahnya juga bukan dia sama sekali.

Karena terlalu lelah. Jadi ia langsung memutuskan membahas ini besok lagi. Lebih baik sekarang dirinya beristirahat saja, karena badannya terasa sakit setelah menemani Anna dirumah sakit.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!