NovelToon NovelToon

I'M Sorry My Baby

Kemarahan Clara

Happy reading....

Seorang wanita dengan paras cantik, di dukung oleh postur tubuh tinggi semampai sedang berdiri di ujung meja. Tepat di depan layar yang sedang menampakkan hasil kinerja para karyawan bulan ini.

Semua karyawan dan staf kantor menundukkan kepalanya, mereka tak mampu menatap wanita cantik tersebut. Suasana ruangan rapat serasa tak ada oksigen untuk bernafas.

Wanita tersebut menyilangkan tangannya ke dada, matanya menatap lekat ke semua karyawan.

"Kenapa semua menunduk? Ayo tatap saya!" titah Clara dengan nada tinggi.

Ya, dia adalah Clara. Lebih tepatnya Clara Veronika, dia seorang manager kantor di salah satu cabang Bank swasta. Saat ini dia cukup penat karena melihat grafik yang kian menurun.

Atasannya sudah mengomelinya beberapa hari lalu, karena ada seorang yang mengadu. Pelayanan di Bank yang Clara kelola kurang baik,

"Apa sabar saya selama ini kurang?!" tanya Clara dengan nada semakin meninggi.

"Terserah apa usaha kalian. Yang jelas, saya mau nama cabang ini kembali baik! Dan yang terpenting, bukan depan grafik ini harus naik!" ucap Clara, dada Clara sudah kembang kempis menahan amarah.

Dia segera melangkah pergi keluar ruangan, karena amarah yang belum tersalurkan. Membuat pintu yang di hadapannya menjadi sasaran. Dengan keras Clara membuka pintu dan menutupnya. Hingga meninggalkan suara debaman sangat keras.

Semua karyawan mengambil nafas panjang, dan menghembuskan napasnya perlahan secara bersamaan. Semua saling pandang, seolah mencari jawaban atas perintah managernya tadi.

"Haduh, yang salah siapa? yang kena imbas siapa?'' celetuk Pras.

"Lo tuh biang keroknya," sahut Nadin.

"Lah kok gue?" ucap Pras.

"Lo sih nggak cepet nikahin bu Clara. Pasti dia jinak kalau udah nikah?" kekeh Nadin.

"Bisa sakit jantung gue, kalau punya bini kaya dia," ucap Pras.

Seketika Nadin dan beberapa teman kantornya terkekeh mendengar ucapan Pras. Dia merupakan karyawan yang paling humoris daripada yang lain. Akan tetapi, entah mengapa? Bu Clara tak bisa menampakkan senyum ya saat bersama Pras.

Kantor cabang ini memang banyak sekali keluhan, mulai dari pelayanan yang lama dan pengajuan pinjaman yang terbilang rumit.

Banyak nasabah yang lebih memilih Bank lain dari pada Bank yang Clara kelola, sehingga hanya tinggal beberapa gelintir nasabah saja.

"Udah, cepetan dipikirin noh gimana jalannya," sahut Doni.

"Lo dong gantian miki!'' ujar Pras sebal.

"Sorry, gue 'kan bagian penagihan. Asalkan Gue senyum aja, semua nasabah dengan suka rela ngasih angsurannya," ucap Doni.

Nadin menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memutarnya perlahan, sebenarnya yang di katakan Doni ada benarnya. Semua laporan tertuju pada pihak costumer Service, dan itu tertuju pada Nadin.

Dirinya sudah bekerja susah payah, mencoba mendinginkan kepala para nasabah yang mulai mengepul terbakar. Akibat janji-janji palsu pihak Bank.

Banyak yang pengajuan pinjamannya, ditolak secara sepihak oleh Bank dan parahnya kantor tidak bisa menjelaskan alasan penolakan.

Terutama Clara, Nadia sangat stress dengan sikapnya yang selalu semena-mena. Bagaimana dirinya bisa menjelaskan alasan ke nasab? Direkturnya aja tak menjelaskan apapun.

Beralih di ruang kerja Clara, dirinya sangat stres beberapa minggu ini. Keuangan Bank tidak baik-baik saja, banyak dana yang macet, gegara pinjaman Bank yang kian mencekik.

Clara menyandarkan tubuh lelahnya di kursi kerjanya. alAngannya melayang jauh, memikirkan bagaimana menghadapi para nasabah, semoga saja mereka tidak demo.

Di tengah ke penatannya, Clara mendengar dering ponselnya, dia segera meraih ponsel yang tergeletak di atas meja.

Urat wajahnya seketika berubah 180°, dengan semangat dia membuka chat yang masuk dari nomor seseorang.

"Udah makan belum sayang? Yuk makan bareng!" tertulis chat tersebut, sambil memamerkan foto seporsi soto dan es teh.

Tak lama kemudian panggilan Vidio masuk, tanpa pikir panjang Clara segera menggeser tombol hijau ke atas.

Saat ini, tampak seorang yang amat Clara rindukan. Rico Verdinard, kekasihnya yang sangat sabar menghadapinya.

"Udah makan belum?" tanya Rico, sambil menyeruput kuah soto.

"Belum, mungkin habis ini," jawab Clara.

"Aduh kasian banget sih sayangku, mau aku siapin?" tanya Rico, memamerkan gigi putihnya yang berjajar rapi.

"Gombal, coba aja kalau deket." ucap Clara tersenyum kecut.

Pasalnya, Rico sangat berbeda jika bertemu. dirinya selalu menolak jika Clara terlalu manja. Alasannya sepele, malu di lihat orang.

Padahal, bukankah wajar? jika pacaran itu bergandengan tangan dan makan bersama. Rico kerap kali berlagak dewasa, dan tak mau melakukan hal yang ke kanak-kanakkan.

BERSAMBUNG.....

Rahasia Rico

Happy reading....

Hubungan mereka terbentang jarak, meskipun jarak itu tak terlalu jauh. Akan tetapi, kesibukan keduanya membuatnya jarang bertemu.

Mereka selalu menyempatkan bertemu virtual di sela-sela kesibukannya, konsep inilah yang membuat Clara luluh sampai detik ini.

Baginya sangat jarang pria mau mempersulit hidupnya, hanya untuk keinginan wanita yang ribet seperti ini.

Padahal Clara tau, bagaimana kesibukan Rico dengan segala rapatnya itu. Untung saja dia tidak banyak protes, dan patuh dengan setiap permintaan Clara.

Seperti saat ini, Rico menyempatkan waktunya Vidio Call di jam makan siang.

Rico dari tadi berkisah tentang kesibukannya pagi ini, yang tak memberikannya kesempatan untuk sarapan. itu sebabnya dia begitu lahap menyantap makan siangnya.

"Enak ya?" tanya Clara.

"Maaf ya sayang, laper banget," ucap Rico yang menyuap sesendok nasi kemulutnya.

"Besok aku akan membawakan sarapan untukmu, supaya nggak seperti ini. Kasian banget," ucap Clara polos.

Mendengar ucapan Clara, reflek kerongkongan berhenti bekerja. Jangankan kerongkongan, Rico juga terkejut dengan ucapan Clara.

Makanan seketika berhenti di kerongkongan, dan itu membuat Rico terbatuk-batuk. Matanya memerah karena beberapa butir nasi, masuk ke hidung.

"Pelan-pelan dong sayang makannya," ucap Clara, hanya mampu menatap kekasihnya yang tersiksa. tanpa bisa membantunya.

"Nggak pa-pa kok," jawab Rico, sambil meminum es teh, untuk meredakan batuknya.

"Udah mendingan belum?" tanya Clara memastikan, dirinya tak tega melihat kekasihnya seperti ini. Matanya memerah dan berair.

"Udah kok, kapan kamu mau ke sini?" tanya Rico.

"Secepatnya sayang," jawab Clara tersenyum malu.

Ya selalu Clara, dia yang selalu berangkat ke kota Rico. Bahkan selama ini, tak pernah sekalipun Rico berkunjung ke kota Clara.

Setiap weekend, Clara berangkat ke kota Malang untuk menemui Rico. Jarak yang di tempuh tidak cukup jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam saja bila mengendarai mobil pribadi.

Clara selalu mengambil rute pagi buta atau malam hari, karena di jam tersebut jarang macet. Sebenarnya dia cukup takut, karena memang dia menyetir sendiri.

Sekali lagi, demi cinta dia bisa melakukan segala hal. Bahkan moodnya yang rusak beberapa waktu lalu, seketika sirna sudah.

Rico tersenyum manis, tapi tidak pada Clara. Dia sedikit mendongakkan pandangannya. Entah siapa yang dia sapa saat ini, yang jelas mood Clara kembali rusak, melihat kekasihnya yang bersikap ramah itu.

Karena, setiap Rico membuang senyuman manis tersebut. Sambungan selalu di putus sepihak.

"Udah ya sayang, aku balik kerja," ucap Rico, segera menutup sambungan.

Clara memanyunkan bibirnya ketika melihat layar ponsel menampakkan layar hitam.

"Kebiasaan banget sih Rico," keluh Clara yang menaruh benda pipih tersebut di meja.

Clara terdiam sesaat, hingga otaknya menemukan ide. Yang pastinya ide tersebut mampu menghilangkan penatnya.

Karena masalah pekerjaan yang membuat otak Clara penat, Dia memilih untuk mengunjungi kekasihnya.

mungkin dengan itu, dia bisa mengistirahatkan kepalanya.

Clara juga tidak enak hati dengan beberapa karyawannya, karena mood yang naik turun. membuat karyawannya menjadi sasaran empuk emosinya.

Belakangan ini, banyak sekali nasabah yang komplain dengan pengajuan pinjaman. Padahal Clara sudah melayaninya dengan sepenuh hati. Aturan dari pihak bank yang berubah dan memberatkan nasabah, menjadi alasan utama masalah ini.

Karena jarak kota Surabaya dan Malang tidak jauh, didukung oleh Clara yang memiliki kendaraan sendiri, membuatnya mempermudah idenya. Dia sudah tak sabar melepas penat bersama kekasihnya.

Jarak 4 jam baginya tidak masalah, bukankah cinta butuh pengorbanan. Clara tak pernah memikirkan, pengorbanan berat sebelah yang dia alami.

Sebenarnya Rico pun bisa bertemu dengan Clara setiap hari, karena Rico bekerja di perusahaannya sendiri, dan dia adalah bos utama. Terkadang Clara punya perasaan yang ganjal. Akan tetapi, segera dia tepis.

Riko selalu memiliki alasan tersendiri untuk tidak melakukannya, alasan yang lebih dominan adalah. Dia adalah panutan karyawan-karyawannya, itu sebabnya dia tak mau bertingkah semaunya.

Mereka menjalin hubungan, kurang lebih sekitar 3 tahunan. Hubungan mereka sudah ke tahap yang lebih serius. Kedua orang tua mereka sama-sama mengetahui hubungan tersebut, dan spesialnya mereka menyetujui hubungan ini.

Baik itu dari pihak Riko, maupun dari pihak Clara.

Dan yang paling menyenangkannya lagi, mereka mengharapkan kemajuan hubungan ini.

Sangat menyenangkan bukan, kalau hubungan kita saling direstui oleh kedua belah pihak keluarga.

Clara banyak berharap banyak dengan hubungan ini.

Sangat jarang menemui lelaki yang cocok serta dukungan dari keluarga.

Itu yang membuat membuang pikiran negatifnya. Selama ini, dia tak pernah sekalipun berpikir buruk tentang Rico. Dan mempertahankan hubungan ini, meskipun mereka jarang bertemu.

Sebelumnya hubungan Clara dan Riko baik-baik saja, hingga suatu kejadian terjadi pada Clara. Ternyata keputusannya berkunjung ke kantor Rico diam-diam, malah membuatnya terluka cukup dalam.

Clara berangkat ke Malang setelah pulang kerja, dia tidak mampir kerumah. Karena dia sudah berkabar dengan orang rumah lewat chat.

Dia tak pernah membayangkan bahwa hal ini akan terjadi. Pria yang dianggap sebagai pangeran baik hati dan perfect. ternyata menyimpan segudang rahasia besar di baliknya. Terlebih kebohongan yang membuat Clara seperti orang gila, yang mengemis cinta.

BERSAMBUNG.....

Pergi Ke Malang

Happy reading....

Saat itu mobilnya mogok di pinggir jalan, sehingga dia turun dari mobil dan mengecek mesinnya. Sayangnya, Clara tidak mengerti tentang otomotif. Akhirnya dia memilih untuk menghubungi bengkel.

Karena sekarang sudah sampai di Malang, tepatnya di mana Rico tinggal. Clara bisa bernafas lega, setidaknya ada yang dia kenal di kota ini.

Perutnya mulai keroncongan, mata Clara menyusuri jalanan di sekitarnya. Seketika matanya berbinar saat melihat sebuah rumah makan yang buka, sangat jarang ada rumah makan yang buka sepagi ini.

Dia memutuskan untuk mengisi perut di rumah makan yang terletak di sebrang jalan. Dia segera dia melangkah menyebrangi jalan. Syukurlah dia cepat mendapatkan asupan makanan, sebelum dirinya pingsan di tengah jalan.

Rumah makan ini cukup sederhana, hanya ada beberapa kursi, tapi tempatnya cukup bersih, ada tissu di setiap meja.

Cara memesan makanan pun seperti tempo dulu, tak ada list menu. Kita yang melangkah menuju mbak-mbak yang jual dan memilih menu yang sudah di siapkan di lemari kaca.

Clara memilih menu yang berjejer di lemari kaca, semuanya terlihat begitu enak. Dia menjatuhkan pilihannya ke nasi pecel, di tambah telur balado.

Terdengar bisikan yang membuat hatinya berbunga pagi ini. Para pelayan bilang kalau dirinya sangat cantik, hal ini membuatnya melambung ke awan. Dia mencoba untuk biasa saja, mendengar ucapan mbak-mbak tadi.

Jelas mereka terpesona, tinggi Clara 170cm. kulitnya putih bersih, dengan rambut bergelombang. Terlebih gigi Clara yang timbul di sudut bibir, membuat senyumnya terlihat begitu manis.

Clara melangkah menuju meja di sudut ruangan, dia meraih ponsel di balik jasnya sambil menunggu pesanan datang. Jemari Clara bermain indah di layar ponsel, tampak foto seorang pria dengan paras tampan. Kulit putih bersih, dengan alis lebar, tidak ketinggalan bibir tipis dan hidung mancung yang membuat parasnya semakin perfect.

"Aku udah datang lo sayang, kamu ngapain ya?" ucap Clara bermonolong.

Clara iseng untuk menggeser tombol hijau di salah satu kontak, perlu waktu lama agar sambungan tersambung. Sudah beberapa kali Clara menelpon, tapi sambungan tak segera tersambung.

Clara mengirimi banyak chat ke nomor tersebut. Akan tetapi, sepertinya nomor tersebut tidak aktif. Melihat tanda centang masih satu dan berwarna abu-abu.

Bagi Clara itu biasa saja, jam masih petang. Mungkin orang tersebut masih terlelap. Saat ini otaknya masih belum berpikiran negatif tentang semua ini, toh biasanya memang ponselnya aktif di jam 7 pagi.

Mata Clara berbinar ketika menatap pelayan sudah membawa pesanannya ke meja, tanpa pikir panjang Clara segera memulai acara makannya. Sebelum dia berangkat, dia belum memakan makanan apapun. Cacing-cacing di perutnya sudah berdemo sejak tadi, saat acara makannya hampir selesai Clara mendapati ponselnya menyala.

Dengan semangat ia meraih ponsel, yang tergeletak di meja. Hatinya semakin berbunga saat membaca si pemilik kontak tersebut, tanpa buang waktu Clara segera menggeser tombol hijau ke atas.

"Halo Sayang, kamu di mana?" ucap Clara penuh semangat.

"Dimana? Ya di kamar lah sayang," jawab Rico dengan suara serak, khas orang bangun tidur.

"Yaudah, cepetan bangun gih," ucap Clara.

"Ngapain juga bangun jam segini, kurang kerjaan banget," ucap Rico malas.

Sesaat percakapan hening, hingga akhirnya Rico menyadari sesuatu.

"Kamu kok tumben udah bangun?" tanya Rico penasaran.

"Kangen kamu aja," jawab Clara.

"Oiya, kalau gitu aku kesana ya," ucap Clara, terdengar tawa renyahnya.

"Oke, aku tunggu. Yaudah, aku lanjut tidur yaa, masih ngantuk," ujar Rico.

"Oke, bye sayang, tunggu yaa.''

"Oke baby, aku tunggu,'' jawab Rico menutup sambungan.

Clara segera menghabiskan sarapannya, dia memilih untuk menunggu pihak bengkel datang di rumah makan. Karena cuaca sangat dingin di luar sana. Dia bisa masuk angin bila berdiri di tengah malam yang dingin.

Beberapa menit kemudian, orang bengkel datang lengkap dengan mesin derek. Clara segera mengeluarkan selembar uang berwarna biru di meja dan keluar, dia segera berlarian menuju mobilnya di sebrang jalan.

Tak lama kemudian, dia melihat mobil yang melewatinya. Clara segera menoleh kebelakang, sepertinya dia sangat familiar dengan mobil tersebut.

Hingga kemudian mobil tersebut, berhenti di rumah makan tempat Clara makan tadi. Dia masih mematung, matanya menatap lekat ke arah mobil tersebut.

Terutama saat mobil itu terbuka, ada seorang pria yang turun dari dalam mobil. Pria tersebut hanya memakai hoody dan celana jeans pendek, Clara segera membalik badan, karena dugaanya salah.

Akan tetapi, langkahnya terhenti saat mendengar suara yang sangat dia kenal.

"Kamu mau makan apa, sayang?"

Seketika Clara membalikkan badannya lagi, dadanya bergemuruh ketika melihat seorang pria di balik hoddy tersebut.

BERSAMBUNG....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!