NovelToon NovelToon

Cinta Itu Apa, Sih?

Keegoisan

Di akhir musim gugur. Oktober 2019.

Di depan gerbang sekolah, Ketika sebuah dedaunan sudah mulai berubah berwarna oren kecoklat-coklatan, dan berguguran di memenuhi pinggiran jalan. Semua orang sibuk berlalu lalang di setiap sudut kota, jalan dipenuhi oleh orang-orang yang begitu ambisi untuk mengejar yang nama nya uang. Orang-orang dewasa kebanyak bilang kalau uanglah uang menentukan nasibmu, keberuntunganku, dan cintamu. Pemikiran orang-orang dewasa begitu rumit.

Berbeda dengan para kita anak SMA, yang begitu santai menjalani hidup ini. Walau tidak semuanya tapi memang seperti itu adanya. Kehidupan anak remaja lebih dipenuhi warna-warna, karena disanalah mereka mencari sebuah keyakinan, kedewasaan, dan jati dirinya. Merekalah yang menciptakan warna-warna di hidup mereka, saat ini mereka sedang mengalami masa pubertas. Kebimbangan yang membuat mereka frustasi, hal-hal yang disebut teman, hal-hal yang disebut masa depan, dan hal-hal kecil yang disebut cinta.

Seorang siswi yang sedang berjalan di pinggir trotoar menuju sekolah yang hanya tinggal beberapa meter lagi. Han Hara berjalan di antara pada murid sekolah lainnya. Kini Ia tidak lagi terlambat seperti hari sebelumnya. Saat Hara sedang asyik memikirkan sesuatu yang indah, sebuah inspirasi yang indah untuk ia menulis dalam ceritanya seketika seseorang yang tiba-tiba mengejutkannya dari belakang.

"Oi!"

“Njrit!!”

Dengan spontan Hara terkejut dan hampir mengucapkan kalimat kasar. Langkah kakinya pun spontan berhenti, menoleh ke arah seseorang yang berdiri di sampingnya dengan wajah cengengesan.

Sambil menatap sinis Dong Hyuk, "Hya! Kau sudah mengacaukan inspirasiku tahu!!" kesal Hara.

Namun, Donghyuk hanya diam mengabaikannya, lalu ia berjalan seakan tidak terjadi apa-apa. Hara hanya bisa menghela nafas menahan emosinya, karena memang seperti itu sifat Donghyuk, aneh.

“Cepat! Dua menit lagi bel masuk …,” ucap Donghyuk.

Hara bergegas menyusul Donghyuk dengan tatapan sinis. “Thank you atas perhatianmu, cih!”

Mereka berjalan bersama, terlihat perbedaan yang cukup jauh tinggi tubuh mereka jika dilihat dari belakang. Hara benar-benar terlihat sangat kecil jika berjalan berdampingan dengan Donghyuk. Dia teman satu kelasnya. Namanya Kim Dong Hyuk, siswa jail yang selalu mengganggu Hara. Walau kelakukannya aneh tapi dia pintar. Bahkan Hara sudah sangat sering dibantu mengerjakan tugas olehnya.

Donghyuk menoleh ke arah Hara, ia tersenyum, sungguh Hara itu sangat menggemaskan di matanya. Tangannya dengan spontan langsung mengacak-acak rambut Hara layaknya sedang mengelus seekor anak anj*ing.

"Hya! Hya! Nanti rambutku berantakan tahu!" ucap kesal Hara sambil mencoba menghentikan tangan Donghyuk yang terus mengacak-acak rambutnya yang sudah susah payah di tata tadi pagi. Hara langsung menghempaskan tangan Donghyuk, dia menjauh darinya.

“Ih …! iseng banget sih, tangannya!” Hara menggerutu kesal sambil mempercepat langkahnya, sebisa mungkin menjauh dari Donghyuk.

Sesampainya di depan pintu kelas, Hara berjalan terpisah dengan Donghyuk. Saat masuk terlihat kedua temannya melambaikan tangan pada Hara yang lantas bergegas menghampiri teman-temannya.

“Morning!” sapa Hara sambil duduk di tempat duduknya, berada tepat di samping Eunsun.

“Rambut lo kenapa?” tanya Hyerin.

Seketika raut wajah Hara berubah menjadi kesal saat kembali mengingat kejadian dimana Donghyuk yang sengaja mengacak-acak rambutnya.

“Tadi ada orang anehlah pokoknya,” ucap Hara.

Tak lama kemudian seorang siswi yang tiba-tiba datang dengan wajah yang murung. Dia Oh Young Soo. Tidak biasanya Yong Soo datang dengan menggunakan kacamata hingga membuat ketiga temannya bingung. Yong Soo duduk dibangkunya dan langsung menangis didepan ketiga temannya.

"Ehk … Ehhhhhhfff … Giman ini …! " ucap Yongsoo sambil terus menangis.

"Lo kenapa? Kenapa tiba-tiba nangis?" tanya Hara yang merasa cemas.

"Kenapa lagi sekarang? Jangan nangis dong, Hya! Yongsoo!” ucap Hyerin sambil menepuk punggung Yongsoo yang duduk tepat di sampingnya. “Apa jangan-jangan ini tentang ..." tebak Hye Rin yang tidak melanjutkan kalimatnya membuat Hara dan Eunsun menoleh satu sama lain karena tidak paham dengan ucapan Hyerin. Namun tiba-tiba suara tangisan Yongsoo semakin kencang.

"Tuh 'kan benar!" ucap Hye Rin yang sudah mengetahui penyebab temannya yang tiba-tiba menangis, hanya saja ia tidak bisa dengan mudah memberitahukan pada kedua temannya, Hara dan Eunsun yang tampak kebingungan.

"Lo kenapa, Yongsoo?" tanya Hara sambil menggenggam tangan Yongsoo tapi tiba-tiba Guru Han masuk dan membuat mereka sibuk untuk kembali ke tempat mereka masing-masing.

Kelas menjadi sangat gaduh saat seorang Guru berjalan masuk ke kelas. Mereka bergegas kembali ke bangku mereka masing-masing. Hara yang masih khawatir dengan Yongsoo karena masih terlihat manis jika dilihat dari punggung. Namun tidak ada yang bisa diperbuat untuk menenangkan temannya itu, karena dirinya tidak mengetahui masalah apa yang terjadi pada Yongsoo.

“Pagi semua! Bagaimana kondisi kalian? Kalian sudah kelas 3, jadi harus terus sehat, oke!!” ucap Guru Han.

“BAIK PAK …!!”

Seru mereka dengan serempak, membuat Guru Han tersenyum melihat semua murid-muridnya terlihat baik-baik saja. Namun ia segera menyadari sesuatu yang mengganjal, dimana salah seorang siswi terlihat tidak baik-baik saja.

"Tapi seperti tidak untuk Yongsoo. Ada apa denganmu, Yongsoo?" tanya Guru Han, yang sontak membuat semua perhatian tertuju pada Yongsoo

"Saya baik-baik saja, Pak." ucap Yongsoo mencoba tersenyum disaat kedua matanya tampak begitu sembab.

"Apa kamu yakin bisa mengikuti pelajaran saya?" tanyanya yang membuat Yongsoo terdiam beberapa saat. "Jika tidak, pergilah ke ruang UKS," ucapnya dengan lembut.

“Pak Han!!” sahut Donghyuk yang tiba-tiba mengacungkan tangannya. "Pikiranku juga sedang kacau boleh saya keluar?" ucap Donghyuk mencoba beralasan untuk bisa menghindari pelajaran.

"Benarkah? Oke, kamu boleh keluar, lalu lari mengelilingi lapangan 100 kali. Apa kamu mau?" ucapnya mencoba untuk tetap sabar menghadapi pola pikir anak SMA yang selalu saja memiliki seribu alasan untuk menghindari pelajaran.

“Nggak jadi, Pak. Saya sudah baik-baik saja!” seru Donghyuk.

"Bagaimana Yongsoo? Tidak apa, pergilah ke UKS,” ucapnya.

"Sudahlah, Pak .. jangan pedulikan dia. Paling hanya masalah cowok, dia menangis sampai kayak gitu. Lebih baik kita mulai pelajarannya.” ucap Yura sambil tersenyum.

Namun hal itu membuat Guru Han terdiam tak bisa berkata-kata dengan sikap Yura yang tidak terlihat sedikitpun rasa empati pada teman kelasnya sendiri.

"Yura!" sahutnya dengan perlahan.

"Iya.”

“Pertama …, Hyerin!”

“Iya, Pak?!”

“Tolong kamu bawa Yongsoo ke UKS ya!”

“Baik, Pak.”

Sambil merangkul tangan Yongsoo, “Ayo!” ajaknya dengan perlahan dan hati-hati membantu Yongsoo beranjak dari tempat duduknya.

Kelas menjadi hening beberapa saat setelah Yongsoo dan Hyerin keluar dari ruang kelas. Aura yang sedikit muram dan mencengkam membuat seluruh murid terdiam dengan bingung melihat raut wajah Guru Han yang terlihat sedang menahan kesal dengan tenang.

"Yura! Apa kau sangat menyukai belajar?" tanyanya.

Harga Diri

“Tidak. Tapi waktu sangat berharga bagi saya, hal seperti ini hanya membuang-buang waktu saya,” ucap Yura dengan percaya dirinya, hal itu semakin membuat Guru Han kembali terdiam.

Dirinya yang bertanggung jawab sebagai wali kelas merasa malu dan bersalah pada mereka karena tidak bisa mengelola kelas dengan baik. Setelah mendengar cerita dari beberapa Guru mata pelajaran yang lain jika kelasnya benar-benar sangat toxic.

Sambil menghela nafas, “Jadi … seperti ini sikap kalian terhadapan teman kelas kalian?” ucapnya yang seketika membuat mereka semua terdiam terutama Yura.

"Benar apa yang dikatakan guru-guru tentang kelas ini. Apa kalian tahu mereka menganggap kelas ini adalah kelas paling buruk di sekolah.” ungkapnya mencoba mengatakan dengan cara yang lebih halus, tapi mereka yang tidak terima menggerutu hingga membuat kelas menjadi sedikit ricuh. Terutama kelompok Yura dan teman-temannya yang memang sangat sombong hanya karena mereka pintar.

"Kenapa? Kalian tidak terima?" tanyanya seketika membuat semua kembali terdiam.

“Pak guru …!” sahut Yura sambil mengacungkan tangannya. “Baiklah saya minta maaf atas ketidaksopanan saya. Tapi tidak bisakah kita memulai pelajaran. Ini sudah lewat 30 menit.” ucap Yura yang masih teguh pada pendiriannya untuk tetap belajar dan tidak memperdulikan apa yang sedang ingin disampaikan oleh Guru Han.

“Hari ini saya tidak akan mengajar!” ucapnya.

Sontak membuat para murid terkejut terutama Yura. Kelas menjadi ricuh.

“Pak Han, tolong jangan marah. Maafkan kami. HYA!! KIM YURA!! Cepat minta maaf sama Pak Han!!” ucap Jongin yang merupakan ketua kelas disini. Ia berusaha agar masalah tidak menjadi membesar, lantaran Guru Han tampak begitu marah.

Yura tidak terima dirinya disalahkan akan kejadian ini. Sungguh tidak adil rasanya hanya dirinya yang dihakimi. Padahal ia hanya murid yang belajar sesuai dengan waktunya, namun Guru Han tampaknya tidak main-main dengan ucapannya.

“Sudah! Sudah! Bapak ingin kalian merenungkan kesalahan kalian, saya permisi.” ucap Guru Han yang kemudian langsung berjalan pergi meninggalkan kelas yang sontak langsung ricuh menyalahkan Yura.

“Ah! Dasar Kim Yura! Lihat Pak Han jadi pergi gara-gara lo! Ngeselin banget lo!” ucap Jeongin.

“Kenapa jadi gue? Yang salah itu Yongsoo!!” ucap Yura tidak peduli dengan ocehan teman-teman sekelasnya. “Lagipula kita disini bayar, seenaknya saja dia nggak mau ngajar. Awas saja dia!” gumam Yura.

"Hya Kim Yura!! Jaga perkataanmu!!" ucap Jongin yang sudah tidak bisa menahan kesabarannya menghadapi sikap angkuh Yura yang sama sekali tidak menunjukan rasa bersalah sedikitpun.

"Kenapa? Apa gue salah? Gue itu disini memang bayar!!" ucap Yura mencoba membela dirinya yang merasa benar. Sedangkan Jongin tak bisa berkata-kata dan menahan amarahnya untuk menjaga perasaan guru Han yang mulai ber sedih karena perkataan Yura yang keterlaluan.

"Itu benar! Untuk apa kita buang-buang uang untuk membayar guru-guru. Tapi mereka tidak ingin mengajar kami, itu sungguh keterlaluan!!" tambah Soomi yang membuat suasana semakin memanas.

BRAKK!!!

"HYA!" bentak Donghyuk yang tak bisa mengendalikan dirinya hingga ia menggebrak meja dan membuat semua terkejut dan menoleh ke arahnya.

“Hya! Sebaiknya lo diam saja deh!! " ucap Yura yang membuat

“HYA!! KIM YURA!!” bentak Jongin sambil mengangkat tangannya untuk bersiap memukul Yura lantaran emosinya sudah tidak bisa terkendalikan lagi jika terus menatap wajah gadis menyebalkan itu.

Donghyuk bergegas menghampiri Jongin dan langsung menahan tangannya agar tidak melakukan hal-hal yang malah memperpanjang masalah.

"Hentikan." ucap Donghyuk.

Jongin yang tersadar perlahan mulai menurunkan tangannya dan mencoba menenangkan dirinya.

"Apa? Kenapa diam saja? Ayo pukul! Pukul kalau berani! lo nggak beranikan!" ucap Yura yang malah terus menantang Jongin tanpa rasa takut.

Melihat sikap Yura yang tidak memiliki rasa takut, Jongin hanya terus menatap dengan tatapan penuh kemarahan, tapi ia mencoba untuk kembali bersabar saat Donghyuk kembali menatapnya dengan tegas.

Akhirnya Jongin memilih untuk kembali ke bangkunya. Hanya tinggal Donghyuk yang berhadapan dengan Yura yang masih menatap tajam ke arahnya.

“Hya! Kim Yura! Jangan sombong lo, gue orang yang tidak melihat apa gender. Tangan gue ini …” sambil menunjukan tangannya yang dikepal pada Yura. “Bisa menghancurkan wajah lo, lo yakin?” ucap Donghyuk mengancam Yura dengan cara yang halus

Donghyuk terkikik geli. “Dan juga memangnya wajah lo itu, apa lo yakin ingin dipukul? Kalau plastiknya rusak gimana?” ledek Donghyuk sambil berjalan kemejanya.

Karena ucapannya Yura malah diketawain oleh satu kelas. Hal itu membuat Yura semakin emosi dirinya diremehkan oleh siswa seperti Donghyuk. Melihat cowok itu berjalan pergi, tanganya dengan cepat mengambil tempat pensil berbahan seng dan langsung melemparkan ke arah Donghyuk, tapi lemparannya terpeleset hingga mengenai tepat di keningnya Hara yang seketika merintih kesakitan.

Kejadian yang begitu cepat itu sontak membuat semua terkejut dengan apa yang dilakukan Yura.

"Auh sakit!!" eluh Hara sambil mengelus keningnya.

"Hya! Lo nggak apa-apa?” tanya cemas Eunsun sambil merangkul Hara. Kedua mata Eunsun melihat kerah tempat pensil yang tergeletak di lantai setelah mengenai temannya. Eunsun langsung mengambilnya. “HYA KIM YURA! NGAPAIN SIH LO!! KETERLALUAN BANGET LO YA!” bentak Eunsun yang tidak terima temannya menjadi korban dari keegoisan Yura, Bahkan Hara sama sekali tidak bersalah.

“Cepat kembalikan tempat pensil gue!" ucap Yura tanpa sedikitpun menunjukkan rasa bersalah setelah melukai Hara yang sudah mengangkat kepalanya sambil mencoba menahan rasa sakit.

“Hya! Darah! jidat lo berdarah!!” ucap Eunsun yang terkejut melihat kening Hara yang meneteskan darah.

"Kim Yura! Seharusnya lo minta maaf sama Hara!! Dasar nggak berperasaan!" ucap Jongin.

Suasana kelas semakin menegang.

Hara terlihat terkejut saat ia melihat tangannya yang berdarah, pantas saja rasanya sangat menyakitkan. Sungguh ia merasa kesal terhadap sikap Yura tapi dirinya hanya bisa diam lantaran tatapan cewek sok pintar itu sangat menakutkan.

Melihat sikap Yura membuat Eunsun tidak bisa tinggal diam. Ia segera berjalan menghampiri meja Yura dengan wajah yang begitu marah, langsung membanting tempat pensil milik Yura kelantai dan menginjak-injaknya hingga rusak parah, tepat dihadapan Yura yang terkejut sekaligus kelas melihatnya.

"Hya ...! Apa-apa sih lo!! Apa lo tahu, tempat pensil itu harganya maha! Sial!!" bentak Yura.

"Upsss .. sorry, aku tidak sengaja." ucap Eunsun dengan nada meledek yang kemudian berjalan kembali kemejanya.

Akan tetapi Yura tak membiarkan Eunsun pergi begitu saja, ia langsung menarik rambut Eunsun dari belakang dan dengan reflex Eunsun berbalik dan ikut juga menjambak rambut Yura.

Mereka bertengkar dengan saling menjambak-jambak rambut hingga menjadi pusat perhatian teman-temannya yang lain malah mendukung keduanya. Kelas menjadi begitu ricuh. Hara yang merasa bingung dan panik dengan apa yang harus ia lakukan, melihat temannya yang bertengkar karena dirinya.

Empati

Jang Seung Ah, wakil kelas yang cukup pendiam tapi tegas langsung mencoba memisahkan Yura dan Eunsun. Namun, ia malah yang ikut tertarik dalam pertengkaran tersebut.

Di seberang tempat duduknya sedang terjadi pertengkaran antara Eunsun dan juga Yura. Namun tiba-tiba, kepalanya mulai terasa pusing, sepertinya itu karena efek keningnya yang terkena tempat pensil tadi. Hara mulai kehilangan keseimbangannya.

Seorang lelaki bertubuh mungil menghampiri Hara. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Dal Po mengkhawatirkan keadaan Hara.

“Gak tau nih, kepalaku terasa sakit,” jawab Hara.

Pertengkaran kedua gadis yang tampaknya tidak akan pernah berakhir. Donghyuk dan Jongin mencoba untuk turun tangan memisahkan keganasan dua singa dan satu kelinci yang menjadi korban keganasan mereka.

“Hya! Hya! Sudah! Sudah! Hentikan, sebelum Guru datang!!” ucap Donghyuk yang juga ikut mengalami kesulitan menghentikan Eunsun, yang lebih kuat dibanding yang ia kira. Donghyuk menahan kedua tangan Eunsun sedangkan Jongin menjauhkan Yura darinya.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN!! KENAPA KALIAN BERTENGKAR!!” ucap Guru Han yang tiba-tiba muncul dari pintu masuk kelas membuat semua memantung.

Sejenak suasana menjadi sangat tegang.

“SAYA MENYURUH KALIAN BUAT MERENUNGKAN KESALAHAN KALIAN, TAPI KALIAN MALAH BERTENGKAR!!!” bentaknya yang sudah kehilangan kesabaran menghadapi anak muridnya yang benar-benar tidak mendengarkan ucapannya.

Hara yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit, penglihatannya perlahan mulai berbayang — ia mulai kehilangan keseimbangan, hingga akhirnya tak sadarkan diri dirangkulan Dal Po.

“Hara! Hara!! Pak Han, Hara pingsan!!” sahut Dal Po.

Sontak membuat semua terkejut mengetahui hal tersebut. Guru Han segera menghampiri muridnya tersebut.

“Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa dia bisa pingsan? Cepat bawa dia ke UKS!!” ucapnya — panik melihat anak muridnya yang tiba-tiba pingsan ditengah-tengah pertengkaran muridnya yang lain.

Tanpa menjawab, Dal Po langsung menggendong Hara keluar kelas.

Terlihat raut wajah khawatir dari Donghyuk saat melihat Hara yang dibawa oleh Dal Po. Namun dirinya tidak bisa melakukan apapun itu yang membuatnya merasa kesal akan dirinya sendiri.

“Kalian bertiga ikut saya!!” ucap Guru Han yang berjalan duluan keluar kelas. Disusul Yura dan Eunsun yang masih tampak saling berkerut kesal — saling menyalahkan satu sama lain. Lalu diikuti Seung Ah yang terpaksa harus ikut walau sebenarnya ia tidak bersalah dalam kasus ini.

Pertengkaran dan ketegangan di dalam kelas mulai menghilang setelah orang-orang yang terlibat pergi. Namun mereka masih ricuh membicarakan apa yang baru saja terjadi. Beberapa dari mereka mencoba merapikan meja yang berantakan karena pertengkaran Yura dengan Eunsun.

***

Di ruang perawatan, Hara masih terlihat tertidur pulas dengan kening yang dibalut oleh kasa tepat di lukanya. Ketiga temannya tampak duduk diam menunggu Hara sadar. Setelah mendengarkan cerita dari Dal Po, Yongsoo merasa bersalah akan apa yang pada temannya hingga terbaring lemah diatas tempat tidur di ruang UKS.

Melihat Yongsoo yang terus menghela napas — menyalahkan dirinya sendiri membuat Hyerin tak tega. “Udah … jangan salahin diri lo sendiri, sebentar lagi Hara juga sadar,” ucap Hyerin sambil menepuk pundak Yongsoo dengan lembut agar temannya bisa lebih tenang.

Benar saja ucapan Hyerin, tiba-tiba Hara perlahan mulai membuka matanya.

“Hara! Lo nggak apa-apa ‘kan?” tanya Yongsong segera meraih tangan Hara.

“Eung. I’m okay …,” ucap Hara sambil tersenyum kecil saat dirinya belum sepenuhnya sadar. Bahkan ia masih merasakan sakit pada bagian keningnya yang terluka, karena tak ingin membuat teman-teman khawatir Hara mencoba untuk sebisa mungkin terlihat baik-baik saja. Saat penglihatannya sudah sempurna, Hara mencoba untuk bangun dibantu oleh Yongsoo.

“Ini, diminum dulu,” ucap Hyerin sambil mengulurkan segelas pada Hara yang langsung menerimanya.

“Terima kasih,” ucap Hara kemudian dengan perlahan meneguknya.

Tiba-tiba Donghyuk datang dengan tergesa-gesa mengejutkan semua orang yang berada di dalam UKS. “HYA! Lo Nggak apa-apa?” tanya Donghyuk yang seketika membeku saat melihat banyak mata menatapnya dengan aneh. Sungguh memalukan, pikir Donghyuk.

“Lo kenapa? Lo khawatir sama gue?” tanya Yong Soo yang masih bingung.

“Nggak. Gue mengkhawatirkan Dal Po,” ucap Donghyuk sambil menunjukan ke arah Dal Po yang seketika bingung. Itu hanyalah sebuah alasan untuk menghindari pertanyaan yang tidak diinginkan. “Tadi dia ’kan gendong Hara, gue khawatir tangannya akan patah. Ya … karena, dia itu ‘kan sangat berat,” jelas Donghyuk.

“Gue nggak berat kok! Ya ‘kan, Dal Po?” tanya Hara yang tidak terima dengan tuduhan tak beralasan dari mulut Donghyuk

Sedangkan Dal Po hanya tersenyum mendengar ucapan Donghyuk, karena ia tahu jika ucapan Donghyuk hanya omong kosong. Dia datang hingga berlari karena mengkhawatirkan Hara.

“Terus, bagaimana dengan Eunsun?” tanya Hara.

“Sekarang mereka ada di ruang penyuluhan,” jawab Donghyuk.

Mendengar jawaban Donghyuk membuat Hara merasa bersalah dan juga khawatir. Ini pertama kalinya melihat Eunsun sebegitu marahnya hingga tak memikirkan dirinya sendiri. Bagaimana jika Eunsun mendapatkan penalti dari sekolah, pikir Hara terus memikirkan hal-hal buruk yang tidak bisa ia hindari.

***

Berdiri di depan ruang penyuluhan siswa. Lantaran khawatir dengan keadaan Eunsun, setelan diizinkan oleh dokter kembali ke kelas, Hara memilih untuk bertemu dengan Eunsun bersama dengan Donghyuk yang berdiri di sebelahnya. Lorong kelas yang tampak sepi karena jam pelajar sudah kembali dimulai, itu sebabnya kedua teman yang lainnya tidak bisa ikut.

Sejak mereka sampai, Donghyuk tidak berhenti menatap Hara dari samping. Kejadian tadi masih membuatnya khawatir akan keadaan cewek polos yang saat ini sedang berdiri di sampingnya dengan penuh kekhawatiran hingga melupakan kondisinya sendiri.

“Lo beneran udah nggak apa-apa?” tanya Donghyuk memecahkan suasana hening.

Hara menganggukkan kepalanya, “I’m okay, I’m Hara …,” ucap Hara sambil tersenyum tipis untuk meyakinkan Donghyuk yang masih saja menanyakan hal yang sama. “Ini sudah kesepuluh kalinya, kamu tanya dengan pertanyaan yang sama,” ucap Hara.

“Cih! Pakai dihitung segala …,” gumam Donghyuk — menyeringai malu tanpa ia sadari. Namuan kesadarannya langsung kembali dalam dua detik, hingga membuat raut wajahnya langsung berubah datar.

Terlihat pintu mulai terbuka dari dalam, sontak membuat Hara langsung melangkahkan kakinya untuk mendekat. Namun wajah semeringahnya langsung menghilang saat orang yang pertama kali keluar bukanlah Eunsun melainkan Yura yang langsung menatapnya dengan sinis kemudian pergi begitu saja. Hara hanya bisa menghela nafas melihatnya.

“Hara!” sahut Eunsun yang sontak membuat Hara langsung kembali tersenyum menghampiri Eunsun. “Lo udah sadar? Kenapa ke sini? Lo nggak apa-apa, ‘kan?” tanya Eunsun khawatir.

“Eung. Gue udah nggak apa-apa. Lo sendiri gimana?” tanya Hara.

“Gue cuman disuruh nulis surat permintaan maaf, sama bersihin kotak susu bekas selama seminggu,” ucap Eunsun.

“Apa?” Hara terkejut saat mendengarnya, senyumannya langsung menghilang saat mengetahui jika Eunsun mendapatkan sebuah hukuman karenanya. “Maaf … gara-gara gue, lo jadi kena hukuman …,” ucap Hara tampak begitu murung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!