NovelToon NovelToon

Zeline Zakeisha

awal

...Jangan lupa vote, like & komen...

...Happy Reading...

.......

.......

.......

Suara musik yang berdentum keras memekang telinga itu tak ala membuat orang-orang yang berada di sana untuk segera beranjak pergi, bukan hanya itu saja bau dari minuman keras pun tercium sangat menyengat memenuhi ruangan bising itu.

Namun meskipun begitu orang-orang yang berada di sana sangat menikmati minuman itu hanya untuk sekedar melepas penat pikiran dan bersenang-senang. Dan diantar banyaknya orang di ruangan luas itu terlihat seorang gadis yang tengah duduk di pojok ruangan sambil menikmati whiskey minuman favoritnya.

Di samping gadis itu terdapat sahabatnya yang tengah merengek ingin pulang, padahal mereka di sini belum sampai setengah jam Ia juga baru saja minum beberapa teguk whiskey nya.

"Celine ayo balik~ kita udah setengah jam ada di sini" rengekan itu kembali keluar dari mulut gadis imut di sampingnya.

Gadis yang di panggil Celine itu terlihat mendengus setelah menghabiskan minuman di gelasnya kemudian mendelik kearah sahabatnya."Lo kan bisa pulang duluan Jasmine~ lagian siapa tadi yang ngerengek pengen ikut" sahut gadis bernama Celine itu jengah dengan rengekan gadis di sampingnya.

"Tapi gue takut pulang sendiri, lo juga kan tahu tadi di rumah lo gak ada siapa-siapa makannya gue ngerengek minta ikut" balas gadis itu mengerucutkan bibirnya lucu sambil bersidekap dada.

Huft~~ Celine lelah ia ingin sekali menjewer dan mengatai gadis di depannya ini tapi ia tak tega sahabat satunya ini terlalu imut untuk ia marahi.

Saat ia hendak membalas ucapan Jasmine tiba-tiba saja ponselnya yang tergeletak di atas meja bergetar dengan layar menyala menampilkan nama seseorang yang sangat ia takuti. Membuat gadis itu dengan cepat menyambar ponselnya dan sebelah tangannya menarik lengan sahabatnya untuk berlari keluar gedung berisik itu.

Begitu sampai di parkiran gedung itu iapun mengangkat panggil telpon yang sedari tadi masuk ke ponselnya, menghirup nafas sesaat lalu menghembuskannya perlahan sambil berkata. "Hallo Grandpa, ada apa?"

Seseorang di sebrang sana terdengar menghembuskan nafasnya kasar. "Kamu dimana? Kenapa lama benget ngangkat telponnya" suara dingin dari sebrang telpon membuat Celine meneguk ludahnya kasar.

"Di rumah lah Grandpa, tadi abis dari kamar mandi makannya gak kedengeran kalau ada yang nelpon" bohongnya sambil harap-harap cemas jika sang kakek di sebrang sana mengetahuinya kebohongannya. "Jangan sampai gue ketahuan kalau gak semua fasilitas gue bakal disita lagi sama grandpa!"

"Ouh dirumah yah, Terus sekarang yang lagi berdiri depan club itu siapa?" ucapan dingin itu terdengar jelas dari arah depan Celine, membuat gadis itu meneguk ludahnya susah payah sambil menoleh kearah Jasmine yang sudah berkeringat dingin sambil melihat seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka.

Celine mengalihkan pandangannya menuju objek yang dilihat Jasmine dengan pelan juga was-was.

"CELINE VIVIANKA GALAKSI! PULANG SEKARANG!!" titahan mutlak bernada tegas dan emosi tertahan orang itu langsung membuat Celine masuk kedalam mobilnya bersama Jasmine.

Sedangkan itu di sebuah kamar megah nan luas dengan dominasi cat hitam Abu itu terlihat seorang pemuda yang menggeliat di balik selimut tebalnya, perlahan matanya mulai terbuka saat merasakan cahaya matahari yang menerpa wajahnya melalui celah-celah tirai jendela kamarnya.

Sambil menguap lebar ia melirikkan mata setelah tertutupnya kearah jam weker yang tersimpan di atas nakas samping tempat tidurnya.

11.15 AM tertera di sana membuat matanya melotot sempurna. "Sial gue telat!!" batinnya sambil menyibakkan selimut tebalnya untuk buru-buru berlari kearah kamar mandinya meski ia sempat terjatuh karena kakinya tersangkut selimut.

Tidak sampai lima menit, ia telah keluar dari kamar mandi dengan piyama tidur yang sudah ia ganti. Menyemprotkan parfum ditubuhnya lalu segera berlari keluar kamarnya setelah menyambar tas kampusnya dan juga salah satu kunci motornya.

Menuruni tangga dengan terburu-buru sampai menabrak seorang gadis yang tengah memegang segelas coklat panas hingga hampir tumpah. "Bang kalau jalan liat-liat dong!" ujar gadis itu sewot yang tenyata adalah adiknya.

"Sorry gue buru-buru! Udah telat soalnya!" ucap pria itu sebelum ia mengerem tiba-tiba tepat diambang pintu rumahnya. Tunggu!! Bukankah seharusnya adiknya ini berada di sekolah kenapa ia malah di rumah.

Pria itu membalikkan badannya kearah sang adik yang kini tengah sudah duduk anteng di depan televisi yang menyala sambil nyemil keripik di pangkuannya. "Dek, lo gak sekolah?" tanya bingung pria itu pada sang adik.

Sang adik yang mendengar pertanyaan konyol kakaknya itupun memutar bola matanya malas, hey ayolah ini weekend jadi untuk apa ia pergi ke sekolah?

"Gak" balasnya acuh tak acuh.

"Loh kenapa?! Kalau Mama tahu lo gak pergi ke sekolah nanti di omelin loh~~"

"Ya kali bang gue harus pergi ke sekolah di hari libur kayak gini!"

"Hah? Libur emang ini hari apa? Atau lo abis ulangan tengah semester makanya libur???" cengo sang abang membuat seorang Zeline Zakeisha Galaksi benar-benar dibuat kesal.

"Ini hari minggu Bang!! Makanya bangun pagi. jangan tidur mulu!" ngegas Zeline pada Dylan Melvino Albert yang merupakan kakak pertamanya.

"APA!! INI HARI MINGGU?! Aaaahhhhh tahu gitu tadi gue gak usah bangun aja, lanjutin tidur." ucapnya mengacak-acak rambutnya kesal sambil kembali masuk kedalam rumah untuk pergi ke kamarnya dengan mulut mendumel tak jelas.

Sedang Zeline hanya memutar matanya malas, baru juga ia bilang agar abangnya ini jangan tidur mulu eh sekarang abangnya malah balik lagi ke kamar yang sudah pasti bakal ngelanjutin tidurnya tadi.

Kemudian dari arah taman belakang rumahnya muncullah kedua orangtuanya yang baru saja menyelesaikan kegiatan merawat tanaman hias mereka di belakang sana.

"Abang kamu kenapa?" tanya sang ibu duduk di samping Zelina sambil mencomot keripik yang berada di pangkuannya. Zeline menggindikan bahunya acuh, "Gak tahu" acuhnya dan fokus kembali dengan tayangan dilayar televisinya.

"Pasti baru bangun tidur liat jam terus nyangkanya kesiangan dan buru-buru mau berangkat ke kampus, padahal ini hari libur iya kan?" tebak sang ibu yang sudah hapal betul dengan kebiasaan putra sulungnya itu, Zeline menganggukkan kepalanya membenarkan.

Clara Xaviera Vivian/ Galaksi. Ibu dari tiga anak bersaudara itu hanya mampu menggelengkan kepalanya dengan tingkah putra sulungnya.

...***Thank you for reading...

.......

.......

.......

.......

...To Be Continued***...

Permulaan

...Jangan lupa vote, like & komen...

...Happy Reading...

.......

.......

.......

Suasana pagi hari di meja makan kediaman Galaksi terlihat tenang karena si pembuat rusuh belum bangun dari tidurnya. Lintang Cahya Galaksi, selaku kepala keluarga yang tengah memakan sarapannya dengan tenang bersama Clara Xaviera Viviana, sang istri dan Zeline Zakeisha Galaksi putri bungsunya.

Di tengah-tengah sarapan pagi mereka yang tenang, tiba-tiba dari arah tangga terdengar suara teriakan si putra sulung keluarga Galaksi yang melangkah terburu-buru menuruni tangga.

"Mama! Kenapa gak bangunin Dylan sih?! Hari ini Dylan ada kelas pagi tahu," gerutunya dengan suara nyaring membuat semua penghuni rumah itu menutup telinga mereka akibat mendengar suaranya.

Bahkan Clara yang tadi hendak menyuapkan makanannya pun tak jadi karena makanannya kembali jatuh ke piring gara-gara terlojak kaget, lalu menatap sang anak yang terlihat meminum susu vanilla kesukaan Zeline hingga tandas tak tersisa. "Mama udah bangunin kamu hampir lima kali Dylan. Tapi kamu ya aja yang kebo kayak Papa kamu" ucap Clara dengan nada kesal sambil menyuapkan makanan yang tadi sempat tak jadi masuk kedalam mulutnya.

Galaksi yang mendengar ucapan sang istri pun hanya mampu diam pasrah, "Padahal dari tadi gue diem aja tapi tetep aja kena." keluhnya dalam hati meratapi nasib.

Sementara Dylan hanya cengengesan di tempatnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal canggung. Namun setelahnya ia lantas tersenyum kemudian memeluk Clara dari belakang membujuk, "Hehe maaf Ma, Dylan salah. Jangan marahnya," bujuknya dengan nada manja bahkan mengecup pipi sang ibu agar memaafkannya.

Membuat Galaksi yang melihat hal itu seketika menatap tajam Dylan dari tempat duduknya. Dylan yang merasa belakang punggungnya dingin meremang pun menolehkan kepalanya kearah sang ayah yang tengah menatapnya seperti akan memakannya hidup-hidup.

Sorot mata tajam Galaksi seketika membuat Dylan ketakutan, "Sial, gue lupa tuan posesif masih disini! Kalau uang jajan gue di potong gimana? Kan berabe" rutuk nya dalam hati lalu melepaskan pelukannya pada Clara.

"Ekhem... Karena aku udah telat jadi aku berangkat dulu. Mama cantik jangan marah lagi ya, cup" ucap Dylan lalu berlari keluar rumah dengan cepat setelah kembali mengecup kilat pipi Clara. Sedang Galaksi melototkan matanya menatap kepergian Dylan, "Awas aja kamu Dylan! Uang jajan kamu Papa potong!"Batin Galaksi.

Sementara Zeline yang sedari tadi diam menyimak drama pagi di rumahnya pun hanya acuh, ia sudah sangat sangat terbiasa dengan semuanya. Karena sarapannya sudah habis Zeline pun mulai beranjak dari duduknya.

"Aku berangkat,Assalamu'alaikum" Menyalami punggung tangan Clara dan Galaksi bergantian kemudian berlalu dari dalam rumah.

"Walaikumsalam hati-hati dijalannya sayang, jangan lupa makan siangnya di habisin nya!" ucap Clara sedikit menaikkan oktaf bicaranya karena Zeline yang sudah berada cukup jauh dari ruang makan.

Setelah kepergian Zeline kini tersisa lah Clara dan Galaksi yang masih menikmati sarapan pagi mereka dalam diam. Beberapa menit mereka lewati dalam keheningan sebelum akhirnya Clara meletakkan alat makannya yang mana menandakan ia sudah selesai dengan sarapannya begitu pula dengan Galaksi yang menyeka sudut bibirnya menggunakan tisu.

"Hari ini aku pulang cepat, mau aku jemput?" suara Galaksi berbicara lebih dulu sambil melihat kearah Clara yang terlihat sibuk merapihkan piring kotor.

Sebenarnya ia tak perlu repot-repot melakukan hal itu karena maid di rumah besarnya juga banyak.

Clara tak menjawab karena masih sibuk dan setelah ia memberikan piring kotor kepada salah satu maid ia pun baru menjawab pertanyaan sang suami. "Hmm, terserah kamu." balasnya.

"Baiklah kalau begitu aku akan menjemputmu."final Galaksi yang mendapat kerlingan malas dari Clara. Galaksi bangun dari tempat duduknya merapihkan sedikit jas dan dasi yang dikenakannya sebelum pamit pergi ke kantor lebih dulu pada Clara. "Aku-"

"Tunggu sebentar! Sebelum kamu berangkat bisakah kita bicara dulu di ruang keluarga?" Clara menyela ucapan Galaksi yang akan pamit padanya. Alis Galaksi terangkat sebelah bingung sebelum akhirnya mengangguk lalu berjalan terlebih dulu di ikuti Clara menuju ruang keluarga.

Galaksi mendudukkan pantatnya di sofa empuk tunggal menghadap kearah Clara yang duduk di sofa panjang sampingnya. "Jadi?" tanya Galaksi memulai.

"Semalam Daddy nelpon, dia bilang mau pindahin Celine kesini" ucap Clara.

"Tiba-tiba? Apa dia membuat ulah lagi?" tanya Galaksi.

Clara menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "Yah seperti biasanya." Yang membuat Galaksi sama menghembuskan nafasnya lelah dengan sifat anak gadis satunya itu sambil memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa berdenyut kemudian iapun mengulas senyum tipis menatap pada sang istri.

"Dia benar-benar sama persis seperti kamu dulu," timpalnya dengan kekehan di akhir saat mengingat kenangan masa muda Clara yang selalu membuat onar hingga di keluarkan dari sekolah.

Mendengar itu Clara ikut terkekeh, "Tentu saja dia seperti ku. Aku kan ibunya" balasnya lalu beranjak dari duduknya.

"Baiklah kita berdua harus segera berangkat ini sudah hampir siang." ucap Clara berjalan mendekat kearah Galaksi dan memberi kecupan singkat di bibirnya sebelum pergi begitu saja meninggalkan Galaksi yang tersenyum.

Zeline memasuki ruang kelas yang di dalamnya sudah ada beberapa orang siswa/i dengan acuh tanpa menghiraukan tatapan mereka yang tak suka padanya ia berjalan menuju kursi paling belakang samping jendela. Menyimpan tasnya di atas meja lalu mengeluarkan handphonenya untuk bermain game sejenak sebelum bel masuk berbunyi.

Di tengah permainan gamenya tiba-tiba saja ada panggilan masuk ke handphonenya membuat ia mendengus kesal pada si penelpon. Padahal sebentar lagi ia akan memenangkan pertandingan tapi gara-gara ada yang menelpon dirinya harus mati tertembak musuh.

Dengan perasaan dongkol karena gamenya kalah iapun menggeser ikon hijau keatas tanda menerima panggilan lalu menempelkannya di samping telinga.

"Ha-"

"HUWAAAA ZELINE GUE DIUSIR SAMA GRANDPA HUHUHU" Suara teriakan dari sebrang telpon menyapa gendang telinga Zeline telak membuatnya segera menjauhkan handphonenya dan memegangi telinganya yang berdengung.

"Gak usah teriak-teriak bego! Gue gak budeg!" sentak Zeline sedikit keras hingga membuat beberapa orang menatap kearahnya namun ia mana peduli.

"Hehe sorry. Tapi Zeline gue serius, gue diusir sama Grandpa gimana dong ~"ucap gadis di sebrang sana yang tak lain dan tak bukan adalah Celine, kakak perempuannya.

Huh! Zeline mendengus begitu mendengar suara Celine yang merengek. "Emang lo habis ngapain sampai diusir sama Grandpa?"

"Umm itu.... Gue ketahuan balapan liar, main ke club dan terakhir gue mecahin gucci kesayangannya"

"Terus hubungannya sama gue apa?"

"Ish kok lo gitu sih... ya bantuin gue lah buat bujukin Grandpa biar dia gak jadi kirim gue balik ke sana, lo kan cucu kesayangan dia”

"Males lah, itukan salah lo sendiri dasar gak bisa dibilangin” acuh Zeline yang membuat Celine di sebrang sana mendengus.

“Ah elo jadi adik gak ada gunanya banget!” kesal Celine lalu memutuskan sambungan telponnya secara sepihak karena kesal. Sedang Zeline hanya memandangi telpon genggamnya datar lalu menggelikan bahunya acuh.

Hingga beberapa saat kemudian seorang guru pun masuk ke ruang kelasnya karena bel telah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Dengan langkah pelan juga penuh kehati-hatian Dylan berjalan kearah kedua sahabatnya dengan badan yang sedikit di bungkukan karena di depan sana ada seorang Dosen yang sedang mencatat materi di papan tulis.

"Sstt.. Ssstt.. Geser woy!" seru Dylan pada Erland dengan suara pelan sambil menepuk-nepuk lutut Erland yang tadi fokus menatap ke depan kelas pun melirik kearah Dylan sekilas lalu menggeser tempat duduknya.

Begitu Erland geser dengan segera Dylan pun duduk di sana kemudian menghela nafas lega karena tak ketahuan. "Heh! lo dari mana aja? Tadi Pak Radit marah-marah karena lo gak ada," bisik Erland memiringkan sedikit badannya kepada Dylan.

"Gue bangun kesiangan," balas Dylan berbisik juga sampai saat mereka berdua asik bisik-bisik dan sesekali saling pukul pun di tegur Pak Radit, Dosen yang saat ini tengah mengajar.

"Itu yang dari tadi bisik-bisik di belakang kemari kalian berdua!" titah Pak Radit dengan nada tegas.

"Gara-gara lo sih!" ucap Erland dengan nada kesal pada Dylan.

"Dih kan lo yang mulai duluan ******" ketus Dylan sambil berjalan maju ke depan kelas.Mereka terus saling menyalahkan hingga sampai di depan Pak Radit yang kini berkacak pinggang saat menatap keduanya terutama saat melihat sosok Dylan yang baru ia lihat setelah setengah jam melewatkan jam ajarannya.

Dengan perasaan kesal Pak Radit seketika menjewer telinga keduanya karena masih berdebat juga. "Aduh~duh~ Pak. sakit Pak~" celetuk keduanya saat merasakan panas bercampur perih di telinga mereka.

"Makanya diem jangan bisik-bisik terus!" ucap Pak Radit melepaskan jewerannya menatap Dylan dan Erland berganti yang tengah menunduk.

Matanya berhenti pada Dylan " Jadi habis darimana kamu?! Jam segini baru masuk kelas saya?" tanyanya pada Dylan.

Dylan mendongkkan kepalanya menatap Pak Radit kemudian menampilkan senyum bodohnya sebelum menjawab pertanyaannya. "Hehehe... Bangun kesiangan Pak" sahutnya dengan cengengesan.

"Huh alasan! Gak bosen apa kamu alasannya itu itu mulu. Bilang aja kamu males jam pelajaran saya kan?" ucap Pak Radit mencoba menyudutkan Dylan.

"Kalau boleh jujur Pak, saya emang males jam pelajaran Bapak karena dari sekian banyaknya jam yang ada kenapa bapak ambil jam pagi? Kan saya jadi kurang tidur Pak" tanpa terduga Dylan menyahut dengan nada kelewat santai juga malas,  tangannya saja ia lipat depan dada.

Membuat Pak Radit yang mendengar dan melihat kelakuannya pun tersulut emosi karena tingkahnya. "Terus kamu maunya saya ambil jam berapa?" tanya ketus Pak Radit menahan kekesalannya.

Senyum Dylan mengembang lebar saat Pak Radit bertanya demikian. "Kalau bisa sih bapak gak usah ambil kelas aja biar saya gak dapet tugas dari bapak, soalnya bapak tuh kalau ngasih tugas suka gak nanggung mana ngumpulinnya harus sehari setelah di kasih lagi" sahut kembali Dylan mengeluh dengan tugas yang selalu di berikan oleh dosen nya yang satu ini.

Plak!

Pukulan dibelakang kepala Dylan dapatkan dari Pak Radit yang kini nafasnya tak teratur karena emosi, menatap Dylan  nyalang yang tengah mengusap-usap belakang kepalanya.

"Kenapa kamu gak sekalian aja suruh saya pengsiun huh!!" bentak Pak Radit tepat di depan wajah Dylan.

Bentakan yang di lontarkan Pak Radit itu sukses membuat Dylan menjerit senang, "Wah bagus kalau Bapak akhirnya mau pengsiun, Bapak kan udah tua harus banyak-banyak istirahat." timpal Dylan.

"DYLAN KAMU!!"

"Iya Pak?" Dylan lagi-lagi menyahut dengan nada menjengkelkannya membuat teman seisi kelasnya menahan nafas mereka akibat ketakutan dengan kemarahan Pak Radit yang tentunya Dylan dan kedua sahabatnya sama sekali tidak takut.

"PERGI BERSIHIN AULA SANA! SE.KA.RA.NG."

Yang dengan sigap Dylan langsung berlari terbirit keluar kelas sambil tertawa cengengesan ketika melihat raut wajah teman-teman sekelasnya. Namun larinya itu ia bawa bukan untuk pergi ke aula dan membersihkannya, tapi ia pergi membawa kakinya menuju gedung fakultas Seni untuk menemui gadis pujaan hatinya.

...***Thank you for reading...

.......

.......

.......

.......

...To Be Continued***...

Pindah

...Jangan lupa vote, like & komen...

...Happy Reading...

.......

.......

.......

Celine berjalan menuju kearah kamarnya dengan menunduk dalam setelah tadi hampir 2 jam ia diceramahi oleh sang Kakek. Ia sampai di dalam kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size miliknya. Tatapannya terarah keatas langit-langit kamarnya yang di dominasi warna cream.

Kemudian ia menghela nafasnya berat begitu mengingat kembali ucapan sang Kakek beberapa saat yang lalu.

Beberapa saat yang lalu...

“Yaampun Celine sudah berapa kali Grandpa bilang jangan suka balapan dan pergi ke club! Kamu itu perempuan kalau kamu kenapa-kenapa gimana?!” Omel Alex memijat pangkal hidungnya pelan sambil menatap Celine yang menunduk di depannya.

Haih~ Lelah Alex tuh ngurusin cucunya yang satu ini. Kenapa bisa sifatnya sangat mirip dengan ibunya, bahkan mungkin lebih parah.

“Maaf...” cicitnya pelan penuh penyesalan.

“Hah~ satu lagi kenapa kamu mecahin gucci kesayangan Grandpa hmm?”

“Umm i-itu Celine gak sengaja hehe“ sahutnya dengan mata yang melihat kearah lain. Tak mau melihat tatapan tajam mengintimidasi sang kakek.

“Huh baiklah~ Grandpa tak akan mempermasalahkannya tapi Grandpa akan minta kepada kedua orang tua kaya kamu itu untuk mengganti Gucci kesayangan Grandpa!” ucap Alex sedikit kesal.

“Dan ingat Celine Grandpa harap ini yang terakhir kalinya kamu buat ulah! Grandpa gak mau masa depan kamu rusak Celine.” nasihat Alex dengan nada akhir yang melembut.

Celine mengangguk lalu melirik sang Kakek. “Grandpa udah gak marah kan? gak bakalan jadi pindahin Celine ke Jakarta kan?” tanya Celine menatap Alex.

“Ya Grandpa udah gak marah. Tapi tentang memindahkan kamu ke Jakarta adalah keputusan terbaik Grandpa, lagipula kedua orang tuamu telah mengurus semua kebutuhan kepindahan mu di sekolah yang baru” jelas Alex yang helaan nafas pasrah dari Celine yang kembali mengangguk

“Kalau begitu Celine balik ke kamar dulu, Grandpa”  Kemudian berlalu dari ruang kerja sang kakek dengan wajah lesu.

“Ah sial! Padahal gue lebih seneng ada di sini” kesalnya mengacak-acak rambutnya kemudian menoleh melihat jam yang berada di samping tempat tidur.

Ia beranjak dari tempat tidur menuju walk-in closet untuk mengganti pakaian. Ia akan keluar bersenang-senang bersama teman-temannya yang berada disini sebagai salam perpisahan sebelum ia terbang ke Indonesia.

Setelah memastikan penampilannya ia mengambil kunci motornya yang berada di meja nakas keluar kamar dengan diam-diam agar tak ketahuan sang Kakek. Celine mengambil jalan keluar rumahnya lewat pintu belakang lalu mendorong motornya dari bagasi hingga sedikit lebih jauh dari pekarangan rumahnya yang lebih terlihat seperti mansion.

Kemudian ia menaiki motornya dan melesat pergi menjauh dari sana dengan kecepatan di atas rata-rata.

Celine membawa motornya menuju rumah Jasmine sahabatnya yang telah ia hubungi sebelumnya. Celine sampai di depan gerbang rumah Jasmine yang sudah menunggunya di sana lalu ia naik keatas jok belakang motor Celine tanpa perintah.

Untuk beberapa saat motor yang di tunggangi Celine melaju membelah kerumunan jalan yang memang masih ramai dengan pengendara yang berlalu lalang ke sana kemari meski hari sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Motor Celine berhenti di depan sebuah bangunan yang bertuliskan 'Golden Club' dimana ia bersama teman-teman janjian.

Setelah memarkirkan motornya Celine berjalan masuk kedalam dengan Jasmine yang mengikutinya dari belakang. Mereka masuk cukup dalam hingga berhenti di sebuah ruangan VIP dan masuk ruangan itu.

Begitu Celine dan Jasmine masuk kedalam terlihat Luke bersama teman-teman yang lainnya tengah menunggu kedatangannya. “Yo Line, akhirnya datang juga lo. Jadi ada apa nih? Tiba-tiba minta kumpul” tanya Luke sambil menuangkan whiskey ke gelas Celine dan memberikan segelas jus pada Jasmine.

Celine meneguk minumannya hingga tandas sebelum menjawab pertanyaan Luke. “Lusa gue mau pindah ke Jakarta, jadi gue nyuruh kalian semua kumpul disini buat ngucapin salam perpisahan.” balasnya dengan senyum tipis.

Jasmine yang mendengar langsung menatap Celine terkejut, “Celine lo becanda kan? Kenapa tiba-tiba banget”

“Di suruh Grandpa gara-gara masalah kemarin.”

Plak!

“Makannya jangan nakal mulu!”sentak Jasmine sambil menabok kepala Celine keras hingga meringis bahkan Luke dan yang lainnya juga ikut meringis merasakan bagaimana kerasnya pukulan yang dilayangkan Jasmine.

“Sakit bego! Lagian lo juga nakal!” balas Celine menyentak.

“Ya kan gue nakal juga gara-gara di ajak sama lo. mukul lo juga itu pelan gak usah berlebihan.”

“Pelan dimana ya, anjing! Lo mukul pake tenaga dalem. Kalau gak percaya sini cobain sendiri!” ucap Celine mengangkat tangan hendak balas memukul Jasmine namun gadis itu sudah lebih dulu beranjak dari sampingnya dan berlindung di balik punggung kokoh Luke yang tengah berdiri.

“Wooo tenang-tenang, tapi Cel lo gak perlu sedih karena gue juga bakal pindah ke Jakarta” ucap Luke mendudukkan dirinya di samping Celine, Jasmine melebarkan matanya begitu mendengar ucapan Luke.

“Luke lo juga mau ikut Celine? Ninggalin gue disini sendirian?!” tanya Jasmine dengan kesal melipat tangannya di depan dada.

“Bukan gitu, sebenarnya beberapa hari yang lalu bokap gue bilang kalau kita sekeluarga harus pindah ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Dan tadinya gue mau kasih tahu kalian besok tapi karena lo ngomong mau pindah ke Jakarta juga yaudah gue bilang di sini aja sekarang.” terang Luke meneguk minumannya hingga tandas lalu menatap Celine dan Jasmine bergantian.

“Hmph! Kalau gitu gue juga bakal ikut sama kalian berdua!” ujar Jasmine mendudukkan bokongnya di samping Celine.

“Emang Daddy bakal ngizinin lo gitu? Lagian kalau lo beneran di izinin nanti lo mau tinggal dimana? Sama Oma Opa lo?”

“Pasti di izinin kan gue anak kesayangannya, dan ya tentu aja gue bakal tinggal di rumah Oma Opa kalau gak gue bakal tinggal di rumah gede lo aja” seru enteng Jasmine menyeruput jus buahnya.

Hingga Celine hanya mengangguk kepalanya, hmm benar juga kan Jasmine anak tunggal Daddy Daffin jadi tentu aja semua keinginannya bakal dikabulin.

Kemudian setelahnya mereka pun menghabiskan malam terakhir mereka di Los Angeles dengan bercanda gurau. Hingga tak terasa sekarang ini sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

Celine bahkan sudah tak sadarkan diri akibat terlalu banyak minum bersama yang lainnya kecuali hanya satu yang belum juga mabuk sedari tadi yaitu Jasmine. Yang tentunya ia tidak akan mabuk karena ia hanya minum jus.

Dengan perlahan Jasmine membopong badan Celine keluar Club membawanya ke tempat parkir lalu memasukkannya kedalam mobil Luke. Ia tak bodoh membawa seseorang yang tengah mabuk berat menggunakan motor maka dari itu ia menukar kunci motor Celine dengan kunci mobil milik Luke.

Setelah memasukkan Celine di kursi belakang dan memasangkan seatbelt pada tubuh Celine. Jasmine pun ikut masuk kedalam mobil untuk duduk di depan kemudi, menyalakan mobilnya lalu melajukannya meninggalkan tempat yang masih ramai akan pengunjung menuju rumahnya.

Dylan sampai di depan salah satu kelas yang berada di gedung fakultas seni, menyembulkan kepalanya mengintip kedalam kelas melalui kaca jendela guna mencari keberadaan Nesya, sang pujaan hati. Lalu saat menemukan sosok gadis yang dicarinya itu sudut bibirnya tertarik keatas membuat senyuman tipis.

Usai puas memandangi Nesya dari kejauhan, Dylan pun memutuskan untuk duduk di kursi panjang yang terdapat di depan kelas Fakultas Seni itu sambil bermain game di ponselnya. Ia akan menunggu Nesya di sini sampai kelasnya berakhir.

Sekitar 1 jam Dylan bermain game, ia akhirnya bosan dan melihat kearah pintu kelas yang kini terbuka dan Dosen pun keluar dari sana di susul mahasiswa/i lainnya yang berhamburan keluar kelas entah menuju ke kantin atau mungkin ke perpustakaan Dylan tak tahu dan ia tak peduli.

Ia bangun dari duduknya dan memasukkan ponselnya ke saku hoodie Navy nya. Kakinya melangkah masuk kedalam kelas berniat  menghampiri Nesya untuk mengajaknya pergi ke kantin bersama. Kalian ingatkan Dylan belum sarapan ia hanya meminum segelas susu vanilla milik adiknya tadi pagi.

Senyumnya senantiasa mengembang dan sesekali membalas sapaan teman-teman sekelas Nesya dengan ramah. Sampai tiba-tiba langkahnya terhenti karena sesuatu yang di lihatnya. Di depan sana Nesya tengah berbincang sambil sesekali terkekeh dengan seseorang yang sangat Dylan kenal.

Senyum manis yang sedari tadi terpatri di bibirnya kini perlahan memudar dan tatapannya pun berubah menjadi dingin. Tangannya terkepal ketika melihat laki-laki di depan Nesya dengan kurang ajarnya mengacak surai panjang itu.

Melangkahkan kakinya dengan lebar dan cepat dengan segera Dylan menarik lengan Nesya agar menjauh dari hadapan laki-laki itu yang tak lain dan tak bukan adalah Arzan Malik Adithama, rivalnya semenjak dari bangku SMA.

“Apa-apaan lo nyentuh-nyentuh cewek gue!” sentak Dylan menatap tajam Arzan yang juga menatapnya dengan tatapan mengejek.

“Hah~ Sejak kapan Nesya jadi cewek lo? Setahu gue Nesya belum punya pacar, dan kalau pun dia punya pacar ya pasti gue” sarkas Arzan dengan senyum miring mengejeknya kearah Dylan yang kini mengeram kesal.

“Sialan lo!” umpat Dylan siap melayangkan bogem mentahnya kepada wajah menyebalkan Arzan. Namun baru juga tangannya melayang di udara, tangannya itu sudah terlebih dahulu ditahan oleh Nesya yang sedari tadi diam di belakangnya.

“Dylan lo apa-apaan sih?! Gak usah berantem!” ujar Nesya menahan lengan Dylan yang kini menatap kearahnya.

“Kenapa?! Cowok brengsek ini udah berani nyentuh kamu. Aku cuma mau kasih dia pelajaran!” ucap Dylan sedikit melembutkan nada bicaranya terhadap Nesya.

Menghela nafas pelan Nesya menarik pergi Dylan keluar kelasnya. Ia sedang malas berdebat dan melihat perkelahian pria di depannya ini jadi ia memilih untuk membawanya menuju keluar kelas setelah mengucapkan kata maaf kepada Arzan.

“Zan, sorry ya gue gak bisa makan siang bareng lo, lain kali aja kita makan barengnya. Gue pergi duluan ya“ ucap Nesya tersenyum tak enak menolak ajakan Arzan tadi.

“Iya gapapa lain kali aja. Nanti gue hubungi lo ya” balas Arzan yang mendapat anggukan dari Nesya yang segera menyeret Dylan keluar kelasnya di ikuti oleh Viona sahabatnya.

“Dylan bisa gak sih lo jangan kayak gitu sama Arzan! Lagian yang Arzan bilang juga bener gue sama lo gak ada hubungan apa-apa jadi stop! Batasin kebebasan gue yang mau deket sama siapapun” ucap Nesya begitu mereka sudah berada cukup jauh dari kelas Fakultas ya. “Gue capek Dylan! Diatur sama lo dan dibatasin ini itu sama lo bahkan hubungan kita aja gak ada kejelasan.” sambungnya lirih menghembuskan nafasnya lelah.

Sementara Dylan yang tengah menatapnya kini menampilkan tatapan terluka. Apa Nesya tak sadar? Kalau sebenarnya dia juga lelah dengan semua ini. Tak tahu kah dia seberapa lelahnya Dylan berjuang sendirian, tapi lihat perjuangannya selama ini bahkan terasa sangat sia-sia.

Nesya bahkan tak pernah melihat keseriusannya untuk memperjuangkannya dan menjadikannya sebagai miliknya seorang.

“Nes, Lo pikir siapa yang buat semua ini jadi rumit kayak gini? Elo Nesya, Elo! Coba dari awal lo nerima gue mungkin hubungan kita sekarang udah jelas.” ucap Dylan sedikit menaikan nada bicaranya pada Nesya.

“Tapi gue juga udah bilang sama lo kalau gue gak suka dan gak mau sama lo Dylan!!” balas Nesya ikut menyentak.

“Kenapa? Kenapa lo gak mau sama gue? Gak bisakah lo liat perjuangan gue selama ini? Atau ada yang kurang dari gue” ucap Dylan frustasi dengan semua ini, sambil meraih telapak tangan Nesya untuk di genggamnya.

Nesya diam menatap raut putus asa Dylan di depan wajahnya. Ia sadar dengan semua perjuangan Dylan padanya ia sangat sadar akan itu semua, tapi... Tapi ia tak bisa memberikan kepastiannya kepada Dylan karena ada alasannya.

Perlahan Nesya melepaskan genggaman Dylan di tangannya kepalanya tertunduk tak berani menatap Dylan. “Dylan lo gak kekurangan apapun tapi itu gue...” lirih Nesya menunduk dalam.

“Apa yang kurang dari lo? Gue bisa nerima itu semua Nesya, asal lo mau sama gue”

“Gue udah tunangan, Dylan. Dan minggu depan Kita bakalan Nikah” ucapan itu terlontar begitu saja dari belahan bibir Nesya yang mana hal itu menjadi sebuah boomerang untuk seorang Dylan Melvino Albert.

“Apa Arzan-” suara Dylan tercekat di tenggorokan ketika melihat Nesya yang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dan setelah itu Dylan pun pergi begitu saja dari sana dengan perasaannya yang hancur.

...Thank you for reading...

.......

.......

.......

.......

...To Be Continued...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!