NovelToon NovelToon

Hello! Miss Call...

BAB 1 Magic Word Tak Berguna

Ayo semangat menjadi wanita kaya!

~Disra Auristela~

Disra menempelkan post note pada papan hitam di kamarnya sebelum berangkat kerja.

Disra Auristela, seorang gadis pecinta uang, pekerja keras dan memiliki paras tidak bisa dikatakan cantik. Namun, enak dipandang. Memiliki mata yang jernih, hidung minimalis dan tubuh yang mungil. Tidak jarang, banyak pria yang mencoba menjadi kekasihnya. Tetapi, Disra belum ada keinginan menjalin hubungan serius dengan para pria yang mendekatinya.

Seorang mahasiswi berusia 21 tahun yang sedang menempuh pendidikan Strata Satu, jurusan Sistem Informasi. Sebelumnya, Disra adalah lulusan Diploma Tiga jurusan Manajemen Informatika. Tergabung dalam broadband crew di perusahaan provider internet terbesar bernama PT Terabig Net untuk membiayai kuliahnya. Hari-hari dia lalui sebagai mahasiswa dan juga sebagai agent call center bagian keluhan pelanggan untuk PT Terabig Net.

Disra memasuki ruang layanan menuju kabin-nya dan mulai duduk di kursinya, ada sekitar 50 seat dalam ruangan seluas kurang lebih 220 meter persegi tersebut, sambil menyalakan komputer, memasang headset di telinganya, membenarkan posisi microfon lalu bercermin sekilas dan tersenyum untuk menyalurkan semangat pada dirinya sendiri. Menoleh dan menatap monitor besar yang menempel di dinding, menunjukan berapa banyak antrian telepon yang terhubung. Waiting list pelangan yang menelpon cukup banyak, tertera pengumuman GAMAS (gangguan masal). Dia melepas headsetnya dan bertanya pada teman sebelahnya yang berdinas dari pukul lima pagi, menepuk pundaknya yang sedang berbicara pada pelanggan.

“Hei, Dina, gamas apaan?” tanya Disra pada Dina dengan suara kecil.

Dina menekan tombol AUX pada pesawat teleponnya agar pelanggan tidak bisa mendengar percakapannya, “Tidak tahu, tidak ada informasi yang jelas, kita hanya diarahkan untuk bilang ke pelanggan ada gangguan masal!” Dina menekan kembali tombol AUX untuk melanjutkan pembicaraanya pada pelanggan.

“Oke, thanks,” gumam Disra yang tidak dipedulikan oleh Dina karena sudah sibuk dengan pelanggannya.

Disra memasang kembali headsetnya dan mulai menekan tombol ON pada pesawat telepon PABX-nya. Sambungan pelanggan langsung terhubung.

“Terabig Net, selamat pagi, dengan Angel bisa dibantu,” ucap Disra dengan ciri khas seorang operator dan menyebut dirinya Angel sebagai nama onlinenya.

“Ini kenapa internet saya mati?” tanya seorang pelanggan pria.

“Mohon maaf, dengan siapa saya bicara?” tanya Disra lagi, dia melihat nomor telepon pelanggan pada pesawat telepon PABX-nya dan mengetikan pada aplikasi note di komputernya.

“Peter.”

Disra mengetikan nama Peter disebelah nomor telepon yang baru saja dia ketik. Menulis nama pelanggan di aplikasi note dilakukan untuk menghidari kondisi lupa akan nama pelanggan yang sedang berbicara dengannya.

“Bisa dibantu nomor pelanggannya terlebih dahulu, Pak Peter?”

“9998989898,” jawab Peter.

Disra mengetikan sederet angka yang disebutkan Peter serta mengulang kembali angka yang disebutkan Peter.

“Baik, Pak Peter, mohon di tunggu sebentar, saya lakukan pengecekan terlebih dahulu, mohon jangan dimatikan teleponnya satu sampai dua menit.”

Disra menekan tombol hold dari pesawat teleponnya, dia tidak melakukan pengecekan seperti yang dia katakan pada Peter, dia hanya beralasan pada Peter untuk mengulur waktu karena komputernya belum sepenuhnya siap membuka aplikasi yang dibutuhkan. Selain itu, dalam keadaan gangguan masal tidak perlu dilakukan pengecekan jaringan karena gangguannya berasal dari pusat.

Terdengar suara lagu Mars perusahaan tersebut di telinga Peter. “Kenapa lama sekali pengecekannya!”gumam Peter.

Tidak sampai dua menit sudah terdengar suara dari Disra, dia tahu tidak boleh hold pelanggan terlalu lama. Prosedurnya, jika keadaan gangguan masal tidak perlu di hold, langsung menginformasikan pada pelanggan bahwa sedang ada gangguan masal tanpa harus pengecekan lagi. Namun, karena Disra ingin mengulur waktu untuk membuka semua aplikasi yang dibutuhkan, dia melakukan hold pelanggan.

“Terima kasih telah menunggu, Pak Peter. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, setelah kami melakukan pengecekan sedang ada gangguan masal, Pak.”

“Sampai berapa lama?” tanya Peter kembali.

“Untuk estimasinya masih belum bisa dipastikan, Pak. Tetapi, sedang diusahakan secepatnya.”

“Lalu bagaimana? Pekerjaan saya membutuhkan internet yang kuat, saya ini pelanggan previllege! Saya sudah membayar mahal untuk berlangganan di Terabig Net ini!” ucap Peter marah. Pekerjaan yang dia maksud adalah bermain game online.

Disra menekan tombol AUX, “Semua juga bayar mahal keles, emang yang previllege cuma loe doang! Biasa aja dong nggak usah pake urat!” gumam Disra yang tidak dapat di dengar Peter lalu menekan tombol AUX lagi. “Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, Pak,” ucap Disra menggunakan salah satu magic word yaitu maaf. Terdapat intonasi ketulusan di suaranya.

Magic word yang diucapkan Disra tidak berfungsi untuk Peter. “Jangan hanya meminta maaf saja, saya butuh solusi!” ucap Peter dengan menaikan nada satu oktaf.

“Sedang kami usahakan yang terbaik, Pak Peter!” jawab Disra tenang.

“Saya butuh kepastian! Kerusakannya dimana?”

“Kabel yang tertanam di bawah laut, Pak,” ucap Disra asal, dia berharap pelanggan cepat menutup sambungan teleponnya, jika diperbolehkan menutup panggilan terlebih dulu, dia pasti sudah melakukannya. Sayangnya peraturan tetap peraturan yang tidak boleh dia langgar dan hanya boleh pelanggan yang boleh memutuskan sambungan telepon.

“Kamu jangan asal bicara, ya? Mana ada alasan seperti itu? Cepat panggil manager kamu, saya ingin bicara?” tegas Peter.

Disra menekan tombol AUX lagi. “Mau ngomong sama Direktur juga sama aja Bapake!” ejek Disra. “Gamas! Gamas!” geram Disra yang tentu tidak bisa didengar oleh Peter. Disra menekan kembali tombol AUX. “Mohon maaf, Pak. Manager kami sedang tidak ada di tempat,” tutur Disra.

“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.

“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan kembali normal. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra lugas dengan nada yang pas sebagai seorang operator.

“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.

Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter lagi. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra dengan senyum smirk. Dia bebas memaki pelanggan karena yakin pelanggan tak mendengar makiannya.

“Apa kamu bilang? Dasar cewek brengsek, bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.

Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah.

Gawat, pelanggan gue denger makian gue!

Disra menatap cermin berukuran 15 x 20 yang ada di depannya, semua cabin layanan dilengkapi oleh cermin di sebelah kiri untuk melihat raut wajah para agent dalam melayani pelanggan meskipun tidak langsung bertatap muka dengan pelanggan, raut wajah sangat penting karena dapat mempengaruhi suara yang akan dikeluarkan dalam percakapan dengan pelanggan. Raut wajah bisa mempengaruhi psikologis, saat berbicara dengan orang yang dilayani. Apakah tersenyum, cemberut, atau sebagainya. Sehingga cermin sangat berpengaruh di sini dan saat ini wajah Disra pucat pasi.

Disra mengehela nafas panjang, mencoba untuk tenang. “Mohon maaf, Pak, terjadi kesalahpahaman. Saya tidak bicara dengan Bapak,” ucapnya penuh dengan rasa bersalah.

“Apa-apaan kamu! Nama kamu Angel ‘kan?  Saya akan laporkan ke atasan kamu dan saya juga akan masukan ke koran pembaca!” ancamnya.

“Hallo … hallo … mohon maaf, Pak. Suara anda tidak terdengar dengan jelas.” Disra sengaja acting tidak mendengar ocehan Peter.

“Kamu jangan mempermainkan saya, ya! Dari tadi sambungan telepon jernih, kenapa tiba-tiba tidak bisa mendengar suara saya!”

Disra tetap berpura-pura tidak mendengar perkataan Peter. “Hallo … hallo … mohon maaf Pak Peter suara Anda tidak terdengar dengan jelas,” ucap Disra lagi.

“Hei kamu jangan pura-pura!” teriak Peter.

“Hallo … hallo … mohon maaf Pak Peter suara Anda tidak terdengar dengan jelas, percakapan tidak dapat dilanjutkan. Terima kasih telah menghubungi Terabig Net, selamat pagi, selamat beraktifitas.”

“Hei, jangan pura-pura tidak dengar ya ….”

Disra menekan tombol OFF, memutuskan sambungan telepon Peter, tanpa peduli makian Peter masih terdengar di telinganya, dia hanya bisa mematung di cabinnya, entah apa yang akan terjadi setelah ini.

Peter kembali menghubungi call center Terabig Net. Namun, hanya terdengar lagu mars perusahaan tersebut, yang menandakan banyaknya antrian telepon. “Sial!” Peter membanting gagang teleponnya. “Bakal gua cari loe, operator brengsek!”

BAB 2 Kerja Kuliah

Disra langsung melepas headsetnya dan berjalan menuju toilet. "Angel, baru online udah out! Mau kemana?" tanya Firdaus seorang supervisor yang sukses menghentikan langkah Disra. Dalam lingkup kerjanya, akan lebih sering memanggil dengan nama online dibanding dengan nama asli.

"Nggak tahan mau ke toilet, Pak," jawab Disra.

"Jangan lama-lama, lagi Gamas, waiting list!" ujar Firdaus.

"Baik, Pak," seru Disra.

Disra menatap pantulan dirinya di cermin, menghembuskan nafasnya pelan. Menyalakan keran air dan membasuh wajahnya.

"Oke, tenang! Nggak ada yang tahu loe maki pelanggan. Belum tentu itu pelanggan memperpanjang masalah!" ujar Disra pada dirinya sendiri.

Setelah merasa sedikit tenang, Disra kembali lagi ke ruang layanan. Berjalan menuju kabinnya berada. Meja berukuran 100 x 80 centi meter dengan sekat-sekat menjadi sebuah tempat kerja bagi seorang petugas call center. Meja berderet dua baris dengan jumlah 12 meja berjejer disetiap baris kiri dan kanannya secara berhadapan. Setiap meja dilengkapi sebuah cermin, monitor, telepon, airphone, serta sebuah CPU (Central Processing Unit) di bawah meja dan sebuah kursi putar.

Dia mulai memasang headset dan mulai kembali pekerjaannya. Dua jam sudah Disra dan para rekan kerjanya menginformasikan kepada pelanggan mengenai gangguan masal hingga akhirnya mendapat informasi bahwa jaringan normal kembali.

"Ini internet saya nggak nyala, Mba!" ucap seorang pelanggan bernama Oky.

"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya Pak Oky, sebelumnya telah terjadi gangguan masal. Namun, kini kondisi sudah normal, bisa dicoba restart modem-nya terlebih dahulu, Pak?" tawar Disra.

"Sudah Mba, sudah beberapa kali, lampu modem juga normal, lampu act berkedip-kedip tapi agak lambat dan lampu yang lainnya nyala stabil!" seru Oky.

"Baik, untuk saat ini kondisi Bapak sedang berada di depan komputer?" tanya Disra.

"Iya," jawab Oky.

"Saya pandu terlebih dahulu, bersedia Pak Oky?" tanya Disra.

"Boleh, tadi saya sudah masuk ke command prompt, hasilnya replay semua Mba," ujar Oky.

Disra tersenyum, dia suka jika melayani pelanggan yang paham komputer, hal itu memudahkan dirinya memandu jika terjadi masalah.

"Baik, Pak. Jika seperti itu bisa cek DNS-nya (Domain Name Server) Pak."

"Oh, iya saya belum cek DNS, saya lihat dulu ya Mba." Oky langsung mengecek DNS di komputernya, Disra tidak perlu memandu dimana letak DNS berada karena pelanggan sudah sangat familiar dengan komputernya. "Oh Iya, kosong nih Mba, Berapa DNS yang bagus Mba?"

Disra menyebutkan deretan angka DNS kepada Oky, setelah beberapa saat Oky berkata dengan suara yang terdengar bahagia, "Oke, sudah bisa nih Mba internet saya."

"Sudah bisa ya Pak. Ada lagi yang bisa dibantu?" tawar Disra.

"Tidak ada Mba.”

Akibat dari gangguan masal semakin banyak pelanggan yang menghubungi call center, berbagai macam jenis pelanggan, ada yang sangat paham akan komputer dan ada pula yang sangat awam dengan perangkat komputer. Ada nasabah yang bisa dipandu hanya melalui telepon dan ada pula pelanggan yang tidak bisa dipandu dan meminta didatangkan teknisi ke lokasi pelanggan.

Cukup melelahkan bagi Disra hari ini, jika lidah punya hati mungkin dia sudah protes karena harus berceloteh selama delapan jam, belum lagi cukup banyak pelanggan yang sulit dipandu, Disra harus bersabar, mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah pelanggan hanya melalui agent call center. Sebisa mungkin koneksi internet aktif kembali tanpa harus mendatangkan teknisi.

***

Setelah lelah bekerja bukan berarti Disra bisa beristirahat, dia masih harus kuliah sore. “Belum mulai ‘kan Ci?” tanya Disra pada Suci teman kuliahnya seraya duduk di samping Suci.

“Belum, tumben nggak telat? Bareng Felix?” tanya Suci.

“Jalanan lancar. Nggak bareng, dia juga gawe,” jawab Disra mengeluarkan buku dalam tas-nya. Dia menoleh pada Suci. “Ci, di tempat loe ada lowongan nggak?”

“Ngapain loe nanya kerjaan sama gue? Udah enak kerja di Terabig Net yang merupakan perusahaan besar daripada kerja kaya gue cuma resepsionis di apartemen yang nggak beken!” terang Suci.

“Outsourcing! Outsourcing! Kaya nggak tahu aja, mana bisa jadi karyawan tetap!” dengus Disra.

Disra mengeluarkan ID Card-nya dan menunjukan pada Suci. Temannya menerima ID Card tersebut dan meneliti ID Card Disra.

“Gua itu bekerja pada anak perusahaan PT Terabig Net. Jika dilihat dari depan ID Card, maka akan tertera PT Terabig Net. Tapi, coba loe balik ID card tersebut, maka akan tertera nama PT Adinaro Media,” seru Disra dan Suci membalik ID Card tersebut.

Disra mulai mengoceh kembali. “Gedung berlantai tiga puluh dengan nama JK. Link Tower tempat kerja gua itu, itu bukan gedung milik PT Adinaro Media. Itu gedung yang disewakan kepada beberapa perusahaan termasuk PT Adinaro Media. PT Adinaro Media adalah anak perusahan dari PT Terabig Net yang bergerak di bidang Business Process Management. Bergerak di bidang service, melayani mulai dari perusahaan induknya yaitu Terabig Net ataupun untuk perusahaan rekanan PT Adinaro Media.” Disra menghela napasnya dan melanjutkan kembali ocehannya.

"PT Adinaro Media pun nggak merekrut karyawan, melainkan menggunakan jasa perusahaan outsourcing. Gue, masuk ke dalam PT Adinaro Media melalui jasa perusahaan outsourcing bernama PT Rafcon Sarana. Jadi, gue terlihat hebat bisa bekerja di perusahaan provider terbesar PT Terabig Net padahal mah bekerja pada outsourcing. Paklaring gua nantinya ya sebagai karyawan PT Rafcon Sarana yang bekerja untuk PT Adinaro Media.”

Hati Disra hanya bisa tertawa getir, menerima kenyataan bahwa dirinya hanyalah karyawan kontrak dari perusahaan Rafcon Sarana. Miris, itu yang dirasakan oleh Disra, Terabig Net membayar Adinaro Media dan Adinaro Media membayar pada Rafcon Sarana. Setelah itu, barulah Disra menerima gaji. Bisa dibayangkan berapa potongan angka yang diterima oleh Disra setiap bulannya. Bisakah dia menyebut bekerja pada perusahaan outsourcing di dalam outsourcing? Ya, itu hanyalah ungkapan dirinya saja. Disra hanya bisa menghela napas mengingat rantai keuangan perusahaan, yang terpenting dia bisa membiayai kuliahnya.

“Duh, gua pusing sama ocehan loe yang belibet!” ejek Suci.

“Ya udah nggak usah dipikirin entar loe tambah tua! Biar gua aja yang mikirin coz muka gue baby face. Mikir banyakan nggak bikin cepet tua!”

“Baby face apa babi face!” seru Suci terkekeh.

“Oh ****!”

“Gue aja mau resign, cari kerja bareng yuk!” seru Suci.

“Boleh!”

“Mau daftar jadi Asdos (Asisten Dosen) nggak? Loe ‘kan lumayan pinter, Dis,” ajak Suci.

“Ogah ah, bergajulan gini!” ujar Disra.

Seorang pria muda masuk ke dalam kelas, seketika kelas menjadi sunyi. “Selamat sore, kita mulai perkuliahan hari ini,” ujar sang dosen muda.

Disra menyenggol Suci. “Mata kuliah keamanan jaringan bukannya Pak Frieyadi?” tanya Disra berbisik. Seharusnya Dosen paruh baya lah yang akan mengisi perkuliahan.

“Minggu kemarin Loe nggak masuk, ini Pak Melvin dosen pengganti. Pak Frieyadi, katanya lagi ngurus Akreditasi kampus yang di Pemalang,” jelas Suci.

“Owh, muda banget, paling cuma selisih beberapa tahun dia atas kita” bisik Disra.

“Masih 24 tahun, Beb.”

“Gila, muda banget!”

“Akselerasi! SD, SMP, SMA semua loncat kelas. Usia 15 tahun dah lulus SMA,” seru Suci.

Mereka berdua diam saat sang dosen muda memulai perkuliahan. Melvin mulai memaparkan matakuliah hari ini. “Kita harus mengenali terlebih dahulu tentang cyber crime.”

Sangat terampil Melvin menjelaskan isi materi perkuliahan, dia melihat Disra yang sedang menguap saat dirinya menerangkan. “Kau, gadis berbaju biru!” panggil Melvin dengan suara cukup tinggi.

Disra mendongak, mencari sumber suara, semua mata menatap padanya. Pada akhirnya, dia tahu bahwa dirinya yang sedang dipanggil oleh dosen muda. “Iya, Pak!” jawab Disra menyibakan rambutnya yang menutupi wajah.

Melvin seketika membeku saat melihat wajah Disra secara jelas. “Kau ….”

BAB 3 Tamat Riwayatmu! Miss Call Angel!

Melvin fokus saat menerangkan isi materi. Hingga matanya tertuju pada seorang gadis yang menguap dengan mulut terbuka cukup besar. Sangat tidak sopan bagi Melvin menguap di tempat umum tanpa menutup mulutnya. “Kau, gadis berbaju biru!” panggil Melvin dengan suara cukup tinggi.

Disra mendongak, mencari sumber suara, semua mata menatap padanya. Pada akhirnya, dia tahu bahwa dirinya yang sedang dipanggil oleh dosen muda. “Iya, Pak!” jawab Disra menyibakan rambut yang menutupi wajah.

Melvin seketika membeku saat melihat wajah Disra secara jelas. “Kau ….” Melvin terdiam, mengingat kembali wajah mahasiswa yang ditegurnya. Wajah yang sangat familiar. Namun, Melvin tidak ingat dimana mereka bertemu.

“Iya, Pak,” ucap Disra lagi, dia melihat diamnya Melvin sehingga berinisiatif membuka suaranya hanya untuk sekadar membangunkan Melvin dari lamunannya.

Melvin tersadar, dia mengingat seseorang. Namun, dia tidak yakin bahwa gadis yang baru saja menguap adalah orang yang dikenalnya. “Kalau tidak suka dengan matakuliah yang saya ajar, lebih baik kamu keluar dari ruangan ini daripada tertidur di dalam kelas!” jelas Melvin.

“Maaf Pak, saya tidak tidur. Saya hanya menguap dan saya mendengar semua materi yang Anda berikan,” terang Disra.

“Kalau aku tidak menegurmu, mungkin kamu sudah tidur sekarang.” Melvin geram dengan Disra yang membuat alasan.

“Tidak ada yang menjamin setelah menguap akan tertidur. Meskipun menguap sangat erat kaitannya dengan rasa kantuk dan lelah. Namun, menguap tidak hanya disebabkan oleh kedua hal tersebut. Ada banyak hal yang bisa membuat seseorang menguap, termasuk penyakit atau kondisi tertentu. Sebuah riset menunjukkan bahwa menguap merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk meningkatkan jumlah oksigen. Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa aktivitas ini berkaitan dengan kebosanan,” tutur Disra panjang lebar.

“Jadi, aktivitas menguapmu itu karena materi ku membosankan?” tanya Melvin menelisik.

“Saya tidak bilang materi kuliah Anda membosankan,” jawab Disra lantang.

“Kalau bukan karena materinya membosankan, apa alasanmu menguap?” tantang Melvin.

Orangnya yang membosankan! Disra hanya bisa menggerutu dalam hati.

“Kondisi tertentu … anemia,” jawab Disra penuh percaya diri.

Melvin menaikan alisnya sebelah. “Oke. Sekarang bisa kau beri contoh cyber crime?” tanyanya menguji Disra.

“Phishing, Spoofing, Cracking, Serangan Ransomware, Serangan DDoS, Injeksi SQL, Carding, Peretasan Situs dan Email, Penipuan OTP, Data Forgery, Cyber Espionage, Pemalsuan Identitas, dan Cyber Terrorism,” jawab Disra lantang. Bekerja sebagai agent call center pada penyedia layanan internet membuatnya tidak asing dengan dunia broadband.

“Bisa jelaskan, apa itu data forgery?” tanya Melvin lebih ke pertanyaan menantang Disra.

“Data forgery adalah tindakan memalsukan data dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet. Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki oleh institusi atau lembaga yang memiliki situs berbasis web database.” Disra tersenyum karena sangat lancar menjelaskan pada dosen pengganti ini.

“Pemalsuan data biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan cara membuat seolah-olah terjadi ‘salah ketik’, yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data pribadi dan nomor kartu kredit yang dapat disalahgunakan.” Disra menambahkan penjelasannya. “Apa Bapak ingin saya menjelaskan semua jenis cyber crime lainnya?” tanya balik Disra seolah menantang sang dosen muda.

“Cukup! Aku rasa semua temanmu juga mengetahui tentang cyber crime.”

Disra hanya mendecak pelan. Bukankah sama saja uraian panjang lebarnya direndahkan oleh dosen muda sombong ini, menganggap semua orang tahu akan apa yang dia terangkan dan bukan sesuatu yang spesial jika bisa menjawab pertanyaannya dengan lugas.

Selama mata kuliah, Disra tidak berani untuk sekadar menguap. Dirinya fokus mendengarkan celoteh dari sang dosen muda. Entah mengapa, dia merasa sang dosen muda selalu mencuri pandang padanya. Namun, Disra tidak peduli, yang dia inginkan perkuliahan segera berakhir.

Akhirnya, jam perkuliahan keamanan jaringan telah usai. Hari ini hanya ada satu jadwal mata kuliah. Disra dan Suci bersiap untuk meninggalkan ruangan. Melvin terlebih dulu keluar ruangan.

“Ciprut!” teriak Felix menghampiri Disra.

“Curut, dah selesai loe?” tanya Disra.

“Udah. Nyok pulang.”

“Bawa helm ‘kan loe?”

“Bawalah.”

“Tunggu ye, gua ke toilet dulu.”

“Dis, gua ikut!” seru Suci.

“Akhirnya berakhir juga, pengen cepet-cepet pulang,” keluh Disra sembari mencuci tangannya di wastafel.

“Loe nggak pacaran sama Felix?” tanya Suci ragu.

Disra menoleh. “Nggak, kenapa? Loe naksir Felix?”

Suci salah tingkah. “Kagak! Gua cuma nanya doang, loe selalu pulang sama dia.”

“Oh, itu karena rumah kita berdekatan, cuma beda blok aja. Terus kita itu satu sekolah dari SD, dari situ, gua dan Felix Abraham menjadi bestie.”

“Bestie juga bisa pacaranlah.”

“Nggak mungkin!”

“Kenapa?”

“Selain nggak ada perasaan cewe dan cowok. Kita juga kuat iman masing-masing. Nggak mungkin ninggalin kepercayaan demi hubungan kekasih,” terang Disra.

“Pret!” cibir Suci. “Kuat iman gimana? Loe aja bergajulan begini!” tambahnya.

Disra hanya terkekeh mendengar cibiran Suci. Ya, hubungannya dengan Felix murni persahabatan meskipun mereka berbeda agama. Namun, tidak bisa meruntuhkan persahabatan yang sudah lama mereka jalin. Disra tidak percaya dengan quote yang beredar bahwa pria dan perempuan tidak akan pernah bisa tulus berteman. Pasti diantara salah satunya menyimpan perasaan. Tetapi, bagi Disra, itu bukan hal yang tak mungkin. Dia percaya hubungan persahabatannya dengan Felix murni suatu hubungan baik.

Suci dan Disra keluar dari kamar mandi. Suci pamit terlebih dulu, Disra berjalan menuju Felix, siap menaiki motor ninja milik sahabatnya. “Lix, tunggu bentar ya. Kayanya hardisk external gua ketinggalan di kelas!” seru Disra.

“Lagian bawa-bawa hardisk segala!” keluh Felix.

“Penting itu! Isinya drakor semua!” terang Disra sumringah. Dia turun dari motor dan menuju ruang kelas.

Melvin yang sudah berada di ruang dosen mencari-cari ID Card Dosen miliknya yang tidak ditemukan di dalam tasnya. Dia tidak bisa absen pulang tanpa ID Card tersebut. Keluar dari ruang dosen dan kembali lagi ke dalam ruang kelas terakhir mengajar.

Disra terburu-buru masuk ke dalam ruang kelas, dia menuju tempat dirinya duduk. “Nasib baik, nasib baik nggak hilang,” tukas Disra.

Dia bergegas keluar dari ruangan. Namun, matanya tertuju pada sebuah benda yang ada lantai, sebuah ID Card tergeletak di bawah meja pengajar. Dia membungkuk dan mengambil ID Dosen tersebut.

“Peter Melvin Damara,” gumam Disra. “Bagus juga tuh nama dosen muda.”

“Itu milik saya.” Suara Melvin tiba-tiba menggema di ruangan yang sepi.

Disra menoleh pada Melvin, dia melihat kembali ID Dosen yang sedang dipegangnya. Photo di ID Card tersebut tidak beda jauh dengan aslinya. Wajah pria itu masih terlihat sama.

“Ini punya Bapak,” ujar Disra menyodorkan ID Card Melvin.

Melvin menerimanya. “Terima kasih,” ujarnya.

“Sama-sama Pak,” timpal Disra, dia menatap wajah Melvin.

“Ada apa?” tanya Melvin menelisik.

Disra tersadar telah menatap wajah Melvin. “Oh, tidak apa Pak. Hanya saja, nama Anda bagus, Peter Melvin Damara,” tuturnya.

Melvin hanya diam dan meninggalkan Disra sendiri di dalam kelas. Sedangkan Disra sendiri sengaja untuk tetap tinggal di kelas agar mereka tidak berjalan beriringan. “Peter Melvin Damara. Seperti tidak asing,” lirihnya.

Melvin pulang ke tempat kost elitenya, dia duduk di depan komputernya. Entah apa yang dia ketik di depan komputer, tersimpul senyum di wajahnya. “Tamat riwayatmu, Miss Call Angel!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!