Ari melihat jam yang berada di kamarnya yang menunjukkan pukul sembilan pagi. senyum terbit di bibir Ari. Ari mengambil kunci mobilnya lalu turun ke bawah.
"Anak bunda pagi pagi sudah rapih mau kemana". Tanya Sintia
"Ari ada janji sama teman bunda, Ari izin pergi ya". ucap Ari
"Perempuan". Tanya Sintia dan dengan malu malu Ari menanggukan kepalanya
"Boleh, tapi ingat jangan sampai melampaui batas dan ingat apa yang sudah di ajarkan oleh Abi, jangan kecewakan Abi dan Bunda". Ucap Sintia
"Bunda tenang saja, Ari tidak akan lupa lagian janjiannya di cafe dan pasti banyak orang". Jawab Ari
"Assalamualaikum bunda". Ucap Ari dan mencium punggung tangan bundanya
"Waalaikumussalam hati hati". Jawab Sintia
Ari masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju cafe cahaya, sesampainya di cafe Ari langsung masuk dan senyumnya mengembang saat melihat punggung seseorang.
"Assalamualaikum". Ucap Ari dan langsung duduk
"Waalaikumussalam". Jawab perempuan itu dengan tersenyum
"Maaf terlambat citra". Ucap Ari
"Tidak apa apa Ari, lagian aku juga baru sampai". jawab citra
"Bagaimana pekerjaan di kantor". Tanya Ari
"Lumayan berat apalagi sekarang ayah sudah menyerahkan kantor padaku". Jawab Citra
Ari dan Citra memesan makanan dan sambil menunggu makanan datang mereka berbincang
"Tumben mengajak ku makan berdua saja, biasanya kamu mengajak ku karena urusan pekerjaan". Tanya Citra
"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan mu". Jawab .
"Ari tadi kamu mau bicara apa". Tanya Citra
"hmmm sebenernya selama kita bekerja sama aku merasa nyaman dengan mu". Ucap Ari
"Aku juga merasa nyaman saat bersama mu Ari". Ucap Citra
"Sungguh". Tanya Ari dan Citra menanggukan kepalanya
Ari yang melihat citra menanggukan kepalanya tersenyum senang
"Jadi aku ingin mengajak mu menikah dan menjadi pendamping hidupku ". Ucap Ari langsung ke intinya
"Menikah ". Tanya Citra dan Ari menanggukan kepalanya
"Ari jika langsung menikah apa tidak terlalu cepat, bagaimana kalau kita berpacaran dulu ". Ucap Citra
"Citra, pacaran hanya akan menimbulkan dosa dan alangkah baiknya langsung menikah saja, lagian kita sudah sama sama nyaman bukan". Ucap Ari
"Iya sih tapi "
"Apa laki laki yang kamu cintai ". Tanya Ari
"Tidak ada ". Jawab Citra
kedua tangan citra saling meremas karena bingung menanggapi ucapan Ari yang memintanya untuk langsung menikah.
drt
drt
Citra mengambil ponselnya di dalam tasnya lalu memastikan ponselnya saat melihat namanya yang tertera di layar ponsel.
drt
drt
Ponselnya citra berdering kembali dan Citra kembali mematikannya.
"Diangkat dulu jika itu penting". Ucap Ari
"Tidak penting". Ucap Citra
"Bagaimana citra, jika kamu setuju aku akan datang ke rumah mu bersama orang tua ku".
Tanya Ari
"Baik."
"Sayang". Seseorang datang dan langsung duduk di pangkuan Ari
Citra yang melihat itu melebarkan matanya
"Sayang kenapa tidak menjemput ku". Ucap gadis itu dengan manja
"Oh maaf aku tidak tau jika kamu sudah berkerja". Ucap gadis itu dan duduk di samping Ari
"Maaf Tante tadi saya tidak melihat Tante". Ucap gadis itu
Ari memijat dahinya saat gadis itu datang menghampirinya
"Ari dia siapa". Tanya Citra
"Saya calon istrinya". Ucap gadis itu
"Calon istri, tapi kamu masih SMA". Ucap Citra dan memperhatikan gadis berseragam SMA itu
"Kenapa tidak percaya, aku memang calon istrinya, sayang jelaskan padanya". Ucap Gadis itu
"Citra dia bukan calon istriku". Ucap Ari
"Sayang kenapa berbohong padahal tiap hari kamu selalu datang ke kamar ku". Ucap gadis itu
"Citra itu tidak benar". Ucap Ari
"Tante yang di katakan saudara kembar saya benar, dia calon istrinya bahkan bang Ari selalu datang ke kamarnya bahkan juga tidur di sana". Ucap seorang pemuda dan duduk di sisi kanan Ari
"Ari aku tidak percaya bahwa kamu berbuat senonoh pada anak SMA, tadi kamu bilang pacaran akan membuat dosa lalu apa sekarang kamu sering datang ke kamar dan tidur di sana, bahkan status belum menikah masih calon istri". Ucap Citra
"Citra percaya padaku, dia adikku". Ucap Ari
"Hiks hiks kenapa kamu berbohong padahal tiap hari selalu memeluk di dalam selimut yang sama hiks hiks". Ucap gadis
"Dasar munafik tampang saja sok alim". Ucap Citra lalu pergi meninggalkan mereka bertiga
"Puas kalian sekarang". Tanya Ari dengan dingin
Eshal mengusap air matanya lalu bersikap acuh dan mengambil makanan yang ada di atas meja
"Abang tanya puas kalian sekarang". Tanya Ari dengan dingin
"Puas banget". Jawab Ehsan dan Eshal
"Bisakah kalian jangan menganggu Abang sekali saja". Ucap Ari
"Ini bukan pertama kalinya kalian membuat perempuan yang Abang dekati pergi karena ulah kalian". Sambung Ari
"Ya karena mereka tidak baik". Ucap Ehsan
"Tidak baik , Kalian tau dari mana, Abang yang dekat dengan mereka jadi Abang lebih tau di bandingkan kalian ". Ucap Ari
"Dari feeling ". Jawab Eshal
Ari berdiri lalu berjalan meninggalkan cafe itu dan tentu saja di ikuti oleh Ehsan dan Eshal. Mereka masuk ke dalam mobil. Ari melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh hingga sampai masuk ke halaman rumah
"Kalian itu sudah SMA jadi Abang mohon jangan mengganggu Abang ". Ucap Ari
Ehsan dan Eshal turun dan mengabaikan ucapan Ari sehingga membuat Ari menutup pintu mobil dengan kencang. Ilham dan Sintia yang melihat itu saling pandang
"Assalamualaikum Abi Bunda ". Ucap si kembar
"Waalaikumussalam ". Ucap Ilham dan Sintia secara bersamaan
setelah menyalami kedua orang tuanya si kembar langsung masuk ke dalam rumah
"Assalamualaikum". Ucap Ari dan mencium punggung tangan kedua orang tuanya
"Waalaikumussalam".
"Ada apa". Tanya Ilham
"Sepertinya biasa Abi ,si kembar selalu membuat ulah dan ini bukan yang pertama". Ucap Ari dengan kesal
"Kalau seperti kapan Ari akan menikah abi bunda jika si kembar selalu menggangguku". Rengek Ari
"Umurku sudah tiga puluh tahun". sambung Ari
"Bunda Abi, tolong bicara sama si kembar agar tidak menggangu ku dan membuat perempuan yang dekat dengan ku pergi". Ucap Ari
"Nanti bunda akan bicara dengan si kembar". Ucap Sintia
"Ya sudah Ari masuk dulu". Ucap Ari lalu masuk ke dalam rumah
"Mas aku bingung kenapa Eshal dan Ehsan itu selalu menganggu Ari". Ucap Sintia
"Dan di tanya pasti jawabannya mereka bukan perempuan baik". Sambung Sintia
"Kalau di tanya tau dari mana pasti jawabannya dari feeling ". Ucap Ilham
Sintia dan Ilham sudah sering menasihati si kembar tapi mereka tidak berubah hingga membuat Sintia dan Ilham sangat hafal dengan jawaban si kembar kalau di tanya mengapa membuat perempuan yang dekat dengan abangnya menjauh.
Setelah mengganti pakaian Ehsan dan Eshal masuk ke dalam kamar Ari. Ari bersandar di kepala ranjang dan mengabaikan si kembar. Ehsan dan Eshal berjalan menghampiri Abang
"Abang kami minta maaf". Ucap Eshal
"Iya Abang, kami tau kami salah jadi kami minta maaf". Sambung Ehsan
Ehsan dan Eshal meletakkan kedua tangannya di kedua telinganya dan menunjukkan ekspresi memelas. Ari menghela nafasnya dan meletakan ponselnya di atasnya.
"Duduk". Perintah Ari dan si kembar langsung duduk di di depan Ari
"Ehsan dan Eshal kan sudah besar dan SMA, jadi Abang mohon jangan di ulangi lagi seperti itu". Ucap Ari dengan pelan
"Tapi Eshal melakukan untuk kebaikan Abang ". Ucap Eshal
"Eshal feeling mu belum tentu benar, dan sudah berapa kali kalian melakukan seperti ini". Ucap Ari
"Tapi waktu itu feeling Eshal benar kan, waktu Abang melamar kak Kinan eh taunya seminggu setelah Abang melamarnya, kak Kinan melarikan ". Ucap Eshal dengan pelan
Ari menghela nafasnya saat mengingat pertama kali jatuhnya dan memutuskan untuk langsung melamar gadis itu tapi ternyata pilihannya salah
"Kami hanya ingin Abang dapat istri yang baik , bukan hanya ingin harta Abang saja". Ucap Ehsan
"Oke baiklah tapi Abang mohon jangan lakukan hal itu lagi di depan umum, jika memang kalian tidak menyukai katakan pada Abang saja". Ucap Ari
"Kami tidak janji, kami punya cara sendiri agar perempuan yang tidak baik menjauh dari Abang ". Ucap Eshal lalu turun dari ranjang dan keluar dari kamar Ari bahkan meninggalkan Ehsan
"Ehsal tunggu ". Ucap Ehsan langsung mengejar adiknya
Ari menghela nafasnya dan memijat dahinya karena merasa pusing dengan ular si kembar.
"Kenapa si kembar tidak juga berubah, kapan aku bisa menikah jika si kembar selalu membuat ulah seperti ini". Ucap Ari
Eshal dan Ehsan tertawa saat menuruni tangga tapi saat melihat Abi dan Bundanya mereka langsung menghentikan tawanya
"Ehsan Eshal sini nak Abi ingin bicara". Ucap Ilham dengan lembut.
Ehsan dan Eshal duduk di sofa yang ada di depan ayahnya
"Tadi apa yang kalian lakukan pada Abang ". Tanya Ilham
"Eshal mengaku calon istri Abang di depan perempuan yang Abang temui ". Jawab Eshal
"Dan Ehsan ". Tanya Ilham
"Membantu Eshal bi agar perempuan itu percaya ". Jawab Ehsan
"Abi tau kalian ingin yang terbaik untuk Abang kalian dan tidak ingin kejadian waktu itu terjadi tapi jangan membuat Abang kalian malu". Ucap Ilham
"Maaf Abi ". Ucap si kembar
"Jangan di ulangi lagi ". Ucap Ilham
"Iya Abi tapi kami akan selalu membuat perempuan yang tidak pantas untuk Abang menjauh sampai kami menemukan perempuan yang cocok untuk Abang". Ucap Ehsan
Ilham dan Sintia menghela nafasnya saat mendengar Ucapan Ehsan
"Emang kalian ingin perempuan seperti apa untuk Abang ". Ucap Ari yang kemudian duduk di samping adiknya
"Yang pastinya dia baik, Sholeha dan sayang sama Abang dan kita semua, tidak rakus". Jawab Ehsan
"Dan yang pasti perempuan itu tidak membuat kita kehilangan sosok Abang". Sambung Eshal
Ari mengusap kepala Eshal dan lembut
"Tidak akan ada yang mengambil Abang dari kalian, walaupun Abang sudah menikah Abang tetap Abang kalian ". Ucap Ari
"Abang harus selalu mengenalkan pada kita perempuan yang dekat dengan Abang dan Abang harus menikah dengan perempuan yang kami sukai ". Ucap Eshal
"Kami pasti akan memilihkan yang terbaik ". Sambung Ehsan
"Iya". Jawab Ari singkat
"Eshal sayang Abang ". Ucap Eshal
"Ehsan juga". Ucap Ehsan
si kembar langsung memeluk Ari dan Ari membalas pelukan mereka. Sintia dan Ilham melihat itu saling tersenyum
"Sudah belajar". Tanya Ari
"Sudah". Jawab si kembar kompak
"Bagaimana dengan perusahaan Ari". Tanya Ilham
"Alhamdulillah lancar Abi tidak ada kendala dan kemarin baru saja masuk dua belas lusin abaya dan sepuluh Lusin koko untuk di kirim ke Mesir bi". Jawab Ari
"Alhamdulillah ". Jawab Ilham
Ilham bangga pada putranya yang bisa mendirikan sendiri sebuah perusahaan yang di beri nama MA Store. Ilham hanya memberikan sebuah pembelajaran bagaimana mendirikan sebuah usaha dan juga memberikan dukungan serta sebuah satu bangunan yang kini menjadi perusahaan milik Ari sendiri. Kenapa Ilham tidak memberikan perusahaan miliknya jawaban karena Ilham meminta perusahaan itu untuk di berikan pada si kembar saja.
"Abi bangga padamu nak". Ucap Ilham
"Semua yang Ari dapatkan karena dukungan Abi dan Bunda". Ucap Ari
"Abi dengan Ghazali sudah berhasil membuat toko pakaian muslim dengan berbagai cabang". Tanya Ilham
"Iya Bu, tapi Ari belum sempat bertemu dengannya". Ucap Ari
Ari sendiri sangatlah sibuk bahkan berada di Indonesia hanya bisa di hitung dengan jari karena Ari lebih sering berada di Mesir
"Tadi bunda sudah masak, sebaiknya sekarang kita makan". Ucap Sintia
"Let's Go bunda ". Ucap Eshal
keluarga kecil itu makan dengan nikmat. Sintia tersenyum melihat suaminya dan anaknya
"Terima kasih ya Allah sudah memberikan kebahagiaan padaku". Ucap Sintia
"masakan bunda emang paling the best ". Ucap Ehsan
"Ehsan Abi mengajarkan apa". Tanya Ilham saat melihat Ehsan berbicara saat makan bahkan di mulutnya masih ada makanan
"Maaf Abi, Abi mengajarkan tidak boleh berbicara ketika makan". Ucap Ehsan
setelah selesai makan Ari kembali ke kamarnya dan duduk di balkon kamarnya dan mengeluarkan sebuah foto
"Umi , Ari rindu dengan umi, lihat Ari sudah dewasa sekarang". Ucap Ari dan mengusap foto uminya
"Umi tau, bunda sangat sayang dengan Ari , walaupun sudah ada di kembar kasih sayang bunda tidak pernah berkurang pada Ari umi". Ucap Ari
"Ari sangat bersyukur wanita yang menjadi istri ayah setelah umi adalah bunda Sintia, mungkin jika orang lain Ari tidak akan sebahagia ini ". Sambung Ari
Ari menolehkan kepalanya saat merasakan sebuah usapan di bahu lalu tangannya mengusap air matanya yang jatuh
"Kalau rindu dengan umi, Ari bisa mengunjungi makamnya dan mendo'akan umi setelah selesai sholat ". Ucap Sintia
"Bunda ". Panggil Ari
"Ada apa ". Jawab Sintia
"Kenapa bunda tidak membenci Umi, padahal Umi pernah membuat bunda berada di situasi yang tidak pernah bunda inginkan ". Tanya Ari
setelah mengetahui apa yang di lakukan uminya di masa lalu pada bundanya hari sempat membencinya dan sampai sekarang belum pernah berkunjung ke makamnya
"Ari sebuah kebencian hanya akan membuat hidup kita tidak tenang nak, dan itupun hanya masalah dan sekarang Allah sudah mengganti dengan kebahagiaan yang tidak pernah bunda bayangkan". Ucap Sintia
"Jadi jangan ada kebencian di hati kita, kita semua hanya manusia biasa yang bisa khilaf dan melakukan kesalahan". Sambung Sintia
"Nanti sore ke makam Umi ya , sudah lama kamu tidak kesana". Ucap Sintia
"Iya bunda, terima kasih". Ucap Ari
Ilham yang mendengar pembicaraan mereka tersenyum lalu berjalan keluar dari kamar putranya.
Ari melangkah kakinya di sebuah pemakaman, secara perlahan langkah kakinya membawanya mendekati sebuah makam. sesampainya di depan makam tersebut Ari menjongkokkan tubuhnya dan mengusap nisan tersebut
"Assalamualaikum umi, maaf Ari baru datang dan maaf Ari sempat membenci umi". Ucap Ari
"Tapi bunda memberi peringatan pada Ari hingga Ari sadar bahwa tidak baik menyimpan kebencian di hati Ari terutama pada umi". Sambung Ari
Ari menaburkan bunga lalu mendo'akan uminya.
"Ari pulang ya umi, assalamualaikum". Ucap Ari lalu meninggalkan pemakaman tersebut
brak
"Maaf maaf". Ucap seseorang lalu berjalan memasuki sebuah pemakaman
Ari menatap perempuan yang berjalan dengan tertatih tatih memasuki area pemakaman.
Ari langsung masuk ke dalam mobilnya lalu meninggalkan tempat itu
sedangkan di pemakaman seorang perempuan menjatuhkan dirinya di sebuah makam dan Air matanya menetes begitu saja. perempuan itu memeluk nisan itu dengan begitu erat.
"Hiks hiks kenapa meninggalkan ku sendirian hiks". Ucap perempuan itu
"Maafkan aku baru bisa datang setelah satu tahun kamu berada di sini hiks". Sambung perempuan itu
"Aku mohon bawa aku, mereka jahat padaku ".
"Arghhh ". Ringis perempuan itu ketika ada seseorang yang menjambak rambutnya dengan begitu erat
"Lepas sakit ". Ucap perempuan tersebut
"Berani kamu datang kemari ha, dasar perempuan pembawa sial". Ucap wanita itu.
dug
Wanita tersebut menghempas kepalanya hingga terbentuk batu dan mengeluarkan darah.
"Aku rindu padanya hiks". Ucapnya
"Gara gara mu, anakku meninggal ". Ucap wanita itu dan mencengkram dagu perempuan tersebut
"Bawa dia dan kurung dia di ruang bawah tanah ". Perintah wanita itu.
Beberapa orang berbadan besar menyeret perempuan tersebut.
"Lepas aku tidak mau, mas tolong aku hikss". Ucap perempuan tersebut
plak
Salah satu bodyguard menamparnya sehingga membuat perempuan tersebut pingsan.
"Bagus siksa dia terus hingga dia tidak sanggup hidup". Ucap seorang wanita
salah satu bodyguard mengendongnya dan meletakkannya di atas mobil lalu meningkat kedua tangan perempuan tersebut.
byur
Seorang wanita menyiram dengan air hingga membuat perempuan itu membuka matanya dan melihat ke sekeliling.
"Tante aku mohon jangan lakukan ini". Ucap perempuan itu dengan ketakutan.
Perempuan tersebut bisa membayangkan bahwa tubuhnya akan terombang-ambing ketika mobil itu berjalan karena kedua tangannya di tali di atas kepala
wanita itu langsung masuk kedalam mobil.
"Aaaa". Teriak perempuan itu ketika mobil di jalan.
Benar saja badan terombang ambing, perempuan itu menutup matanya dengan air mata yang menetes di pipinya apalagi mobil itu berjalan dengan begitu cepat.
cittt
Mobil berhenti di sebuah rumah mewah. salah satu bodyguard langsung menurunkan perempuan itu.
"Ma apa yang mama lakukan". Ucap pria paruh baya
"Mas diam saja tidak perlu ikut campur". Ucap wanita itu
" Ma dia menantu kita". Ucap Lukman
"Gara gara dia anak kita meninggal mas". Ucap Sarah
"Sadar ma Angga meninggal karena gugur di Medan perang bukan karena menantu kita". Ucap Lukman
"Gara gara menikah dengannya Angga meninggal, sejak awal mama tidak setuju Angga menikah dengannya dan terbukti bukan setelah akad Angga langsung berangkat dan malamnya kita dapat kabar Angga meninggal, itu semua gara gara perempuan pembawa sial ini ". Teriak Sarah.
"Apa papa masih ingat, Zahra meninggal setelah melahirkan dia bahkan Burhan meninggal karena menolongnya, apa papa sudah lupa itu sejak bayi dia sudah pembawa sial tapi papa tetap nekat menyetujui Angga menikah dengannya ". Ucap Sarah dengan menggebu gebu dan masuk ke dalam rumah
"Kalian pergi ". Ucap Lukman pada beberapa bodyguard
Lukman mengahampiri menantunya yang terduduk di bawah dengan air mata yang mengalir.
"Aku pembawa sial". Ucap perempuan itu dan tertawa
"Itu tidak benar Nilam". Ucap Lukman
"Itu benar om, apa yang di katakan Tante benar, harus aku tidak menikah dengan mas Angga hingga membuat mas Angga meninggal hiks". Ucap Nilam
"Nilam Angga meninggal karena sudah takdirnya". Ucap Lukman.
"ayo sekarang masuk". Ucap Lukman
Lukman menuntun masuk kedalam rumah dan sarah yang melihat itu menatapnya dengan tajam
"mau kemana ". Ucap Sarah
"kamarnya dia ada di belakang bersama pembantu ". Sambung Sarah
"Sarah". ucap Lukman
Nilam berjalan gontai menuju belakang rumah dan berjalan menuju kamarnya yang lebih pantas di sebut dengan kandang sapi. bukan Nilam tidak ingin pergi dari rumah itu hanya saja sarah selalu menemukan ketika dia pergi.
"ma kenapa mama berubah seperti ini bahkan mama tidak membiarkan Nilam pergi dan melanjutkan hidupnya". Ucap Lukman
"enaknya saja dia mau melanjutkan hidupnya sedangkan putra kita meninggal, tinggal di rumah ini untuk selamanya itu hukuman untuknya". Ucap Sarah lalu masuk ke dalam kamar.
Nilam meringkuk di atas lantai tanpa alas, di umurnya yang baru memasuki umur sembilan tahun Nilam harus menjalani hidupnya dengan berat.
"mas Angga kenapa tidak mengajakku". Ucap Nilam
setelah kematian ayahnya Nilam tinggal di rumah Sarah dan Lukman karena Burhan menitipkan putrinya pada sahabatnya itu. awalnya Sarah juga menyanyi Nilam sangat baik hingga di mana Angga mengutarakan keinginannya untuk menikahi Nilam membuat Sarah tidak menyukai Nilam.
Ari menghentikan mobilnya di pinggir danau. Ari turun dari mobil dan menyandarkan tubuhnya di badan mobil
"kapan aku segera menikah, teman teman ku sudah menikah semua, ya Allah hamba mohon buat Ehsan dan Eshal tidak menanggung perempuan yang aku sukai". Ucap Ari
Ari menatap ke sekeliling di mana semua orang berpasangan dan terdapat keluarga kecil yang terlihat bahagia. Ari menghela nafasnya. Ari menajamkan penglihatan saat melihat seseorang yang di kenal
"itukan Citra ". Ucap Ari
"dia jalan dengan siapa, itukan bukan ayahnya ". sambung Ari dan secara perlahan Ari mendekat ke arahnya di bersembunyi di balik pohon
"Om kapan belikan Citra mansion itu". Ucap Citra
"istri om saja om belikan mansion, aku yang bisa puaskan om kenapa belum om belikan ". Sambung Citra
Ari yang mendengar itu sangat terkejut
"sayang, semua yang kamu punya itu dari mana bisnis mu lancar juga karena om, untuk mansion sabar uang yang di keluarkan cukup Banyak jadi om harus hati hati agar tidak ketahuan istri om".
"feeling si kembar benar citra bukan orang baik, untung saja aku tidak jadi dengannya ".
"kenapa kamu tidak manfaat Ari itu ".
"ya kemarin sih rencana begitu tapi tiba tiba ada anak SMA mengaku sebagai calon istrinya ". Jawab citra
"kenapa tidak kamu Pepet saja ".
"asal om tau anak kembar itu punya bukti perselingkuhan kita, kalau aku tetap maju mereka akan mengadu pada istri om, bahkan sampai sekarang anak anak itu masih meneror ku ". Ucap Citra dengan kesal dan memandangi ponselnya yang menampilkan sebuah chat yang berisi fotonya yang ada di pinggir danau
"si kembar dapat bukti itu dari mana dan tau dari mana ,aku saja yang sering bersama citra tidak tau sifat aslinya ". Ucap Ari lalu meninggalkan tempat itu
Ari ingin segera sampai di rumah dan menanyakan hal ini pada si kembar
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!