"Bella!!" suara Nadia terdengar menyapa Bella yang kini tengah memperhatikan setiap sudut sekolah barunya itu, hari ini adalah hari pertama Bella menjadi seorang murid di SMA Guna Wijaya, SMA terfavorite yang ada di kota tempat tinggal Bella.
"Nadia," sahut Bella dengan wajah penuh binar kebahagiaan, dia merasa sangat senang melihat sahabat sejak SMP itu ada di sekolah yang sama dengannya.
"Apa kamu berhasil masuk sekolah ini juga?" tanya Bella dengan senyum yang merekah di wajahnya.
"Tentu saja, ini kan sekolah milik pamanku, bukan hal yang sulit untukku masuk ke sini," jawab Nadia dengan senyum bahagia yang terlihat jelas di wajahnya.
"Wah, enak donk, punya paman tajir kayak pamanmu," seloroh Bella sambil berjalan masuk ke dalam area sekolah.
"By the way, kamu lucu deh pakek itu," ujar Nadia sambil menunjukkan ke arah Bella yang saat ini memang sedang memakai rompi dari kantong plastik dengan rambut di kuncir kuda plus kaos kaki warna warni dan ilat pinggang dari permen yang di kaitkan dengan tali rafia.
"Jangan mengejek! kamu lupa jika apa yang kau bilang lucu itu juga kamu pakai," sahut Bella yang todak ingin kalah dengan Nadia.
"Ha ha ha," Nadia tidak lagi menyahuti ucapan bela, dia justru tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang dikatakan oleh Bella karena perkataan Bella memang benar adanya.
"Sudahlah, lebih baik kita jalan lebih cepat sebelum kita terlambat dan mendapat hukuman dari para senior." Ucap Nadia yang langsung meraih lengan Bella dan mengajaknya berjalan lebih cepat dari yang tadi menuju sebuah lapangan di mana sudah ada beberapa siswa baru lain yang tengah berbaris rapi di sana.
"Untunglah, kita belum terlambat," cicit Nadia dengan ekspresi wajah penuh kelegaan dia berucap.
"Hm," sahut Nadia yang justru kini terlihat sedang mencari sesuatu.
"Lo cari apaan?" Tegur Bella sambil mengikut lengan Nadia yang masih saja mencari sesuatu.
"Cogan, gue pengen lihat apa ke teman baru kita ada yang ganteng, Lumayan buat cuci mata tiap hari," jawab Nadia, ini sudah sekian kalinya dia menjawab Jika dia tengah mencari cogan alias cowok ganteng sebagai penyemangat untuknya belajar, meski pernyataan itu hanya ucapan belaka tanpa ada tindakan yang pasti, tapi bagi Bella apapun yang dilakukan oleh Nadia akan tetap dia dukung, selama dia masih berada di jalan yang benar.
"Buat apa cogan kalau cuma di lihat dan nilai tetap jeblok," seloroh Bella.
"Jangan gitulah Bel! yang penting aku rajin sekolahnya," bela Nadia, sedang Bella hanya memutar bola mata jengah mendengar pembelaan diri dari Nadia yang sering sekali terdengar di telinganya.
"Whatever," sahut Bella.
Keduanya memang sering sekali berdebat, menyebabkan sesuatu yang sebenarnya sepele dan tidak ada gunanya, tapi meski seperti itu, Bella dan Nadia tetap akrab seperti lem dan prangko yang akan saling menempel satu sama lain, selalu bersama salam suka dan duka.
Kini waktu upacara tanda di mulainya mos gelas di buka oleh seorang ketua osis, yang terlihat sangat tampan, cerdas dan tegas, dia benar-benar pria good looking, tapi apa yang ada di fikiran Bella saat ini jauh berbeda dengan apa yang ada di dalam fikiran Nadia, dia terlihat biasa saja, sangat berbeda dengan biasanya, Nadia akan bersikap sedikit heboh saat melihat cogan seperti ketua osis yang kini berdiri di atas podium sambil mengucapkan kata sambutan dan memberi tanda jika mos sudah di mulai.
"Tumben Lo kelihatan biasa aja saat ada cogan?" tanya Bella yang merasa jika ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.
"Mana cogan?" sahut Nadia yang langsung celingukan mencari sesosok cogan yang tadi di bilang oleh Nadia.
"Noh, di atas podium," jawab Bella sambil menunjuk keberadaan cogan dengan dagunya. Sedang Nadia justru menanggapi apa yang di katakan Bella dengan tanggapan acuh, dia terlihat biasa saja dan sama sekali tidak tertarik dengan cogan yang di maksudnya.
"Tumben ni anak,?" gumam Bella, merasa aneh dengan tingkah sahabatnya itu.
Sambutan demi sambutan di berikan oleh ketua OSIS yang bernama Daniel, pria tampan idaman setiap gadis yang ada di sekolah, dia selalu bersikap ramah pada orang yang sudah di kenal, tapi sikap ramah itu akan hilang bagai di tekan bumi ketika ada orang luar yang belum begitu mengenalnya sudah bersikap sok akrab padanya.
"Menurutmu bagaimana sekolah di sini? bagus tidak?" tanya Bella saat mereka mendapat istirahat sepuluh menit sebelum kembali masuk ke dalam kelas dan mengikuti kegiatan MOS.
"Lumayan, tapi masih ada yang kurang di sini," jawab Nadia.
SMA Guna Wijaya adalah SMA paling favourite incaran para murid pintar dengan nilai yang tinggi dan prestasi yang cukup banyak, Bella yang memang memiliki kepintaran dan segudang prestasi berhasil masuk dengan beasiswa dan hal itu cukup membuat kedua orang tuanya bangga.
"Memangnya apa yang kurang? bukanjah fasilitas pendidikan di sekolah ini sudah sangat lengkap?" Bella kembali bertanya setelah mendengar jawaban dari Nadia.
"Akh masih belum menemukan cogan sebagai penyemangat dan pdnunjang belajarku di sini," jelas Nadia yang cukup krmbuat Fatimah jengah, dia hanya memutar bola matanya malas mendengar penjelasan sahabatnya itu.
Tetttttt ....
Belum panjang terdengar memberi tanda jika para siswa dan siswi harus segera masuk ke dalam kelas. Bella yang memang gemar duduk di bangku paling depan langsung berjalan memilih tempat duduk paling depan agar dia bisa memperhatikan apapun yang akan di sampaikan oleh ketua OSIS dan teman-temannya yang saat ini bertugas menjadi pebimbingnya.
"Pagi semua," sapa Daniel dengan senyum ramah yang mampu menyihir hati banyak gadis di hadapannya.
"Pagi Kak Daniel," sahur semua murid baru yang kini duduk anteng di bangku yang telah di sediakan, hampir semua gadis di ruangan itu menyahutj sapaan Daniel dengan penuh semangat, kecuali Bella dan Nadia yang justru terlihat biasa saja.
"Hari ini, saya akan memberitahukan setiap peraturan yang ada di sekolah ini, kemudian saya juga akan memberitahukan apa saja yang akan kita lakukan selama masa orientasi siswa ini," ujar Daniel yang kini di tatap penuh kagum oleh sebagian besar gadis.
Daniel menerangkan setiap aturan yang harus di taati semua murid di sana, tak lupa juga Daniel memberi penjelasan tentang apa saja yang akan di kerjakan selama masa orientasi siawa berlangsung, awalnya Daniel bersikap biasa saja, hingga netra matanya bertemu dengan seorang gadis yang sejak dulu sempat mencuri hatinya, gadis yang diam-diam menjadi penguasa dalam hatinya, gadis yang selalu bisa menarik perhatianya, tapi tak mampu untuk dia raih.
'Issabella,' batin Daniel sambil memperhatikan keberadaan Bella yang duduk di barisan paling depan tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Bro! jangan bengong!" bisik Rian yang menjadi sahabat sekaligus rekan Daniel.
Daniel tidak menghiraukan teguran sahabatnya itu, dia langsung mengalihkan pandangannya tanpa memperdulikan Rian yang merasa bingung dengan sikap sahabatnya itu, ini pertama kalinya Rian melihat Daniel melamun. Sedang Daniel langsung mengambil spidol yang ada di saku celananya mulai menulis yel-yel yang akan sering di dendangkan setiap kali pertemuan.
"Kak Daniel!" tegur salah seorang siswi yang ada di barisan paling belakang.
"Iya, kenapa?" sahut Daniel yang sejak tadi sibuk berbincang dengan Rian.
"Apa kita boleh minta nomor ponselnya?" tanya siswi itu.
"Mohon maaf, Kak Daniel tidak bawa ponsel, dan kebetulan Kak Daniel juga tidak hafal nomornya," jawab Daniel dengan senyum ramah yang membuatnya semakin terlihat tampan dan mempesona.
Daniel memang ramah dan murah senyum, tapi tidak sembarang orang bisa dekat atau bahkan hanya mendapat nomor ponselnya, bagi Daniel bersikap ramah itu wajar, tapi tidak untuk privasi yang memang tidak seharusnya di ketahui banyak orang.
"Untuk hari ini pertemuan kita sudah selesai, besok kita akan bertemu lagi di sini, dan hari Jum'at sore kalian harus bersiap, karena ada acara persami yang akan di adakan selama dua hari, kalian akan menginap dan camping di sekolah," tutur Daniel menutup pertemuan MOS.
Tanpa kata lagi Daniel berjalan keluar meninggalkan ruangan menuju kelasnya untuk menulis laporan kegiatan hari ini, dan menyerahkannya ke guru.
"Menurutmu acara tadi bagaimana Nad?" tanya Bella yang kini berjalan di samping Nadia keluar dari kelas menuju gerbang sekolah.
"Biasa aja," jawab Nadia acuh.
"Tumben banget kamu bilang biasa saja, padahal ketua osisnya lumayan ganteng," ujar Bella yang cukup membuat Nadia teralihkan, dia yang sejak tadi menoleh ke kiri dan ke kanan berniat untuk mencari cowok ganteng yang tak kunjung dia temui menoleh ke arah Bella.
"Berarti dia sangat tampan, sampai-sampai seorang Bella mengakui kegantengannya," sahut Nadia sambil tersenyum penuh arti ke arah Bella yang kini malah salah tingkah karena menyadari kesalahannya.
"Sudahlah, jangan membahas yang tidak berguna!" Bella yang sadar mencoba mengalihkan pembicaraan agar sahabatnya itu tidak membahas hal yang membutnya malu.
"Jangan membahasnya lagi! atau kamu yang takut ketahuan kalau ketahuan jika saat ini kamu tengah mengagumi seorang laki-laki?" goda Nadia sambil memandang penuh arti ke arah Bella sambil tersenyum menggoda ke arahnya.
"Hay!" sapa seorang pria yang terlihat cukup tampan berjalan mendekat ke arah Nadia dan Bella yang kini sudah sampai di depan sekolah menunggu angkutan umum yang menjadi transportasi keduanya.
"Oh, hay, ada apa ya?" jawab Nadia yang langsung pasang badan waspada takut jika pria yang menyapanya memiliki niat jahat padanya dan Bella sangat sahabat.
Nadia memang sangat ahli di bidang karate dan wushu, karena itulah dia punya kebiasaan pulang sendiri di tengah malam atau menjadi tameng saat Bella merasa tidak nyaman di dekati seorang pria.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin berkenalan dan berteman dengan kalian," jawabnya sambil tersenyum kaku ke arah Nadia dan Bella.
" Kenapa kamu ingin bertemanan kita? Kenapa kamu tidak bergabung dengan teman laki-laki yang lain atau dengan teman gadis yang lain?" Sahut Nadia yang memang tidak mudah percaya dengan orang lain.
" aku berasal dari SMP Angkasa, dan Hampir semua teman-temanku meneruskan di SMA Angkasa, hanya aku saja yang meneruskan sekolah di sini, sejak tadi hanya kalian berdua yang terlihat biasa saja saat melihat laki-laki dan aku juga memperhatikan jika hanya kalian saja yang terlihat serius memperhatikan apa yang diterangkan oleh ketua OSIS tanpa memperdulikan hal-hal yang tidak penting karena itulah aku ingin berteman dengan kalian, aku di sini siswa yang mendapat beasiswa, Karena itulah aku ingin berteman dengan orang orang yang memang serius untuk belajar dan menggapai cita-cita juga mempertahankan nilai agar beasiswa yang aku dapat akan terus berlangsung hingga lulus nanti," pria itu menjelaskan panjang kali lebar keseluruhan alasan dia memilih untuk berteman dengan Nadia dan Bella, sedang kedua gadis yang kini berdiri di depan halaman sekolah hanya Saling pandang tanpa suara keduanya bertukar pikiran hingga akhirnya keduanya menemukan kesepakatan jika laki-laki itu bisa berteman dengan mereka.
"Baiklah, kamu bisa memanggilku, Nadia dan ini sahabatku Bella," Nadia dan Bella yang memang sudah sepakat untuk menerima pria itu memilih untuk memperkenalkan nama mereka agar ketiganya bisa saling akrab dan saling menyayangi satu sama lain sebagai sahabat sampai lulus nanti.
"Hay Nadia dan Bella, panggil aku Raka," sahut Raka yang terlihat masih menyunggingkan senyum di wajahnya.
"Apa kalian akan pulang naik angkot?" Raka kembali bertanya.
"Iya," jawab Nadia singkat, rasanya masih sangat aneh dan canggung jika langsung akrab dengan orang yang baru saja kita kenal, apa lagi dia seorang laki-laki.
"Jika aku menawarkan tebengan sebagai tanda jika kita sudah berteman, apa kalian mau?" tawar Raka yang terlihat tulus.
"Maaf sebelumnya Raka, kita baru saja kenal, dan kita tidak mungkin bisa langsung percaya begitu saja dengan orang yang baru kita kenal, jadi lebih baik kita naik angkot saja," jawab Nadia menandakan jika kedua gadis dj hadapan Raka bukanlah gadis yang mudah untuk di ajak jalan bersama.
"Nadia benar Raka, aku juga minta maaf jika tidak bisa ikut denganmu, mungkin lain waktu kita bisa pulang bersama," sahut Bella yang sejak tadi hanya diam memperhatikan apa yang sedang terjadi dan mencoba untuk memberi pengertian pada Raka saat ini.
"Baiklah, aku mengerti dengan apa yang kalian maksud barusan, kalau begitu aku pulang dulu. Lain kali aku juga akan mencoba naik angkot bersama kalian, begitu pula sebaliknya," beo Raka seolah mengerti dengan penolakan yang di lakukan oleh Nadia juga Bella.
"Kalau begitu kita pamit pulang dulu Raka." Pamit Nadia yang langsung berjalan masuk ke dalam bus khusus milik sekolah yang memang di peruntukkan untuk siswa dan siswi yang tidak membawa kendaraan pribadi.
"Baiklah, Hati-hati!" sahut Raka yang kini menatap kepergian Nadia dan Bella yang menghilang di dalam bus.
"Raka baik ya, ternyata tidak semua laki-laki buruk," cicit Bella sesaat setelah keduanya berada di dalam bus.
"Jangan terlalu mudah percaya dengan orang Bella! ingatlah tidak semua senyum berarti bahagia dan tidak semua amarah berarti benci, terkadang seseorang tersenyum untuk menutupi rasa benci yang tengah menguasai hatinya dan tak jarang sebuah amarah menandakan kebencian, terkadang amarah itu datang Karena rasa sayang yang muncul di hati orang tersebut." sahut Nadia yang terlihat enggan menanggapi pujian yang di ucapkan oleh Bella.
Bella hanya bisa memutar bola mata Jengah saat mendengar penuturan dari Nadia yang memang memiliki sifat tidak mudah percaya dengan orang lain pengalaman hidup mengajarkannya banyak hal, terutama rasa percaya yang memang tidak seharusnya diberikan kepada sembarang orang.
Bus terus saja melaju hingga sampai di tempat tujuan.
"Aku pulang dulu ya Nad, apa kamu tidak mau mampir ke rumah dulu?" tawar Bella saat bus yang dia tumpangi hampir sampai di depan rumahnya.
"Tidak, hari ini aku mau buat pulau seluas samudra dan aku akan menghabiskan waktu bersama pangeran mimpi jadi hari ini aku tidak mampir ke rumahmu Dan aku titip salam untuk Ibu Sampai ketemu besok pagi," jawab Nadia dengan senyum yang dia buat semanis mungkin ke arah Bella.
"Sudahlah, Percuma saja aku memaksamu datang ke rumah hari ini, karena tidak ada yang bisa menggantikan posisi Pangeran mimpi yang selalu datang dalam tidurmu," ujar Bella kesal karena melihat sahabatnya itu tak pernah bisa berubah, sudah berjuta-juta kali Bella mencoba mengingatkan Nadia agar dia tidak terus hidup dalam dunia mimpi yang mungkin saja bisa membuat dunia nyatanya kacau.
"Bye best friend," Nadia tak begitu mempermasalahkan ucapan bela dia justru Melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.
"Dasar sahabat aneh," lirik Bella yang kini memilih untuk mengabaikan sahabat aneh tapi tersayang yang selalu saja berada di sampingnya kemudian berjalan masuk ke dalam rumah untuk beristirahat dan membantu sang ibu membersihkan rumah juga membuat kue yang akan dijual setiap sore hari.
Bella yang merasa lelah dengan kegiatannya seharian langsung berjalan masuk ke dalam rumah setelah menyelami sang ibu yang terlihat menyapu kemudian mandi dan bersiap untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang muslim.
"Kamu terlihat capek sekali hari ini, Nak," ujar ibu Ika yang merupakan ibu kandung dari Isabella.
"Lumayan, Bu," jawab Bella sembari berjalan mendekat ke arah Ibu Ika yang kini sedang membuat kue brownis.
"Jika lelah tidak usah membantu Ibu!" ucap Ibu Ika merasa jika Bella harus istirahat.
"Tidak apa-apa Bu, aku akan istirahat jika nanti memang merasa sangat lelah," tolak Bella yang memang ingin membantu Ibunya meski sebenarnya tubuhnya sedikit lelah, tapi Bella tetap membantu sang Ibu mengingat jika Ibunya pasti merasakan hal yang sama dengan apa yang dia rasakan, hanya saja sang Ibu tidak mungkin diam tanpa berusaha.
Cukup lama Bella membantu sang Ibu hingga pekerjaan Ibunya itu hampir selesai.
"Bu, aku istirahat dulu ya." Pamit Bella.
"Istirahalah, Nak! sebentar lagi pekerjaan Ibu selesai," jawab Ibu Ika dengan senyum yang mengembang di wajahnya, sungguh rasa syukur tak pernah henti di ucapkan dalam hati Ibu Ika, Bella merupakan anugerah terindah yang telah Tuhan ciptakan untuknya.
Malam telah berlalu, rasa lelah yang semalam terasa kini telah sirnah, Bella kembali bersemangat menatap hari yang cerah.
"Bu, Bella berangkat dulu ya." Pamit Bella setelah dia selesai bersiap.
"Iya, Hati-hati!" sahut Ibu Ika yang terlihat rapi dengan gerobak kecil bertuliskan nasi pecel.
"Siap, Bu," sahut Bella melangkah keluar dari rumah setelah mencium punggung tangan sang Ibu.
Bella melangkah ringan berjalan melewati terotoar, hatinya terasa bahagia mengingat apa yang dia inginkan satu persatu tercapai, meski saat ini masih awal, tapi tetap saja Bella merasa sangat bahagia, dia bisa bersekolah di sekolah favorit yang dia inginkan.
"Astaga!" teriak Bella saat sebuah genangan air terlindas sebuah mobil dan air yang ada di dalamnya mengenai baju putih yang tengah dia pakai.
"Ya ampun! apes banget aku hari ini," lirih Bella sambil memperhatikan keadaan baju yang dia pakai kini berwarna cream.
Kini semangat yang tadinya menggebu mendadak menghilang tak berbekas, semangatnya pergi entah ke mana, Bella memilih duduk di tepi jalan dari pada meneruskan langkahnya. Hatinya begitu bingung harus memilih apa? baju yang dia pakai sudah terlanjur kotor tak berbentuk, entah apa yang harus dia lakukan?
"Are you okey?" suara seorang laki-laki tiba-tiba terdengar di depannya, dan benar saja, sepasang kaki dengan celana panjang berwarna abu-abu terlihat di depannya, entah sejak kapan laki-laki itu ada di sana? Bella tak menyadari apapun saat dia terlalu fokus memikirkan baju seragam yang kini terlihat kotor.
"Maaf, kamu siapa?" bukannya menjawab pertanyaan laki-laki itu, Bella justru balik bertanya menatap penuh heran ke arah laki-laki yang memakai seragam putih Abu-Abu dan menutup wajahnya dengan masker.
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku, yang harus kamu tahu hanya satu! kita satu sekolah dan kamu bisa memakai seragam ku ini untuk menggantikan seragammu yang kotor itu," tutur laki-laki itu sambil memberikan satu seragam yang ada di tangannya.
"Maaf, tapi aku tidak bisa menerima bantuan dari orang asing," Bella yang memang telah mendapat beberapa kali nasehat dari Nadia berusaha menolak bantuan orang yang memang menurutnya asing.
"Lihatlah! ini bed khusus yang di miliki oleh siswa Guna Wijaya, kamu harus percaya jika niatku tulis dan aku tidak merencanakan hal buruk untukmu, aku hanya tidak ingin melihatmu duduk di tepi jalan dan kebingungan karena baju seragam yang kamu pakai itu telah kotor," laki-laki itu kembali menunjukkan bed khusus yang memang hanya di miliki oleh SMA Guna Wijaya, bed yang bergambarkan lambang dari sekolah Guna Wijaya itu memang hanya di miliki olehnya.
"Terserah kamu mau pakai atau tidak, yang penting aku sudah menawarkan bantuan, tapi ingat! kamu akan terlambat jika terus berada di sini," Laki-laki di hadapan Bella saat ini bersikap begitu lembut dan penuh kasih sayang, seperti seseorang yang pernah hadir dalam hidup Bella sebelumnya," Laki-laki di hadapan Bella saat ini bersikap begitu lembut dan penuh kasih sayang, seperti seseorang yang pernah hadir dalam hidup Bella sebelumnya, tapi Bella benar-benar tak mengingat atau bahkan mengenalnya, pasalnya dia memakai masker yang membuat wajahnya tak terlihat.
"Bagaimana cara mengembalikannya?" tanya Bella sebelum laki-laki di hadapannya itu benar-benar pergi.
"Temui aku di kelasmu saat persami nanti, tepat sehari sebelum acara Mos sekolah selesai," jawab Laki-laki yang menolong Daniel.
"Terima kasih," ujar Bella sambil sedikit berteriak mengucapkan rasa Terima kasih yang memang sudah seharusnya di ucapkan oleh Bella.
"Daniel Wijaya," lirih Fatimah saat melihat bed nama di atas baju yang dia pegang sekarang, baju putih berlengan pendek yang ada di tangannya saat ini memang milik laki-laki, dan untungnya seragam putih memiliki kesan netral, jadi Bella bisa memakai baju yang di pinjamkan untuknya.
"Aku bisa menutupi baju ini dengan jaket," sambung Bella yang memang membawa jaket di dalam tas, dia selalu membawanya karena khawatir terjadi hujan saat pulang nanti, tanpa berfikir panjang Bella langsung berlari menuju toilet umum yang berada tidak jauh dari tempatnya berada, di sana memang ada toilet umum yang di bangun khusus untuk orang yang sedang menunggu bus di halte yang letaknya juga tidak terlalu jauh dari tempat Bella terkena genangan air.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!