NovelToon NovelToon

Maaf Ku Harus Pergi

Bab. 1

Adina keluar dari kamarnya dan hendak berjalan ke arah dapur, setiap paginya selalu beraktifitas seperti istri lain di luar sana. Setiap hari menyediakan semua kebutuhan suaminya.

Adina dengan perutnya sudah sedikit membuncit pagi itu seperti biasanya, dia beraktifitas di dapur niat awalnya, tetapi ia melihat seorang punggung lebar yang sedang memasak makanan untuk sarapan pagi mereka.

Adina yakin dengan sangat punggung Pria itu adalah milik suaminya. Pria yang baru sekitar kurang lebih setahun yang lalu dinikahinya itu.

"Kok Mas belum mandi masih pakai pakaian tidur?" Tanyanya Adina sambil memeluk perut sixpack suaminya itu dari arah belakang.

Aksa sama sekali tidak berbalik badan hanya tersenyum menanggapi sikap lembut dan manja istrinya itu.

"Hari ini Mas tidak ke kantor," jawabnya Aksa sembari mengulek nasi goreng seafood buatannya di atas wajan.

"Kenapa enggak masuk,apa Mas sakit, apa ada masalah dikantornya?" Tanyanya Adina dengan beruntung tangannya masih setia memeluk tubuhnya Aksa dengan menempelkan wajahnya di punggung lebar suaminya yang selalu menjadi rutinitas dan kebiasaannya selama hamil anak pertamanya.

Aksa segera mematikan kompornya, berbalik badan dan menarik tangannya Adina ke meja makan. Dia ingin berbicara serius dengan istrinya itu.

"Semoga saja Adina mengerti dengan apa yang terjadi padaku, semoga dia memakluminya jika saya dipecat di perusahaan tanpa pesangon sedikitpun karena hutang saya di kantor cukup banyak sedangkan Adina yang pekerjaannya lebih bagus dari saya, insya Allah pasti bisa menanggung beban keluarga kami," bathinnya Aksa.

Adina mengerutkan keningnya melihat sikap suaminya yang tidak seperti biasanya itu. Selama masa ngidamnya biasanya Aksa selalu sibuk di kantornya dan kebanyakan lembur dan menghabiskan waktunya di kantornya.

"Kenapa dengan Mas Aksa?" Bathin Adina.

Aksa menangkupkan kedua tangannya di dagunya Adina, "sayang maafkan Mas yah, mulai hari ini tidak bisa bekerja lagi seperti biasanya, karena di kantor tempat bekerja Mas melakukan phk besar-besaran termasuk Mas," imbuhnya Aksa dengan duduk bersimpuh di hadapan Istrinya yang baru saja mendudukkan bokongnya ke atas kursi dengan menautkan alisnya karena tidak menduga suaminya bakal berkata seperti itu.

Rencananya dia akan meminta cuti dari perusahaan tekstil tempat ia bekerja selama hampir enam tahun itu, dikarenakan kondisi tubuhnya yang sudah hamil empat bulan itu.

"Maksudnya Mas? Saya tidak mengerti," ucapnya Adina yang sebenarnya mengetahui apa yang dikatakan oleh suaminya itu.

"Saya akan menggantikan posisi kamu sebagai ibu rumah tangga untuk sementara waktu,masak, nyuci, bersih-bersih ijinkan Mas yang akan mengurus dan mengatur semuanya, tapi ini berlaku ketika mas tidak punya kerjaan saja, insya Allah… kalau sudah kerja semuanya akan kembali seperti semula," ujarnya Aksa.

"Ya Allah… rencananya aku yang ingin istirahat kalau seperti ini, tidak jadi sudah," Adina membatin sembari menghela nafasnya dengan berat.

Aksa mengecup punggung tangannya Adina, "Mas sangat mengerti dengan keadaan kamu, tapi Mas tidak punya pilihan lain lagi, jadi Mas minta padamu pengertiannya," mohonnya Aksa yang memohon terus agar keinginannya dituruti oleh Adina sang istri.

Adina segera tersenyum," iya Mas tidak apa-apa, memang dalam berumah tangga itu kita harus saling bahu-membahu membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh salah satu pasangan hidup kita, do'akan saja semoga pekerjaan saya lancar dan promosi kenaikan jabatan jadi wakil direktur pemasaran bisa terkabul menjadi kenyataan," ungkap Adina yang tidak mungkin punya pilihan lain selain memenuhi dan mengiyakan saran dan masukannya Aksa.

"Amin ya rabbal alamin, semoga kamu segera diangkat menjadi wakil direktur marketing dan mendapatkan gaji yang cukup besar, amin," tukasnya Aksa dengan senyuman penuh maksudnya itu.

"Makasih banyak sayang kamu sangat pengertian dengan kondisiku, aku semakin sayang deh," ucap Aksa seraya mengelus perutnya Adina yang belum terlalu nampak kentara dipandang mata.

Aksa segera memeluk tubuh istrinya itu dengan erat," Alhamdulillah Adina setuju, jadi aku lebih leluasa punya waktu di luar dan tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan selama Adina bekerja pasti aku dapat uang lebih jadi tidak perlu pusing-pusing lagi memikirkannya," Batinnya Aksa.

Aksa walaupun sibuk sehari-hari di tempat kerja,tetapi tidak pernah melupakan tanggung jawabnya sebagai suami yang selalu menanyakan keadaan calon bayi mereka dan apakah sudah minum obat dan vitamin atau makan siangnya.

Adina Anulika Maheswari perempuan berusia 24 tahun itu memilih menikah diusianya yang masih terbilang muda. Awalnya pernikahannya ditentang oleh kedua orang tuanya Adina dan juga kedua adik-adiknya. Dengan alasan Aksa bukan pria baik.

Tetapi, Adina meyakinkan kedua orang tuanya dan juga saudaranya itu untuk tidak perlu khawatir dan mencemaskan keadaan pernikahannya kelak.

Aksa Adhitama pria berusia 28 tahun itu terlahir dari keluarga sederhana yang mengadu nasibnya di Ibu kota Jakarta. Pria yang ulet dan gigih dalam bekerja, penyayang, perhatian, dan baik hati.

Adina terlahir dari kedua orang tua yang sama-sama ASN, ayahnya bernama Pak Gunawan Kusnadi dan ibunya bernama Citra, kedua adiknya bernama Arvin Arrayan Kusnadi 22 tahun dan adik bungsunya yaitu Arsyana Amber Kusnadi 20 tahun.

Satu bulan kemudian, setelah keputusan kedua pasangan suami istri itu. Hari ini bertepatan dengan jadwal cek rutin pemeriksaan kehamilannya Adina.

"Segelas susu hangat khusus untuk istriku tersayang dan debay yah," ucapnya Aksa sambil meletakkan sebuah gelas berisi susu rasa vanilla ke hadapannya Adina.

Adina tersenyum lembut," makasih banyak sayang,kamu selalu perhatian padaku, aku sangat beruntung mendapatkan suami sudah ganteng, perhatian, baik hati dan aku semakin cinta dengan Mas Aksa," ungkapnya Adina yang menarik tangannya Aksa kemudian mengecup sekilas bibirnya Aksa.

Aksa tersenyum penuh arti," aku juga sangat sayang dan mencintaimu Istriku," timpalnya Aksa yang malah mulai menggoda istrinya itu dipagi hari.

Adina segera mencegah tindakan suaminya yang sudah berniat mulai membuka resleting gamis yang dipakainya itu.

"Stop suamiku,hari ini aku harus ke dokter kandungan,apa Mas lupa kalau hari ini adalah jadwal pemeriksaan aku, jadi untuk itu kita tunda dulu yah supaya enggak antri terlalu lama," kilahnya Adina yang tersenyum penuh gembira yang tangannya sudah mengalung di leher jenjangnya Akmal.

"Oke kalau begitu Mas harus bersiap dulu, kamu habiskan makananmu sayang, tunggu Mas yah, insya Allah… nggak lama kok," imbuhnya Aksa sambil berjalan tergesa-gesa ke arah dalam kamarnya itu.

Adina menghabiskan segelas susu hangat tanpa gelasnya itu yang sudah dibuatkan khusus untuk dirinya dan calon janin yang ada di dalam kandungannya. Aksa melupakan sesuatu hari ini yang sangat penting dan akan menjadi penyesalannya seumur hidupnya.

Berselang beberapa menit kemudian, mereka sudah berada di depan lobi rumah sakit khusus ibu dan anak itu. Rumah sakit langganannya Adina selama dia hamil yang lokasinya tidak jauh dari tempat kerjanya. Adina bergandengan tangan ke arah dalam rumah sakit dengan senyuman yang tidak pernah pudar dari keduanya.

"Sayang kamu duduk di sana yah, tungguin Mas daftar dulu di administrasi," pintanya Aksa.

"Mas sepertinya aku pengen ke toilet dulu, kebelet soalnya," ujar Adina yang meminta ijin kepada suaminya itu.

"Mas antar yah," usulnya Aksa.

Adina tersenyum manis," tidak perlu Mas, aku masih bisa sendiri kok, lagian toiletnya juga ada di depan sana dekat dari sini," tolaknya Adina dengan halus.

"Kalau gitu kamu hati-hati,"

"Iya Mas," Adina melangkah kakinya menuju kamar kecil.

Mampir baca novel baru aku judulnya "Terpaksa Menjadi Orang ketiga" ada give away kecil-kecilan khusus pembaca yang rajin" Caranya hanya baca, Like dan komentar.

Mampir dong Kak ke novel baru aku judulnya:

Satu atap dua hati

Pamanmu adalah jodohku

Belum Berakhir

Bab. 2

Adina harus menunggu beberapa orang yang kebetulan juga sudah berdiri di depan toilet umum menunggu giliran.

"Hey Mbak sudah berapa bulan kandungannya itu?' tanyanya seseorang dari arah samping kanannya Adina.

Adina pun spontan mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.

Adina tersenyum simpul, "Alhamdulillah sudah jalan enam bulan Mbak, kalau Mbak gimana?" Imbuh Adina.

"Alhamdulillah sudah masuk tujuh bulan," jawab perempuan itu.

"Syukur Alhamdulillah kalau seperti itu, ngomong-ngomong Mbak ikut antri juga di sini?" Tanyanya balik Adina yang berbincang-bincang sambil menghilangkan rasa jenuh dengan antrian yang begitu panjang.

"Iya sudah sedari tadi nunggu tapi, orang di dalam belum keluar juga, kenalkan nama saya Avanti Citra Adithama," ujar sambil mengulurkan tangannya ke arah Adina.

Adina tidak punya alasan untuk menolak uluran jabatan tangannya Avanti.

"Adina Anulika Maheswari," balasnya Adina.

"Aku duluan yah, sudah selesai juga," tuturnya Avanti yang berpamitan kepada Adina menuju tempat Rungan praktek dokter kandungan.

"Hati-hati yah semoga kita masih bisa bertemu kembali lagi," harapnya Adina.

Beberapa menit kemudian, Aksa dan Adina sudah menyelesaikan pemeriksaan dan kondisi kehamilannya dan kesehatannya kedua calon ibu dan bayinya sehat tanpa kekurangan apapun dan semuanya normal, ukuran,jumlah air ketuban, berat badan bayinya semuanya sesuai dengan usianya kandungannya Adina.

"Alhamdulillah bayi kita sehat dan semoga lahirannya dilancarkan yah sayang," Imbuh Aksa yang kembali mengelus puncak perut buncitnya Adina yang kebetulan duduk sambil menunggu giliran untuk menebus obatnya.

Adina baru saja ingin menjawab dan membalas perkataan dari suaminya itu, tapi teriakan seseorang dari arah kiri membuat mereka bersamaan menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.

"Mas Aksa," sapa seseorang.

Adina dan Aksa saling bertatapan satu sama lainnya. Aksa mulai nampak khawatir, panik dan ketakutan.

"Avanti,apa kamu mengenal suamiku?" Tanyanya Adina yang mengeratkan pegangan tangannya di lengannya Aksa seolah takut jika Aksa akan direbut oleh Avanti maupun wanita lainnya.

"Suami!" Beonya Avanti.

Adina menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan pertanyaan dari Avantie perempuan yang baru beberapa jam lalu dikenalnya itu.

"Iya, kenalkan ini Mas Aksa Muhammad Aditama suamiku," ucapnya Adina dengan senyuman yang merekah diwajah cantiknya itu.

Aksa mengulurkan tangannya ke arah Avanti dengan sedikit gemetaran.

"Aksa suaminya Adina," ucap Aksa sambil mengulurkan tangannya ke arah hadapan Avanti perempuan yang sudah hampir meneteskan air matanya itu hanya menunggu waktu yang tepat saja.

"Avanti Citra Adithama," ujarnya Avanti yang menggenggam erat jabat tangannya Aksa dengan tatapan matanya yang penuh dengan tanda tanya itu.

"Maaf yah Avanti, lain kali bincang-bincangnya kita sambung, kamu save nomor hp aku kan, jadi kapan-kapan aku ada waktu luang kita bisa ketemuan atau kamu datang ke rumahku juga boleh," ujar Adina yang selalu menyunggingkan senyumnya itu.

"Tidak apa-apa kok, hati-hati yah aku pasti akan menghubungi nomor kamu kok, tapi jangan bosan yah untuk angkat telpon aku karena aku butuh teman curhat," tuturnya Avanti yang tersenyum penuh arti melepas kepergian Adina dan suaminya itu.

Sejak pertemuannya dengan Avanti di rumah sakit, hubungan mereka semakin akrab saja. Mereka semakin intens saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya hingga kadang kala mereka membuat janji temu, tanpa sepengetahuan dari Aksa suaminya.

Tiga bulan kemudian…

Hari ini Adina bersama dengan adik bungsunya yaitu yang bernama Arsyana Amber ke Mall. Kebetulan masih ada beberapa kebutuhan dan keperluan calon bayinya belum sempat dibelinya itu.

"Assalamualaikum," teriaknya Arsyana yang membuka pintu rumah kakaknya kebetulan dia juga membawa kunci serep rumah kakak sulungnya itu.

Adina hanya geleng-geleng kepala mendengar teriakannya Arsyana sambil segera bangkit dari duduknya itu yang semakin kesusahan dan kesulitan untuk bergerak leluasa, karena kondisi kehamilannya yang semakin membesar saja.

"Ya elah Arsy, kapan sih kebiasaan teriak-teriaknya itu dirubah, kalau kamu seperti ini terus-menerus, bisa-bisa pasien yang sedang kamu tangani bukannya sembuh dari sakitnya malah akan jantungan lihat kelakuan kamu," candanya Adina yang sudah berdiri dari posisi duduknya sembari menenteng tas handbagnya itu.

"Haha,ih Mbak doanya jelek amat, ucapnya itu yang baik-baik jangan seperti ini juga kali Mbak," tukasnya Arsy yang hanya tersenyum cekikan menanggapi candaan dari kakaknya itu.

"Makanya itu sifat dirubah sedikit kenapa,kamu itu sudah jadi perawat masa sikap kekanak-kanakannya belum ditinggalkan juga, sekali-kali bersikap lemah lembut dalam bersikap," dengusnya Adina sambil mengaitkan tangannya ke arah tangannya Arsyana.

"Iya.. iya deh aku akan rubah kok tapi enggak sekarang yah," kelakarnya Arsya.

"Kalau bukan sekarang kapan lagi, haa!?" Tegasnya Adina sambil menepuk pundak adik bungsunya itu.

Arsya menarik handle pintu dan pintu berdaun dua itu terbuka lebar dan keduanya sungguh terkejut melihat Aksa suaminya bersama dengan seorang perempuan muda yang menggendong seorang bayi mungil yang memakai bedong berwarna biru itu. Adina dan Arsya saling bertatapan satu sama lainnya.

Adina kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah Aksa bergantian dengan Avanti perempuan yang sudah dia anggap temannya itu.

"Kakak ipar, kenapa pulang-pulang bawa perempuan segala dengan seorang bayi dalam gendongannya?" Tanyanya Arsya dengan penuh selidik dengan tatapan matanya yang tajam menelisik ke arah Avanti bergantian dengan Aksa suami dari kakaknya itu.

"Itu aku ketemu dengannya di depan jalan masuk ke kompleks perumahan, pas turun dari taksi dia bertanya kepada security kebetulan aku pas lewat jadi aku tolongin saja dan bantu antar kesini karena, katanya mau ke sini soalnya pengen ketemu kamu," jelas Aksa panjang lebar.

"Ooh begitu,tapi aku rencana mau keluar, memang mau nunggu aku atau gimana?" Tanyanya Adina seraya memegang salah satu tangannya Avanti yang tidak memegang bayi nya.

Avanti segera memperlihatkan tampang memelasnya itu di hadapan Adina dan Arsya," Adina aku mohon bantu aku yah, aku diusir oleh Ibu kos aku karena sudah dua bulan menunggak pembayaran kosan aku, please bantu aku yah! Aku mohon bantuannya!" Rengeknya Avanti yang meminta bantuan kepada Adina.

"Maksudnya dibantu seperti apa? Aku kurang mengerti maksudnya kamu," pungkasnya Adina.

"Kenapa ngomong seperti itu Mbak,apa niat numpang disini yah?" Terkanya Arsya dengan menatap jengah Avanti perempuan yang mengurai rambut panjangnya.

"Apa saya boleh numpang beberapa hari di rumahmu ini, kebetulan saya tidak punya keluarga di Jakarta sedangkan suamiku kerja sebagai TKI di Malaysia,tapi aku sudah berusaha untuk menghubungi nomor hpnya tapi selalu tidak nyambung,hiks… hiks bantu aku yah!" Mohonnya Avanti yang hendak berlutut tapi, segera dicegah oleh Adina.

Adina segera menepuk tangannya adiknya itu," Arsy jangan seperti itu dek, enggak baik kalau ada orang yang meminta bantuan jangan menutup telinga dan mata berpura-pura tidak mengetahui beban mereka, apalagi Avanti ini adalah temannya Mbak, aku kasihan melihatnya, coba pikirkan dan bayangkan jika Mbak yang berada di posisinya pasti akan mengalami hal yang sama," sanggahnya Adina.

"Terserah Mbak sajalah, semoga kehadirannya di dalam sini tidak membawa malapetaka yang akan menghancurkan kehidupanmu Mbak," dengusnya Arsya sambil berjalan ke arah luar pintu dengan berjalan sembari menyenggol lengannya Aksa yang kebetulan berdiri di depan pintu masuk.

Aksa hanya terdiam menyaksikan percakapan kedua wanita itu. Arsya sedikitpun tidak mengalihkannya tatapannya dari kedua orang yang berdiri di depannya.

"Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan perempuan itu, feeling aku Avanti saling kenal dengan Mas Aksa,ya Allah… semoga hanya feeling aku yang salah dan keliru, aku berharap pernikahan kakakku tidak terjadi masalah besar dengan kedatangan perempuan itu," bathin Arsyana.

"Jangan seperti ini, aku ikhlas dan tulus membantumu, ini sudah menjadi kewajiban aku sebagai temanmu, jadi jangan sekali-kali pernah bersikap untuk berlutut ataupun membungkuk di hadapanku, aku tidak pantas untuk diperlakukan seperti itu juga," kilahnya Adina.

Bab. 3

Adina dan Aksa mengantar masuk ke dalam Avanti ke dalam kamar tamu yang kebetulan kosong.

"Maaf yah Avanti, kamarnya sedikit sempit, semoga kamu suka dan betah disini walaupun rumah kami berdua sempit dan sederhana," ucapnya Adina sambil menggandeng dengan mesra tangannya Aksa suaminya itu.

"Aku pasti betah disini, aku cukup nyaman dengan suasana rumah disini," ucap Avanti seraya ngelirik sekilas ke arah Aksa yang menelan ludahnya dengan susah payah.

"Kalau gitu aku pamit dulu mau ke Mall masih banyak keperluan untuk bayi kami yang belum sempat aku beli, kamu enggak apa-apa kan aku tinggal dengan Mas Aksa kebetulan Mas Aksa juga sudah balik," tuturnya Adina.

"Gak apa-apa kok, selow saja, saya pasti bisa baik-baik di sini, kalian pergilah dengan tenang tak perlu merisaukan keadaan saya dengan bayiku," tampiknya Avanti yang berusaha tersenyum lebar.

Keduanya pun berpamitan dan meninggalkan Avanti berdua saja dengan anaknya yang berjenis kelamin laki-laki itu baru jalan dua bulan.

Avanti mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar itu,"Rumahnya kecil tapi,nyaman dan fasilitasnya lumayan lengkap, aku pasti akan tenang tinggal di sini," gumamnya Avanti yang tertawa terbahak-bahak melihat kondisi sekitarnya.

Adina, Aksa dan Arsyana sudah berada di Mall. Mereka sudah membeli beberapa perlengkapan bayi mereka.

Aksa berjalan ke arah istrinya yang sudah duduk duluan di dalam salah satu restoran seafood dengan senyuman menawannya.

Aksa kemudian mengelus perutnya Adina dengan penuh kasih sayang," sayang hey lihat dia nendang," ucapnya Aksa dengan hebohnya.

"Iya dede bayi nendang ayahnya, mungkin dia menyampaikan kepada ayahnya untuk mengucapkan makasih banyak atas perhatiannya dan selalu saja ada untuk temani bunda periksa ke dokter," ucapnya Adina dengan menirukan gaya bicara anak kecil.

Aksa tersenyum tipis dengan tangannya masih setia dibalik gamis berwarna navi yang dipakai oleh Adina, "itu sudah sewajarnya sayang, Mas melakukannya karena kalian sangat penting dalam kehidupannya Mas," imbuhnya Aksa.

"Aku mungkin perempuan yang paling bahagia mendapatkan suami yang sangat setia,baik hati, perhatian dan penuh kelembutan menjaga kami berdua, Mas suami siaga yang selalu ada disaat saya butuhkan Mas," ujarnya Adina yang tersipu merona merah saking bahagianya diperlakukan seperti itu oleh suaminya di depan khalayak umum.

Arsyana entah kenapa sejak kedatangan Avanti untuk tinggal beberapa hari di rumah saudarinya itu,ia merasakan keanehan dan selalu berfikiran negatif kepada kakak iparnya.

"Mbak maaf saya harus balik kek kampus, katanya teman harus setor tugas aku hari ini juga," jelas Arsyana yang sudah berdiri di depan kedua kakaknya itu.

Adina meraih tangannya Arsyana dengan penuh ketulusan," makasih banyak yah dek sudah bantuin untuk antarin ke sini, maaf sudah merepotkan," tampiknya Adina.

"Sama-sama kakak,jaga baik-baik calon ponakanku dengan ayahnya juga jangan sampai main serong di belakangnya Mbak," ujar Arsy sebelum meninggalkan kedua pasangan suami istri itu dengan tatapan matanya yang sungguh tajam terus terarah pada Aksa yang hanya bersikap tenang tanpa terprovokasi dengan perkataan judes dari adik iparnya itu.

"Kamu ada-ada saja deh, kamu hati-hati yah ini ada sedikit uang untuk bayar ojol kamu," tuturnya Adina sambil menyodorkan beberapa lembar uang biru ke dalam genggaman tangan adik bungsunya itu.

"Makasih banyak akak cantik, assalamualaikum," balasnya Arsyana sambil mengecup sekilas pipinya Adina yang semakin tembem seperti bakpao saja.

"Waalaikum salam," balasnya dengan senyuman yang lebar dia tunjukkan kepada adiknya itu.

Satu bulan kemudian…

Adina dan Aksa rebahan di atas ranjangnya malam itu. Aksa tak bosan-bosannya mengelus perut buncitnya Adina.

"Sayang hpl kamu minggu ini kan?" Tanyanya Aksa.

"Insya Allah… kalau sesuai dengan prediksi dokter katanya tanggal 10 bulan April ini," jawabnya Adina yang juga ikut bersandar di headboard ranjangnya itu.

Aksa yang melihat istrinya kesusahan segera membantu Adina agar posisinya lebih enak dan nyaman.

"Makasih banyak sayang,"

"Apa sudah rileks kalau seperti ini?" Tanyanya Aksa yang masih membungkuk sedikit tubuhnya agar lebih leluasa dan mudah menggerakkan tubuhnya Adina.

"Alhamdulillah, sudah enakan dan nyaman Mas,"

Aksa berselonjor kakinya di atas ranjangnya disamping kanannya Adina, "Sayang, kenapa aku susah banget cari kerjaan yah padahal Mas sudah berusaha hampir setiap hari keluar tapi, sudah hampir enam bulan masih nganggur juga, sedangkan kamu pasti butuh banyak biaya lahiran, biaya aqiqahan anak kita nantinya, tapi kalau seperti ini seolah Mas abaikan tanggung jawabnya Mas," sesalnya Aksa dengan raut wajahnya yang penuh dengan penyesalan.

Adina meraih tangannya Aksa suaminya itu," insha Allah… masalah biayanya saya masih sanggup dan punya tabungan untuk membiayai itu semua, jadi Mas tidak perlu khawatir dan memikirkan masalah itu," pungkasnya Adina.

"Sayang, Avanti sampai kapan akan tinggal bersama kita, apa suaminya sampai sekarang belum mengirimkan uang untuk biaya hidupnya? Saya rasa sudah cukup lama dia tinggal di rumah kita ini istriku," ungkapnya Aksa yang gencar mengusir Avanti dari dalam rumahnya bersama putranya itu.

"Katanya kemarin sama saya, katanya suaminya belum kirim apapun walau hanya sepeserpun, suaminya seolah-olah sengaja melalaikan tanggungjawabnya kasihan juga kalau meski kita mengusirnya dari sini," imbuhnya Adina yang memang orangnya mudah iba dan kasihan pada siapapun yang sedang mengalami kesusahan.

"Kalau gitu berarti akan selamanya tinggal bersama kita di rumah ini dong, tapi kalau menurut aku berikan saja pinjaman uang untuk dia mencari rumah kontrakan yang cocok, gimana dengan usulannya Mas, apa kamu setuju?" Tanyanya Aksa.

Adina seperti seseorang yang banyak pikiran yang terdiam memikirkan perkataan dan usulan dari suaminya itu.

"Saya akan pertimbangkan dan bicarakan kepada Avanti, semoga saja setuju dengan permintaan kita berdua," imbuh Adina.

Aksa hendak berbaring di sampingnya Adina tapi, melihat istrinya itu seperti seseorang yang sedang menahan rasa sakitnya dari dalam perutnya.

"Aaauuuhh, sakit!" Keluhnya Adina seraya memegangi perutnya yang tiba-tiba mules.

"Apa jangan-jangan kamu sudah akan melahirkan sayang?" Tanyanya Aksa yang mulai panik dan raut wajahnya yang sudah pucat pasi.

"Sakitnya sudah reda sedikit Mas, ini sudah biasa terjadi sejak kemarin pagi, jadi aku cukup santai menghadapinya kok Mas,katanya dokter itu hal yang wajar dan akan lebih sering seperti ini kedepannya," jelasnya Adina yang sudah bisa tersenyum bahagia.

"Ohh gitu, kalau begitu kamu istirahat sayang sudah pukul sepuluh malam soalnya, untuk jenguk dedenya ditunda dulu sepertinya," ucapnya Aksa dengan tertawa cekikikan menanggapi perkataannya sendiri.

Aksa membelai rambut panjangnya Adina sehingga lambat laun Adina hanya butuh waktu sekitar beberapa menit saja sudah tertidur.

"Sepertinya belum ada air mineral putih, biasanya Adina kehausan tengah malam dan saya nggak mau istirahatnya istriku terganggu lagi gara-gara gak ada air," Gumamnya Aksa segera memakai sendal rumahannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!