NovelToon NovelToon

Roleplay World Online (RWO)

Bab 01 – Roleplay World Online [Fase 01 Dimulai]

Di sebuah kota metropolitan bernama Jayakarta, sedang ramai-ramainya orang-orang lalu-lalang di jalanan, hingga di beberapa rumah toko.

Mereka sedang menantikan, perilisan perdana perangkat keras VR terbaik dunia, yang bernama ArcGear, di mana mereka bisa melakukan penyelaman maya dengan lebih baik, itu terjadi tepat di tahun 2030.

Untuk gim di dalam ArcGear itu sendiri, baru terdapat sebuah gim Roleplay World Online atau yang disingkat RWO, gim ini sudah sempat rilis beta nya setahun lalu di perangkat keras VR versi terdahulu.

Permainannya cukup baik, hanya saja fitur VR terdahulu itu sangat tak cocok dengan fitur yang disuguhkan oleh Roleplay World Online.

Gim dengan menyuguhkan keindahan tiada batas dengan kota-kota metropolitan raksasa, di sebuah benua yang diberikan nama Pangea. Gim dengan tema dunia terbuka dan aksi.

Gim ini memiliki setumpuk fitur, salah satu unggulannya adalah sesuai nama gimnya, yaitu Roleplay atau permainan peran. Terdapat tiga peran utama, Petugas Keamanan yang disebut Pemburu, para Kriminal, dan juga Warga Biasa.

Di salah satu rumah toko, seorang pemuda melompat dengan kegirangan, akhirnya dia mendapatkan ArcGear setelah VerseGear miliknya yang terdahulu tidak kompatibel lagi dengan gim RWO.

Pemuda dengan berambut cokelat dan bermata biru serta memakai kacamata ini tersenyum, orang-orang di sekitarnya hanya bisa menatap iri karena pemuda ini mendapatkan perangkat keras yang mereka idamkan.

“Bagus, tidak sia-sia menabung,” gumam pemuda yang bernama Gavin Arsenio.

“Hoi, Vin! Kau sudah beli ArcGear?” seru seseorang dari arah belakang Gavin.

Gavin berbalik dan melihat temannya, yaitu Deny Dewantara sedang tersenyum sembari membawa satu set kardus yang tentunya berisi perangkat keras ArcGear.

“Kita bertemu di Kota Pemula, temani aku yang pemain baru!” ucap Deny sembari melangkahkan kakinya mendekati Gavin.

“Yap, tapi ... Sebagai pemain profesional, jangan sekali-kali kau membeberkan peranmu nanti di RWO, semuanya rahasia, jangan mixing dan beberapa aturan lainnya,” jelas Gavin.

Deny mengangukkan kepalanya dengan paham, mereka pun berpisah di persimpangan jalan dan menuju ke rumah masing-masing.

Gavin berjalan, sekitar lima menit kemudian sampailah dia di rumah minimalis dengan desain ala Eropa di tengah kompleks perumahan modern lainnya.

“Nat, aku pulang!” ucap Gavin sembari membuka pintu rumah.

“Kakak! Nathan mau perangkat itu,” lirih Nathan, seorang anak laki-laki kecil berusia 10 tahun, selisih 8 tahun dari Gavin.

“Haha, Nat, kamu belum bisa memakai ini, nih main gim ponsel saja,” ucap Gavin sembari memberikan ponsel pintarnya.

“Yaaah ... Yaudah deh, Nathan masuk ke kamar dulu.” Nathan kecil berlari dengan cukup bersemangat karena ponsel pintar Gavin adalah edisi terbaru sejauh ini.

“Nah, sekarang kita akan merakit beberapa fiturnya,” gumam Gavin sembari menuju ruangan kamar tidurnya.

Gavin meletakkan kardus dengan gambar ArcGear yang futuristik, kemudian dia membuka kardus itu dan segera mengeluarkan perangkat keras VR yang beberapa bagian belum dirakit.

Mengikuti buku panduan, dalam waktu 30 menit, Gavin menyelesaikan rakitannya yang cukup melelahkan, perangkat keras itu pun sudah terlihat bentuknya yang futuristik.

Setelah itu, Gavin melihat jam yang masih menunjukkan pukul 09.34 pagi. Hal ini pun membuatnya berniat untuk beberapa jam akan bermain RWO.

“Nathan! Kak Gavin mau main, Nathan jangan nakal, sebentar nanti datang Bibi yang biasa itu, bukain dia pintu!” teriak Gavin yang lantas dengan suara cempreng, Nathan membalasnya.

“Iya, Kak! Nathan sudah besar kok!”

gavin tersenyum puas, tidak sia-sia dia mengajarkan adik kecilnya untuk melakukan banyak hal ketika dia bermain RWO yang mata uang di dalamnya bisa dikonversi ke dunia nyata dengan perbandingan nyata rupiah ke berbagai macam mata uang, yaitu 1:10.000, untuk wilayah Indonesia sendiri memakai konversi Rupiah In-Game ke Dollar.

Misalnya, jika mempunyai uang sebesar 1 juta Rupiah, maka harus dibagi 10.000 untuk mendapatkan, maka mendapatkan 100 Dollar di dunia nyata.

Gavin menyiapkan perangkat keras VR nya, menyambungkan beberapa data ke komputer dan semuanya pun telah siap. Gavin berbaring di kasur dengan posisi nyaman memakai ArcGear.

“Haaa ... Oke. Penyelaman dimulai, Arc Start!” seru Gavin.

Pandangan Gavin yang awalnya langit-langit rumahnya, berubah menjadi lorong dengan angka-angka biner yang begitu memanjakan mata dengan aksi-aksi memukau biner tersebut.

Hingga Gavin sampai pada menu awal pembukaan RWO.

[Selamat datang, Pemain!]

[Memindai data server dari pengujian beta setahun lalu!]

Gavin menunggu, sembari menatap tangannya yang masih berbentuk virtual transparan berwarna biru muda.

[Pemindaian selesai, Karakter Kriminal bernama Arsen Alexander akan {Log-in}]

“Ini dia! penyelaman memakai ArcGear!!!” seru Gavin begitu bersemangat.

Karakter gim Roleplay World Online miliknya memiliki peran Kriminal bernama Arsen Alexander, seorang pemuda yang dalam masa pengujian beta berisi 10.000 pemain mengacaukan kota dengan kejahatan gilanya.

“Sip, namaku Arsen, si pengacau andal, hahaha!”

Gim dengan fitur yang nyaris menyentuh dunia nyata, dengan banyak kegiatan yang bisa dilakukan, untuk para peran utama, mereka memiliki tugas masing-masing, seperti Petugas Keamanan yang disebut Pemburu, mereka akan memburu para Kriminal.

Sementara itu, Warga Biasa hanyalah warga yang mementingkan pekerjaan biasa saja demi meraup keuntungan sebanyak mungkin, tak begitu peduli dengam konflik Pemburu dan Kriminal.

Saat ini, Gavin tenggelam dalam penyelaman, hingga pandangannya sempat gelap, tetapi kembali normal ketika dia telah berdiri di hadapan gedung apartemen.

“Yahoo! ArcGear memang mantap!” seru Gavin tanpa memedulikan sekitar.

Lagipula perlahan tapi pasti, keramaian akan muncul karena fitur gim dan juga fitur dari ArcGear itu sendiri yang benar-benar memuaskan dalam sekali coba.

Gavin pun berlari ke arah sebuah rumah kecil tanpa memedulikan beberapa orang entah itu NPC atau orang nyata yang memanggilnya.

Memasuki rumah, menguncinya dan segera menyiapkan setelan untuk dirinya beraksi.

“Setelan hitam ketat, selesai. Pisau dan beberapa alat lainnya!” gumam Gavin.

Untuk karakternya saat ini, ada sedikit perubahan dari dunia nyata, rambutnya lebih hitam dengan mata merah, untuk lain sebagainya sama persis.

Gavin keluar rumah, dan segera berlari menggunakan kelincahannya, mencoba memanjat tembok, tetapi seorang pemain lainnya memergokinya.

“Hayoloh! Kau, Kriminal!” seru pemain itu, tubuhnya cukup kekar dengan wajah garangnya.

“Cih, Pemburu sialan!”

Gavin segera meraih lubang pada dinding itu, dan langsung menarik tubuhnya untuk ke atas rumah sebelum Pemburu menembakkan pistolnya ke arahnya.

Darrr!!!

Gavin terkejut, ledakan dari arah pusat kota membuatnya sempat tersentak, pandangannya juga tiba-tiba buram hingga dirinya ingin {Log Out} karena situasi nampaknya tak terkendali, tiba-tiba tombol itu tak ada di tempatnya berada.

Layar hologram tentang status diri, dan beberapa inventaris, kemudian menu pengaturan semuanya masih ada, tetapi menu {Log Out} tak ditemukan olehnya.

Hingga, perlahan tubuhnya menghilang dari tempatnya berada, menuju pusat dunia Roleplay World Online bernama Kota Aezak.

Kota Aezak sendiri sebagai kota pemula, tetapi di sinilah berkumpul kebanyakan pemain, dengan alun-alun seluas dua hingga tiga kali lebih besar dari sebuah stadion sepakbola.

Semua pemain berjatuhan dari 1 meter di atas permukaan tanah dengan wajah kebingungan, hingga mereka mendengar suara menggelegar dari puncak menara Monumen Dunia, di puncaknya, seorang pria berjubah hitam berdiri begitu mendominasi.

“Wahai para pemain Roleplay World Online! Selamat datang, 300.000 pemain dari seluruh dunia yang berkesempatan mengikuti tahap Penghakiman Dunia!”

Bab 02 – Penghakiman Dunia

Lautan manusia berkumpul di alun-alun Kota Aezak yang cukup modern di tengah pembangunan otomatis belasan kota lainnya di daerah tertentu.

Dalam proses pengumpulan para pemain dari seluruh penjuru benua Pangea, pria berjubah hitam itu terus saja mengoceh tentang Penghakiman Dunia.

Menurutnya, Penghakiman Dunia adalah pengurangan manusia dalam projek Kill the Human, hal ini membuat hanya ada sepuluh dari 300.000 pemain yang bisa lolos jika mengikuti sesuai aturan main.

“Ingat, ikuti aturan main, jangan melakukan hal-hal yang aneh, atau kalian akan mati!”

“Oh, iya, aturan Roleplay bisa kalian langgar, aku tahu ini adaptasi bagian kalian, wahai tikus eksperimenku, hahahaha!”

Di alun-alun, kehebohan terjadi, mereka saling berbincang tentang apakah ada acara penyambutan perilisan ArcGear atau bagaimana.

Ini adalah kebingungan massal, di tengah itu, Gavin sedang berpikir keras, beberapa hal terus berputar di pikirannya atas suatu peristiwa yang nyaris sama persis seperti sebuah animasi dari negeri Sakura puluhan tahun lalu yang sempat trending topik dulu.

Entah mirip atau tidak, tetapi kejadian itu sangat sama persis, di mana seluruh pemain dikumpulkan untuk diberitahu pengumuman tentang takdir mereka di gim ini.

“Ah, iya, jika kalian mati di sini, maka ... Kalian juga akan mati di dunia nyata, hahaha!” Langit bergetar, suara yang sangat mendominasi membuat kepanikan pun terjadi.

Kejadian huru-hara pun tercipta, ribuan orang mulai berteriak dan mencoba mencari tombol {Log Out} di menu gim, tetapi tak ditemukan sama sekali, dan ini menjadi semakin ramai hingga saling dorong dan pertikaian pun terjadi.

“Sial, apa benar?” gumam Gavin.

“Oh, perkenalkan, nama saya, Bagaskara asal Indonesia!” seru pria berjubah hitam tersebut.

Gavin menjadi terkejut, itu adalah nama sang pencipta gim ini, gim dengan nyaris 100% menyerupai kehidupan nyata, salah satu pengembang gim terbaik asal Indonesia yang terkemuka di dunia.

“Wah!”

“Ba–Bagaimana ini?!”

“Tenang, kita harus menunggu orang di dunia nyata melepas perangkat ArcGear!”

“A–Aku sendirian di rumah!”

“Mama!!!”

Keributan semakin meledak, Gavin pun mundur ke arah yang lebih luas dan tidak begitu padat akan keributan pemain-pemain lainnya.

“Hahahah! Selamat bermain, oh, iya, aku melupakan sesuatu, kalau ada orang luar yang ingin melepas ArcGear kalian, maka gelombang ultrasonik akan membuat otak kalian pecah dan tewas di tempat!”

Tanah bergetar, kemudian pria berjubah bernama Bagaskara itu pun menghilang dari sana menyisakan keributan yang semakin meledak, bahkan beberapa dari mereka saling mendorong atau bahkan terjadi pembunuhan massal dalam sekejap.

Di langit, terbentuk sebuah layar hologram yang menampilkan paniknya dunia akan gim yang sedang dimainkan tersebut, ratusan pemain tewas akibat gelombang ultrasonik yang membuat otak mereka pecah.

Kejadian ini membuat para ahli turun gunung, mereka mulai membuat pernyataan bahwa siapapun jangan ada yang melepas perangkat ArcGear ini sampai waktu yang tak ditentukan.

Dunia tentu gempar, sudah ada 2.289 pemain yang tewas karena orang di rumah mereka terlalu keras kepala, dan tetap melepas perangkat itu, alhasil pemain-pemain itu pun tewas di tempat dengan seluruh lubang di kepalanya mengeluarkan darah. Itu semua terjadi sejauh ini 30 menit.

Bahkan beberapa saksi yang melepas perangkat itu juga mendapatkan dampaknya, seperti pusing berkunang-kunang, hingga ada yang pingsan dalam sekejap akibat gelombang tersebut.

Sementara itu, di dalam gim, Gavin saat ini merasakan perubahan pada tubuhnya, mengambil cermin dari menu {Inventaris}, Gavin melihat bahwa wajahnya berubah menjadi asli.

Rambut coklat, dengan mata biru dan berkacamata. Sudah bukan pemuda berambut hitam dan bermata merah menyala.

“Ini ... Mengerikan!” gumam Gavin.

Dia juga melihat status data dirinya bahwa nama In-Game Character miliknya berubah menjadi asli, yaitu namanya sendiri, Gavin Arsenio. Sudah bukan Alexander Arsen.

“Sial, aku harus segera mengurung diri, banyak peran Kriminal yang sudah benar-benar menjadi Kriminal!” gumam Gavin dan segera melangkahkan kakinya menuju rumahnya.

Melihat melalui peta yang tersedia pada menu hologram, jaraknya sangat jauh, mau tidak mau dia harus mencuri sebuah kendaraan.

“Hmm ...”

Gavin mendapati motor yang jatuh, sepertinya ini adalah milik pengendara yang langsung di teleportasi oleh Bagaskara sebelumnya.

Gavin pun berkata sembari mendirikan dan menaiki motornya, “Aku pinjam, ya!”

Gavin melajukan motornya, di jalanan yang sepi karena para pemain lainnya masih begitu panik di alun-alun raksasa Kota Aezak.

“Akh! Gim kurang ajar!” umpat Gavin disela-sela dia melajukan motornya.

Sekitar sepuluh menit, Gavin sampai, dia pun segera memasukkan motor itu dalam aset miliknya, memasukkan di dalam garasi rumah untuk klaim barang, Gavin sudah memiliki motor yang sebelumnya hanya jalan kaki saja.

“Kalau memang ini yang terjadi, aku sebagai penguji beta harus benar-benar memerhatikan sekeliling, apalagi Pemburu yang ada di mana-mana!” gumam Gavin sembari melempar kunci motor ke atas meja.

Gavin duduk di sofanya, membuka setelan hitam ketatnya dan segera memakai pakaian yang lebih longgar untuk bergerak lebih leluasa.

“Haaa ... Baiklah, aku akan berencana mencoba memanfaatkan keuntungan Penguji Beta yang sudah tahu seluk-beluk beberapa kota awal.”

Gavin pun membuka inventarisnya, terdapat uang sejumlah Rp 1.278.000,00 dan beberapa makanan ringan serta minuman.

“Aku harus cari uang, ya, ini tak cukup sebulan.”

Gavin berdiri, dan mengeluarkan uang sebesar Rp 500.000,00 dari {Inventaris} untuk disimpan di dalam kotak penyimpanan yang tersedia di rumahnya.

“Aturan Roleplay, jangan mixing, tapi ... Rasanya akan sulit tidak mixing, beruntungnya Deny sudah mengetahui nomor In-Game ku, kuharap dia menelepon,” gumam Gavin.

Mixing adalah percampuran informasi In-Game Character (IC) dan Out of Character (OOC), seperti seseorang yang mendapatkan informasi dari OOC dan memberikan informasi itu ke IC ataupun sebaliknya.

Gavin termasuk melanggar aturan, tetapi ini dilakukan dengan diam-diam tanpa data server ketahui, data server yang tanpa ampun terkadang akan memberi sanksi. Jikalau ketahuan di kondisi sekarang, Bagaskara sendiri bilang tidak apa-apa.

“Ah, iya, aku lupa, poin Kriminalku terlalu rendah, cuma delapan. Aku dalam bahaya kalau berkurang poin ini, maka kematian mendatangiku.” Gavin bermonolog.

Jika Poin Kriminal, atau Poin Pemburu, maupun Poin Warga Biasa menyentuh angka nol, maka karakter itu akan mati. Nah, dengan kondisi kegemparan dunia ini, kematian total dunia maya dan dunia nyata adalah hal yang mutlak.

“Sial, Penghakiman Dunia ini benar-benar memuakkan! Tak kusangka orang kayak Bagaskara melakukan ini, dia benar-benar gila!”

Tring ...!

Gavin terkejut ketika ponsel pintar miliknya berdering, dia menatap nomor tak dikenal, ketika mengingat perbuatannya, Gavin pun segera mengangkatnya.

Dari seberang, teriakan ketakutan membuat karakter Gavin kupingnya terasa berdenging. Gavin sontak menjauhkan ponselnya dan segera berteriak balik.

“Tunggu, aku akan kirim koordinat tempat kita bertemu!!!”

Bab 03 – Bersama Deny

“Tunggu saja! Aku akan kirim koordinat lewat pesan singkat tempat kita bertemu!!!”

Gavin langsung menutup panggilannya dan segera bersiap-siap, dia pun mengambil kunci motornya sembari mengirimi titik koordinat yang pas untuk dirinya dan Deny bertemu.

Keluar dari rumahnya, Gavin menguncinya dan segera menaiki motornya, kemudian tancap gas untuk menuju pertengahan lokasi antara rumahnya dan juga lokasi alun-alun Kota Aezak.

“Deny, cepat sekali kau main, sayang sekali malah bernasib sial,” gumam Gavin.

Dalam perjalanan, Gavin sudah melihat banyak pemain yang terkadang berteriak kesal, maupun tangis ketakutan menggema di beberapa sudut pandangnya.

“Cih, Bagaskara, kau akan menerima konsekuensinya!” gerutu Gavin.

Dalam waktu lima menit, Gavin sampai di titik koordinat, di sana sudah ada Deny yang menunggu begitu terlihat khawatir, pakaiannya kemeja putih lengan panjang yang digulung dengan celana kain panjang berwarna hitam.

Wajah gusar terlihat, mata segelap malamnya bergetar, rambut hitamnya diacak-acak seperti orang frustrasi. Deny berjalan mondar-mandir.

“Deny!” seru Gavin yang langsung melompat dan membiarkan motornya berjalan sendiri hingga menabrak tembok.

“Kau, kau tidak apa-apa?!”

Gavin tentu khawatir, Deny masih pemula, dia benar-benar pemain yang baru membeli ArcGear dan juga gim Roleplay World Online.

“Ka–Kau pikir aku baik-baik saja?!! Aku terlalu takut, takut dengan situasi ini, dan takut kalau Ibuku melepas perangkat ArcGear dan aku ... Ma–”

“Suutt!” Gavin meletakkan jari telunjuknya di bibir Deny.

“Tenang, Den, tenang,” ucap Gavin pelan sambil memegangi kedua pundak Deny.

“Oh, iya, peranmu apa?” tanya Gavin, ingin mengetes bagaimana rasionalnya Deny di situasi ini.

“Kau bilang jangan dibeberkan peran kita, kau ini mau menipuku, hah?!”

“Bagus, aku hanya mengetes pikiran rasionalmu di keadaan seperti ini, ya sudah, ayo ikuti aku!” ucap Gavin sembari bernapas lega.

Gavin mengambil motornya, masih cukup utuh, tak begitu banyak yang rusak akibat aksi Gavin yang menantang maut bagi dirinya sendiri, karena sekali poin Penjahat nya berkurang akibat benturan, maka dampaknya bisa fatal.

Poin Penjahat dan poin lainnya di sini sebagai nyawa sang karakter, maka dari itu mereka harus menambah poin itu sesuai peran masing-masing, dan menjaganya jangan sampai berkurang banyak.

“Kuharap kau bisa beradaptasi dengan cepat,” ucap Gavin sambil sejenak menoleh ke belakang.

Deny yang menumpangi motor Gavin hanya bisa terdiam, matanya fokus ke arah hologram pribadi yang hanya bisa dilihat olehnya.

“Menurut apa yang aku baca, kamu Mixing,” ucap Deny.

“Ayolah, Den, bodoh amat, lagian kita perlu lakukan pembagian nomor telepon, cuma itu!” seru Gavin.

Gavin pun kembali fokus ke jalanan, dia berniat pergi menuju tempat persembunyian terbaik miliknya, meski harus memasukkan Deny yang jelas identitasnya masih begitu tersembunyi.

“Kita ke sini, di kota-kota yang ada pasti terlalu ramai, kita bersembunyi satu sampai dua hari untuk melihat kondisi dulu,” jelas Gavin yang membelokkan motornya ke kiri, di sebuah jalan tanah bersemak-semak.

Di ujung jalan tanah bersemak-semak, sebuah rumah kayu yang terkesan misterius dengan banyaknya lumut yang menutupi permukaan rumah, hal ini membuat Deny merasa aneh untuk tinggal di sini satu hingga dua hari.

“Beneran di sini aman?” tanya Deny begitu ragu.

“Yaaah ... Aman sih, tapi kita harus tetap waspada, pegang ini sebagai alat pembela dirimu,” jawab Gavin sambil turun dari motor dan mengambil pisau dari sakunya untuk diberikan kepada Deny.

“Pisau, Vin, pisau, di toko tempatku tadi berada, seharga Rp 250.000!!”

“Pakai saja,” balas Gavin sambil mencoba menyibakkan rerumputan di tanah, mencari sesuatu.

Deny mengedarkan pandangannya, dia merasa ragu, tetapi di satu sisi dia merasa menjadi anak ayam yang baru menetas, tak tahu apa-apa di dunia yang penuh peran dan juga kebohongan tiada batas ini.

“Vin, kau aman, 'kan?” tanya Deny.

“Akh! Kau cerewet sekali, aku tahu kau khawatir, kalau kau ragu denganku, pergi saja sana!” pekik Gavin sembari menunjuk Deny. “Aku juga bisa frustrasi, Den, aku mainin gim ini hanya untuk mencari keuntungan, bukan mencari yang namanya kematian!”

Deny menunduk lesu, dia untuk sementara akan diam, sementara itu Gavin masih begitu berkutat dengan kegiatannya yang sekarang, hingga Gavin berseru senang.

“Ah! Dapat!” seru Gavin sembari mengangkat sebuah kunci.

“Masuk, terserah juga sih, aku mau istirahat,” ucap Gavin sembari memutar matanya malas.

Gavin melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang sebenarnya bagian dalam masih begitu nyaman untuk ditinggali, masih bersih dari rerumputan, hanya debu yang lumayan tebal.

“Akh, aku lupa beli tambahan makanan, aku lapar,” gumam Gavin sembari menggigit sebuah roti lapis isi sayuran.

Menunggu di dalam rumah, akhirnya Gavin melihat Deny yang masuk, keduanya saling bertemu pandang hingga Deny merasa canggung, meski pertemanan mereka sudah sangat lama.

“Makan,” titah Gavin sembari menyuguhkan sepotong roti lapis lainnya. “Jangan menolak, ya,” lanjut Gavin setelah melihat gerak-gerik Deny yang ingin segera menolak.

Deny pun mengambil kursi dan duduk berhadapan dengan Gavin, kemudian mengambil roti yang diberikan oleh Gavin, keduanya begitu senyap, tak ada yang berbicara sepatah katapun.

“Den, aku tahu kau khawatir, aku tahu keadaan ini terlalu sulit untuk diterima, tapi anggap saja kau akan lolos dari apa yang namanya Penghakiman Dunia yang dikatakan Bagaskara itu,” jelas Gavin.

“Ya, aku juga khawatir dengan keadaan dunia luar, rasanya ibuku tak lama lagi melepas perangkat ArcGear milikku, merinding aku, Vin,” ungkap Deny sambil menatap langit yang tak lama lagi gelap.

Gavin berdiri, menuju ke dalam suatu ruangan, dan keluar dengan memegang sebuah bantal kepala dan juga sebuah kain yang cukup tebal.

“Hmm ... Beradaptasi jalan satu-satunya, kalau kamu mau mencari uang, aku tidak bisa interupsi, kita masing-masing menyelesaikan peran kita,” jelas Gavin sembari memberikan bantal dan kain kepada Deny. “Karakter kita bisa kedinginan hingga hipotermia, bisa mati.”

Keduanya pun tidur berjauhan, saling merasa curiga, meski begitu masih ada kesan bahwa pertemanan itu jangan sampai hancur hanya karena perselisihan tentang masalah peran yang terjadi.

Malam yang gelap, situasi menegangkan muncul dengan suara lolongan anjing bersifat NPC, hingga semilir angin yang berhembus membuat suasana begitu terkesan suram.

Keunggulan ArcGear, dapat merasakan semilir angin, hingga merasakan respons sentuhan. Suatu keunggulan perangkat keras yang seperti sangat sulit ditemukan puluhan tahun lalu.

“Gim ini, aku akan menyelesaikannya sesuai dengan peranku sendiri, Penjahat, aku akan belajar menjadi Penjahat sesungguhnya demi hidupku sendiri,” gumam Gavin.

Sementara itu, Deny yang menatap langit-langit ruangan hanya bisa bergumam pelan, “Peranku, aku harus memanfaatkannya, jangan sampai ceroboh dan melakukan kesalahan.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!