Nyanyian lagu 'Perdamaian' dari sebuah girlband lokal, wanita-wanita berjilbab putih menari-nari di atas panggung, dengan rebana dari berkulit kambing yang di tabok keras minta ampun. Bergerak maju, mundur, kiri, kanan dan berputar. Mereka seperti anggota ibu-ibu PKK yang melakukan senam Poco-Poco di acara pernikahan.
"Salam hormat bagi para tamu undangan dari mempelai pria dan wanita, selamat datang di acara resepsi pernikahan tuan Andrea Dovizioso S.H dan nona Rea Ardiana, silakan menikmati hidangan yang tersedia." Suara MC berkumandang jelas di speaker gedung resepsi.
Diantara keramaian semua orang penuh kebahagiaan, saat itu, aku hanya duduk murung di pojok ruangan sendirian, bahkan dengan kue manis masih aku kunyah, mata berkilauan ingin menangis menahan pahit yang ada di tenggorokan.
Aku tidak percaya. disinilah sekarang, acara pernikahan seorang wanita yang aku cintai selama lima tahun, dan berakhir di atas pelaminan bersama orang lain. Ini adalah kenyataan yang harus diterima, meskipun sedikit berharap bahwa semua hanya sebuah kebohongan.
Duduk diam diantara sepotong kue, air mineral, kartu undangan dan kebahagiaan wanita yang tidak bisa aku miliki. Aku sadar, bahwa tidak ada lagi harapan setelah berjuang keras demi kebahagiaan Rea. Dan sekarang diriku ini tidak lebih dari seorang tamu undangan saja.
Mengingat kembali tujuh tahun kisah cinta yang telah aku perjuangkan menjadi sisa-sisa kenangan masa lalu. Boneka beruang yang menunjukan sebesar apa rasa sayangku kepada Rea. Coklat valentine yang aku persiapkan sejak bulan Agustus. Atau pun aku berlatih vokal karena Rea sangat suka berkaraoke.
Segala hal yang sudah Aku berikan kini menjadi seonggok sampah dan siap di daur ulang.
Aku terlihat menyediakan, sebagai seorang pria, atau pun manusia....
Mengatakan bahwa cita-cita adalah hal penting untuk di wujudkan, semua hanya omong kosong. Aku berusaha keras dalam pekerjaan tapi cintaku berakhir di pangkuan orang lain.
Aku hanya ingin masa depan kami berdua menjadi lebih baik. Tapi semua berakhir....
'Apa yang salah...'
'Aku atau dunia ini...'
Semua orang tersenyum bahagia, mereka tertawa-tawa menceritakan masa lalu, atau pun membawa istri serta anak-anak mereka yang menggemaskan.
Sedangkan diriku, Diam di tempat, duduk menikmati kue manis tapi tidak bisa di telan, rasanya pahit, benar-benar pahit, ketika harus menerima kenyataan, bahwa Rea pergi meninggalkanku untuk menikah dengan orang lain.
"Sungguh beruntung lelaki bernama Andrea itu, kita berdua yang dulu berebut untuk mengencani Rea, kini berakhir tanpa harapan."
"Apa kau tahu, kita berdua seperti orang bodoh yang berlari sekuat tenaga menuju garis finish, sedangkan di sana, di ujung jalan, yang juara bukan aku atau pun kau, tapi orang lain."
Antara aku dan Noe adalah dua pecundang dimana berakhir di tempat yang sama, hanya saja aku masih sempat menggandeng Rea meskipun itu hanya Lima tahun .
Aku merasa sedang terkurung di persimpangan waktu, ketika orang-orang berjalan menuju masa depan, aku sendirian terjebak tanpa tahu kemana harus pergi. Di sebuah jalan yang bernama kehidupan, tersesat, mengulangi kesepian dalam hidupku sendiri, saat cinta memberi dua jawaban, antara bertepuk tangan atau bertepuk sebelah tangan. Aku telah kehilangan tangan yang selalu bisa digenggam erat.
"Harap semua tamu undangan untuk memberikan selamat kepada kedua mempelai."
Detak jantung semakin tidak beraturan, aku merasa takut menampakan wajah di depan mata Rea, bahkan aku bisa bayangkan betapa dia tersenyum bahagia, sedangkan aku tidak tahu untuk apa datang kemari.
Dia wanita cantik yang membuatku jatuh cinta, ah .... Aku sungguh malu mengakuinya, bayang-bayang tentang dia masih melekat di dalam ingatan.
Seakan baru kemarin dia menggenggam tanganku, sentuhan kulit lembut, dan kecupan bibir merah muda yang sangat menawan.
Aroma parfum seperti bunga
Aku tidak bisa lupakan begitu saja....
Cinta memang kejam, aku ingin pergi dari tempat ini dan menghilang untuk selamanya.
Janji itu, janji yang dia katakan saat hujan turun di bulan Februari, aku ingat setiap perkataan dari bibirnya.
"Hei, jika kita menikah nanti, aku ingin memiliki tiga anak bersamamu."
Apa itu ?, Lima tahun aku berpacaran, segala hal tentang dirinya pun aku tahu, Dia pun sadar, jika aku bukan wakil rakyat yang hanya bisa berjanji dan lupa begitu saja.
Tapi kenapa ?, ada cincin lain yang melingkar di jari manis itu dan bukan dariku, sedangkan aku duduk di bangku, melihatnya tersenyum. Aku sakit, aku iri, aku marah, aku malu, aku bodoh, aku bingung, aku siapa ?, Aku ?, Aku ?....
Aku tidak tahu....Sebenarnya apa yang aku lakukan disini ?.
"Ryan, Ryan.... Cepatlah, Rea tidak akan menunggumu saja untuk berdiri di sana, masih banyak tamu yang ingin memberikan selamat."
Itu benar, ini adalah titik terakhir dimana aku harus rela melepaskan Rea pergi dari kehidupanku yang menyedihkan.
Aku bukan siapa-siapanya sekarang, dia bersama lelaki itu, orang yang berani memberikan janji pasti untuk membuatnya bahagia.
Tidak seperti aku yang pecundang ini, jika memang cinta bisa membuat dia hidup, maka apa gunanya orang-orang menjual beras.
Jika menang cinta membuat segalanya menjadi bahagia, untuk apa aku bekerja keras demi dirinya.
Aku memang bodoh, sangat bodoh, sampai kapan pun aku adalah orang bodoh yang merasa bodoh karena mengakui diriku sendiri hanya orang bodoh.
Langkah kaki ini terasa sangat berat, untuk sekedar berdiri dan memberikan selamat kepadanya, aku ingin pergi saja dari sini, tapi aku adalah seorang lelaki, paling tidak, memberikan selamat bukanlah hal yang salah.
Meski aku beranggapan begitu ...
Satu langkah terakhir sebelum melihatnya, aku berdoa, jika hujan meteor datang, kemudian jatuh dan menghancurkan pernikahan ini. Paling tidak banyak orang mengatakan, bahwa doa orang yang teraniaya selalu terkabul, aku anggap, aku adalah salah satu dari mereka.
Tapi jelas tidak mungkin, karena ramalan cuaca mengatakan bahwa ini adalah hari yang cerah, beruntung bagi setiap pasangan untuk berkencan di taman.
"Rea selamat, atas pernikahan mu."
Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa aku memberinya ucapan selamat, bukankah lebih baik berkata 'Jika kau ada rencana untuk cerai, hubungi saja aku', itu lebih baik.
Berpura-pura tersenyum layaknya orang bodoh, padahal hatiku sudah hancur sejak menerima undangan pernikahan mereka berdua.
"Ryan aku...."
"Aku mengerti, kau tidak bisa menunggu selama itu. Aku tidak apa-apa, kau berhak menemukan kebahagiaan mu sendiri."
Dia sangat cantik, bahkan bidadari yang turun dari langit masih seperti kain keset jika disandingkan dengan Rea. Mata indah itu, aku tidak bisa lagi menatapnya, lesung pipinya, aku tidak bisa lagi menyentuh itu, dan senyuman Rea, bukan lagi milikku.
Apa yang terbaik dari semua ini, tidak ada. Tidak ada yang aku harapkan dengan kebahagiaan Rea, kecuali hadiah sovenir berupa gelas berisi foto mereka berdua.
Pulang nanti akan aku hapus wajah lelaki itu dan aku ganti dengan fotoku sendiri.
Sungguh malang nasibku, aku iri, sangat iri, jika saja semua ini sebuah mimpi, aku ingin segera terbangun dan melupakannya.
Aku benar-benar menjadi lelaki yang menyedihkan.
Di jalan pulang, berjalan pergi seperti orang linglung, tidak bisa membedakan warna merah dan hijau, terus melangkahkan kaki hingga silau cahaya datang dari arah samping.
"Apa aku akan mati ?.... Terserah lah, aku tidak pernah berpikir jika aku bahagia sekarang... Semua akan jauh lebih mudah, aku tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli tali dan menggantung leherku di atas pohon mangga, paling tidak keluargaku akan mendapat kompensasi dari asuransi kecelakaan, ini sedikit lebih baik. Aku tidak ingin menyesal."
Pandanganku berubah buram...
Aku bisa melihat orang-orang yang berkerumun di sekitar, apa mereka pikir aku tontonan, tolong jangan mengambil gambar, aku malu.
Itu Rea, dia datang !!?. Tapi aku tidak bisa mendengar apa yang diucapkannya.
Gaun putih pengantinnya kotor oleh warna merah... 'aahhh kenapa dia menangis, itu tidak boleh, seorang pengantin harus tersenyum.'
Aku tahu bahwa semua ini akan berakhir, aku coba mengusap air matanya... aku mohon sebentar lagi, ya.... Hanya sebentar.
(Note : cerita ini hanya fiksi belaka, mohon bijak untuk membaca, jangan sangkut pautkan dengan keagamaan, beranggapan jika Author menyinggung agama lain, atau pun berniat membuat agama baru. Terimakasih)
Tiba-tiba saja semua pemandangan yang ada di hadapan Ryan berubah.
Dimana Ryan ingat, jika sebelumnya dia berada acara pernikahan Rea dan ketika menyebrang jalan sinar silau menghantam tubuhnya. Semua orang yang menatapnya terkejut, termasuk juga Rea.
Tapi sekarang, secara ajaib berpindah ke tempat asing.
'Apa ini... Kenapa aku ada disini ?, Tunggu kenapa juga tubuhku transparan.'
Hingga silau cahaya perlahan turun, mewujudkan diri dengan sosok lelaki tua berjubah dan membawa tongkat.
"Selamat datang, sepuluh jiwa manusia terpilih, aku menyambut kehadiran kalian...."
'Sepuluh... ?.'
Ya Ryan baru menyadarinya, jika dia tidak sendirian, ada sepuluh orang yang berdiri di sekitar selagi menatap sosok lelaki tua bersayap.
Kakek tua berjanggut panjang dengan jubah putih dan ada sayapnya itu beranjak turun, kemudian berjalan ke atas mimbar batu. Setiap sosok manusia hologram yang memiliki tubuh transparan bisa melihat aura agung penuh wibawa.
Ryan tidak tahu kenapa, tapi sedikit hati dia merasakan sesuatu yang sakral dari penampilan kakek tua, seperti pemimpin sekte keagamaan atau semacamnya.
"Selamat datang, sepuluh jiwa manusia terpilih untuk menjadi pahlawan di dunia baru Dios, Aku adalah dewa Tianmus, pengatur aliran kehidupan di jagat raya."
'Dewa, dewa apa ?, Dewa Tianmus, apa satu grup dengan dewa sembilan belas, atau mungkin kakek tua itu personil yang baru, sumpah gua gak paham.'
Isi pikiran Ryan tidak tahu harus mengartikannya seperti apa.
"Tentu kalian semua belum tahu, tentang maksud dan tujuan kami memberi kesempatan hidup kedua untuk Renkarnasi ke dunia baru, bernama Dios." Ucap sosok itu lagi.
'Renkarnasi apa ini, cerita novel fantasi kah ?, Gua baru tahu kalau manusia bisa Renkarnasi.'
Kakek tua bersayap itu mulai bercerita panjang lebar, Ryan coba memahami secara seksama, meski pun tidak bisa diharapkan karena apa yang dikatakan olehnya lebih mengarah ke Metafisika, seperti sihir atau jurus-jurus andalan di serial tv Minggu pagi.
Di tambah lagi persoalan 'gift' atau Hadiah yang dimaksud adalah wujud dari kekuatan untuk mereka miliki ketika hidup di dunia baru nantinya.
Satu persatu dari kesepuluh hologram jiwa itu berjalan mendekat, mereka mulai membungkuk hormat, cahaya jatuh di atas kepala dan berjalan kembali ke barisan sebelum dikirim menuju dunia baru bernama Dios.
Hanya saja, setelah semua hologram itu di panggil, kini hanya tinggal Ryan sendirian dan lekas mengacungkan tangan.
"Maaf, kenapa namaku masih belum di panggil." Ucapnya santai dan sopan.
Kakek itu terkejut ketika melihat Ryan ..."Tunggu, kenapa lebih satu, siapa kau ?."
Hologram lain pun ikut menoleh ke arah suara, meski tidak ada suara tapi bisa diartikan bahwa tatapan mereka di penuhi penasaran.
"Lah kok tanya aku, aku yang harusnya bingung disini. Apa yang sebenarnya terjadi."
"Tunggu, sebentar, jangan pergi kemana-mana." Perintah kakek Tianmus.
'Memangnya aku mau pergi kemana, aku juga tidak tahu jalan untuk pergi.'
Setelah semua hologram di kirim pergi, kakek itu pun terbang ke atas langit. Ryan yang kini sendirian, tidak tahu harus berbuat apa, hanya berdiri diam dengan wajah rumit seperti orang kebingungan.
Hingga tidak lama kakek itu muncul kembali, senyum kaku di wajahnya, seperti seorang karyawan perusahaan yang telah disemprot oleh direktur, karena telah keliru menuliskan nama gelar.
"Sepertinya ada kesalahan teknis." Ucapnya rumit.
Ryan khawatir jika terjadi suatu masalah karena dia ada di tempat ini.."Kesalahan teknis apa maksudnya?."
"Baiklah, jangan khawatir, menambah satu jiwa tidak akan menjadi kerugian untuk kami." Mudah saja dia menjawab.
Entah kenapa Ryan merasa lega..."Ahhhh, baguslah kalau begitu, tapi..."
Belum selesai dia bicara, kakek tua itu menarik tangannya untuk naik ke atas mimbar batu... "Baiklah anak muda."
'Anak muda ?, Aku yang sudah umur 28 tahun di panggil anak muda, itu cukup menyenangkan untuk di dengar.' pikir Ryan tersenyum sendiri.
"Karena kami melakukan kesalahan dan belum mempersiapkan apa pun untuk memberi 'Hadiah' kepadamu, jadi kau bisa memilihnya sendiri...Apa yang kau inginkan, kekuatan tanpa batas, senjata sihir suci, hewan pelindung kuno, kemampuan unik, kemampuan beladiri tertinggi, sihir empat elemen, sihir gabungan, Tubuh abnormal, pengetahuan Alkemis atau...."
Mendengar semua yang di katakan membuat Ryan pusing...."Tidak, aku tidak perlu itu, aku baik-baik saja... aku hanya ingin kembali dan menyelesaikan pekerjaan ku, hari Senin nanti, aku ada rapat penting di kantor, jadi aku harus pulang."
Hanya saja, hembusan nafas panjang penuh penyesalan dari kakek tua itu keluar dan tersenyum dengan lemas..."Ummm maaf sebelumnya, aku tidak bisa."
"Tidak bisa ?, Kenapa tidak bisa." Ryan bingung dan juga terkejut.
"Bagaimana bilangnya, jiwamu sudah terangkat dari tubuh, jadi mustahil..."
"Apa !!!, Apa itu artinya aku seperti sudah tewas ?."
"Kurang lebih." Santai dia menjawabnya.
"Kurang lebih matamu. Gawat, jika aku ikut rapat, aku akan di pecat." Rumit Ryan untuk situasi sekarang.
"Kenapa kau khawatir soal di pecat, pada akhirnya kau sudah tewas dan tidak perlu lagi bekerja."
Mata Ryan terbuka lebar, apa yang di katakan orang tua itu memang tidak salah. Ketika dia sudah tewas, tidak mungkin manager akan marah kepadanya.
"Ya kau benar, meski pun aku sedikit merasa bersalah karena sudah meninggalkan pekerjaan yang menjadi tugas ku." Ungkap Ryan atas ketidaknyamanan dalam hati.
"Kau orang baik dengan bertanggung jawab dalam hidup, baiklah aku akan beri kau hadiah bonus, sehingga kau bisa memilih dua hadiah." Balasnya.
"Itu tidak menyelesaikan masalah yang aku hadapi sekarang, tapi... Baiklah."
Sejenak Ryan berjalan memasuki kubah emas berisi banyak kartu yang bisa dia pilih sebagai hadiah dari dewa untuk di bawa ke dunia baru.
'Hmmm baiklah, aku anggap ini seperti Resign dari pekerjaan ku. Dan aku harus memilih hadiah yang bisa menunjang kehidupan baru ku nanti.'
Sejenak Ryan berpikir tentang keinginannya selama ini, dia sudah bekerja untuk waktu yang lama, hidup penuh tekanan batin di perusahaan, terbebani oleh proposal rencana kerja dan juga rasa lelah setiap hari.
'Aku ingin bersantai....'
Melihat ratusan hadiah untuk dia pilih tanpa kecuali, bahkan satu hadiah bonus sebagai kompensasi karena kesalahan dari dewa yang seenaknya saja menyabut nyawa.
"Baiklah aku lihat.... 'Senjata sihir suci : Excalixer' aku tidak ingin senjata yang membunuh. 'Penguatan Fisik super' aku tidak suka kekerasan, 'Hewan pelindung kuno : Lord Dragon Roughert' Apa itu seperti kyubi atau semacamnya, wah akan menyusahkan kalau mengamuk sembarangan... kemampuan Unik : Creator, satu lagi....."
Selesai dia memilih hadiah, dua kartu itu berubah menjadi cahaya dan melebur kedalam tubuh transparannya.
"Hmmm kau mengambil pilihan yang bagus. Skill pencipta dan juga.... " Ekspresi dewa Tianmus melihat aneh.
'Aku tidak tahu jika hadiah ini di berikan.'
"Apa ada yang salah ?." Ryan sedikit cemas.
"Tidak, tidak ada, skill pencipta bisa digunakan selama kau memiliki informasi terkait objek yang ingin kau buat. Tapi ada beberapa pengecualian. Salah satunya kau tidak bisa menciptakan makhluk hidup." Perjelas Dewa Tianmus.
"Aku mengerti, tapi memangnya kenapa dengan itu."
"Jika kau bertanya kenapa... Mungkin seperti ini, meski pun kau memiliki pengetahuan dengan segala unsur pembentuk tubuh manusia, tapi bagaimana dengan jiwa mereka, apa kau bisa membuatnya."
Ryan paham .... "Itu benar juga, bahkan sampai sekarang, tidak ada satu pun penjelasan tentang bagaimana jiwa terbentuk."
"Tepat sekali, Jiwa, Ruh, dan segala hal spiritual di alam semesta adalah urusan Tuhan, manusia hanya diberikan sedikit pengetahuan untuk beriman, bukan menyombongkan diri dengan sedikit pengetahuan yang mereka miliki."
"Baiklah aku mengerti." Ryan tidak ada pertanyaan lagi.
"Sama seperti sebelumnya, kau akan terlahir di suatu tempat di dunia baru sebagai anak manusia....."
Seketika Ryan kembali bertanya...."Maaf, bukankah sepuluh orang tadi adalah jiwa-jiwa yang akan menjadi pahlawan di dunia baru, jika boleh, ini hanya jika boleh, apa aku bisa hidup tanpa perlu ikut campur urusan perkelahian, aku benci hal-hal yang kejam."
"Hmmm harusnya sih boleh, karena sejak awal, perintah sebagai pahlawan hanya berlaku untuk mereka bersepuluh dan kau tidak. Tapi ingat, meski pun kau bebas tugas sebagai pahlawan, kau tidak bisa hidup dalam kejahatan, karena semua yang kau lakukan di dunia baru nanti akan dipertanggungjawabkan setelah kau mati." Dewa Tianmus memberi peringatan tegas.
"Aku mengerti, aku akan hidup sebaik-baiknya dan berusaha menggunakan hadiah dari tuhan untuk hal yang berguna."
"Bagus." Diacungkan jempol kepada Askar.
"Kalau begitu nikmati hidup di kesempatan ini dengan baik."
Dewa Tianmus memberi tepukan di pundak Ryan, seketika itu tubuh hologram nya berubah menjadi titik cahaya dan lenyap.
Di Dunia baru, Dios.
Jika harus di bandingkan dengan bumi. Dios memiliki besar hampir tiga kali lipat, terdiri dari empat benua yang membentuk dunia dengan bermacam-macam kehidupan di dalamnya.
Setiap benua berisi ras manusia seperti dunia lama yaitu Bumi dan juga kehadiran ras iblis yang berisi Non human, contohnya Elf, dwarf, dragon, beast dan humanoid. Semua itu dilakukan oleh para dewa demi menciptakan suatu bentuk kehidupan di sebuah planet.
Kesepuluh jiwa manusia yang di nobatkan sebagai pahlawan telah di kirim untuk menjadi penyelamat di dunia baru, mereka masing-masing terkirim ke setiap wilayah di empat benua.
Namun kenyataanya, hubungan antara ras manusia dan ras iblis tidaklah baik-baik saja, mereka memiliki permusuhan atau juga keyakinan hidup alami, dimana manusia menganggap ras iblis adalah ancaman dan ras iblis pula menganggap Manusia sebagai musuh.
Karena itulah para dewa memberi tugas para pahlawan sebagai menyeimbangkan dunia baru, mencegah terjadinya kehancuran, entah itu berasal dari manusia yang berusaha menginvasi benua iblis atau juga para iblis yang ingin memusnahkan peradaban manusia.
Kini... di sebuah kerajaan manusia Villian, satu titik cahaya turun dari atas langit, perlahan mendekat ke atap rumah untuk masuk ke satu tubuh wanita yang sedang hamil tiga bulan.
Itu menjadi awal renkarnasi jiwa manusia dari surga untuk turun ke bumi. Seperti nanti ketika Ryan dilahirkan oleh rahim ibu dari salah satu ras iblis menyerupai manusia, kaum Ra'e.
Delapan bulan kemudian, suara tangis bayi terdengar dari satu rumah di pinggiran kota kerajaan Villian. Perlahan mata bayi itu terbuka dan pandangannya tertuju kepada satu wajah cantik wanita berambut keemasan yang terlihat begitu lemas.
'Woah, siapa wanita ini, cantik sekali, tunggu kenapa aku... Ini, aku, aku Baru saja lahir !!!.' dan yang terdengar hanya suara tangis dari Ryan.
Wanita itu tersenyum tulus, kemudian berkata..."Selamat datang, Zen."
Beberapa bulan kemudian....
Sekarang Ryan bernama Zenhan Arta Mevia, atau biasa dipanggil Zen, dari keluarga Mevia. Zen bisa memahami segala hal dengan mudah karena memiliki ingatan di hidup sebelumnya.
Termasuk mendengar banyak informasi ketika Ibu dan ayah saling bicara. Meski pun sebagian besar pengetahuan tentang dunia baru bernama Dios, sudah ada dalam otak oleh Kakek tua bernama Dewa Tianmus.
Tidak mustahil jika Zen menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya sendiri.
"Aku pikir aku akan terlahir menjadi bagian dari ras manusia, ternyata tidak, menurut informasi yang ditanamkan oleh dewa itu, makhluk-makhluk ini adalah ras iblis humanoid dari kaum Ra'e atau manusia iblis."
Wujud yang sama seperti manusia, memiliki dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, satu kepala, satu hidung, satu mulut dan memiliki alat reproduksi yang sama sebagaimana mestinya untuk di gunakan.
Hanya ada satu hal yang membedakan manusia iblis ini dengan manusia, darah mereka berwarna hitam dan memiliki mata berubah merah ketika tidak mampu mengendalikan emosi.
Tapi karena kemiripan kaum Ra'e ini dengan manusia, membuat mereka terdiskriminasi oleh dua belah pihak, di tolak oleh ras iblis dan di musuhi oleh ras manusia.
Namun hal yang pasti adalah kaum Ra'e masih bisa berbaur dengan manusia selama tidak ketahuan bahwa mereka berasal dari ras iblis.
Seperti halnya keluarga Zenhan sekarang, mereka menjadi bagian masyarakat kerajaan Villian tanpa ada satu orang pun menyadarinya. Tidak ada kebencian untuk mereka bersosialisasi dengan manusia. Bahkan sang ayah, Remus bekerja sebagai Dokter atau ahli pengobatan yang membuka klinik di pusat kota kerajaan.
Tapi.... Seperti yang Zenhan dengar dari pembicaraan antara ayah dan ibunya selama ini, wilayah tempat tinggal kaum Ra'e sudah puluhan tahun hancur oleh serangan pasukan raja iblis.
Kini mereka hanya tersisa beberapa puluh Ra'e dan semua tersebar di empat penjuru benua demi melanjutkan keturunan untuk membuat kaum Ra'e tetap hidup.
"Ya aku tidak peduli soal menjadi apa pun, selama masih mirip manusia bukan kambing, sehingga aku bisa bersantai tanpa perlu repot tentang proposal."
Hanya saja, bagi Zen yang memiliki kecerdasan setingkat orang biasa, menyadari satu hal, bahwa hidupnya akan kerepotan untuk terus bersembunyi dalam kepura-puraan sebagai manusia.
"Tapi aku penasaran, apa yang dipermasalahkan oleh raja iblis itu, kenapa menginginkan kaum Ra'e lenyap, padahal dari pengetahuan dalam otakku, kaum Ra'e hidup damai dan tidak mau terlibat konflik."
'Sebenarnya hidup dengan mereka sangat cocok untukku yang tidak ingin terlibat masalah, tapi situasi sekarang mustahil benar-benar santai dan mungkin akan menyeret ku kedalam masalah nantinya.'
Itu yang Zen pikirkan ketika baru berusia 8 bulan 20 hari.
Namun dia kembali menangis karena perasaan tidak nyaman di bagian pan*tatnya... "Untuk sekarang, aku ingin cepat-cepat dewasa, aku tidak nyaman berada di tubuh bayi seperti sekarang."
Beranjak dewasa, kini Zen berusia 3 tahun.
Dia mulai menyadari, ada satu keistimewaan yang di miliki oleh kaum Ra'e sebagai kemampuan bawaan lahir, yaitu mata mereka bukanlah mata sembarangan.
Namun jangan berharap jika ini adalah Sharing'gan, apa lagi Bapayakugan, karena mata kaum Ra'e tidak sampai mengeluarkan mamaterasu dan Susanto'o meski pun itu sama-sama merah, tapi bukan juga karena irigasi ringan.
Melainkan mata kaum Ra'e mampu mengendalikan setiap makhluk hidup yang berada di bawah kekuatan mereka. Lebih mirip hipnotis namun syarat dan ketentuan berlaku.
"Ini kemampuan yang cukup berguna tapi tidak nyaman untuk di gunakan."
Namun Zen menyadari jika ditambah kemampuan mata khusus kaum Ra'e, itu artinya di dalam tubuhnya terdapat empat kekuatan, tiga diantaranya kategori khusus.
Pertama : Sihir, mengubah energi ke bentuk element sihir, sesuai atribut di dalam inti kehidupan mereka. Secara keseluruhan, kekuatan ini adalah yang paling umum, dimiliki oleh masing-masing makhluk hidup.
Namun akan di kategorikan khusus jika makhluk hidup memiliki sihir gabungan atau sihir dengan atribut elemen lebih dari dua macam.
Kedua : Mata Ra'e, mata yang mampu menghipnotis makhluk hidup.
Ini menjadi kemampuan bawaan lahir dari ras iblis kaum Ra'e.
Ketiga : skill creator atau skill pencipta, kemampuan untuk menciptakan segala sesuatu dengan bentuk dan struktur informasi yang diketahui.
Hanya saja, ada dua hal harus Zen ingat dari skill pencipta. Mustahil menciptakan makhluk hidup bernyawa dan juga menciptakan sesuatu yang tidak pernah ada di dunia.
Ketiga : skill over limit, satu kemampuan untuk berkembang melampaui batas.
Manusia memiliki batasan yang tidak mungkin di lewati, seperti karakter game ketika mencapai Level 100, maka untuk menang melawan musuh setara, mereka harus memasang perlengkapan agar lebih unggul.
Zen sadar bahwa hidup di dunia yang masih menggunakan sistem hukum rimba, dimana mereka yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan tersingkirkan, selalu bergantung pada kekuatan. Sehingga tidak ada salahnya melindungi diri demi kenyamanan saat bersantai.
'Jika bisa aku ingin... ya, menikmati waktu dengan hidup sederhana bersama keluarga dan beberapa anak-anak yang lucu.'
Seorang anak kecil sudah memikirkan rencana panjang untuk masa depan nanti. Alasannya sederhana, Zen tidak ingin merasakan masa lalu dimana telah membuatnya kehilangan semua hal bahagia bersama wanita yang dia cintai.
Sehingga di dunia baru ini, Zen bertekad untuk kebahagiaannya sendiri, tidak peduli apa yang terjadi, siapa pun coba mengganggu akan dia singkirkan.
Tapi dunia baru, Dios adalah satu tempat dipenuhi kebusukan. Bagaimana cara Zenhan Arta Mevia melewati semua masalah antara manusia dan iblis, demi menikmati hidup keduanya mulai sekarang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!