NovelToon NovelToon

Kembalinya Permaisuri Buruk Rupa

Chapter 01

Novel baru, mohon untuk tidak spam promo, bebas hujat sepuasnya, tapi dilarang memberikan rating buruk ya. 🙏🙏🙏

...----------------...

Boooom...

Duar...

Sebuah pesawat tiba-tiba saja meledak setelah terbang menukik dari ketinggian jelajah 35.000 kaki.

Pesawat yang ditumpangi 165 orang penumpang beserta 9 orang kru itu pun akhirnya hancur, meninggalkan puing-puing bertebaran diarea lembah kehidupan.

Frisca Amelia Wardana, seorang gadis cantik yang merupakan anggota ******* paling kejam dan paling dicari oleh pihak kepolisian diseluruh dunia, menjadi salah satu korban kecelakaan pesawat itu.

Ledakan pesawat merupakan akhir dari kisah petualangannya sebagai seorang pembunuh keji. Tangan mungilnya telah merenggut beribu nyawa manusia yang tak berdosa, bahkan sesaat sebelum kepergiannya dengan pesawat itu, dia juga baru saja meledakkan sebuah tempat perbelanjaan terbesar di kota X hingga menelan korban ribuan orang yang meninggal dan beberapa ratus orang yang mengalami luka berat.

Frisca menutup matanya dengan melengkungkan senyuman tipis, inilah akhir hidupnya yang begitu tragis.

.

.

.

Disebuah gubuk kecil yang ada dihutan, seorang gadis berusia 18 tahun mengerjapkan matanya perlahan, dia mengedarkan pandangannya kesekeliling, untuk mengetahui posisi dirinya saat ini.

Mungkinkah dia selamat dari kecelakaan pesawat yang baru saja terjadi? Sepertinya saat ini dewa telah berbaik hati, sehingga membiarkan pembunuh berdarah dingin seperti dirinya kembali hidup tanpa kekurangan apa pun.

Dia mulai memperhatikan satu persatu bagian tubuhnya, tidak ada satu pun luka disana, tapi tunggu, pakaian apa ini? Benar-benar sangat lusuh, bahkan kain pel dirumahnya jauh lebih baik dibandingkan pakaian yang saat ini membungkus tubuhnya.

Perlahan-lahan gadis itu pun segera bangkit dari tempat tidur, dan melangkah ke arah luar, namun betapa terkejutnya dia saat melewati cermin besar yang tergantung disana, sebuah penampakan wajah yang sangat mengerikan, bahkan dipenuhi bentol dan juga nanah.

'Apakah itu hantu?' fikir gadis itu seraya terus memperhatikan cermin dengan sangat teliti, hingga akhirnya dia menjerit sangat kencang, setelah menyadari jika wajah buruk rupa itu merupakan wajah terbarunya.

Aaaargh...

Teriakannya yang sangat kencang membuat seorang gadis berpakaian pelayan akhirnya segera berlari menghampirinya. Dia yang baru saja kembali setelah mengumpulkan kayu bakar, akhirnya menyadari jika saat ini, jungjungannya yang telah 2 bulan ini mengalami koma akhirnya terbangun.

"Yang mulia permaisuri..!" Panggil gadis itu sambil segera membantu jungjungannya kembali keatas pembaringan yang keras.

Mendengar panggilan gadis pelayan itu, Frisca sangat kaget, kenapa gadis itu memanggilnya permaisuri? Dia adalah seorang pembunuh keji, sejak kapan dia berubah menjadi seorang permaisuri?

Ribuan pertanyaan kini memenuhi otak Frisca, hingga akhirnya dia menyadari jika saat ini dirinya telah bertransmigrasi ketubuh seorang permaisuri buruk rupa.

Wajah Frisca pun menghitam, dia mengutuk dirinya yang harus menempati tubuh jelek dan buruk rupa, jika saja dirinya bisa memilih, maka dia lebih setuju mati dibandingkan menjadi seorang gadis malang yang lemah seperti ini.

"Sial..! Sepertinya takdir telah mempermainkanku. Benar-benar menjengkelkan! kenapa tidak kau bunuh saja aku dewa?" Teriak Frisca dalam hati yang masih belum bisa menerima tubuh barunya yang sangat buruk.

Tak lama, pelayan itupun kembali dan membawa baskom berisi air dan juga handuk kecil, Frisca mengerutkan dahi heran, untuk apa air dan juga handuk kecil itu?

Namun setelah melihat gadis pelayan itu mulai memeras handuk dan mengelap kakinya, akhirnya dia sadar jika saat ini tubuhnya tengah dibersihkan.

'Hidup di zaman kuno benar-benar melelahkan.' gumam Frisca dalam hati.

Tak lama gadis pelayan itu pun kembali keluar, dia harus segera membuang air yang sudah kotor itu dan bergegas untuk membuat makanan. Cukup lama gadis pelayan itu pergi, hingga akhirnya dia kembali dengan semangkuk bubur yang encer dan juga kuah polos tanpa sayuran.

Frisca menatap makanan itu dengan tak selera, dirinya selalu mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna, tapi kali ini dia harus puas dengan makanan yang tak layak itu.

Frisca pun menggelengkan kepalanya, selera makannya hilang begitu melihat bubur itu.

"Yang mulia, anda harus makan, agar segera pulih. Yang mulia telah 2 bulan tidak sadarkan diri, hamba takut yang mulia kembali sakit." ucap gadis pelayan itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Siapa namamu?" Tanya Frisca.

Gadis pelayan itu mendongak perlahan, dia hampir saja menangis saat menyadari jika jungjungannya tak lagi mengingat dirinya.

"Jangan menangis! Aku memang tidak mengingat apa pun. Bahkan dengan diriku sendiri juga, aku melupakannya." ucap Frisca.

Gadis pelayan itu nampak kaget, apa yang terjadi dengan junjungannya? Mungkinkah saat ini dia tengah hilang ingatan? Sehingga melupakan segalanya?

Akhirnya dia pun segera menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Frisca "Nama hamba Wei Wei, hamba adalah pelayan yang mulia." ucapnya.

"Lalu siapa aku?" tanya Frisca kembali.

"Yang mulia adalah permaisuri Huang Yue Li." jawab Wei Wei.

"Lalu kenapa aku berada di tempat ini? dan bukan tinggal di istana kekaisaran?" tanya Frisca lagi.

Wei Wei tertunduk sejenak, dia menahan tangis yang hampir saja mengucur dari matanya, dia pun menatap wajah junjungannya dengan senyum yang dipaksakan.

"Semua ini karena yang mulia Ibu Suri yang tidak menyukai keberadaan permaisuri, yang mulia Kaisar masih berada di medan perang, jadi belum mengetahui jika yang mulia permaisuri telah diasingkan oleh ibu Suri di hutan ini."ucap Wei Wei.

"Apakah suamiku baik? maksudku Apakah dia selalu memperlakukanku dengan baik?" tanya Huang Yue Li.

"Maafkan hamba yang mulia... Tapi yang mulia Kaisar tidak pernah memperdulikan yang mulia permaisuri sekalipun, beliau terlalu sibuk memimpin peperangan dan memperluas wilayah, Sedangkan untuk pemerintahan sendiri saat ini dikuasai oleh ibu suri." jawab Wei Wei.

Huang Yue Li pun menganggukkan kepalanya, dia mulai mengerti apa yang terjadi dengan dirinya sehingga berada di pengasingan. Kemungkinan besar Ibu Suri merasa tersaingi karena keberadaan Huang Yue Li yang mungkin saja bisa merebut kekuasaan dari tangan ibu sang Kaisar itu.

"Apakah aku masih memiliki keluarga?" tanya Huang Yue Li semakin penasaran.

"Yang mulia permaisuri sudah sebatang kara, Ayah permaisuri adalah Jenderal Huang, beliau meninggal saat pertempuran 2 tahun yang lalu, sejak saat itu Kaisar membawa anda ke istana, dan menjadikan permaisurinya."

Huang Yue Li hanya mengganggukan kepalanya perlahan, "Baiklah! Biarkan Aku istirahat, tubuhku terlalu lelah." ucap Huang Yue Li.

"Baik yang mulia." jawab Wei Wei seraya membantu Huang Yue Li untuk berbaring, kemudian menyelimutinya.

Gadis pelayan itu pun segera keluar dari ruangan, dan kembali menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Sebenarnya dia merasa sangat khawatir dengan keadaan permaisuri Huang Yue Li yang telah hilang ingatan, namun dia sangat bersyukur karena akhirnya junjungannya itu telah sadar.

"Semoga yang mulia Kaisar segera kembali ke istana, sehingga penderitaan permaisuri bisa berangsur hilang." ucap Wei Wei sambil menengadahkan kepalanya ke atas langit.

Chapter 02

Pagi hari yang sangat cerah, angin bersemilir menerbangkan dedaunan, menyejukkan jiwa seorang gadis yang saat ini tengah berdiri sambil meregangkan seluruh otot-otot tubuhnya, dia pun mulai melakukan pemanasan.

Hari ini Huang Yue Li berniat untuk memulai pelatihan, fisiknya yang terlalu lemah, dia harus segera mengubahnya agar bisa menjadi semakin kuat. Dia berfikir untuk berlari hingga ke tengah hutan, sekalian mencari buah-buahan yang bisa dia makan, mengingat sejak kemarin Wei Wei hanya memberikan bubur encer untuk mengganjal perutnya yang keroncongan.

Wei Wei yang baru saja mengambil air dari sungai tercekat, saat melihat junjungannya saat ini dengan pakaian yang sedikit ketat, tengah berdiri sambil menggoyangkan tubuhnya di depan gubuk bobrok yang menjadi tempat pengasingan.

Dia pun segera mendekat, "Yang mulia permaisuri, Apa yang anda lakukan di sini?" tanya Wei Wei.

"Kenapa? Aku hanya sedang berolahraga!" ucap Huang Yue Li.

"Olahraga? apa itu Yang Mulia?" tanya Wei Wei, gadis pelayan itu sepertinya penasaran dengan kosakata baru yang dikeluarkan oleh Huang Yue Li.

"Olahraga itu menggerakkan tubuh, agar otot-otot tidak kaku. Apa kau mengerti, Wei Wei?" jelas Huang Yue Li.

Wdi Wei pun menganggukkan kepalanya, kemudian dia berdiri di belakang tubuh Huang Yue Li dan mengikuti semua gerakan yang dilakukan oleh junjungannya.

"Aku berencana untuk lari pagi ke dalam hutan sekalian mencari buah-buahan untuk makan siang nanti. Apa kau mau ikut?" ucap Huang Yue Li.

Wei Wei hampir saja terjatuh jika tubuhnya tidak ditahan oleh Huang Yue Li. "Te-tengah hutan? I-itu tidak baik yang mulia, di tengah hutan mungkin saja banyak binatang buas, kita tidak boleh terlalu jauh dari tempat ini, agar tetap aman." ucap Wei Wei.

Wajah gadis pelayan itu terlihat sangat pucat mendengar ucapan dari junjungannya, yang ingin berlari ke tengah hutan. Dia tak habis fikir dengan apa yang saat ini diinginkan oleh majikannya itu.

"Tidak akan ada apa-apa," ucap Huang Yue Li.

"Ta-tapi yang mulia-" Wei Wei terus saja berusaha agar Huang Yue Li mengurungkan niatnya.

"Jika kau tidak mau ikut, maka diam saja di sini. biar aku yang pergi sendiri." ucap Huang Yue Li. Akhirnya Wei Wei pun menganggukkan kepalanya, dia tak mungkin membiarkan junjungannya itu pergi sendirian, menerobos ke dalam hutan yang menjadi tempat pengasingan mereka.

Akhirnya Huang Yue Li pun segera berlari, diikuti oleh Wei Wei, keduanya nampak begitu bersemangat. Dan terus bercerita disepanjang perjalanan.

Tiba-tiba saja Huang Yue Li melihat beberapa buah-buahan yang telah masak, dia pun berfikir untuk memanjat pohon dan segera mengambil beberapa buah-buahan untuk mengganjal perut mereka, saat kembali ke gubuk tempat pengasingannya nanti.

Hap...

Wei Wei melotot tak percaya melihat junjungannya yang tiba-tiba saja melompat ke atas pohon, sambil berpegangan pada sebuah dahan yang agak rendah, kemudian segera melayang dan bersalto menaiki dahan demi dahan, mengambil satu persatu buah-buahan yang telah matang.

Dia tak menyangka jika sang permaisuri telah membawa kantong yang cukup besar dari gubuk.

"Hati-hati yang mulia!" teriak Wei Wei. Dia terlihat sangat takut.

"Tenang saja Wei Wei! Aku tidak akan jatuh." Huang Yue Li pun tertawa melihat kelakuan pelayannya yang seperti anak kecil, setelah dirasa cukup banyak, akhirnya Huang Yue Li pun segera meloncat kembali dari dahan pohon itu.

Tap...

Kaki Huang Yue Li pun kembali menginjak tanah, sedangkan Wei Wei hampir saja terkena serangan jantung, melihat kelakuan dari Huang Yue Li, selama mengabdi pada keluarga Huang, dirinya baru mengetahui jika Huang Yue Li bisa memanjat pohon.

Padahal selama ini dia telah menjadi pelayan di keluarga itu selama hampir 7 tahun terakhir.

"Biar Wei Wei yang membawa buahnya yang mulia." ucap Wei Wei seraya mengulurkan tangannya hendak mengambil kantong yang ada di tangan Huang Yue Li.

"Baiklah.." ucap Huang Yue Li seraya memberikan kantong itu kepada Wei Wei.

Akhirnya mereka pun kembali melanjutkan perjalanan ke dalam hutan, Huang Yue Li banyak memetik berbagai macam sayur dan juga herbal yang tumbuh liar, dia sengaja akan membuat beberapa ramuan, untuk membuat kulit dan juga wajahnya agar kembali cantik.

Dia sangat yakin jika sebenarnya, tubuh yang ditempatinya itu, tidaklah seburuk yang terlihat saat ini, namun bisa saja ada seseorang yang merasa iri ataupun dengki terhadap dirinya, sehingga memberikan sesuatu yang membuat kulitnya menghitam dan juga timbulnya bentol-bentol di wajahny.

Wei Wei sebenarnya penasaran dengan berbagai macam herbal yang dipetik oleh Huang Yue Li, gadis pelayan itu berfikir jika Huang Yue Li telah mengambil rumput, padahal sebenarnya itu merupakan sesuatu yang sangat berharga, yang bisa menunjang penampilan keduanya di masa depan.

Tak jauh dari tempat keduanya saat ini, terlihat sungai yang begitu jernih, Huang Yue Li pun segera mendekat ke arah sungai itu, begitu juga dengan Wei Wei, keduanya asik bermain air, mereka mencipratkan ke sana kemari dan membuat tubuh keduanya basah.

Byuuur...

Tak lama kemudian, Huang Yue Li pun segera meloncat ke dalam air, Wei Wei melotot kaget, selama ini Huang Yue Li memang tidak bisa berenang. hal itu jugalah yang membuat Wei Wei ketakutan setengah mati.

"Yang mulia...!" Wei Wei terus berteriak karena tak melihat Huang Yue Li muncul dipermukaan sungai, gadis itu terlihat akan menangis, dia sangat takut dengan hukuman dari sang kaisar jika terjadi sesuatu terhadap jungjungannya.

Wei Wei benar-benar tak tahu apa yang terjadi dengan Huang Yue Li, semenjak terbangun dari koma, jungjungannya itu terlihat sangat berubah, seperti orang lain yang tak pernah dia kenali sebelumnya.

"Yang muliaa..!" Wei Wei kembali berteriak, wajahnya semakin merah, bahkan saat ini dia sudah mulai menangis.

Huang Yue Li tiba-tiba saja muncul dengan membawa 2 ekor ikan yang sangat gemuk, tadi dia sengaja menyelam untuk berburu ikan, agar tubuh lemahnya bisa mendapatkan gizi yang cukup.

"Astaga! Apa yang terjadi denganmu Wei Wei?" tanya Huang Yue Li sambil menatap wajah pelayannya. Mendengar suara jungjungannya, Wei Wei malah menangis semakin keras, dia benar-benar sangat takut.

Akhirnya Huang Yue Li pun terpaksa naik ke darat, untuk menenangkan pelayannya. Dia benar-benar tak habis fikir dengan Wei Wei yang sangat cengeng.

"Yang mulia.. Hiks... Hiks... Wei Wei benar-benar takut yang mulia tenggelam, karena selama ini yang mulia tak bisa berenang." ucap Wei Wei sambil memeluk tubuh Huang Yue Li.

Akhirnya Huang Yue Li pun menyadari kesalahannya yang telah membuat Wei Wei panik, dia pun membalas pelukan Wei Wei sambil mengusap rambutnya.

"Baiklah! Ayo kita pulang. Lihat! Aku sudah mendapatkan dua ekor ikan yang sangat gemuk untuk makan siang nanti." ucap Huang Yue Li sambil menarik tangan Wei Wei dan mengajaknya kembali ke gubuk mereka.

Chapter 03

Akhirnya Huang Yue Li pun kembali ke gubuk bersama Wei Wei sambil menenteng dua ekor ikan gemuk yang baru saja dibersihkannya.

Wei Wei pun segera mempersiapkan tungku, untuk membakar kedua ikan itu, sementara Huang Yue Li saat ini telah kembali ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian.

Wei Wei melirik ke arah kantong besar yang tadi dibawa dari tengah hutan, dia pun mulai meneliti satu persatu tanaman yang diambil oleh Huang Yue Li.

Dia benar-benar sangat penasaran melihat berbagai macam rumput yang dicabut oleh sang permaisuri, mata gadis itu pun terbelalak kaget, ternyata tak hanya rumput bahkan ada beberapa batang bunga dan juga jamur-jamur kecil yang diambil oleh junjungannya itu.

Hang Yue Li pun segera mendekat ke arah Wei Wei dan memperhatikan raut wajah pelayan setianya itu, yang sesekali menarik nafas lelah.

"Kenapa kau melihat seperti itu, Wei Wei?" tanya Huang Yue Li. Wei Wei pun segera melirik ke arah majikannya, kemudian dia pun segera memberitahukan pemikirannya.

"Yang mulia, Bukankah ini rumput? Kenapa yang mulia harus mencabutnya?" tanya Wei Wei, Huang Yue Li pun akhirnya tertawa terbahak-bahak, sepertinya Wei Wei memang tidak terbiasa dengan berbagai macam sayuran, sehingga dia tidak bisa membedakan yang mana rumput dan yang mana sayuran yang bisa dimakan.

"Ini bukan rumput tetapi sayuran, siang ini kita akan memasak." ucap Huang Yue Li. Dia pun segera menyuruh Wei Wei untuk mengiris-iris bahan dan juga sayuran yang telah dicuci kemudian mulai memasak.

Aroma ikan bakar mulai tercium oleh kedua gadis yang nampak telah mulai merasa kelaparan itu, Wei Wei segera mengambil piring untuk diberikan kepada majikannya.

Huang Yue Li pun segera menyimpan satu ekor ikan bakar di atas piring itu, "Dimana piringmu, Wei Wei?" tanya permaisuri Huang Yue Li.

Wei Wei tersenyum canggung dan langsung menjawab, "Piring hamba ada di dapur yang mulia." ucapnya.

"Ambil piringmu dan duduklah! Kita makan bersama ucap Huang Yue Li. Wei Wei langsung terperangah mendengar ucapan dari junjungannya itu, 'Sejak kapan permaisuri Huang Yue Li bersedia makan bersama seorang pelayan?' namun demi untuk menjaga agar junjungannya itu tidak marah, akhirnya Wei Wei pun segera menurut dan mengambil piringnya.

Huang Yue Li menyimpan 1 ekor ikan bakar di atas piring Wei Wei, kemudian dia pun segera mengajak gadis pelayan itu untuk mulai makan, keduanya nampak sangat lahap, setelah beberapa waktu yang lalu hanya bisa memakan bubur encer, hari ini keduanya bisa memakan ikan bakar yang sangat enak.

Apalagi ditambah dengan tumis sayuran yang baru saja diketahui oleh Wei Wei, setelah itu mereka pun makan buah yang sangat segar.

"Yang mulia, lalu untuk apa daun-daun dan juga tanaman ini?" tanya Wei Wei sambil menunjuk beberapa bahan herbal.

Huang Yue Li pun segera memberi tahu, "Aku akan membuat masker dan juga lulur dengan bahan-bahan itu." ucap Huang Yue Li.

"Masker? Lulur? Apa itu? Apakah bisa dimakan yang mulia?" tanya Wei Wei dengan polosnya.

"Astaga Wei Wei! Masker itu untuk wajah dan lulur itu untuk seluruh badan, supaya kau bisa terlihat sangat cantik nantinya." ucap permaisuri Huang Yue Li.

Wei Wei pun akhirnya mengangguk, meskipun di dalam hati dia masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh permaisuri Huang Yue Li, tapi dia tetap berpura-pura mengerti.

Huang Yue Li pun segera meminta agar Wei Wei menumbuk bahan-bahan yang telah dia ambil dari dalam hutan, dan mencampurkannya hingga halus.

Tuk tuk tuk tuk...

Terdengar suara yang sangat kencang, begitu Wei Wei mulai menumbuk bahan-bahan herbal itu. "Tumbuk sampai halus bahan-bahan herbalnya, Wei Wei!" ucap Huang Yue Li.

Wei Wei pun menurut, dia terus saja menumbuk semua bahan itu hingga halus. Huang Yue Li pun segera mengambil masker, yang telah dibuat oleh Wei Wei, kemudian menempelkannya di wajah.

Wei Wei hanya menatap apa yang dilakukan oleh majikannya itu dengan penuh penasaran, entah apa yang diperbuat oleh junjungannya itu, hingga harus menempelkan berbagai macam dedaunan yang sudah ditumbuk ke wajahnya.

Huang Yue Li juga meminta kepada Wei Wei untuk melakukan hal yang sama, awalnya Wei Wei ingin menolak, namun melihat wajah Huang Yue Li yang tiba-tiba saja langsung masam, akhirnya gadis pelayan itu pun segera mengambil racikan yang telah dia tumbuk tadi dan mulai menempelkannya di wajah.

"Ayo kita berbaring, Wei Wei! Setelah racikannya kering, kita akan segera membersihkan diri." ucap Huang Yue Li sambil membaringkan tubuhnya, Wei Wei pun ikut tidur tak jauh dari Huang Yue Li, entah apa yang terjadi, Wei Wei saat ini merasakan jika racikan yang dibuatnya tadi terasa begitu dingin dan sangat nyaman diwajah.

Dia ingin kembali bertanya pada Huang Yue Li, tapi saat melihat majikannya itu sudah tertidur dengan sangat lelap, Wei Wei pun tak berani membangunkannya, dan memilih untuk ikut tidur bersama sang majikan.

Hari sudah beranjak sore saat kedua gadis itu terbangun, Wei Wei segera mengambil baskom yang berisi air untuk majikannya itu mencuci muka, sedangkan dirinya akan melakukan hal itu nanti dibelakang gubuk.

Wajah Huang Yue Li yang awalnya terlihat sangat buruk rupa itu pun akhirnya berubah sedikit demi sedikit, bahkan bentol-bentolnya terlihat mulai mengering.

Gadis itu pun tersenyum puas, meskipun saat ini kecantikan Huang Yue Li belum sempurna, tapi dia sangat yakin jika, racikan yang dibuat oleh Wei Wei itu, benar-benar bekerja dengan sangat baik, bahkan sangat menakjubkan.

Wei Wei segera pergi kebelakang gubuk, dia ingin segera membersihkan wajah, tak lama dia pun melihat pantulan wajahnya yang sangat mulus dan terlihat lebih putih, hingga membuat Wei Wei melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Astaga..! Apakah ini aku? Benar-benar sangat cantik! Aku bahkan tak berani memimpikan memiliki wajah yang sehalus ini." monolog Wei Wei sambil melangkahkan kakinya keruang tamu.

Dia semakin dibuat menganga tak percaya, saat menatap wajah permaisuri Huang Yue Li yang saat ini sudah mulai berangsur-angsur sembuh, jerawat dan juga bentol-bentol besar yang ada di wajahnya pun mulai mengering.

.

.

.

"Yang mulia, ada surat dari istana." ucap salah seorang prajurit seraya mendekati seorang pemuda tampan yang kini mengulurkan tangannya, untuk mengambil gulungan yang ada ditangan prajurit itu.

Prajurit itu pun segera memberikannya pada kaisar, kemudian bergegas pergi dari sana. Dia harus segera kembali ke pos tempat dia berjaga tadi, agar tidak ada penyusup yang masuk ke camp militer mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!