NovelToon NovelToon

Mencintai Sahabat Kekasihku

Bab 1

"Sayang, kamu makannya berantakan banget sih. Tuh lihat!” kata Firman yang menyeka noda saus di samping bibir Nadila, kekasihnya.

Nadila malah tersenyum sambil terus makan dengan berantakan supaya sang kekasih Firman bersikap romantis padanya. Maklum saja pasangan itu sedang romantis-romantisnya. Dunia ini milik berdua pokoknya.

Sampai-sampai mereka berdua lupa kalau mereka berdua sedang makan siang dengan salah seorang teman dekat mereka berdua juga di meja itu.

Rama, pria muda sahabat karib Firman itu hanya bisa menundukkan kepalanya karena sejak tadi kata-kata romantis dan pujian, serta perlakuan mesra selalu di tunjukkan oleh pasangan di depannya itu. Membuat Rama jadi salah tingkah sendiri.

‘Astaga, tahu jadi nyamuk begini mending aku makan mie ayam depan kantor aja tadi!’ batin Rama yang sepertinya sedikit menyesal mengikuti kedua temannya tersebut maka di restoran.

“Sayang, nanti malam kita jalan yuk!” ajak Firman.

“Kayaknya nanti malam gak bisa deh!”

“Kenapa?” tanya Firman.

“Ck.. udah setahun pacaran masih gak hafal juga. Ini hari Kamis Firman. Dila ya nemenin ibuku kosnya pergi kajian lah!” celetuk Rama.

Setelah mendengarkan celetukan dari Rama tersebut keduanya baru sadar kalau ada orang lain di meja itu selain mereka berdua.

“Ya ampun Rama, sejak kapan kamu ada di sini?” tanya firman yang sebenarnya niatnya hanya untuk menggoda sahabatnya tersebut.

Tapi wajah Rama langsung terlihat bete.

“Terus... terus.. memangnya siapa yang ngajakin aku makan di sini padahal aku tadi udah hampir berhenti di depan warung mie ayam depan kantor?” tanya Rama kesal.

“Ha ha ha, bercanda aku! Kok baperan gitu. Anak bujang tuh gak boleh baperan nanti gak laku-laku loh, jomblo sampai lumutan mau?” tanya Firman yang bukan menghibur sahabatnya yang sedang bete karena jadi obat nyamuk. Malah di tambah lagi bercandanya.

Plakk

Tapi tiba-tiba saja Nadila menepuk punggung tangan Rama yang ada di atas meja.

“Jangan di ambil hati ya. Kamu tahu kan Firman memang kalau ngomong suka nyakitin, tapi hatinya...!”

“Sama aja suka nyakitin juga!” celetuk Rama yang malah membuat ketiganya tertawa bersama-sama.

Seperti itulah hubungan mereka, Nadila Zahra wanita muda berusia 23 tahun yang perantau dari kampung halamannya untuk memiliki pekerjaan yang lebih layak, agar kehidupan dia dan keluarganya menjadi lebih baik.

Lalu Firman Ardiansyah, usianya juga baru 25 tahun beda setahun lebih muda dari Rama Oktavian, yang usianya 26 tahun. Mereka berdua sudah bersahabat sejak kecil mereka juga berasal dari kampung halaman yang sama.

Mereka bertiga bekerja di sebuah perusahaan bernama PT. Semesta. Hanya saya meskipun berangkat dari kampung bersama-sama kemudian melamar pekerjaan bersama-sama juga, jabatan dan pekerjaan Firman jauh lebih baik dari Rama.

Firman sudah di angkat menjadi manager sejak satu setengah tahun yang lalu. Saat itu, Nadila baru masuk di perusahaan yang sama dengan Firman dan Rama. Namun, meskipun berbeda pada jabatan dan pekerjaan mereka bertiga tetap bersahabat dengan baik. Sampai setahun lalu, Firman menyatakan perasaannya pada Nadila yang memang saat itu sedang menjadi salah satu karyawati yang punya banyak penggemar. Selain cantik, pintar, Nadila juga sangat perhatian pada setiap orang, mau perempuan atau laki-laki, Nadia tak segan membantu jika di perlukan.

Hingga saat mereka kembali ke kantor, tiba-tiba salah seorang sekertaris direktur memanggil Firman.

“Mas Firman.. mas Firman!” panggil wanita yang bernama Rita itu.

Nadila sedikit mencebikkan bibirnya ke arah Rama.

“Fans beratnya mas Firman tuh!” kata Nadila menggoda kekasihnya.

“Sayang, biar senyumku untuk semua orang. Hatiku hanya untukmu seorang!” kata Firman memberikan flying kiss pada Nadila ketika dia akan menghampiri Rita.

Nadila hanya bisa terkekeh melihat tingkah kekasihnya yang memang tak pernah serius itu. Berbeda dengan Rama yang orangnya memang lebih serius daripada Firman.

“Mau di tungguin nih, balik ke ruangan aja yuk!” ajak Rama.

“Ayuk!” kata Nadila.

Nadila dan Rama akhirnya kembali ke ruangan mereka masing-masing. Karena ternyata Firman juga harus menemui Direktur utama perusahaan.

“Jadi begitu Firman, kalau kamu berhasil menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik maka akan ada bonus yang besar untukmu nanti. Selain itu kesempatan untuk mendapatkan promosi juga lebih besar peluangnya. Di sana kamu harus mengobservasi dengan teliti, akan ada Rita, Mega dan Naufal yang ikut dengan mu. Satu bulan paling lama, aku yakin dengan kinerjamu yang bagus seperti saat ini kamu tidak akan memerlukan waktu sampai satu bulan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Bagaimana Firman?” tanya direktur Umar pada Firman.

Firman berpikir, kalau ini adalah kesempatan yang luar biasa yang sangat langka untuk didapatkan karyawan yang baru bekerja beberapa tahun seperti dirinya. Tapi meninggalkan Nadila selama satu bulan. Ini juga agak berat baginya. Maklum, masih pasangan baru, baru satu tahun, kalau bahasa gaulnya kan lagi sayang sayangnya itu.

Tapi kalau di pikirkan lagi, semua ini akan sangat baik bagi hubungan antara dirinya dan Nadila. Bonus besar dan peluang promosi bisa jadi awal yang baik untuk membina hubungan yang lebih serius dengan Nadila nanti. Tidak mungkin kan kalau dia akan terus berpacaran saja, usianya juga sudah cukup untuk menjalin hubungan pernikahan dengan Nadila. Dan karir yang baik, juga pasti akan menjadi pertimbangan kedua orang tua Nadila untuk menerima lamarannya kelak.

Setelah memikirkan semua itu, akhirnya Firman sampai pada keputusannya untuk berangkat dan menerima pekerjaan itu.

“Baik pak, saya terima!” kata Firman.

Direktur Umar tentu saja tersenyum senang, karena kalau pekerjaan ini di pimpin oleh Firman dia yakin akan bisa berhasil.

Setelah kembali dari ruang direktur. Firman tak lantas kembali ke ruangannya. Dia bergegas keruangan Rama karena dia harus berangkat besok ke luar kota. Apalagi tempatnya melakukan observasi itu masih wilayah terpencil, sangat susah mencari signal di sana. Dia khawatir tidak bisa menjaga Nadila. Karena itu dia menemui Rama untuk menyelesaikan kekhawatirannya tentang hal tersebut.

“Bro!”

Sapa Firman yang langsung duduk di tepi meja kerja Rama.

“Ada apa?” tanya Rama.

“Aku dapat tugas, perjalanan dinas di luar kota. Satu bulan, aku titip Nadila ya!” kata Firman.

Wajah Rama ajag terkejut.

“Apaan sih, biasanya juga kamu dinas kan? Gak pakai titip juga aku jagain itu separuh nafasmu, tenang aja!” kata Rama.

Mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu membuat Firman tersenyum lega. Dia lega, sahabatnya itu begitu pengertian.

Firman lantas menepuk bahu Rama.

“Thanks banget ya bro, tahu aja kamu kalau Nadila itu separuh nafasku!” kata Firman pada Rama.

***

Bersambung...

Bab 2

Setelah mendengar jawaban Rama, Firman juga langsung bergegas ke ruangan Nadila, karena memang dia bisa langsung pulang siang ini agar bisa mempersiapkan semuanya dengan baik.

Jadi Firman pikir, dia akan memberitahukan hal ini kepada Nadila terlebih dahulu kemudian dia berkurang dan menyiapkan segalanya untuk keberangkatannya besok pagi-pagi sekali.

“Nadila, ada yang nyari nih!” kata Luki salah satu teman satu divisi dengan Nadila.

Semua teman Nadila dan Firman sudah tahu tentang hubungan mereka. Yang satu famous karyawan yang satu lagi famous karyawati. Sudah, cocok kan.

Banyak juga yang jadi fans berat mereka, mengagumi gaya berpacaran mereka yang sehat tapi romantis.

Mereka jarang menunjukkan kedekatan mereka secara fisik. Mereka juga tidak pernah bergandengan tangan di kantor, sama sekali tidak pernah. Firman memang berasal dari keluarga yang kebanyakan dari keluarganya itu lulusan pondok pesantren. Bahkan sudah satu tahun mereka pacaran, Nadila juga belum pernah memeluk Firman.

Tapi semua itu membuat Nadila malah merasa sangat aman, merasa di hargai dan di lindungi. Paling hanya sentuhan di pipi, di rambut dan terkadang Nadila merangkul lengan Firman. Hanya sebatas itu saja.

Nadila yang mendengar ucapan Luki lantas berdiri dan melihat ke arah pintu masuk ruang divisi pemasaran.

“Mas Firman!” ucap Nadila yang senang melihat Firman datang.

“Ada apa?” tanya Nadila begitu Firman sampai di hadapannya.

“Duduk dulu ya!” kata Firman.

Nadila pun duduk dan mendengarkan dengan seksama apa yang mau Firman katakan padanya.

“Mas, besok mau dinas! Di luar kota, satu bulan!”

Setelah mendengar apa yang dikatakan kekasihnya itu reaksi Nadila hanya melihatnya dengan tatapan biasa saja.

Melihat reaksi Nadila, Firman pun bertanya.

“Kamu gak papa?” tanya Firman.

Nadila langsung tersenyum lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Gak papa, mas Firman Cuma mau pergi ke luar kota kan? Bukan ke luar planet. Kita masih bisa video call, telponan, kirim chat. Iya kan?” tanya Nadila yang sebenarnya tidak ingin Firman merasa khawatir padanya.

Firman lantas mengusap kepala Nadila dengan gemas. Mereka pun tertawa bersama. Setelah itu Firman pergi, dan mengatakan dia akan langsung berangkat besok pagi-pagi sekali. Nadila mengangguk, dan memberikan semangat pada Firman.

“Baiklah, aku pergi dulu ya. Jaga diri kamu baik-baik. I love you!”

“Love you too mas!” sahut Nadila.

Firman pun meninggalkan meja kerja Nadila. Nadila yang masih berdiri terus memandang ke arah punggung Firman.

‘Aku sedih mas, bagaimana aku lalui 30 hari tanpa mu di sisiku. Biasanya pagi, siang, sore bersamamu. Tapi jika ini bisa membuatmu sukses, membuatmu bisa membanggakan keluargamu. Aku akan mendukungmu mas!’ batin Nadila sedih.

Jam pulang kantor tiba. Nadila yang tahu harus pulang sendiri, sudah menginstal aplikasi taksi online. Tapi sore ini hujan turun dengan deras. Jaringan seluler pun ikut lenyap tersapu derasnya hujan.

“Mau bareng gak Dil?” tanya Luki.

“Enggak deh, arah rumah kamu sama kosan aku beda arah! Yang ada kamu nanti bolak balik kek gosokan!” kata Nadila.

Luki terkekeh, itulah yang membuat Nadila banyak di sukai teman-temannya. Orangnya sangat santai dan suka bercanda.

“Ya gak papa lah, di rumah kamu ada kopi kan? Secangkir kopi sama gorengan sudah bisa jadi bahan bakar gosokan ini!” kata Luki malah meladeni candaan Nadila.

“Kagak ada, kopi gak ada. Aku gak suka yang pahit-pahit, bantu hidupku pahit!”

“Pakai gula dong, atau saat minum kamu pandang aku!” balas Luki.

Dan keduanya pun terkekeh lagi.

“Nadila!” panggil Rama yang baru keluar juga dari ruangan divisi produksi.

“Eh Ram!”

“Mas Rama!”

“Udah pulang sana kamu Luki. Nanti dicariin mama kamu!” kata Rama.

Dengan mencebikkan bibirnya Luki langsung pergi dari sana.

“Tumben sudah pulang mas, biasanya ambil lembut?” tanya Nadila yang tahu kalau biasanya Rama ambil lembur.

“Iya, aku sudah bilang sama Pak Bagas. Sebulan ini aku gak ambil lembur, aku mau antar jemput pacar sahabatku!” kata Rama menjelaskan.

“Siapa?” tanya Nadila belum ngeh.

“Kamu lah, siapa lagi?’ jawab Rama.

“Aduh mas, jadi gak enak. Pasti mas Firman ya yang minta tolong?” tanya Nadila yang sudah menduga kalau kekasihnya yang sangat over protektif padanya itu yang meminta Rama mengantar jemput dirinya.

“Iya gak papa, aku senang malah. Jadi aku punya kerjaan. Bosan juga lembur terus!” kata Rama.

“Loh, emang mas Rama lembur Cuma mau nyari kerjaan, bukan karena uang lemburan?” tanya Nadila.

“Yah, aku kan tinggal di rumah sendirian Nadila. Yah, daripada bengong di rumah, habis jam lima. Mending lembur sampai jam sembilan, habis itu aku tidur. Besok kerja lagi!” jelas Rama yang lantas di angguki Nadila.

Rama pun mengantar Nadila pulang, seperti itu seterusnya. Benar saja, ternyata di tempat Dinas Firman memang susah sinyal, sudah tiga hari Firman tidak bisa di hubungi. Tapi irah kantor bilang, mereka sudah sampai dan sudah bekerja dengan baik disana. Hanya bisa pakai telegram atau email antar perusahaan.

Nadila yang agak sedih karena susah sekali menghubungi Firman sering di hibur oleh Rama. Di ajak nonton, jalan-jalan dan pergi ke wahana bermain.

Sampai suatu hari Nadila sakit, saat itu Nadila sangat rindu pada Firman. Tapi Nadila melarang siapapun memberitahu Firman karena tak ingin kekasihnya yang sedang berjuang untuk sebongkah berlian itu jadi khawatir.

Saat itu juga Rama yang mengurus Nadila, mengantarkan Nadila ke dokter, merawatnya dan membelikan apa saja yang Nadila butuhkan atau ingin di makan.

“Kamu bilang tadi mau makan ketupat sayur, aku sampai pasar lama loh ini nyarinya. Makan yuk, sedikit saja. Kan kamu harus minum obat!” kata Rama yang khawatir.

“Gak mau mas, itu rasanya pahit. Mas sih belinya di pasar lama, pahit kan! Coba di pasar baru!” kata Nadila yang masih sempat-sempatnya bercanda.

“Nadila, aku suapi ya. Kalau kamu sakit begini. Gak ada yang bikin aku semangat bangun pagi, gak ada yang bikin aku semangat buat cepat mengerjakan pekerjaan aku!”

“Apa hubungan nya?” tanya Nadila.

“Aku semangat bangun pagi karena ingin cepat ketemu kamu, ingin jemput kamu. Dan aku semangat kerja, ingin cepat-cepat ketemu kamu lagi buat anterin kamu pulang!” jawab rama dengan wajah seriusnya.

Nadila sampai bengong mendengar apa yang dikatakan Rama.

“Ck... jangan bikin aku GeEr lah mas!” kata Nadila sambil menarik selimutnya sebatas dada.

Nadila sedang tiduran di atas sofa, sambil menonton film favoritnya. Dia jenuh terus rebahan di kasur sejak tadi malam.

“Aku jujur Nadila, kamu itu semangat hidupku!” kata Rama membuat Nadila berpikir ke arah lain.

***

Bersambung...

Bab 3

Nadila langsung bangun, duduk dan meraih mangkuk ketupat sayur di atas meja. Dengan segera Nadila memakannya.

“Nih aku makan ya mas, daripada dengerin gombalan mas Rama. Gak sanggup aku, bisa lemah imanku!” kata Nadila.

Rama pun tersenyum. Tapi sebenarnya memang apa yang dia katakan itu semuanya bukan untuk menggombali Nadila. Semua itu jujur dari dalam hatinya.

Rama juga dulu sangat menyukai Nadila, hanya saja Firman datang padanya lalu mengatakan kalau dia menyukai Nadila. Apa daya, Firman mengatakan hal itu lebih dulu. Jadi dia hanya bisa memendam perasaannya pada Nadila.

Sedangkan Nadila, dia memang tidak pernah berpacaran sebelumnya. Hanya fokus pada sekolah dan membantu kedua orang tuanya.

Setelah Nadila makan, Rama bahkan mengambilkan air minum untuk Nadila minum obat.

“Ya ampun, mas aku bisa ambil sendiri!” kata Nadila yang tidak enak hati.

“Memangnya kamu bisa, berdiri saja butuh pegangan kan? Sudah minum obatnya lalu tidur. Aku akan menemanimu di sini, kata dokter kalau demam kamu sudah turun, kamu harus minum obat yang ini setelah empat jam. Sekarang tidurlah, aku akan bangunkan kalau sudah empat jam!” kata Rama yang menuntun Nadila berbaring.

“Mas aku baru makan ketupat sayur, kalau aku tidur aku bisa gemuk!” protes Nadila.

“Memang kenapa kalau gemuk, kalau Firman tidak mau lagi sama kamu kan masih ada aku!” balas Rama.

“Ih..!”

“Sudah pejamkan matamu dan tidur!” kata Rama menyelimuti Nadila.

Nadila mau tak mau langsung memejamkan matanya. Tapi saat dia merasa bayangan Rama sudah tidak ada. Nadila pun membuka matanya, ternyata Rama sedang di dapur membersihkan bahkan mencuci bekas makan Nadila. Hal yang tak pernah di lakukan Firman, karena memang Firman yang sibuk jarang main ke rumah Nadila. Mereka hanya bertemu di luar atau di kantor.

‘Kamu baik banget sih mas Rama!’ batin Nadila lalu memejamkan matanya.

Keesokan harinya, Nadila sudah sembuh dan sudah kembali bekerja. Seperti biasanya Nadila di jemput oleh Rama. Mereka berpisah di kantor dan pergi ke ruangan masing-masing.

“Nadila, nanti di acara launching produk baru di hotel itu. Kamu aku jemput ya, kamu mau kan jadi teman dansa ku?” tanya Gerry yang memang sudah sejak lama suka pada Nadila. Sebenarnya bukan pada Nadila saja, Gerry memang adalah pecinta wanita cantik.

Syukur-syukur bisa dapat Nadila pikirnya, kalau tidak pun dia bisa dapatkan wanita yang lain. Dia itu Casanova kw.

“Sorry ya Gerry, bukanya gak sopan karena nolak kamu. Tapi tadi pas aku baru datang, itu si Mirna lagi pusing mikirin mau pakai gaun apa buat pergi sama kamu. Ih... kamu gimana sih, ngajak Mirna kok ngajak aku juga?” tanya Nadila yang langsung meninggalkan Gerry.

Tapi Gerry malah mengejar Nadila lagi dan berkata.

“Kalau kamu mau, aku bisa batalin janji sama Mirna!” kata Gerry.

“Sorry sekali lagi ya, aku sudah punya janji tuh!”

“Sama siapa?” tanya Gerry.

“Sama Irma sana Indah. Bye!”

Gerry terlihat kecewa, tapi kemudian obsesinya pada Nadila membuatnya memiliki rencana licik. Karena dia tahu Firman sedang dinas di luar kota. Maka tidak akan ada yang menjadi pasangan dansa atau menjaga Nadila. Gerry pun akhirnya memikirkan cara licik untuk bisa mendapatkan Nadila.

Sampailah di malam pesta launching profesional baru perusahaan. Karena yang diluncurkan produk yang harganya fantastis. Maka tempat launching nya juga adalah hotel bintang lima terkenal.

Rama yang malah ikut acara seperti ini, terpaksa ikut karena memang sebagai anggota bagian pemasaran. Nadila wajib datang, dia tidak tega membiarkan Nadila menghadiri acara ini sendirian.

Pestanya sukses, launching nya juga sukses. Kini giliran para direksi mempersilahkan para karyawan bersenang-senang. Ada pesta dansa, ada jamuan makan yang sangat enak.

Gerry mendekati Nadila yang tengah makan bersama dengan Irma, sementara Rama memang bergabung dengan karyawan pria.

Rama melihat Gerry membawakan segelas minuman berwarna merah untuk Nadila. Padahal di meja Nadila sudah ada minuman yang sama. Rama makin tidak enak perasaannya, ketika dia melihat Gerry menukar gelas Nadila kemudian pergi.

Nadila pun meminum minuman itu sebelum Rama bisa sampai di meja Nadila. Rama masih memperhatikan, kemudian Nadila sepertinya merasa tidak enak badan. Nadila pamit pada teman-temannya. Tapi Rama semakin merasa ada yang tidak beres karena Gerry mengikuti Nadila.

Begitu Rama menyusul, Gerry sudah membawa Nadila ke sebuah kamar hotel.

“Aduh kepalaku pusing, ini kenapa gatal sekali!” racau Nadila yang sudah terkena pengaruh obat yang di berikan pada minumannya oleh Gerry.

“Nadila, sebentar lagi tidak akan gatal. Aku akan membuatmu nyaman!”

“Kamu siapa, Gerry... bawa aku pulang Gerry. Atau bawa aku ke dokter, kepalaku pusing!” kata Nadila.

“Kenapa pulang, kita akan bersenang-senang..!

Brakkkkk

Gerry langsung menoleh ketika mendengar suara pintu di dobrak.

“Bren9sek!!” pekik Rama yang langsung menarik kerah jas bagian belakang Gerry.

Bagh

Bugh

Bagh

Bugh

Rama memukul Gerry sampai babak belur. Tapi saat Nadila bersuara, Gerry memanfaatkan kelengahan Rama untuk kabur.

“Aghkk!” Nadila meracau tidak karuan.

Rama langsung mendekati Nadila.

“Nadila, Nadila kamu dengar aku?” tanya Rama.

“Mas Rama, tolong aku rasanya sakit, sakit sekali.. agkhhh!” pekik Nadila lagi.

Tubuh Nadila menggeliat tidak karuan, dia terus menyentuh bagian bawahnya dan bergerak tak karuan.

“Panas sekali mas... nyalakan AC nya!” racau Nadila lagi.

Rama yang merasa ada yang aneh dengan Nadila lantas menggendong Nadila dan berniat membawanya pulang. Tapi baru kulit telapak tangan Rama menyentuh punggung Nadila. Nadila malah mendekatkan tubuhnya ke arah Rama.

“Mas, tubuhmu sejuk sekali!” kata Nadila yang malah membuka jas Rama.

Berusaha mencari kulit Rama yang membuatnya nyaman.

Nadila yang begitu agres1f membuka pakaian Rama membuat Rama juga terbawa suasana.

“Nadila, kamu sadar aku ini siapa?” tanya Rama.

“Mas Rama, orang yang aku suka saat pertama kali masuk perusahaan Semesta!” kata Nadila yang sepertinya bicara tanpa kesadaran.

“Apa?” tanya Rama terkejut.

“Aku menginginkanmu mas!” ucap Nadila memeluk erat Rama.

“Nadila, kamu tidak akan menyesali ini kan?”

Nadila tidak menjawab, kepalanya berputar dan rasanya tubuhnya panas dan sakit. Rama yang begitu terbawa suasana lantas langsung menyatukan bibirnya dengan Nadila.

Rama melepaskan bibir Nadila dan membaringkannya di tempat tidur. Rama lalu bergerak ke arah pintu kamar hotel dan menguncinya.

Rama yang melihat Nadila bergerak tak karuan pun tak bisa menahan diri. Dia mencium Nadila lagi, membuka pakaiannya dan melakukan penyatuan dengan wanita yang masih kekasih sahabatnya itu.

“Agkhhh sakit!” lirih Nadila yang perlahan sadar dari pengaruh obat saat mencapai pelepasannya.

Beberapa lama kemudian, Nadila merasa pandangannya tidak lagi buram. Tapi dia terkejut dengan pria yang ada di atas tubuhnya itu. Tapi fokusnya malah pada gigitan di leher dan dada Rama.

“Mas... apa yang sudah aku lakukan padamu?” tanya Nadila setelah menyadari dia memeluk Rama dan banyak tanda gigitan dan cakaran di tubuh Rama yang sama-sama polos seperti dirinya.

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!