NovelToon NovelToon

Di Ujung Penghianatan

Pahitnya Penghianatan

Novel ini menggunakan sudut pandang POV 1 (Tia) sehingga semua cerita diambil dari sudut pandang Mutia. Yah, bisa dibilang di sini Tia yang sedang bercerita dengan lingkungan sekitar mereka.

Aku termenung, dan tertawa getir ketika baru saja membaca selembar surat undangan di tanganku. Terpampang jelas nama yang sangat aku kenal. Eka Yuda Saputra. Ada berapa orang yang namanya Eka Yuda Saputra di kantor tempatku bekerja? Tidak ada lagi, selain Yuda pacarku. Ah salah, tepatnya mulai detik ini sudah menjadi mantan pacar meskipun tanpa adanya ucapan resmi perpisahan.

Kembali aku tertawa getir ketika nama yang ada di bawahnya Fany. Oh, betapa bodohnya diri ini, selama ini ternyata laki-laki yang hingga malam tadi masih bertukar kabar denganku nyatanya dia juga menjalin kasih dengan atasannya. Aku tidak akan merasa sakit sesakit ini kalau Yuda bukan kekasih dari jaman sekolah menengah atas. Nyatanya empat tahun berpacaran belum juga aku bisa tahu bagaimana sikap asli Yuda.

Apalagi kalau aku ingat bagaimana perjuangan kami bisa sampai ke Ibukota untuk mengadu nasib, banyak sekali yang sudah aku korbankan hingga uangku yang sering laki-laki itu pinjam dengan alasan untuk makan dan lain sebagainya. Nyatanya tidak bisa membuat dia setia. Justru laki-laki itu torehkan luka yang sangat dalam di hatiku.

Yuda Saputra laki-laki yang aku kenal baik, penyayang dan juga perhatian nyatanya dia adalah orang yang dengan tega membuatku terluka, sakit tidak berdarah hingga aku bingung harus berbuat apa.

“Lu yakin Tia, mau datang ke pernikahan Yuda dan tante-tante itu?” tanya temanku satu profesi, sebut saja namanya Misi.

“Yakin atuh, lagian gue pengin nunjukin kalau gue itu baik-baik saja tanpa tuh cowok gatel. Diem-diem ternyata menghanyutkan. Main sama tante-tante jadi bunting kan.” Aku berseloroh seolah aku sudah ikhlas. Namun, nyatanya ikhlas itu tidak semudah itu tetap saja hatiku ngilu. Bibir memang tersenyum, tetapi dalam hati menangis.

“Gue takut nanti malah Lu dapat omongan yang aneh-aneh,” balas temanku yang lainya yang sering kami panggil Tulip. Yah, meskipun Yuda berkhianat nyatanya aku tidak harus bersedih terlalu dalam. Teman-temanku super perhatian.

“Tenang saja, gue nggak akan nanggepin kok. Jujur yah niat gue datang itu cuma mau numpang makan gratis. Gue datang untuk kondangan juga nggak lah. Rugi banget kondangan. Duit gue aja banyak di cowok itu. Paling gue akan isi amplop dengan rincian uang-uang gue yang kadang dia pinjam tanpa kembali. Pokoknya gue sekarang jadi orang paling pelit sedunia. Datang cuma mau numpang makan dan bawa buat bekal makan di kontrakan,” kelakar ku. Hingga teman-temanku yang tahu kalau aku orangnya lucu, imut dan sedikit ngeselin pun tertawa dengan renyah. Ya setidaknya sakit hatiku sedikit terhibur dengan diriku sendiri.

“Lagian gue heran banget sama lu, udah tau tuh laki-laki tukang pinjam duit bin pelit dan perhitungan. Lu masih mau aja sih empat tahun ujungnya disakitin kalau gue udah gue kirim buhul santet tuh laki-laki,” dengus Misi yang wanita yang berprofesi sebagai OG (Office Girl) sama dengan aku sedikit mewakilkan perasaan kehancuran hati ini.

Hehehe... aku tertawa renyah dengan kelakuan Misi, karena, meskipun aku yang dikhianati oleh Yuda nyatanya teman-teman aku pun seolah mereka merasakan sakit yang aku rasakan.

“Tia emang lu nggak curiga gitu sama Yuda, masa sih bisa selingkuh sampai ceweknya bunting, dan sampai mau nikah lu nggak tahu, lu benar-benar polos apa be'go sih?” tanya Tulip yang membuat aku justru tertawa renyah dengar pertanyaan teman aku yang satu ini.

“Kayaknya karena gue be'go deh Lip, gue itu terlalu bucin, percaya banget sama Yuda, sampai apa yang dia katakan selalu gue iyain karena gue pikir. Kita udah saling kenal sejak sekolah, berangkat merantau ke Jakarta bareng, udah gitu orang tua kita udah saling kenal. Nggak mungkin dong Yuda bakal cari cewek lain. Tapi nyatanya kepercayaan gue malah disalah artikan. Nyeseknya itu di situ, gue percaya banget sama dia, tapi malah dia main belakang sama Bu Fany atasannya.”

“Berati udah lama yah si Yuda selingkuh sama si tante itu. Enggak nyangka banget sih bisa sampe nggak ada yang curiga.” Misi sebagai sahabat yang baik pun tidak mau ketinggalan ngomporin aku.

“Mungkin karena dari umur mereka cukup jauh, jadi kedekatannya dianggap biasa sebagai atasan dan bawahan. Terus juga kan Yuda ngontraknya deket dengan rumah Bu Fany jadi mungkin kalau malam, abis kencan sama Tia pulangnya ke rumah Bu Fany,” selor Tulip yang langsung di balas toyoran sama Misi.

“Lu kalau ngomong dijaga, biar analisa lu masuk akal, tapi lu tau sohib kita lagi patah hati, nanti kalau berpikir yang macam-macam terus gantung diri, lu mau tanggung jawab,” balas Misi, yang melihat wajah ku langsung berubah. Yah, aku tidak bisa membayangkan betapa bodohnya aku, tidak curiga sama sekali sama Yuda.

Aku tidak bisa membayangkan habis dari kontrak ku laki-laki itu lanjut main dengan Budak Fany.

“Hehe, sorry Tia abis gue gemez sama lu bisa-bisanya baru tahu pacarnya selingkuh sekarang. Dari kemarin kemana ajeh. Ngerem di goa,” imbuh Tulip kembali.

Pokoknya yang dikatakan Tulip itu semuanya bener, gara-gara aku yang terlalu percaya sama Yuda aku benar-benar nggak pernah curiga apa-apa meskipun Yuda jalan sama cewek lain, karena pikiran aku Yuda nggak mungkin berani macem-macem. Karena aku yang hampir nggak pernah mau ke luar rumah pulang kerja hanya di dalam kontrakan nonton TV, baca-baca novel paling melipir ke kontrakan Misi dan Tulip abis itu cari makan. Jadi dimanfaatkan oleh Yuda untuk berpacaran dengan Bu Fany. Ah, sehebat apa pun penyesalanku. Nyatanya kalau pasangan sudah nggak setia pasti akan ada kesempatan untuk mendua, bahkan pasangan yang perhatian dan cantik, kaya dan pandai mengurus pasangan saja, dasarnya gatel tetap aja terjadi perselingkuhan.

Intinya apa pun itu kekuranganku yang menyebabkan Yuda berkhianat dari hubungan kita, ada rasa syukur yang aku rasakan karena aku dijauhkan dari parasit itu saat ini. Meskipun aku merasakan sesak, nggak terima dan masih banyak rasa yang membakar hati ini. Namun, aku yakin Tuhan menyimpan rahasia di balik ini semua. Mungkin Tuhan malah sedang menyiapkan laki-laki yang lebih dari Yuda. Lebih kaya, lebih tampan, lebih setia, dan lebih pengertian....

“Udah-udah jangan bahas si Yuda lagi, kesel bawaannya, intinya kalau memang ada niat untuk selingkuh sebaik apapun gue tetap laki-laki itu cari yang gue nggak bisa berikan. Mendingan bahas konsep gue datang nanti ke pernikahan laki-laki itu. Gue ingin buat dia nyesel, dan satu lagi gue ingin tunjukin sama laki-laki itu kalau gue baik-baik saja. Sorry to say gue nggak akan nangisin laki-laki penghianat kaya dia. Dunia itu luas buat apa buang waktu untuk menangisi laki-laki yang sudah dengan terang-terangan main belakang,” ucapku dengan jari-jari mengunjugi toko online untuk mencari pakaian yang terbaik fersiku.

Pokoknya tidak masalah aku harus mengeluarkan uang tabunganku untuk menunjang penampilanku. Memang tampil cantik itu butuh modal dari pada uangku di pakai oleh laki-laki itu yang nggak tahu digunakan untuk apa lebih baik aku gunakan untuk memenuhi kebutuhanku.

“Nah, gini dong ini namanya bestie. Jangan malah nangis-nangis buang energi karena dikhianati. Ayok gue bantu.” Tulip dan Misi pun dengan semangat membantu memilihkan pakaian terbaik, dan aksesoris serta rekomendasi salon terbaik, dan pemilihan make up nanti yang akan aku pilih, aku tidak ingin tampil wah dari pengantin wanita. Aku hanya ingin tampil lebih baik dari diriku sediri sebelumnya. Karena ku tahu standar cantik setiap orang itu berbeda beda.

Hari-hari pun terus berlalu, aku pun tetap bekerja seperti biasa. Hanya bedanya aku tidak lagi berangkat dan juga pulang bersama dengan Yuda. Aku lebih memilih jalan kaki bersama dengan teman-temanku.

Penghianatan memang di depan mata, tetapi aku selalu bersikap baik-baik saja terutama di depan teman-temanku. Aku tidak ingin ada yang tahu kalau dalam hati ini rasa sakit itu maha dahsyat. Bohong besar kalau aku mengatakan aku baik-baik saja, sedangkan cinta pertamaku sudah berkhianat. Yah Yuda adalah laki-laki pertama yang berhasil mengetuk hati ini. Dia adalah laki-laki yang selama ini tidak pernah menyakiti aku baik dari lisannya maupun dari perbuatanya. Namun siapa sangka sekalinya menyakiti langsung menikam tepat di ulu hati.

Seperti hari biasanya, pulang kerja aku pun pulang bersama dengan Misi dan Tulip. Yah dua wanita itu memang teman satu perjuanganku, bukan hanya itu saja. Kontrakan kami pun masih dalam satu atap hanya bedanya aku di lantai atas dua wanita itu di bawah.

“Lu yakin besok mau datang Tia? Udah siap lihat Yuda bersanding dengan wanita lain?” Kembali Misi yang kayaknya ragu banget kalau aku punya hati sekuat baja. Yah, meskipun kuat hanya di depan mereka, nyatanya kalau sendiri air mata ini tidak bisa dibendung. Selalu saja jadi gadis cengeng yang butuh bahu untuk bersandar. Dan teman untuk menghibur diri, syukur-syukur menggantikan posisi laki-laki itu.

“Astaga Misi, loe harus tanya berapa kali sih soal ini. Yakin gue udah yakin dan fix pake banget kalau gue mau datang. Loe pikir gue mau rugi udah beli baju mahal dan juga bayar salon yang mahal. Udah beli parfum paling wangi, mau gue anggurin ajah di kontrakan? Ya nggak kali. Sayang banget, gue pamerin lah ke Yuda. Nih, gue baik-baik aja meskipun loe berkhianat,” balasku dengan yakin.

“Akhh... gue mah setuju pisan sama kamu Tia, pokoknya jangan kasih dia seneng tunjukin kalau loe itu baik-baik saja dan happy kalau perlu loe pacari tuh laki yang lebih tajir dan buat dia ngenes karena ninggalin berlian demi batu krikil,” balas Tulip, dia memang teman ter the best bin cerdas, idenya sangat keren.

Tunggu-tunggu. Aku langsung menahan dua temanku. “Ide Tulip keren banget. Kayaknya gue harus cari laki-laki yang lebih tajir, lebih ganteng dan pastinya lebih dari segalanya. Biar dia juga tahu kalau aku juga bisa dapat cowok yang lebih. Selama ini aku mau sama dia anggap aja karena kepepet.”

“Nah aku setuju banget, pokoknya aku dukung kamu dapat cowok seperti itu.” Misi tidak kalah paling gancor mendukung usahaku.

“Tapi ngomong-ngomong siapa yah. Yang kaya, ganteng, bos lagi,” ucapku sembari jari telunjuk di ketuk-ketuk ke daguku.

“Pak Gala...” Tulip dan Misi langsung menyebut Pak Galaxi atau lebih sering disebut Pak Gala. Cucu dari pemilik perusahaan tempatku bekerja yang digadang-gadang akan menjadi pewaris utama dari perusahaan sang kakek.

Aku menatap dua temanku yang dengan kompak menyebut Pak Gala, bos dari segala Bos. “Jangan ngawur kalian. Masa pak Gala. Loe berdua tahu kan gue rakyat jelata Pak Gala sultan gue daftar jadi pembantunya wajar, kalau jadi kekasihnya itu namanya halu. Gue harus bikin outline untuk cerita novel itu baru masuk akal,” balasku, meskipun aku dan Pak Gala selama ini akrab, tetapi nggak mungkin juga aku bermimpi jadi kekasihnya, rasanya jiwa tahu diri aku masih bisa dipake. Tapi kalau kemampuan the power of kepepet kenapa nggak di coba.

Kuy lah gas Tia....

Bersambung.....

****************

Selamat datang buat calon pembaca setia, semoga novel ini bisa menghibur yah🙏🏻

Follow IG author: @Onasih_Aenta

Fb : Ci Osyih Onasih Aenta

Menata Kepingan Hati

Hari pernikahan mantan kekasih pun sudah tiba, jujur ini adalah momen yang aku tunggu-tunggu rasanya aku tidak sabar ingin membuat kejutan untuk Yuda. Aku sudah bersolek, cantik, anggun, dan juga mempesona nan wangi. Pokoknya aku rela mengeluarkan uang tabungaku untuk ke salon, dan membeli pakaian terbaik menurutku dan teman-teman. Dari pakaian, sepatu high heels, tas bermerek meskipun imitasi, masa bodo toh paling dipakai hanya sekali. Yang penting aku terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya.

Awan kelabu, dari sesaknya penghinaan sudah aku lewati, menyembunyikan tangis di balik tawa juga sudah aku lakukan. Meratapi nasib dengan menumpahkan kesedihan di atas sajadah dengan menangis tergugu atas sakit dihianati pun aku lakukan. Seolah aku juga ingin Tuhan tahu bahwa hambanya tengah bersedih. Kini aku sudah bertekad kalau aku akan menunjukan pada Yuda, aku adalah wanita yang kuat bukan wanita lemah seperti diluaran sana yang justru mau berlarut membuang energinya untuk bersedih-sedih karena penghianatan pasanganya.

Bukan aku tidak bersedih dan juga tidak kecewa. Hanya saja aku tahu porsinya kapan harus menangis dengan kesedihan ini, dan kapan aku mulai mengumpulkan kepingan hati yang hancur dan kembali menyusun asa yang baru, demi hidup yang jauh lebih baik. Aku tidak diajarkan menjadi wanita yang lemah dan cengeng. Aku diajarkan oleh orang tuaku serta Tuhanku untuk selalu menerima takdir pahit atau pun manis selalu ada hikmah dari semuanya.

“Gue yakin tuh biawak nyesel sejadi-jadinya ninggalin lu, Tia,” ucap Misi ketika aku datang bersama teman-temen satu seperjuangan. Langkah tegas dan percaya diri sudah mewakilkan hati ini yang kuat untuk melihat pasangan yang berbahagia dihari ini. "Eh, tapi yakin nggak yah Yuda bahagia? Atau justru dia juga sebenarnya tidak bergitu mengharapkan pernikahan ini, baiklah kita lihat saja," batinku, rasanya sudah tidak sabar ingin tahu bagaiamana reaksi mantan kekasihku dia atas pelaminan sana.

“Biarin gue seneng malah lihatnya. Akan gue buat nyesel sampai kerak-keraknya,” balasku, dengan nada bicara menggebu-gebu. Salah siapa berhianat. Aku sudah setia dia malah main api. Mana uang-uangku sering dia pakai dengan alasan ini itu dan tidak dikembalikan kan godok. Taunya pasti uang-uang itu untuk selingkuhanya. Yah, ini alasanku masih mendam rasa kesal dengan laki-laki yang hari ini resmi menyandan setatus suami orang.

Sesuai rencanaku begitu sampai diacara mantan, aku pun melihat sang mantan hanya menunduk lesu. Ini hari bahagianya tapi wajahnya nunduk terus, apa artinya kalau nggak nyesel. Ini belum seberapa. Aku sudah berencana akan mecari pacar yang lebih kaya dari dia dan akan aku pamerkan ke dia. Hehe adil kan, mungkin dia lupa kalau aku itu orangnya dendaman. Harusnya sih dia tahu mengingat kita kenal bukan sehari dua hari tapi sejak sekolah menengah atas.

Seperti pada acara kondangan lainya aku dan teman-teman mengambil makan, aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Biarlah dikata norak juga, patah hati butuh tenaga yang banyak. Hati boleh sedih dan juga emosi boleh menguasai, tapi perut jangan dibiarkan kosong. Patah hati butuh tenaga yang banyak sehingga aku pun harus makan yang banyak biar tetap kuat menghadapi kenyataan.

“Setelah mengambil beberapa makanan kami pun duduk di satu meja yang seharusnya sih bisa diduduki enam orang, tapi berhubung aku datang hanya dengan Misi dan Tulip jelas dua orang itu bawa cem-cemanya hanya aku yang sendiri. Tapi tenang aku sekarang udah biasa jadi obat nyamuk sehingga mau mereka berdua aku tetap percaya diri dan santai, yang jomblo belum tentu tidak bahagia.

Yah, meskipun pada kenyataannya aku tidak bahagia

juga, ada rasa iri pengen punya pasangan seperti Misi dan Tulip yang saling setia, dan tentunya pacar mereka romantis-romantis. Contohnya sekarang udah tahu temennya patah hati mereka malah saling cerita dengan hangat, dan terlihat sesekali terkekeh, entah ngomongin apa. Udah gitu mana sesekali suap-suapan duh Gusti kirimkan pacar baru buat manasin mereka.

Namun, aku berusaha cuek dan menikmati hidangan dengan tetap anggun tentu sesekali ekor mataku melirik ke arah pelaminan yang mana pandanganku masih menangkap wajah manten dengan raut yang sama. “Apa sepanjang acara dia akan menunduk terus,” batinku ketika lagi-lagi setiap aku mencuri pandang ke pelaminan mantan kekasihku menunduk. Ah, mungkin dia sedang mencari uangnya yang jatuh.

Hal berbeda jelas terlihat dari Bu Fany yang tampak jauh lebih bahagia. Bahkan wanita yang usianya lebih tua dari Yuda untuk beberapa kali menyapa tamu. Tapi sudah jelas bukan aku yang disapa. Bahkan rasanya wanita itu entah suka atau tidak ketika tahu kalau aku hadir.

Mungkin tujuan wanita itu mengundangku hanya untuk memberi tahu bahwa dialah pemenangnya, tanpa mengharapkan kehadiranku yang aku yakin membuat hati Yuda menyesal. Atau mungkin justru Bu Fany ingin kalau aku bermelow-melow nangis dihari bahagianya, seperti yang kadang viral di sosial media? Ah, entahlah hanya mereka yang tahu kenapa mengundangku, tetapi ketika aku datang wajah mereka seperti tidak suka.

“Tia... lihat tuh Pak Gala datang.” Misi yang kebetulan duduknya berdekatan denganku pun menyenggol ku dengan sikunya. Aku pun mengikuti arah dagu Misi yang digerakan. Hati ini bergetar ketika melihaat Pak Gala tampil dengan sangat tampan dan juga jauh lebih berkarisma dari pada hari-hari biasanya.

“Iya terus mau diapain. Diakan Bos. Ya wajar sih kalau dia diundang dan datang keacara pernikahan anak buahnya,” jawabku dengan santai.

“Aduh Tia, kesempatan kali deketin dia, siapa tahu gayung bersambut,” ucap Misi mengompori aku.

Aku pun hanya membalas dengan senyum tipis. Siapa sih yang nggak mau dengan bos besar, tapi juga kalau bermimpi jangan ketinggian, jatuhnya sakit kalau nggak dapat apa-apa, lagian aku juga nggak tahu kan kalau ternyata Pak Gala sudah punya kekasih nanti sakitnya dobel-dobel dong.

Aku pun kembali terfokus pada es cream yang ada di hadapanku tanpa memperdulikan lagi laki-laki yang di sebut Pak Gala.

“Wah Pak Gala datang juga, tuh fans kamu datang.” Kali ini Tulip yang berbisik padaku. Teman aku memang suka gitu bercandanya nggak kaleng-kaleng di mana Pak Gala adalah bosku ya kali rakyat jelata diidolakan oleh Sultan, kelewatan ngehalu sampe nggak sadar kalau yang dia candain itu bos besarnya. Anak dari pemilik perusahaan tempat ngasi rezeki.

Meskipun dari sekian banyak karyawan bisa dibilang aku dan Pak Gala paling dekat itu karena kata Pak Gala, aku itu lucu jadi enak ngobrol sama aku. Lagi-lagi lucu alasanya. Padahal perasaan aku biasa saja sedikit ngeselin malah, itu yang Misi dan Tulip. sering katakan.

Kembali aku mengembangkan senyumku. Baik Misi atau Tulip memang seperti itu sering meledekku. Aku sih Aminin ajah mereka bercanda apa, siapa tahu dari candaan jadi kenyataan kan nggak tahu.

Kali ini aku tergelitik hatinya untuk kembali melihat ke arah Pak Gala, yang mana ternyata laki-laki itu sepertinya sedang mencari teman untuk duduk. Maklum sang bos datang seorang diri sehingga tidak ada teman untuk sekedar duduk. Namun aku kembali fokus dengan es cream ku yang menurutku jauh lebih menggoda dari pada Pak Gala yang jaraknya cukup jauh. Mau aku tawarin duduk juga tidak mungkin masa iya teriak teriak kan nggak mungkin.

Biarkan, kalau memang jodoh pasti akan bertemu batinku, padahal aku sebenarnya sedang menata hatiku yang hancur agar tetap terlihat baik-baik saja.

Mengapa meratapi gelapnya mendung yang tengah memayungi langit kelabu, apabila ternyata kamu pun tahu langit biru pun kadang berselimut awan gelap, yang

menandakan akan turun hujan (keberkahan).

Mengapa hanya mensyukuri hujan, jika kamu paham ada siklus kemarau yang tandus akan bumi. Tanpa ada kemarau, hujan bukanlah keberkahan bukan? Lihatlah angin yang tidak pernah lelah bertiup meskipun kadang berperan sebagai badai. Jangan berharap empati dari yang kita ratapi. Lingkungan hanya peduli pada indah, tanpa mampu paham jalan tempuhnya adalah banyaknya pengorbanan. Tersenyumlah Tia jalani semua ini dengan Lillah. Mungkin hari ini adalah kehancur untuk aku dan hati ini yang terus bersedih, tapi percayalah suatu saat momen ini akan aku syukuri semua ini.

Bersambung....

Diam-Diam Menghanyutkan

“Tia, Pak Gala ada di belakang lu,” bisik Misi kembali, kali ini dengan menyenggol sikut aku lebih keras sampai aku sendiri cukup kaget. Aku pun melirik dengan ekor mataku, dan bersikap biasa saja toh kita memang sedekat itu. Hehe percaya diri aja dulu. Eh, tapi kalau dicuekin aja kasihan dong ada kesempatan nggak diambil batinku.

“Pak, duduk sini,” ucapku yang langsung mendapat pelototan dari teman-temanku. Mungkin mereka salting, grogi atau apalah berdekatan dengan cowok tampan dan kaya raya. Sesuai yang aku tawarkan Pak Gala pun duduk di sampingku. Sembari meletakkan piring berisi makanan yang sengaja di ambil untuk menemani ngobrol.

“Kamu datang juga Tia. Hati aman?” tanyanya, sedikit bercanda, tapi aku tahu tujuan untuk mengejek.

“Udah gosong Pak. Tapi sayang kalau nggak datang. Kapan lagi makan enak,” ucapku sembari menunjuk makanan yang ada di atas meja kami.

Pak Gala pun terkekeh. “Ya ngapain melow-melow cowok banyak kok di luar sana nggak cuma Yuda. Cari yang lain yang lebih dari dia,” ucapnya sembari menyuapkan makanan yang ada di hadapan bos besar ku.

“Nah masalahnya itu aku nggak tau laki-laki kaya gitu ada di mana. Apa Pak Gala ada kenalan, ya setidaknya tampan, baik dan kaya lah, biar bisa dipamerin sama mantan,” kelakarku, kami memang sudah bisa bercanda dengan bos besar. Eh, maksudnya aku aja nggak pake yang lain karena yang lain jaim-jaim, kalau aku lebih santai, dan cenderung rame.

“Kenapa harus cari yang lain. Kenapa nggak aku aja, aku tampan, kaya, baik sudah pasti,” jawabnya dengan bibir melengkung sempurna. Entahlah maksudnya apa, tapi siapa sih yang nggak mau dengan bos besar? Termasuk aku juga mau, tapi ya kali langsung diiyain, tarik ulur lah biar nggak kelihatan murahan.

“Anda jangan bercanda Pak, saya orangnya baperan, dan mudah jatuh cinta. Saya takut nanti malah anggap serius candaan Anda. Kaya sih kaya, tapi jangan Anda juga, kalau Pak Gala mah terlalu kaya. Ibarat kata nih langit dan bumi nggak akan bisa bersatu, dan tidak akan ada titik temu. Kalaupun ada titik temu itu hanya semu, semakin didekati semakin sulit untuk digapai,” balasku dengan jujur, tapi kalau Pak Gala tetap memaksa tidak ada salahnya mulai di gas tipis-tipis.

Kembali Pak Gala terkekeh dengan renyah mendengar jawaban dari aku. Bahkan aku merasa kalau di meja ini hanya ada aku dan Pak Gala. Tulip dan Misi yang tadinya lebih heboh mengumbar kemesraan dengan pasangan masing-masing setelah Pak Gala datang mereka pun seolah menjadi orang yang tidak saling kenal hanya diam dan menjadi pendengar obrolanku dan Pak Gala.

“Loh kenapa harus bercanda. Lagian kaya dan miskin kalau kata aku tidak terlalu penting dalam suatu hubungan yang penting baik dan perhatian,” balas Pak Gala, dan kenapa aku merasa kalau laki-laki kaya ini justru seperti tengah menawarkan dirinya jadi kekasih aku.

“Itu sih kata Pak Gala karena udah kaya, tapi kan belum tentu keluarga merestui. Lagian aku tahu diri kok Pak, seorang Office girl paling mentok dapat pasangan kaya ya paling kepala bagian, kalau lebih tinggi dari itu jatuhnya halu,” balasku lagi. Intinya aku juga tidak serius-serius amat mengharapkan Pak Gala terlalu besar jarak di antara kita. Sehingga aku hanya menganggap seru-seruan saja.

Tahu diri intinya jauh lebih baik dari pada nanti malu-maluin. Tapi juga usaha tetap lah meskipun aku tidak bisa berharap lebih.

“Hehehe, ya udah terserah kamu aja. Ngomong-ngomong kamu datang seorang diri?” tanya Pak Gala, bener-bener mungkin Misi dan Tulip nggak terlihat.

“Tidak Pak, biasa sama Misi dan Tulip, tuh sama pacar mereka juga. Hanya aku yang jomblo. Tapi tenang bentar lagi juga dapat pasangan,” balasku lagi, menghibur diriku sendiri kata orang ucapan adalah doa maka aku akan sering-sering berucap yang baik agar Tuhan mengabulkan doa yang baik juga.

“Oh, aku pikir kamu datang sendiri, maklum kurang kenal dengan yang lain. Tahunya office girl itu cuma kamu, karena kamu yang paling berisik,” balas Pak Gala. Nah loh, kalau gini jatuhnya memuji atau menghina?

“Kami pun terus mengobrol dengan sesekali ekor mataku masih mencuri pandang pada sang manten yang aku lihat wajahnya makin kusut. Dalam batinku semakin bahagia aku berharap kalau yang membuat wajah mantan kusut adalah kedekatan aku dan Pak Gala.

“Ayo Tia kita bareng naik ke pelaminan buat kasih selamat sama Yuda, dan Fany. Atau kamu mau sama teman-teman kamu?” tanya Pak Gala setelah cukup lama kami ngobrol dan sesekali melemparkan candaan dan tertawa lepas. Seolah kami memang benar pasangan kekasih. Bahkan teman-teman kantor dari bos-bos dan bawahan seperti supir dan staff banyak yang memperhatikan aku.

Entah mereka iri atau justru mereka sedang menertawakan aku yang seolah tengah mempermalukan diriku yang seolah memaksa dekat dengan Pak Gala yang sudah jelas tidak mungkin bisa di gapai.

Aku menatap pada Misi dan juga Tulip lalu memberi kode agar kita naik ke pelaminan untuk memberikan selamat bersama-sama. Dan mereka pun untungnya mau aku ajak naik bersama sehingga aku tidak terlalu canggung.

“Ayo Pak, kebetulan Misi dan Tulip juga udah pada mau pulang jadi kita naik ke pelaminan bersama-sama,” jawabku sembari berdiri dari dudukku dan merapihkan pakaian mahal versi ku agar tidak terlihat lusuh.

“Eh kirain mau berdua aja, siapa tahu nanti tahun depan kita yang gantian jadi raja dan ratu sehari seperti mereka,” ucap Pak Gala, yang mancing-mancing aku terus.

“Pak Gala, jangan mancing-mancing terus, nanti ada malaikat lewat terus di Aminin dan jadi kenyataan kan saya yang seneng,” balasku nggak mau kalah dong.

“Ah kamu mah bisa aja Tia balasnya, jadi lupa kan mau ngomong apa lagi. Gara-gara kamu bikin ketawa terus.” Kami pun masih saja berbisik sebari jalan.

“Iya kan saya mah gimana Pak Gala kalau Pak Gala saja bercanda terus saya juga pasti dong,” balas ku masih berbisik. Hingga tidak berasa kami sudah ada di atas pelaminan dan siap mengucapkan selamat pada pasangan pengantin yang sepertinya tidak sedang bahagia.

“Selamat yah Mbak Fany, semoga bahagia terus,” ucapku tidak dengan tulus.

Seperti pada acara lain Mbak Fany membalas jabat tanganku dan mengucapkan terima kasih. Hal yang sama juga aku lakukan dengan Yuda, mantan kekasih yang bahkan wajahnya tampak kusam.

“Selamat yah Yud, semoga kamu bisa jadi ayah yang baik untuk anakmu,” ucapku dengan suara yang dingin. Yah sudah bukan rahasia lagi, kalau Mbak Fany dan nikah dengan Yudi karena Mbak Fany sudah hamil bahkan ada yang bilang kalau kehamilan Fany sudah empat bulan. Aku kembali tersenyum kalau mengingat hal itu.

Aku pikir Yuda itu cupu taunya suhu, diam di depanku di belakangku membagongkan. Memang sangat berbahaya orang diam itu diam-diam menghanyutkan.

Yuda hanya membalas dengan senyum terpaksa. Ah, rasanya aku belum puas mengucapkan kata-kata lain. Tapi Misi yang di belakang ku terus menyikut punggungku agar cepat gantian.

Tidak apa-apa lah yang penting Yuda sudah kena mental meski aku belum puas banget lihat wajah masam dia.

Bersambung....

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!