NovelToon NovelToon

Pelacur Itu Istri Gus Azam

Stella Si Wanita Penghibur

Suara dentuman musik menggema di sebuah ruangan, banyak yang menari di lantai dansa serta beberapa terlihat minum alkohol dengan santai.

Tak terkecuali dengan seorang wanita yang meliuk-liukkan tubuhnya di lantai dansa. Punggung dan kaki jenjangnya terekspos karena minim dan ketatnya baju yang ia kenakan. Setiap lelaki disana tentu tau siapa dia, wanita penghibur sekaligus model dalam majalah dewasa.

“STELLA”

Wanita yang dipanggil barusan langsung menolehkan pandangannya saat mendengar teriakan salah seorang temannya, Viona.

“Ada apa?” Tanya Stella, dia mendekat sambil mencoba menajamkan pendengarannya dari hiruk pikuknya suara musik.

“Di suruh ke ruangan madam El” Sahut Viona.

Stella hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Viona ke suatu ruangan di pojok sana.

Tanpa permisi, Stella memasuki ruangan itu.

“Halo sayang, apa kabar?”

Seseorang yang dipanggil madam Ella itu mengelus pelan rambut Stella pelan, menggoda Stella kemayu.

“Ada apa, madam?” Tanya Stella.

“Apa kau sibuk hari ini, honey?” Tanya Madam Ella.

“Apa kau akan memberiku klien besar, mam?” Tanya Stella, dia duduk di sofa ruangan itu, menyilangkan kakinya sehingga kaki rok mininya semakin terakngkat indah.

“Tentu honey, dia pengusaha dari luar negeri namanya Mr. Demian”

Madam Ella memberikan cek dengan tulisan 1 Milyar disana.

“Besok malam pukul tujuh di hotel xxx kamar nomor 205 lantai 3” Ucap Madam Ella.

Stella tersenyum senang, wanita itu mengambil cek tersebut, “Terimakasih Mam” Ucapnya lalu pergi.

“Hati-hati, sayang” Madam Ella memberikan sapaan terakhirnya, sedangkan Stella hanya melambaikan tangannya anggun.

Stella tersenyum puas, wanita itu berjalan melenggok-lenggok setelah memasukkan cek tadi ke dalam tasnya.

“Hey girl, What you did get in there huh? Wajahmu terlihat sumringah” Sapa Viona.

Viona juga wanita penghibur, Viona adalah salah satu anak Madam Ella, dimana Stella hanya menerima beberapa klien dengan kriteria tertentu dari wanita itu. Di luar itu, Stella memiliki manager bahkan terkadang mengatur sendiri jadwalnya di dunia modeling dan dunia malam.

“I got a big client” Sahut Stella.

Viona tersenyum kecut, “Kau selalu menjadi anak kesayangan Madam El jika berurusan dengan klien besar. Kau beruntung” Gumamnya.

“Hey, kau juga salah satu anak kesayangan Madam El, jangan berkecil hati” Ucap Stella.

Wanita itu meneguk satu gelas alkohol seperti meneguk air putih, lancar tanpa hambatan.

“Aku pulang dulu, darling” Pamit Stella lalu pergi meninggalkan Viona seorang diri.

Stella melajukan mobilnya menuju rumahnya. Sebenarnya dia tidak akan mau pulang ke rumahnya, dia akan selalu dipaksa menikah oleh orang tuanya jika menampakkan batang hidungnya di rumah.

Tapi, sayangnya kali ini dia ingin segera menidurkan tubuhnya pada kasur, sungguh lelah hari ini rasanya.

Orang tuanya tidak tau dengan pekerjaan yang dilakukan Stella, mereka hanya tau bahwa Stella adalah seorang model, tanpa tau majalah seperti apa yang putrinya bintangi.

Mereka juga tau Stella sering pulang malam tapi, mereka tidak pernah tau putrinya pulang dengan keadaan sempoyongan begitu karena Stella selalu kembali ke apartemen jika kondisinya mabuk.

“Pusing sekali. Lagipula kenapa Kleo malah berc*nta di dalam sana daripada menungguiku ha?” Omel Stella seorang diri.

Wanita itu menggerutu kesal karena managernya yang ia sebut bernama Kleo itu malah terlihat berc*nta saat ia keluar dari ruangan Madam Ella.

Rasa pening akibat alkohol menyerang kepalanya, sepertinya dia banyak minum saat mengobrol dengan Viona tadi.

Wanita itu memarkirkan mobilnya sembarangan, dengan cepat langsung masuk ke rumah besar yang terlihat lenggang itu. Tidak ada yang akan menyambutnya sekarang, dia tau orang tuanya pasti sudah tidur di jam tengah malam begini.

Urus saja yang lainnya besok, pikir Stella lalu memejamkan matanya.

Azam Wijaya

Pagi itu, suasana di pondok pesantren Lailatut Qadar terlihat begitu damai dan asri. Meskipun tempatnya masih berada di tepi perkotaan tapi, sama sekali tidak meninggalkan suasana kota yang padat.

Di aula pondok, terlihat Gus Azam sedang memberikan materi kepada santriwan dan santriwati selepas sholat Duha bersama.

Anak dari Kyai Daud itu begitu betah berada di pondok pesantren, meskipun sudah menjadi CEO dari Wijaya Group, perusahaan yang ia bangun sejak lulus kuliah itu berhasil berkembang pesat seiring dengan usaha dan doa yang ia lakukan. Sama sekali tidak ada niatan untuknya pindah dari rumah masa kecilnya.

“Bagaimana jika jodoh kita ternyata tidak sekufu, Gus?” Tanya salah seorang santriwati pada Gus Azam.

“Boleh aku tau, apa sekufu menurut pandanganmu?” Tanyanya.

“Perkawinan dengan keseimbangan antara laki-laki dan perempuan dalam tingkat sosial, kedudukan, akhlak dan kekayaan” Jawab santri tersebut.

Lelaki itu, Gus Azam. Dia hanya tersenyum dengan jawaban santriwati tersebut.

“Kau tidak salah, hanya saja jika menurutmu kufu itu tentang kekayaan lalu bagaimana dengan kisah Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq dengan Zubair bin Awwam? Ia menerima Zubair bin Awwam dengan penuh ke-ikhlasan tanpa menuntut apa-apa. Padahal saat itu Zubair bin Awwam hanya memiliki seekor kuda sebagai hartanya, tapi keluarga mereka menjadi keluarga yang penuh dengan keberkahan”

Semuanya santriwan dan santriwati terdiam, mendengarkan setiap kisah sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.

“Lalu jika menurutmu kufu itu tentang kesederajatan sosial, bagaimana dengan kisah Ibnu Rawahah yang menikah dengan budaknya sendiri? Dari kisah itu, Allah SWT lalu menurunkan firman Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu - QS Al-Baqarah ayat 221

Dan bagaimana dengan kisah Ummi Ayman yang menikah dengan Zaid bin Haritsah yang merupakan mantan budak?”

“Bagaimana jika usianya terpaut jauh?” Tanya seorang santriwan.

“Kisah cinta Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dengan Kadijah, usia Baginda Nabi saat itu masih 25 tahun sedangkah Khadijah berusia 40 tahun namun, kisah mereka adalah kisah paling romantis dalam Islam. Ada pula kisah cinta lain dari Rasulullah, bukankah kita semua tau bahwa Aisyah bahkan menikah dengan Rasulullah disaat usianya masih 6 tahun?”

“Tidak semua yang tampan akan berjodoh dengan yang cantik, tidak pula yang kaya akan berjodoh dengan kaya, bukan juga yang bujang akan berjodoh dengan gadis, begitupula yang duda berjodoh dengan janda. Jika salah satu kriteria dari pasangam suami istri ada yang tidak terpenuhi, tetapi keduanya saling melengkapi dalam kriteria yang ada, maka itu bisa di anggap sederajat”

Setelah kurang lebih 30 menit menghabiskan waktu di depan para santri, Azam segera meluncur ke luar kota untuk mentutaskan meeting perusahaannya.

“Berapa lama disana?” Tanya Kyai Daud pada putranya.

“Kurang lebih satu minggu, Abi” Jawab Azam.

“Jaga dirimu baik-baik. Ingat, kau akan menikah dalam waktu dekat, jangan terlalu lelah” Sahut uminya.

“Pasti, Umi. Azam berangkat dulu” Pamit Azam sambil mencium punggung tangan orang tuanya.

“Hati-hati, nak” Sahut Umi Azam.

“Assalamu’alaikum” Ucap Azam sebelum meninggalkan ruangan abi dan uminya.

“Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh” Sahut kedua orang tua Azam.

Lelaki itu memasuki mobil yang akan mengantarnya ke bandara, melihat pondok pesantrennya, ini bukan pertama kalinya meninggalkan rumah masa kecilnya itu untuk urusan pekerjaan, tapi entah kenapa kali ini terasa begitu sendu.

Insiden

Azam tiba di hotel pukul tujuh malam, dikarenakan terjadi insiden kecil yaitu ban mobil yang menjemputnya bocor, akhirnya dia dan si supir harus menepi untuk mengganti bannya terlebih dahulu. Belum lagi jalanan yang macet, maklum kota yang ia kunjungi adalah kota wisata, tidak heran jika di malam minggu begini, keadaan jalanannya padat.

Adik sekaligus sekretaris Azam, Zaidan akan datang besok pagi menyusulnya. Jadi, malam ini Azam memiliki waktu lebih lama untuk beristirahat.

“Aku akan melihat beberapa e-mail dulu” Gumam Azam sambil membuka laptopnya.

Jujur saja, sebenarnya dia lapar. Ia melewatkan makan siang dan juga makan malamnya. Karena si supir yang tidak menunaikan sholat, ia makan siang saat Azam menjalankan ibadah. Jadi, selepas sholat dzuhur, Azam langsung melanjutkan perjalanan, tidak mau supirnya menunggu terlalu lama.

Drrrt

Drrrt

Drrrt

Dering ponsel Azam berbunyi, menandakan seseorang tengah menelponnya.

Saat dilihat, ternyata rekan bisnisnya yang menelpon, dengan segera Azam mengangkat panggilan itu tentunya.

“Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh” Sapa Azam.

“Oh hai dude” Jawab seseorang di seberang sana.

Azam hanya tersenyum saat mendengar jawaban salamnya dari seberang sana.

“Ada apa, pak Erlangga?” Tanya Azam.

“Aku dengar kau sudah berada di kota xxx malam ini, sudah sampai hotel?” Tanya seseorang yang disebut Azam bernama Erlangga tadi.

“Alhamdulillah, aku baru saja sampai” Jawab Azam, sopan.

“Bagaimana kalau kita keluar dulu sebentar? Apa kau sudah makan malam? aku punya rekomendasi restoran terbaik di sekitar sini, aku juga ingin membahas beberapa hal terkait bisnis yang ingin aku tawarkan padamu” Sahut Erlangga.

Lelaki itu memang pandai dalam beberapa hal, termasuk berbisnis. Sayangnya, beberapa bisnis yang ditawarkan oleh Erlangga tidak sesuai dengan keinginan hati Azam.

“Kebetulan saya belum makan malam, pak Erlangga” Jawab Azam.

“Saya jemput, kau check in di hotel mana?” Tanya Erlangga.

“Di hotel xxx”

“Kau tunggu di lobby, mungkin 5 menit lagi aku sudah sampai, kebetulan jarak rumahku dengan hotel itu tidak begitu jauh. Aku tutup dulu telponnya” Pamit Erlangga.

“Wassalamu’alaikum warrrahmatullahi wabarakatuh” Ucap Azam.

Tut

Dan lagi-lagi dia tidak mendapatkan jawaban atas salamnya.

Azam bergegas mengambil jaketnya, saat sudah menutup pintu, lelaki itu mendengar teriakan dari samping kamarnya.

“LET ME GO!!!”

“YAK! BAJING*N. SAKIT”

Azam tidak mau peduli, itu urusan mereka, dia tidak akan ikut campur.

“TOLONG”

Brak

Brak

Brak

Suara gebrakan pintu itu terdengar semakin jelas dan intens.

Mau tidak mau, Azam kembali ke kamarnya, menelfon pihak hotel untuk melihat kegaduhan yang terjadi di sebelah kamarnya.

“Assalamu’alaikum”

Ah, entah sudah menjadi kebiasaan atau apa, memang salam yang selalu diucapkan oleh Azam saat pertama kali menyapa seseorang.

“Iya, selamat malam. Ada yang bisa kami bantu?”

“dari kamar nomor xxx, seseorang di sebelah kamar saya terus mengadu kesakitan dan meminta tolong sambil menggedor-gedor kamarnya. Tolong di-cek” Ucap Azam.

“Baik, kami akan segera menindak lanjuti laporan anda. Mohon maaf atas ketidak nyamanan-nya”

“Wassalamu;alaikum warrahmatullahi wabarakatuh” Gumam Izam, meskipun dia tau itu tidak akan di jawab oleh lawan bicaranya.

Azam kembali keluar, mungkin saja Erlangga sudah menunggunya di lobby.

“AKH TIDAK!”

Brak

Brak

Brak

Baiklah, teriakan itu masih terdengar bahkan lebih kasar daripada yang tadi. Azam tidak tahan, akhirnya dia mengetuk pintu itu.

Tok

Tok

Tok

Tidak ada jawaban.

“Kau yang diluar, aku mohon tolong aku”

“Shut up! No one will help you tonight” Sahut seorang pria.

Ada sepasang wanita dan pria di dalam, begitu pikir Azam.

“AKH, No!”

Cetas

Suara itu terdengar nyaring hingga ke luar kamar. Dengan segera Azam mencoba mendobrak pintu di depannya. Tidak peduli apapun yang ada di dalam, karena dia yakin bahwa wanita itu tengah mengalami tindak kekerasan.

BRAK

BRAK

Nihil, pintu itu tidak mungkin bisa terbuka, mengingat teknologi yang digunakan sudah cukup canggih.

“If you don’t open this door, I’ll make sure, you’ll be traced all the way to the police station” Ucap Azam, ancamannya terdengar begitu lantang.

Entah karena hari itu adalah malam minggu atau apa, sehingga sekitarannya terlihat sangat sepi, tidak ada lalu lalang orang yang lewat.

Cetas

Cetas

Hanya suara isak tangis yang tersisa dan suara benda di pecut-kan, wanita itu tidak lagi terdengar memberontak seperti tadi.

Tidak lama, ada beberapa lelaki berseragam yang ternyata adalah petugas hotel, dia datang sembari membawa kunci cadangan dari kamar tersebut.

“Alhamdulillah, cepat buka!” Sahut Azam.

Setelah pintu itu berhasil dibuka, tergeletak seorang wanita telanj*ng dengan beberapa memar bekas pecutan di tubuhnya, terisak menangis di lantai dekat ranjang.

“Astaghfirullah, jangan ada satu pun yang melihatnya. Urus saja lelaki ini” Ucap Azam, menatap pria yang juga masih telanj*ng sembari memegang sabuk.

Lelaki bule itu terlihat sedikit terkejut saat tangannya diringkus oleh karyawan hotel tapi, juga terlihat tatapannya begitu angkuh, bahkan seperti tidak punya malu.

Azam segera melepas jaketnya dan menutup tubuh wanita itu, berjalan ke arah ranjang tanpa mau melihat sedikitpun.

Dia mengambil selimut hotel dan memberikan kepada wanita itu, “Pakailah dan hubungi siapapun yang bisa menolongmu. Aku akan meminta pihak hotel mengurusmu”

“Terimakasih” Gumamnya.

“Aku pergi, Assalamu’alaikum” Pamit Azam. Dia sama sekali tidak mau melihat (lagi) bagaimana keadaan wanita yang ia tolong.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!