NovelToon NovelToon

Pengantin Pengganti

Bab #01

"Perkenalkan ini anak saya, Fahmi Saputra, dia Yang akan di jodohkan dengan anak kamu jeng."Ucap seorang wanita yang usianya sekitar tiga puluh tahun ke atas, kepada tiga orang yang kini duduk di sofa ruang tengah villa sederhana milik keluarga perempuan itu.

"Loh jeng, kenapa kamu tidak bilang jika anak kamu ini cacat?"Kaget nyonya Mawar setelah melihat Fahmi, calon mantu nya yang berjalan pincang mengunakan tongkat.

Semua mata pun tertuju ke arah Fahmi yang berdiri di samping mama nya dengan memegang tongkat.

Hari ini di vila keluarga Mawar, sedang mengadakan pertemuan keluarga, dengan keluarga Putra. Pertemuan ini di tujukan untuk perjodohan antara anak nya nyonya "Mawar" dan anak dari nyonya "Salima" mereka berdua bersahabat sejak beberapa tahun terakhir, karena suami dari nyonya Mawar bekerja di perusahaan almarhum papa nya Fahmi.

Sebelum nya Fahmi adalah seorang CEO dari perusahaan terbesar di kota itu, perusahaan mendiang papa nya, namun karena kecelakaan tunggal,dia pun mengalami pincang dan harus berjalan mengunakan tongkat.

Sementara perusahaan nya kini di kelola oleh sang adik.

Perjodohan ini sudah lama di rencanakan antara nyonya Salima dan nyonya Mawar yang tergiur akan harta kekayaan keluarga Putra. Karena jika putri nya menikah tentu akan mendapatkan kekayaan. Dia pun menyetujui saat nyonya Salima ingin menjodohkan Fahmi dengan anak nya, namun saat itu nyona Mawar masih belum melihat keadaan Fahmi.

"Ma, jadi ini calon suami aku? Tidak bisa ma, aku tidak mau menikah dengan laki-laki cacat."Ucap Naura yang kemudian berdiri dari duduknya dan berlari menaiki tangga menuju kamar nya.

"Sebaiknya perjodohan ini di batalkan saja jeng, saya juga tidak setuju anak saya menikah dengan laki-laki cacat."Tutur nyonya Mawar.

Sementara Fahmi hanya diam mematung di sebelah mama nya, dia sebelumnya sudah menembak hal ini akan terjadi, bagi nya, laki-laki cacat seperti dia mungkin tidak akan ada wanita yang bersedia bersama dengan nya.

"Tidak bisa begitu jeng, kalau kamu membatalkan perjodohan ini, saya akan memecat suami kamu dari perusahaan kami, kalian ini sudah banyak di bantu seharusnya tau balas budi, bukan malah menghina putra ku, persahabatan ini sia-sia!"Ucap nyonya Salima sangat marah.

Mendengar ancaman dari nyonya Salima, nyonya Mawar pun gemetar.

"Tidak bisa, jika suamiku di pecat, kami akan jatuh miskin dan jadi gelandangan."batin nya mulai khawatir.

"Baik lah, perjodohan ini akan tetap saya lanjutkan jeng, tapi ijin kan saya mengantikan putri saya dengan keponakan saya."Ucap nyonya Mawar memegang tangan Sofia yang saat itu duduk di samping nya seperti patung.

"Apa? Tante? Mengapa jadi aku?"Ucap Sofia kaget bukan kepalang.

"Baik, tidak masalah, yang penting anak saya menikah."Jelas nyonya Salima tegas.

"Ma?" ucap Fahmi tak habis fikir dengan jalan pikiran sang mama yang begitu mudah mengambil keputusan dalam kehidupan nya.

"Diam lah, kau sudah berusia dua puluh tujuh tahun, dan kondisi mu seperti ini, jangan pilih-pilih lagi."Marah sang mama yang akhirnya membuat mulut Fahmi menjadi bungkam.

Sementara itu Sofia terlihat gelisah dan takut.

"Jeng, ijinkan saya berbicara dengan keponakan saya sebentar ya."Ucap nyonya Mawar.

"Oke, silahkan."Jawab nyonya Salima dengan tegas.

Nyonya Mawar pun menarik tangan Sofia ke ruang dapur, untuk berbicara empat mata dengan Sofia.

"Tante,aku tidak akan menikah dengan siapa pun,aku masih belum siap, mengapa Tante melakukan ini kepada ku? Bukan kah dia calon suami Naura?"Ucap Sofia melawan kehendak Tante nya itu.

"Dengar baik-baik Sofia, Naura itu adalah anak ku satu-satunya, dan aku tidak akan membiarkan dia menikah dengan laki-laki cacat, dan kau, keluarga ku sudah merawat dan menjaga mu sejak kau di tingal mati oleh kedua orang tua mu, apa kau tidak berniat membalas budi? Kau mau aku mengatakan kepada semua orang bahwa aku memiliki seorang keponakan yang tidak tau balas budi kepada keluarga tante nya yang sudah merawat dan memberikan dia fasilitas untuk di gunakan?"Ucap nyonya Mawar panjang lebar kepada Sofia.

"Tapi aku bisa membalas kebaikan kalian dengan cara lain, usia ku masih delapan belas tahun Tante, dan dia dua puluh tujuh tahun, ini benar-benar tidak masuk akal, beda jauh dan aku baru saja menduduki bangku kelas tiga SMA, Tante aku mohon jangan lakukan ini kepada ku."Ucap Sofia sambil memegang tangan tante nya.

Ya, "Sofia" gadis cantik dan mungil itu kini tengah mendapat kan masalah besar dalam hidup nya.

Sofia adalah anak dari adik nyonya Mawar yang sudah lama meningal, Sofia adalah anak yatim-piatu, sejak kelas satu SMP dia sudah di tingal mati oleh kedua orang tua nya, dan sejak itu nyonya Mawar lah yang merawat dan menyekolahkan Sofia sampai saat ini.

"Kau saja masih menumpang hidup dengan kelurga ku, kau ingin membalas nya dengan apa? Aku tidak menyangka kau tidak berbakti dengan ku, aku merasa semua kebaikan yabg aku berikan sia-sia, sudah lah, kalau itu mau mu, setelah ini aku jamin kita akan jadi gelandangan karena om mu, akan di pecat dari perusahaan nyonya Salima."Tutur nyonya Mawar yang hendak melangkah pergi meningal kan Sofia.

Mendengar ucapan nyonya Mawar barusan, Sofia pun merasa bersalah akan, ketidak sopan santun nya terhadap orang yang merawat nya selama ini, dia pun menjadi tidak tega jika keluarga nya jadi gelandangan.

"Tante tunggu."Ucap Sofia sambil memegang tangan nyonya Mawar.

Sementara itu nyonya Mawar kini tersenyum kecil.

"Apa lagi?"Tanya nya sambil menepis tangan Sofia.

"Baik lah, aku akan menuruti keinginan Tante, anggap saja ini sebagai tanda hormat dan balas budi ku lepas Tante."Ucap Sofia sambil menahan air mata nya.

"Bagus, Bagus sekali, memang seharusnya seperti itu kan? Sekarang ayo ikut aku!"Ucap nyonya Mawar yabg kini kembali menarik Sofia ke ruang tengah villa untuk menemui Fahmi dan Salima.

"Jeng, dia setuju, kita tinggal mengatur tanggal pernikahan nya saja."Ucap nyonya Mawar dengan wajah jahat nya.

"Benar kah? Kalau begitu jangan tunggu lama lagi, langsung saja ya, satu Minggu lagi, bagaimana?"Tanya mama Salima tidak ingin buang waktu.

"Apa? Tante maaf, apa itu tidak terlalu cepat?"Tanya Sofia dengan sopan kepada Salima.

"Aku rasa itu tidak cepat,aku tidak ingin buang waktu lagi, Fahmi harus menikah, karena dia putra pertama harus menikah lebih dulu."Ucap sang mama sambil menatap Fahmi.

Sofia pun memberikan diri untuk mengatakan jika dia itu masih sekolah,dan belum lulus.

Bersambung ....

Bab #02

"Tapi tante, bagaimana dengan sekolah ku? Aku masih kelas tiga SMA."Ucap Sofia dengan polos nya.

"Aku tidak masalah tentang itu, yang penting Fahmi menikah dan ada orang yang merawat nya, aku ini tidak bisa terus menjaga nya di usia tua ini."jelas nyonya Salima."Masalah sekolah kau bisa meneruskan nya."Tutur nyonya Salima dengan bijaksana.

"Lihat lah, nyonya Salima tidak mempermasalahkan nya bukan? Kau saja yang terlalu banyak berfikir.

Sofia terdiam dan mengangguk paham.

Sementara Fahmi yang cuek dan dingin terlihat memendam rasa kecewa dan kesal nya di dalam hati.

Ia merasa mama nya benar-benar keterlaluan, karena sudah setuju untuk menikah kan dirinya dengan seorang wanita yang notabene nya masih bocil kelas tiga SMA itu. Awal nya dia sudah sedikit tenang karena calon istri nya adalah Naura,kakak sepupu Sofia yang berusia dua puluh empat tahun itu, kini malah di ganti dan ternyata Naura tidak menyukai nya.

Setelah perundingan selesai, Fahmi dan nyonya Salima pun pergi dari vila keluarga Mawar.

"Ma, mereka sudah pergi?"Tanya Naura yang kini menghampiri mama nya di ruang tengah.

"Sudah."Jawab sang mama singkat.

"Lalu, perjodohan ini benar-benar di batalkan?"Tanya Naura lagi.

"Tidak sayang, mama sudah memutuskan untuk mengantikan mu dengan Sofia,dan tidak di sangka jeng Salima setuju,jadi dengan begitu kau tidak perlu menikah dengan laki-laki cacat, kita pun tidak jadi menjadi gembel."Ucap sang mama dengan wajah bahagia.

"Apa? Mama mengantikan aku dengan Sofia? Apa mama tidak kasihan? Dia kan masih sekolah."Tutur Naura kaget setelah mendengar cerita sang mama.

"Ya mama tidak peduli,yang penting dia bisa kita gunakan, buat apa selama ini mama biaya kan kehidupan nya, setidaknya dia balas budi kepada keluarga kita."Ucap nyonya Mawar dengan mata berbinar.

"Benar juga, setidaknya aku bebas dari laki-laki cacat itu ma."Jawab Naura sambil tersenyum.

Sebenarnya Naura tidak lah terlalu jahat, namun karena didikan sang mama yang seperti ini, dia juga jadi ketularan.

"Terus, sekarang di mana Sofia ma?"Tanya Naura lagi.

"Ada di kamar nya."

"Aku ke kamar nya dulu."Ucap Naura ijin ke mama nya untuk menghampiri Sofia di kamar.

"Apa yang ingin kau lakukan?"Tanya nyonya Mawar bingung.

"Basa basi sedikit."Jawab Naura yang kemudian melangkah kan kaki nya menuju kamar Sofia.

Sementara itu nyonya Mawar kembali fokus dengan siaran televisi kesayangan nya.

Di kamar Sofia.

"Ayah, ibu, apa aku sudah di takdir kan untuk hidup seperti ini?"Ucap Sofia sambil menatap sebuah bingkai yang berisi foto kedua orang tuanya.

Tok...tok...tok.

Suara ketukan di luar pintu kamar Sofia terdengar.

Sofia yang mendengar itu pun bergegas menghapus sisa air matanya dan berjalan membuka kan pintu kamar.

"Kak Naura."Ucap nya sambil menatap Naura dengan tatapan sendu.

"Sofia,maaf kan aku."Ucap Naura yang kemudian menarik Sofia ke dalam pelukan nya.

"Sudah lah kak, semuanya sudah takdir, mungkin ini jalan untuk aku agar aku bisa menebus semua kebaikan keluarga kalian."Ucap Sofia berusaha ikhlas.

"Ya, tapi seharusnya kau tidak menanggung semua ini karena diriku."Tutur Naura lagi.

"Aku sudah ikhlas kak, lagipula mereka tidak masalah jika aku terus bersekolah,aku hanya perlu menikah dengan nya kan?"Tanya Sofia sambil menatap wajah Naura.

"I,iya, iya kau benar, kau hanya perlu menikah dengan nya, sehabis itu ya selesai."Ucap Naura sambil tersenyum memegang pundak Sofia.

Sofia yang polos pun ikut tersenyum, menutupi kesedihan hati yang dia rasakan.

"Kau tenang saja, aku akan selalu menemani mu, kau tidak perlu khawatir atau cangung untuk pernikahan ini."Tutur Naura kepada Sofia.

Sofia pun kembali mengangguk kan kepala nya, dia mulai merasakan sedikit tenang karena ucapan Naura barusan.

Seminggu kemudian,

Hari pernikahan,

Terlihat Sofia yang mengunakan gaun pengantin berwarna putih, membaluti tubuh mungil nya.

Dia berjalan menuju altar dengan di iringi oleh om nya.

Sungguh, ini hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, dia menikah dengan seorang laki-laki yang usianya lebih tua tujuh tahun dari nya, sedih sih, benar-benar sedih, tapi Sofia melakukan ini karena balas Budi kepada keluarga Tante nya, ya mau bagaimana lagi, harus takdir sudah berjalan.

"Mimpi apa Fahmi mendapatkan wanita secantik dia? Seharusnya aku lah yang menikahi Sofia."Batin seseorang yang saat itu menatap Sofia dari jauh dengan segelas minuman di tangan nya.

"Erka, apa yang kau lakukan di sini? Kakak mu sudah mau menikah,kau duduk lebih dekat untuk menyaksikan nya itu lebih bagus."Tutur nyonya Salima kepada putra kedua nya yang bernama Erka itu.

"Aku di sini saja ma."Ucap nya sambil kembali meneguk air itu hingga abis.

Ya laki-laki yang tadi mengagumi Sofia dari jauh itu adalah Erka, adik nya Fahmi yang berusia dua puluh tiga tahun, dia lah yang saat ini mengantikan posisi Fahmi di perusahaan, karena sejak kecelakaan, Fahmi tidak mau menujukkan diri nya ke publik lagi, entah itu karena malu atau kecewa dengan keadaan kaki nya yang sudah cacat.

Erka ini cukup dekat dengan keluarga Mawar, karena dia sebelumnya adalah teman kuliah Naura, dan dia beberapa kali sempat melihat Sofia,aku rasa karena itu dia menaruh perasaan terhadap Sofia, tapi wanita yang di kagumi nya secara diam-diam itu kini malah menjadi istri sang kakak.

"Dia terlihat lebih dewasa ketika menggunakan gaun pengantin itu."Tutur Erka lagi.

"Dia? Maksud mu Sofia? Kau mengenal nya?"Tanya sang mama yang ternyata masih berdiri di samping Erka.

"Tidak,aku hanya asal bicara."Jawab Erka yang kemudian berjalan menjauhi sang mama.

Sementara nyonya Salima hanya mengeleg kepala melihat tingkah laku Erka yang dingin terhadap nya.

Pernikahan pun di langsung kan dengan pesta yang cukup meriah, namun wajah sepasang pengantin itu kini terlihat tidak ada sedikit pun kebahagiaan, yang ada hanya wajah murung dan terlihat tua mood.

Setelah melewati beberapa hari yang penuh dengan kesibukan dan rasa deg-degan, Sofia pun kini sudah sah, menjadi istri dari Fahmi Saputra.

Pesta pun selesai setelah dua belas jam.

"Tante, kak Naura, om, aku pamit."Ucap Sofia sambil memegang koper nya.

Ya setelah pernikahan itu selesai, tentu saja Sofia akan tinggal di villa milik Fahmi, dia kini harus tingal dengan keluarga suami nya.

"Sudah, cepat pergi sana."Ucap nyonya Mawar kepada Sofia.

Sedikit pun tidak ada kata terima kasih dari nyonya Mawar untuk keponakan nya itu.

Bersambung ....

Bab #03

Sedikit pun tidak ada kata terima kasih dari nyonya Mawar untuk keponakan nya itu.

"Sofia, aku harap, di sana kau bisa bahagia ya."Ucap Naura kepada Sofia.

Sofia mengangguk kan kepala nya dengan berat hati dia pun meningal kan keluarga Tante nya.

Setelah berpamitan, Sofia pun masuk ke dalam mobil, karena di dalam mobil sudah ada, nyonya Salima, Erka, Fahmi yang sudah menunggu nya untuk membawa die ke villa mereka.

Lima menit kemudian mobil itu pun melaju meningal kan vila tersebut.

"Huh, akhirnya semua beban ku terlupakan, dan Naura kau sudah bebas, kau tidak perlu menikah dengan laki-laki cacat itu lagi, dan segera cari kan mama menantu yang normal tidak cacat seperti dia."Ucap nyonya Mawar kepada Naura.

"Tidak secepat itu ma, tapi aku sangat tertarik dengan adik nya Fahmi, dia begitu tampan."Tutur Naura sambil tersenyum sendiri.

"Maksud mu? Erka?" Tanya sang mama lagi.

"Ya, dia sangat tampan dan gagah ma, aku pikir dia lebih baik dari Fahmi bukan?"Tanya Naura kepada mama nya lagi.

"Ya, terserah kau saja, itu urusan mu, aku sekarang mau istirahat, akhirnya rumah ini damai, tidak ada lagi Sofia yabg menjadi beban."Ucap sang mama yang kemudian berjalan masuk ke dalam kamar nya.

Naura yabg melihat mama nya masuk ke dalam kamar pun kemudian memilih untuk pergi ke dalam kamar nya juga, menjadi tamu di pernikahan Sofia hari ini benar-benar melelahkan bagi nya.

Sementara itu di sisi lain.

"Sofia, mengapa kau diam saja?"Tanya nyonya Salima kepada Sofia yabg saat itu duduk di mobil tepat nya di kursi belakang bersama dengan Fahmi di sebelah nya.

"Ma, dia mungkin belum terbiasa,benar kan?"Tanya Erka sambil melirik Sofia dari kaca mobil.

Saat ini yang mengemudi mobil adalah Erka, sementara sang mama duduk di sebelah nya.

Suasana kembali hening, Sofia hanya menjawab ucapan Erka barusan dengan anggukan dan sedikit senyum tipis nya.

Tidak lama kemudian, mereka pun akhirnya tiba di sebuah villa mewah, lebih mewah dari vila keluarga Mawar.

Sofia yang melihat itu menatap kagum,villa yabg berdiri kokoh dengan kawasan yang cukup luas itu, membuat dia terkesima.

"Sofia, kau bantu suami mu turun dari mobil ya, mama akan masuk duluan, sekarang mama harap kau bisa menjadi menantu yang baik dan juga kau bisa mulai belajar merawat Fahmi."Tutur nyonya Salima yang kemudian berjalan masuk ke dalam vila.

Begitu juga dengan Erka, dia berjalan meningal kan Sofia dan juga Fahmi yang masih di dalam mobil.

"Melihat apa? Ayo cepat bantu aku turun."Ucap Fahmi dengan wajah galak nya berbicara dingin kepada sang istri.

"Ba,baik."Jawab Sofia yabg kemudian turun dari mobil dan mengambil tongkat Fahmi dan membantu nya untuk turun dari mobil.

Mereka pun sama-sama berjalan masuk ke dalam villa besar itu.

Dan saat ini, Sofia di hadap kan dengan sebuah kamar yang cukup besar, tapi kasurnya hanya ada satu,dan itu king size.

"Jika kau terus melamun,aku akan menutup pintu kamar ini, dan kau tidak akan masuk."Ucap Fahmi yang saat itu sudah masuk ke dalam kamar dan menatap kesal Sofia yang masih begong dan melirik sana sini.

Lagi-lagi dengan perasaan cangung nya Sofia berjalan menarik koper nya masuk ke dalam kamar tersebut.

"Ini lemari pakaian, di sebelahnya baju ku, kau bisa menaruh baju mu di sebelah sana."Ucap Fahmi kepada Sofia.

Seperti nya, Fahmi sama sekali tidak membenci gadis kecil itu.

Eit, bukan gadis lagi sekarang.

Sofia pun mulai menuruti apa yang di ucap kan oleh Fahmi barusan, dia membuka lemari pakaian itu dan menata semua pakaian yang dia punya ke dalam lemari tersebut.

Setelah beberapa menit, dia pun selesai Merapi kan pakaian nya ke dalam lemari itu.

Hari pun sudah semakin sore.

"Aku mau mandi."Ucap Fahmi kepada Sofia.

"A? Mandi ya? Apa aku harus memantu mu mandi?"Tanya Sofia dengan kepolosan nya.

"Apa kau gila? Aku hanya pincang, bukan lumpuh, segera siap kan air hangat untuk ku."Ucap Fahmi sambil menatap Sofia dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Ba, baik maaf."Ucap Sofia yabg kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi itu dan segera menyiapkan air hangat untuk Fahmi mandi.

"Mengapa mama harus setuju dengan kata nyonya Mawar sialan itu, aku malah menikah dengan gadis polos ini, seharusnya Naura lah yang berada di sini sekarang, itu tidak buruk."Batin Fahmi kesal."Bocil SMA itu,apa yang bisa dia lakukan untuk ku?"lagi-lagi, Fahmi menggerutu.

Selang beberapa menit kemudian, Sofia keluar dari kamar mandi itu dan menghampiri Fahmi.

"Sudah selesai,kak."Ucap nya sambil menunduk tidak mau menatap wajah Fahmi.

"Kak? Dia mengail ku dengan sebutan kak? Anak kecil ini, benar-benar, huh tahan Fahmi,tahan jangan membuat dia menagis atau mama akan marah."Batin Fahmi yang kemudian angkat bicara.

"Bantu aku ke kamar mandi, karena jika mengunakan tongkat akan sangat licin."Tutur nya menatap Sofia.

Sofia tidak menjawab, dia hanya mengangguk kan kepala nya, dan kemudian membantu Fahmi berdiri dan memapahnya ke dalam kamar mandi.

Setelah sampai di dalam kamar mandi, Sofia pun ijin keluar dari kamar mandi tersebut kepada Fahmi.

"Kak, aku keluar ya."Ucap nya dengan kepala yang masih menduduk.

"Mengapa kau tidak melihat ku? Kau pikir itu sopan? Bicara tidak menatap lawan bicara.?"Tegur Fahmi yang merasa risih.

"Maa, maaf."Jawab Sofia takut.

"Yaudah, keluar lah, dan siap kan piama ku."Ucap Fahmi lagi.

Sofia pun mengangguk dan berjalan keluar dari dalam kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi tersebut.

Jantung nya berdebar kencang, baru kali ini dia merasakan rasa nya dekat bahkan satu kamar dengan seorang laki-laki, biasa nya banyak laki-laki yang seusia nya di sekolah mendekati dan mencoba mengungkap kan perasaan kepada nya, tapi dia selalu menghindar dan menolak mereka secara halus.

Namun Sofia berusaha keras untuk menutupi rasa takut dan gugup nya itu, toh pikir nya mereka juga sudah sah sebagai suami istri.

Dia pun menyiapkan piama untuk Fahmi, karena tadi Fahmi menujuk lemari pakaian nya, Sofia jadi lebih mudah menyiapkan pakaian tampa banyak tanya kepada Fahmi.

Setelah menyiapkan pakaian untuk Fahmi, Sofia pun duduk di sofa di dalam kamar luas itu sambil memainkan ponselnya, untuk membuat rasa gugup dan cangung nya sedikit berkurang.

Bersambung ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!