The Man In The Novel Comes To Reality
Keluh Kesah Bahasa
Keterangan:
' * * ' ==> Apa yang dilakukan tokoh
' ( ) ' ==> Apa yang diucap tokoh dalam hati
' “ ” ' ==> Apa yang diucap tokoh
Bel istirahat berbunyi dengan bisingnya, memaksa gadis itu untuk berhenti dan beristirahat sejenak.
Selene
*Meregangkan pergelangan tangan
Selene
Akhirnya ... waktu istirahat!
“KELAS PALING BODOH DAN MEMALUKAN YANG SEHARUSNYA TIDAK PERNAH ADA!”
Selene
Suara gaduh apa ini?
Selene
*Beranjak berdiri dari bangku dan berlari ke luar kelas
Arga
Kalian hanya anak-anak bodoh! Berani-beraninya ikut berkontribusi untuk festival sekolah!
Selene
*Membelah kerumunan
Selene
KAMI BUKAN ANAK-ANAK BODOH!
Arga
Hahahaha! Lihat! Siapa kau berani menentang anak cowok!?
Selene
Lalu kau pikir aku takut?
“Waa ... berani sekali gadis itu.”
“Kalau gadis itu masih menentang, nanti lama-lama jurusan bahasa bisa lenyap.”
“Siapa gadis itu? Sombong sekali caranya berteriak keras begitu pada anak IPA!”
Elfan
*Menarik perlahan pergelangan tangan Selene
Selene
Jangan jadi pengecut Elf!
Selene
*Menepis tangan Elfan
Arga
Lihat? Bukankah cowok itu pecundang?
Selene
Aku tidak mengerti tentang cara pikirmu, Arga
Selene
Jangan pikir karena kau ada di kalangan atas, kau bisa bersikap seenaknya pada orang lain!
Arga
Jika aku tidak menginginkanmu ada, maka kamu sudah tiada dari awal Selene sialan!
Selene
Kita lihat saja di festival sekolah nanti!
Selene
*Menengok ke arah Elfan dan membulatkan kedua mata
Selene
Hanya seorang pengecut yang akan mundur!
Arga
Kalau begitu akan kupastikan bahwa kau dan kelas terkutukmu itu yang akan menjadi pengecutnya!
Keributan di koridor kelas resmi bubar sekarang. Hanya tersisa perang batin Selene yang bergemuruh.
Elfan
Selene, kita perlu bicara.
Selene
Bicara apa? Toh semuanya sudah selesai, kok!
Selene
Kita tinggal perlu membuktikan kepada mereka bahwa kita bukan pengecu--
Selene
Siapa kau berani bicara begitu padaku--
Elfan
AKU KETUA KELASMU SELENE!
Elfan
Aku berhak bicara dan aku berhak menggunjingmu!
Selene
Lalu ketua kelas mana yang mundur seperti pengecut, hah!? Katakan!
Elfan
Pikirkan dengan logikamu Selene!
Elfan
Tidak ada satupun guru yang akan memilih kita di acara festival sekolah!
Elfan
Sekalipun kita menampilkan penampilan terbaik di depan mereka semua!
Elfan
Kau tahu sejak awal, bukan? Tidak pernah ada yang memihak pada kelas kita!
Selene
*Meneguk salivan susah payah
Elfan
Sudah berapa kali kuperingatkan padamu, jangan gegabah!
Selene
Kau pikir, karena aku bukan ketua kelas sepertimu ... aku tidak berhak bicara dan angkat suara?
Selene
Aku ... siswi yang berada di dalam satu jurusan yang terus direndahkan, digunjingkan, dinilai satu kelasnya berisi anak-anak bodoh, apa aku tak berhak untuk menepis semua ketidakbenaran itu?
Selene
Kalau kau terus membiarkan mereka bersikap seenaknya kepada kelas kita, itu berarti kau sama saja dengan membenarkan semua perlakuan dan perkataan mereka pada kelas kita!
Selene
Sekarang aku mau bertanya padamu, siapa yang bodoh sekarang?
Elfan
Kau terlalu gegabah, Sel!
Elfan
Sehari saja, tidak bisakah mulutmu itu bisu dan bungkam saja!?
Selene
Aku tidak mengerti maksudmu menyuruhku begitu untuk apa
Selene
Ketua, iya. Hahaha, kendali kelas ada padamu, ya?
Selene
Baiklah kalau begitu, pak Ketua. Lagi pula, aku ini bisa apa?
Selene
Menunggu kelas bahasa ini lenyap dimakan waktu?
Selene
*Mendekatkan langkahnya menuju Elfan
Selene
*Berbisik di telinga Elfan
Selene
Kalau begitu, tetaplah berusaha untuk mengokohkan kelas bahasa ini sendirian tanpa aku
Selene
*Berhenti berjinjit sampai telapak kaki menapak ke lantai
Selene
*Menepuk-nepuk sebelah bahu Elfan
Selene
Percuma juga ya aku bicara, waktuku untuk istirahat jadi terbuang sia-sia
Sekiranya ada sekolah yang mempertahankan jurusan bahasa dan ikut berkontribusi untuk jurusan itu. Ah ... rasanya tidak mungkin, pikir Selene.
Ia sudah tak selera, bahkan hanya untuk satu gigit roti.
Ia hanya bisa menghabiskan waktu istirahat dengan merenung sendirian di taman rahasia dekat sekolah.
Memikirkan keributan di koridor tadi sudah cukup membuatnya pusing, ditambah lagi dengan si Elfan yang menurutnya sangat tidak berani menepis semua gunjingan dan perlakuan seenaknya dari kelas jurusan lain.
Bodoh menurutnya kalau ia tidak bisa mempertahankan harga diri kelas yang selama ini ia idam-idamkan.
Selene
Kenapa aku jadi kepikiran semua perkataan Elf si ketua bodoh itu!?
Selene
Aku tahu, aku akui kalau aku bertindak gegabah!
Selene
Tetapi, seharusnya aku berpikir dari awal! Masalahnya kan aku belum membuat rancangan untuk festivalnya!
Selene
Tuhan, sekiranya Engkau mau membantuku gadis yang lemah ini ....
Selene
Setidaknya, wujudkanlah kemenangan untukku dalam melawan anak jurusan IPA si bedebah Arga itu!
Sekilas, Selene melihat ke arah matahari terik di siang hari itu. Telapak tangannya menutupi kedua mata yang silau dibuat cahaya matahari. Namun, di balik telapak tangannya itu, jari-jari tangan membuat celah agar kedua matanya bisa melihat matahari.
Selene
Tuhan, aku percaya pada-Mu
Selene
Sungguh andainya Engkau bisa membuat keajaiban dalam kehidupanku, kalau begitu tolong buatlah keajaiban
Selene
Sinari jiwaku yang redup ini dengan cahaya terang-Mu
Selene
Buat aku teguh untuk masa depanku, ya?
Mrs. Angeline
Baik, anak-anak. Kali ini Miss akan membuat kelompok belajar kecil.
Mrs. Angeline
Karena di kelas ini jumlah siswanya adalah dua puluh satu orang, maka ada empat kelompok.
Mrs. Angeline
Anggota yang ada di dalam kelompok, tiga kelompok lima orang anggota dan satu kelompok lagi enam orang.
Mrs. Angeline
Pembagian anggota, ingin dipilih saja atau kalian sendiri yang pilih?
Siswa/Siswi
Pilih sendiri saja, Miss!
Mrs. Angeline
Baik kalau begitu, silahkan bentuk kelompoknya.
Mrs. Angeline
Terhitung dari ....
Siswa/Siswi
*Panik mencari anggota kelompok
Dezia
Elf! Bareng aku, yah!
Elfan
*Menatap ke arah Selene
Selene
*Menengok ke arah Elfan
Elfan
*Tangannya mengisyarakatkan untuk gabung jadi kelompoknya
Selene
*Melihat ke arah lain
Fara
*Menarik lengan Elfan
Mrs. Angeline
Apakah kelompoknya sudah selesai dibuat?
Elfan
*Hendak mengangkat tangan kanan ke atas
Selene
Miss, aku izin untuk mengerjakan sendiri
Mrs. Angeline
*Melihat ke arah Selene
Mrs. Angeline
Loh? Selene? Kenapa?
Mrs. Angeline
Gabunglah dengan yang lain, pilih salah satu dari empat kel--
Selene
Maaf, Miss. Tidak perlu. Aku bisa mengerjakannya sendiri
Mrs. Angeline
Baiklah, Miss tidak bisa memaksa.
Mrs. Angeline
Tapi, sungguh?
Mrs. Angeline
Adakah kelompok yang ingin menambah satu anggota lagi?
Genta
Sudah cukup Selene membuat keributan dengan anak jurusan IPA! Jangan sampai dia merusak kerja kelompok kami, Miss!
Siswa/Siswi
“Betul kata Genta! Lagipula siapa juga yang mau menampung anggota yang sok angkuh dan sombong sepertinya?”
“Gadis yang membuat masalah, aduuuh jangan sampai membuat masalah lagi deh!”
“Sudahlah biarkan dia sendiri saja, Miss! Dia lebih pantas begitu!”
Selene
Lagipula siapa juga yang ingin bekerja sama dengan kalian, anak-anak yang tidak bisa menjunjung harga diri?
Genta
Hei! Jaga ucapanmu itu!
Selene
*Merobek satu kertas yang ada di dalam buku
Dezia
Be-benar kata Genta!
Selene
********-***** kertas
Mrs. Angeline
Sebenarnya ada masalah apa dengan anak jurusan IPA?
Selene
*Melemparkan kertas pada Genta
Genta
Aw! Hei! Kenapa melempar kertas ini pada wajah berhargaku!?
Selene
Kalau begitu makan saja wajah berhargamu itu, payah!
Genta
*Beranjak dari tempat duduk dan tergesa-gesa menghampiri Selene
Genta
*Mengangkat sebelah tangan
Genta
*Melayangkan telapak tangan ke arah wajah Selene
Selene
*Matanya membulat sempurna
Elfan
*Menghentikan pergerakan tangan Genta dan mencengkram tangan Genta dengan kuat
Genta
A-aduh! Elf! Sakit Oi! Lepas!
Selene
*Membuka kelopak mata perlahan
Mrs. Angeline
SUDAH-SUDAH! HENTIKAN!
Elfan
*Menepis kasar pergelangan tangan Genta
Mrs. Angeline
Kalian ini, apa maksudnya berkata seperti itu pada Selene!
Mrs. Angeline
Selene, kamu juga tidak boleh melemparkan kertas begitu pada Genta.
Mrs. Angeline
Itu tindakan yang tidak baik dan tidak sopan.
Mrs. Angeline
Dan kamu, Genta! Ikut Miss ke ruang kesiswaan!
Mrs. Angeline
Memangnya siapa lagi Genta di kelas ini kalau bukan kamu!
Genta
*Menghembuskan nafas kesal
Mrs. Angeline
*Pergi meninggalkan kelas
Elfan
Jangan buat masalah lagi, Sel
Selene
Masalah? Mereka yang jelas-jelas membuat masalah!
Mungkin hal yang paling menyayat menurut Selene adalah tak ada siapapun yang memihaknya.
Padahal sudah jelas bahwa ia memihak pada kebenaran.
Heran, mengapa mereka takut mengungkapkan kebenaran? Mengapa pula mereka takut untuk menepis hal-hal buruk yang dilakukan orang?
Selene
Cih! Dasar tidak punya harga diri!
Di dalam ruang pribadinya itu, hanya ia sendiri.
Hari mulai gelap, hujan rintik-rintik mulai membuat suara bising di atas genteng.
Selene
Huft, lagi-lagi hujan!
Selene
Ya Tuhan, bisa tidak jangan turunkan hujan? Aku takut ....
Selene
*Menyelimuti tubuh dengan selimut
Suara petir membuat Selene berteriak ketakutan.
Bulir bening ramai-ramai mengalir dari kedua manik matanya.
Hujan bisa menjadi ganas sampai-sampai suara petir ikut membuatnya hanyut teringat kejadian buruk di masa lalu.
Di balik Hujan dan Petir
Liburan musim panas yang menyenangkan menurut gadis kecil itu adalah menghabiskan waktu bersama dengan kedua orang tuanya.
Fotografer
Katakan kejuuuuu!
Leil
Coba biar kulihat hasil fotonya
Fotografer
Oh, silahkan tuan.
*Memperlihatkan layar kamera
Coba lihat, bukankah hasil potretku ini bagus?
Little Selene
Liburan ini, aku ingin jalan-jalan!
Leil
Ayo kita jalan-jalan!
Little Selene
*Bersorak riang
Little Selene
*Berlari, pergi ke luar studio foto
Leil
*Menghampiri fotografer
Leil
Tolong simpan foto ini baik-baik, ya? Saya nanti akan kembali lagi ke sini
Fotografer
*Mengangkat kedua jempol
Fotografer
Baik, Tuan! Siap laksanakan!
Leil
*Menggenggam telapak tangan istrinya
Menuju perjalanan ke suatu tempat yang entahlah ke mana kemudi itu akan berhenti, Selene dibuat takjub dengan pemandangan sekitar.
Alam hijau nan asri yang suasananya sejuk, tidak akan pernah sama dengan perkotaan yang panas dan penuh polusi pabrik.
Little Selene
Ayah! Kita mau ke mana, sih?
Leil
Ke suatu tempat di mana putri kecilku ini akan bermain-main sepuasnya!
Leil
*Melirik ke arah Serena
Leil
Coba tebak, kita akan sampai di mana sayang?
Serena
Hmmmm, di mana yah?
Sampai tak lama dari percakapan itu, mereka sampai di suatu tempat.
Seperti lapangan hijau yang luasnya tak berujung.
Mereka semua ke luar dari dalam mobil.
Leil
Lihat? Len suka, tidak?
Little Selene
*Mengangguk riang dan berlari sampai berputar-putar berulangkali
Serena
Len! Awas nanti pusing!
Leil
*Memegang sebelah bahu istrinya
Leil
Jangan terlalu khawatir, ya?
Serena
*Memegang jari-jemari suaminya
Serena
Baiklah, aku tidak akan mengkhawatirkan apapun lagi
Little Selene
Ibu! Ayah! Lihaaaaat! Ada ayunan!
Leil
*Menggendong Selene, berjalan menghampiri ayunan dan mendudukkan Selene di pangkuannya
Serena
*Mencari sesuatu di dalam tas
Serena
Ayo, berfoto! Kita harus mengabadikan setiap momen!
Little Selene
*Bergerak turun dari pangkuan Leil dan berdiri di samping Serena
Serena
Senyum Ayah, Selene ....
Leil
Aduh, rasanya aku tidak kuat melihat dua bidadari ini di hadapanku
Leil
Aaahh, terlalu silau rasanya. Saking cantik dan manisnya!
Leil
*Menutup wajah dengan kedua telapak tangan
Little Selene
Hihihi! Ayah ini!
Little Selene
Kalau kata Len, ayah lebih mirip super hero!
Leil
Oh, ya? Super hero? Contohnya siapa?
Little Selene
Eemmmm, super man!
Leil
*Tertawa terbahak-bahak
Leil
Kalau begitu, ayah akan membawamu ke angkasa!
Leil
*Menggendong Selene naik ke punggungnya
Leil
Kita terbang dan siap menyelamatkan bumiiiii!
Leil
*Berlari ke sana kemari sambil menggendong Selene
Little Selene
Horeee! Ayo kita selamatkan bumi, ayah!
Little Selene
*Tertawa riang
Serena
*Tersenyum dan terkekeh kecil
Serena
*Duduk di atas ayunan
Leil
*Melihat sekilas ke arah Serena
Little Selene
Super Man, kenapa berhenti?
Leil
Eh? Tuan putri, apakah kita kehilangan seseorang?
Little Selene
Hmmm, seseorang?
Little Selene
*Melihat ke arah ibunya
Leil
Kita kehilangan Ratu!
Little Selene
Oh tidak! Apa yang harus kita lakukan!?
Leil
Ayo terbang melesat dan mencarinya ke seluruh penjuru angkasa!
Serena
Ya ampun, hahahaha. Kalian ini ada-ada saja.
Sampai tak terasa waktu berjalan semakin larut.
Mereka kembali ke perkotaan, tempat di mana mereka menemukan cinta satu sama lain.
Pekerjaan mendadak adalah hal yang tak pernah disukai oleh Leil. Ia terpaksa pergi lebih dahulu meninggalkan anak dan istrinya sambil memberikan peringatan pada supir pribadinya untuk mengantarkan mereka ke rumah dengan aman.
Saat keduanya persis pulang ke rumah, mereka baru saja ingat kalau Leil bertambah umur hari itu.
Tanpa basa-basi, Serena segera membuat kejutan untuk suaminya dibantu oleh Selene yang penuh semangat.
Padahal sudah tepat jam tengah malam ....
Tetapi, Leil belum memunculkan batang hidungnya juga.
Meski kedua mata Selene sudah nampak kelelahan dan ingin segera pergi tidur, pada kenyataannya gadis itu masih mencoba untuk membuka kedua matanya tetap terjaga.
Serena
Len, sudah mengantuk ya?
Serena
Mau tidur sekarang?
Little Selene
*Menggelengkan kepala
Little Selene
Ibu, ayo tunggu sampai ayah pulang ke rumah
Serena
Hmm, baiklah. Tapi kalau Len sudah benar-benar tidak tahan lagi, bilang pada ibu ya?
Semua lampu mati. Leil pikir mungkin Selene dan Serena sudah tidur, hanya saja Serena lupa tidak mengunci pintu.
Di balik kegelapan, ada cahaya remang-remang dari dapur yang Leil lihat.
Leil
*Alisnya berkerut heran
Serena
Selamat ulang tahun, suamiku!
Little Selene
Selamat ulang tahun ayah!
Leil
Terima kasih dua bidadariku
Leil
*Duduk di tengah keduanya
Little Selene
Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya, Yah!
Leil
*Menautkan jari-jemarinya
Serena
Ayo, tiup lilinnya!
Leil
*Meniup lilin sampai apinya padam
Little Selene
*Bertepuk tangan
Dalam kehidupan, roda peristiwa selalu berputar.
Maka dari itu, dalam kehidupan seseorang pasti akan mengalami dan pada akhirnya mempunyai pengalaman tersendiri.
Jika roda peristiwa terus berputar, mungkinkah kebahagiaan keluarga kecil mereka akan selalu indah seperti ini?
Angin dingin berhembus kencang melewati celah jendela yang terbuka.
Hujan deras disertai petir di luar sukses membuat gadis itu meringkuk takut di pangkuan ibunya.
Serena
*Membelai puncak kepala Selene
Serena
Tidak bisa tidur, hm?
Little Selene
*Menggangguk
Little Selene
*Terisak-isak
Little Selene
A-ayah ka-kapan pul-ang?
Serena
*Menghapus air mata Selene yang terus berlinang
Serena
Sebentar lagi, ayah pasti pulang oke?
Little Selene
Ibu, Len takut
Serena
Jangan takut Len, bunda ada di sini
Serena
Kalau ibu terus diam di sini, nanti listriknya gak akan nyala-nyala
Little Selene
*Menarik baju bawah ibunya
Serena
Ibu ambil senter dulu, ya?
Little Selene
*Melepas tarikan
Little Selene
*Mengangguk ragu
Serena
*Meraba-raba sekitar dengan tangannya
Serena
*Menemukan nakas dan membukanya
Little Selene
*Tersenyum sambil menghapus air mata
Serena
Pegang, ya. Ibu mau periksa dulu ke bawah, semoga saja nanti listriknya menyala lagi.
Little Selene
*Menggeleng dan bibirnya mencibik
Serena
*Berjongkok dan membelai puncak kepala Selene
Serena
Jadi anak baik, ya?
Suara peluru pistol yang lolos dari pistolnya
Little Selene
*Menutup telinga
Little Selene
I-ibu, hiks ....
Serena
*Menaruh jari telunjuk di bibir putrinya
Serena
*Mengecilkan suara bicaranya
Serena
Jangan berisik ....
Serena
Diam di sini, jangan ke mana-mana. Mengerti?
Little Selene
*Mengulum bibir
Serena
*Beranjak pergi ke luar kamar
Serena
*Mengunci pintu kamar
Suara seorang pria berteriak kencang memanggil ibu Selene
Serena
*Menengok ke lantai bawah
Seorang pria misterius yang berada di lantai bawah mendongak ke lantai atas.
“YA! AKU MENCARIMU!” seru pria itu sambil menodongkan pistol yang dibawanya pada Serena, ibu Selene.
Suara pistol ditembak secara brutal dalam tempo cepat.
Little Selene
*Menangis terisak-isak
Little Selene
*Memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya ke bawah
Little Selene
Hiks ... ibu ....
Little Selene
*Mencoba melihat ke arah pintu kamar
Little Selene
*Menghapus air mata yang berlinang
Kenop pintu berusaha diputar beberapakali, tapi nihil Selene tidak bisa membukanya.
Little Selene
*Menerangi sekitar dengan senter yang dipegang
Little Selene
*Mendekat ke arah nakas
Little Selene
(Kunci duplikat? Ayah kan pernah bilang?)
Little Selene
*Berlari ke arah nakas
Little Selene
*Membuka satu persatu
Kedua mata Selene berbinar, ia berhasil menemukan kunci duplikat yang pernah sang ayah katakan padanya.
Little Selene
*Berlari ke arah pintu dan membukanya
Little Selene
*Berlari pelan ke luar kamar
Seseorang tepat membekap Selene dari belakang.
Gadis kecil itu hampir saja berteriak.
Saat seseorang yang berada di belakang Selene mulai menghadapkan diri ke arahnya, Selene barulah merasa bahwa ia sedang tidak berada dalam bahaya siapapun.
Little Selene
*Mengecilkan suara bicara
“SERENA! TUNGGU SAMPAI AKU MENEMUKANMU!”
Little Selene
*Tersentak kaget
Pria misterius itu menaiki tangga sampai pandangnya menemukan Selene dan Serena.
Serena
*Bergegas memangku Selene
Di seluruh bagian rumah yang hampir dilewati oleh Serena dan Selene, hanya tinggal dapur yang tersisa.
Serena
*Menurunkan Selene dari pangkuannya
Serena
*Menunjuk ke arah lemari dapur
Serena
*Menaruh jari telunjuk di bibirnya
Serena menyuruh Selene pergi untuk bersembunyi sementara waktu.
Sampai akhirnya pria misterius itu menemukan Serena yang sekujur tubuhnya dipenuhi keringat dingin.
Serena
*Meneguk salivannya susah payah
Serena
Apa yang kau mau dariku!?
Pria itu tersenyum picik lalu dengan perlahan menodongkan pistol miliknya ke arah Serena.
“.... aku ingin melihatmu mati di depanku.”
TRAP! TRAP! TRAP!
Suara langkah seseorang yang cepat menuju ke arah dapur.
Leil
*Menjatuhkan pistol yang ditodong ke arah istrinya
“SIALAN!” seru pria tersebut yang kemudian melayangkan satu tinjunya.
Leil
*Menangkis serangan dan melayangkan tinjunya pada pria misterius
“Akh!” ringis pria itu saat dirinya jatuh ke bawah lantai.
Leil
*Bergegas menghampiri Serena dan memeluknya
Leil
*Cemas
K-kau baik-baik saja???
Mereka berdua pikir pria jahat itu sudah menyerah. Tanpa mereka berdua sadari, pria itu dengan sebelah tangannya hendak meraih pistol yang berada tak jauh dari tempatnya jatuh.
Little Selene
*Ke luar dari dalam lemari
Selene yang berlari ke arah ibu dan ayahnya, Leil yang fokusnya pada Selene, dan pria misterius itu yang hendak menodongkan pistolnya pada Selene yang sedang berlari menuju Leil.
Serena
*Berlari menuju ke arah Selene
Serena
*Merentangkan kedua tangannya
Serena
*Melindungi Selene di belakang punggungnya
Leil
*Kedua mata membulat sempurna
Serena
*Kedua mata membulat sempurna
Serena
*Memegang bagian tubuh yang terkena tembakan pistol
Serena
*Menutup kedua mata
Leil
*Menangkap tubuh Serena
Serena perlahan membuka kedua mata. Samar-samar yang ia lihat adalah Leil dan Selene yang sama-sama menangis menatapnya.
Leil
BERTAHANLAH! AKU AKAN MEMANGGIL AMBULAN, SAYANG!
Serena
*Perlahan meraih sebelah pipi Leil
Leil
*Menyahut sentuhan hangat dari Serena
Leil
Kumohon bertahanlah, untuk cinta kita, ya?
Leil
*Menyatukan kening dan hidungnya ke kening dan hidung Serena
Little Selene
Hiks ... ibu ....
Serena
Ja-ngan men-nangis ....
Serena
*Satu tangannya lagi meraih pipi Selene
Serena
*Mengusap dengan hangat
Leil mencoba untuk menguatkan hatinya, Serena mencoba untuk bertahan melewati maut dan Selene mencoba untuk menepis semua bulir bening yang berlinang dari manik matanya.
Serena
*Menatap dalam ke arah Leil
Serena
*Beralih melirik Selene
Little Selene
Hiks, ibu ....
Serena
Terima kasih telah hadir dalam hidupku, sayang.
Serena
Dewi bulanku yang bersinar paling terang di kegelapan malam.
Serena
Jaga dirimu baik-baik, ya?
Telapak tangan yang jatuh begitu saja, menyisakan bercak darah di pipi Selene.
Apalagi yang bisa membuatnya lebih ketakutan dari ini?
Ia melihat langsung peristiwa sadis yang membunuh ibunya.
Dan ibunya terkujur lemas hingga menghembuskan napas terakhirnya.
Peristiwa paling mengerikan di gelapnya malam dan ganasnya hujan disertai guntur petir.
Gadis kecil itu berteriak keras membuat penolakan dan mengalihkan semua yang tadi ia lihat ....
.... hanyalah mimpi semata.
Sakit
Selene yang meringkuk di atas kasurnya mulai menggeliat dan menggosok-gosok kedua kelopak matanya.
Suara gaduh berasal dari arah dapur.
Selene
*Bersegera menghampiri dapur
Alangkah terkejutnya Selene ketika ia menemukan seorang pria tinggi yang mengacak-acak dapurnya.
Selene
*Mengambil sapu yang berada di sudut ruang
Selene
*Bersiap memukul dari belakang
Pria itu berbalik tepat saat Selene hendak memukulnya.
Leil
*Menunjuk-nunjuk kening Selene
Leil
Sejak semua tubuhmu itu panas!
Selene
Lagian kalau aku sakit, aku bisa urus sendiri, kenapa ayah malah datang ke sini?
Leil
Terus buat apa kamu telepon ayah tengah malam, hm?
Leil
Kayaknya kamu gak sadar, ya?
Selene yang masih meracau tak jelas mulai meraba-raba nakas di sampingnya.
Setelah berhasil menggenggam benda pipih persegi panjang itu, tanpa ia sadari ia mulai memencet telepon ke sembarang nomor di kontaknya.
Elfan
Ada apa tengah malam begini?
Selene
Dasar ketua kelas pengecut!
Elfan
Sel!? Kan kamu udah janji gak akan ngomong 'lo' 'gue' lagi? Kok bilang gitu lagi?
Selene
Berhenti manggil gue 'Sel'! Dasar sokab! Ketua kelas bodoh!
Suara petir di luar sana terdengar jelas sampai-sampai membuat Selene menutup kedua telinganya.
Ponsel yang dipegangnya terlempar ke bawah lantai.
Mencoba untuk mengumpulkan keberaniannya, Selene turun dari kasur lalu dengan secepat kilat mengambil ponselnya yang sempat terjatuh.
Dengan bermodalkan pandangannya yang nanar, ia mengetik dengan susah payah 'Ayah'.
“Maaf, nomor yang ada tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah untuk beberapa saat lagi”.
Selene
*Perlahan menutup mata
Selene baru saja mengingat kejadian absurd nya semalam.
Leil
Inget apa yang kamu lakuin semalam?
Selene
*Menggaruk tengkuknya yang tak gatal
Selene
*Mengangguk mengiyakan
Selene
(Syukurlah gue gak sampai salah pencet kontak di hape gue)
Selene
(Kalau gue bilang kayak gitu ke guru kan bisa-bisa gue ditendang dari sekolah)
Leil
Ayah kira kamu minum-minum
Leil
Kamu tahu, kan? Ayah khawatir sama kamu?
Selene
Tadi Len kira pencuri
Leil
Tadi itu panci gak sengaja jatuh
Selene
*Melangkah pergi menuju meja makan
Leil
Lagian kamu ini, anak gadis kok barang-barang dapur dibiarkan sampai berdebu
Selene
Lagian buat apa juga aku memaksakan diri?
Leil
Kalau gitu, belajarlah sedikit demi sedikit, Len
Selene
Ah! Pokoknya masak itu gak seru, Yah!
Leil
Kamu ini belum mencoba, kenapa bilang gak seru?
Selene
Ayah ini cowok, tapi kenapa cerewet kayak cewek sih!?
Leil
*Menatap tajam Selene, sebelah tangannya berkecak pinggang
Leil
Hah? Sini! Bilang sekali lagi!
Leil
*Menyentil kening Selene
Selene
*Cemberut sambil mengusap-usap keningnya
Selene
Ck, siapa sih!? Datang pagi-pagi gini? Ngerusak mood ku aja!
Leil
Berhenti ngeluh. Bukain aja pintunya, Len
Dengan langkah malasnya, Selene terpaksa pergi ke arah pintu utama untuk membukakannya.
Selene
Siapa sih!? Berisi--
Selene
*Mengernyitkan kening
Selene
Ck siapa sih, gak kenal juga!
Selene
*Bergerak menutup pintu
???
*Mencegah Selene menutup pintu
Selene
*Melipat kedua tangan di dadanya
Selene
*Menengok ke arah ayahnya
Selene
*Mundur membiarkan masuk
???
*Membungkuk sopan kepada Selene
Selene
(Sopan banget ni cowok)
Leil
Terima kasih, yah sudah datang
Leil
*Menelan ludah susah payah
Gantara
*Berbalik melihat Selene
Selene
*Membulatkan mata terkejut
Selene
(Hah? Maksudnya apaan, sih!?)
Leil
*Membulatkan kedua mata
Selene
*Pergi ke dalam kamar
Gantara
*Berbalik menatap Leil
Selene
*Merebahkan tubuh di atas kasur
Selene
*Duduk dari berbaring
Selene
*Melihat ke arah cermin
Selene
Cantik, cantik! Apanya yang cantik, sih!? Dasar anak cowok lembek!
Selene
*Meraba rambutnya yang nampak acak-acakan
Selene
Kenapa rambut aku kayak singa? Ish! Rambut kek singa gini dibilang cantik!? Sialan tu cowok!
Ada suara notifikasi masuk dari ponselnya.
Selene
*Mengambil ponselnya di atas nakas
Fara
Hari ini kamu sakit, ya?
Selene
Apa sih, orang mau ke sekolah juga
Selene
*Melihat jam weker di atas nakas
Selene
*Beranjak pergi ke dapur
Leil
Apa!? Kamu ini gak sopan banget teriak-teriak gitu!
Selene
Kenapa gak bangunin Len!?
Selene
*Mengacak-acak rambut frustasi
Leil
Ayah udah kasih tahu ke gurumu juga, kok
Leil
Kamu mending istirahat, Len
Selene
*Menghembuskan nafas kesal
Selene
Hari ini ada kegiatan nentuin persiapan festival, Yah!
Selene
Kalau aku gak dateng nanti semuanya kacau!
Selene
*Berlari ke dalam kamar dan bersiap-siap
Leil
*Menggaruk tengkuknya yang tak gatal
Leil
Suruh siapa tidurmu kayak kerbau!?
Gantara
Susah dibangunin, Om?
Leil
*Melihat ke arah Gantara yang sedang duduk di sofa
Leil
Kamu, lain kali sering-sering lah main ke sini, ya
Leil
Jujur Om sudah lelah dengan tingkahnya ini
Leil
Siapa tahu kalau kamu yang bangunin, dia bisa bangun
Beberapa saat kemudian, Selene yang sudah siap langsung menghampiri ayahnya yang berada di ruang makan.
Selene
*Melihat Gantara yang berada di dapurnya
Selene
*Mengernyitkan alis
Gantara
*Menengok ke arah Selene
Selene
Ngapain lo di dapur gue!?
Leil
Hush! Len! Gak boleh gitu!
Selene
Jangan sampai dapur gue rusak gara-gara lo!
Selene
Yah, aku berangkat dulu
Leil
Kamu masih sakit, Len. Pokoknya gak mau tau. Kamu harus istira--
Leil
Ayah bilang gak, ya enggak!
Selene
Masa mau bikin rencana putrimu ini hancur!?
Leil
Festival sekolah bisa nanti lagi!
Leil
Sekarang pokoknya istirahat!
Persamaan ayah dan anak ini adalah ....
Selene
Ayah gak kasih izin, yaudah!
Selene
*Pergi menuju pintu utama
Leil
*Menarik lengan Selene
Leil
*Menggendong Selene seperti karung beras
Selene
*Memukul-mukul punggung ayahnya
Leil
Anggap saja ini hukuman karena kamu gak pernah mau menurut sama ayah!
Selene
AYAAAAAAH! TURUNIN!
Gantara
*Menggeleng-gelengkan kepala
Leil
*Mendudukkan Selene di atas kasur
Selene
Ayah bisa gak sih, dukung aku!?
Selene
Ya terus kenapa malah halangin aku!?
Leil
*Menghembuskan nafas kesal
Leil
Selene, kesayangannya ayah ....
Leil
*Berjongkok di bawah lantai
Leil
*Menatap sendu Selene
Leil
Ayah gak mau kamu sakit kayak gini, sayang
Leil
Sekarang, cuman kamu yang ayah punya
Leil
*Membelai puncak kepala Selene
Leil
Kamu tahu? Dunia ayah hancur rasanya lihat kamu sakit
Selene
*Menepis tangan Leil yang membelai puncak kepalanya
Selene
Apa sih, Yah!? Len baik-baik aja!
Leil
*Menghembuskan nafas pasrah
Leil
Memang kelihatannya gak ada yang sakit
Leil
Kamu saja yang gak ngerasain, Len
Selene
Ck! Ayah ngomong apa sih!?
Leil
.... keluar telinga kiri
Leil
*Memegang kedua pundak Selene
Leil
Kamu harus tahu satu hal
Selene
*Beralih menatap ayahnya
Selene
*Diam dan fokus menatap ayahnya
Leil
Gak pengen kamu tertembak hari itu
Leil
Ibu gak pengen kamu sakit, sayang
Selene
*Manik mata berkaca-kaca
Selene
*Meneteskan air mata
Leil
*Membelai puncak kepala Selene
Leil
Sekarang kamu harus hidup dengan baik dan jangan sakit
Leil
*Memeluk erat Selene dan mengusap-usap punggung putrinya yang bergetar hebat
Selene
Ayah ... maafin Selene
Gantara
*Melihat semuanya dari pintu kamar yang terbuka lebar
Gantara
(Ternyata gadis yang begitu kasar punya sisi lembut yang tak semua orang tahu, ya)
Selene
*Melihat ke arah pintu
Selene
*Berbalik memunggungi Gantara
Selene
*Segera menghapus air mata
Gantara
Maaf mengganggu, Om
Gantara
Ini, Gantara sudah buatkan bubur buat Selene
Leil
Waduh? Kamu repot-repot begini, maaf ya Gantara
Gantara
Gak apa-apa Om, lagipula Gantara suka masak di rumah bantuin bunda
Gantara
Jadi, Gantara seneng kalau bisa masak juga buat Selene
Leil
*Menepuk sebelah bahu Selene
Leil
Anak cowok bisa masak, masa kamu yang anak gadis gak bisa?
Selene
*Mulai berbalik menghadap Gantara dan Leil
Selene
*Masih terisak-isak
Gantara
*Menunduk, tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala
Leil
Bisa? Boleh~ nanti Gantara yang mengajarkanmu, yaaa
Gantara
*Memberikan semangkuk bubur pada Leil
Gantara
Dimakan ya Selene, keburu dingin
Selene
(Apasih ni cowok sok caper banget!?)
Leil
*Mengambil semangkuk bubur dari Gantara
Leil
Makasih banyak, ya Gantara
Leil
*Menatap ke arah Selene
Leil
Mau ayah suapin atau mau Gantara yang suapin?
Leil
*Tertawa terbahak-bahak
Selene
*Merebut mangkuk bubur dari ayahnya
Selene
Mending aku suap sendiri aja!
Selene
*Hampir memakan se sendok bubur
Leil
Kamu ini, udah dibikinin bubur masa gak bilang makasih?
Selene
Ayah kan tadi udah bilang ke si lebay itu
Gantara
(Hahaha, ternyata sikapnya yang lemah lembut bisa berubah lagi ya? Lucu)
Leil
Dia punya nama! Gak boleh ngomong kayak gitu!
Selene
*Melihat ke arah Gantara
Selene
Ya terus harus gimana?
Leil
*Mengusap-usap puncak kepala Selene
Leil
Udah dulu, ya. Ayah ada kerjaan di kantor
Leil
Kamu baik-baik ke Gantara, gak boleh kasar!
Leil
Cepet sembuh ya, kesayangannya ayah
Leil
*Mengecup puncak kepala Selene
Selene
Ih! Ayah! Aku bukan anak kecil!
Leil
(Kamu tetep terlihat kayak anak kecil di mata ayah, Nak)
Gantara
*Melihat ke arah Gantara
Leil
Ayah pergi dulu, dadah sayang!
Leil pergi berlalu begitu saja, meninggalkan Selene yang kikuk dan Gantara yang ragu untuk membuka percakapan dengan gadis sangar di depannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!