Aku dengan cepat turun dari atas ranjang, mencari ikat rambut yang semalam aku lemparkan sebelum aku tidur, mengikatnya ke rambutku lalu aku masuk kedalam kamar mandi
"Ya Tuhan....." ucapku terburu karena jam sudah menunjukkan angka enam lewat
Sambil setengah berlari aku menuruni tangga, kemudian berjalan cepat menuju kamar anak-anakku
Mengetuk bahkan setengah menggedor
"Bangun nak... sudah siang, ayo bangun" panggilku cukup kuat
Di depan kamar anak pertamaku tak ada sahutan, aku yakin dia masih terlelap. Tapi aku tak putus asa, aku kembali menggedor bahkan dengan cukup keras
Ada sahutan dari dalam, dan nada suaranya sangat berat
"Bangun nak, sudah jam enam lewat" ucapku lagi
Lalu aku pindah ke kamar di depan kamar anak pertamaku, membangunkan anak keduaku.
Kali ini aku mudah masuk karena kamarnya tidak pernah dikuncinya
"Sayang bangun nak..." ucapku sambil menggerakkan tangannya
Bukannya bangun anak keduaku malah membalikkan badannya membelakangi ku
"Ya Tuhan...." ucapku
Dengan nekad aku angkat badan besarnya, mendudukkannya.
Mata anak keduaku terbuka sedikit tapi jelas sekali kantuk di sana
"Sayang bangun, nanti mobil jemputan sampai, adek belum siap" ucapku
Dengan cepat matanya terbuka, bergegas turun dari atas ranjang lalu berlari kearah kamar mandi
"Mekaaaa...." kembali aku menggedor pintu kamar anak pertamaku
"Nanti mobil jemputan datang kalian belum siap"
"Ya ma...." jawabnya
Pintu kamar terbuka, kulihat matanya masih sangat berat dengan rambut yang sedikit berantakan
Selesai keduanya mandi dan berganti baju seragam tak lama mobil jemputan keduanya datang, lalu kedua anakku berangkat tanpa sarapan, pada mereka aku telah menjanjikan jika nanti aku akan mengantarkan bekal mereka ke sekolah mereka
Jam tujuh lewat belum ada tanda-tanda suamiku akan turun, itu artinya dia belum bangun. Kembali aku naik keatas, berniat membangunkannya
Dan benar saja, suamiku masih betah dalam selimutnya
"Pa, sudah jam tujuh lewat" ucapku
"Apa?!"
Matanya langsung terbuka, selimut yang menutup tubuhnya langsung dilempar dan mengenai aku yang duduk di dekat kakinya
Dengan cepat suamiku turun dari ranjang, langsung berlari masuk kedalam kamar mandi yang ada di kamar ini
Aku hanya tersenyum melihatnya tergopoh-gopoh seperti itu
"Handuk ma" teriak suamiku yang terpaksa menghentikan langkahku yang akan keluar dari dalam kamar
Aku segera mengambil handuk dan mengetuk pintu kamar mandi, tangan suamiku terulur dan aku segera memberikan handuk padanya yang hanya kelihatan tangannya saja
"Siapin baju aku ma!" kembali suamiku berteriak
Aku tak menjawab melainkan segera mengambil baju dan terkaget begitu melihat baju seragamnya belum aku setrika
"Ya Tuhan...." gumamku panik
Dengan cepat aku mengambil seragam suamiku lalu membawanya turun
Segera aku bawa ke teras belakang, tempat menyetrika
"Maaa!!!!" terdengar suara teriakan
"Di belakang" jawabku
"Seragam ku mana?" tanya suamiku yang hanya mengenakan handuk
"Ini lagi disetrika"
"Ya ampun, kamu apa kerja di rumah sampai seragamku saja belum kamu setrika!"
Aku hanya bisa menelan ludah ketika dengan kasar suamiku merebut baju yang sedang aku setrika
"Sana buatkan aku kopi!"
Aku hanya mengangguk dan berjalan masuk, ku dengar suamiku menggerutu sepanjang dia menyetrika seragamnya
"Tahu ini hari senin, pasti ada apel, mengapa membangunkan ku sekarang?, mana seragam belum disetrika" gerutu suamiku kembali sambil mengenakan seragam ke tubuhnya
"Ambil ikat pinggangnya!"
Aku kembali mengangguk dan segera berjalan terburu naik kembali keatas
Kulihat suamiku sedang duduk ngopi sambil menatap handphone
"Sepatunya" ucapnya lagi tanpa mengalihkan perhatiannya dari hp
Aku segera ke rak sepatu dan meletakkan sepatu di dekat kursi yang didudukinya
"Sudah disemir?" tanya suamiku lagi tanpa mengalihkan perhatiannya dari hp
"Sudah" jawabku
"Mau sarapan pa?"
"Tidak, aku bisa telat kekantor kalau sarapan dulu" jawabnya sambil meletakkan hp dan memakai kaus kaki
"Ini nyemir nya kapan?" tanyanya lagi sambil mengangkat sepatu dan melihat sepatunya
"Semalam"
Suamiku lalu meletakkan sepatu kelantai kemudian memasangkan ke kakinya
"Ambil kunci mobil dan tas!"
Aku yang sedang membereskan bekas menyetrika segera melepaskan pekerjaanku lalu kembali naik keatas
Setelah kunci mobil di tangannya, suamiku langsung keluar, berjalan kearah garasi dan memanaskan mesin mobil
Masuk kembali mengambil hpnya yang diletakkannya di atas meja, lalu memasukkan dompet kedalam saku celananya
Aku mengulurkan tanganku ketika suamiku mau keluar rumah
"Beresin rumah, jangan main hp saja kerjanya" ucapnya ketika aku mencium punggung tangannya
Aku hanya tersenyum samar mendengar ucapannya lalu menutup pintu ketika mobil suamiku telah keluar dari halaman
Jam sembilan aku kembali terburu mengisi lunch box anak-anakku, naik kembali ke kamar, mengambil jaket dan kunci motor
Setelahnya aku segera mengeluarkan motor lalu mengantarkan bekal untuk kedua anakku
Ketika sampai di gerbang sekolah, aku menitipkan bekal pada security sekolah yang langsung berjalan menuju kelas anak-anakku
Ketika security itu kembali ke depan gerbang barulah aku pulang.
Ketika sedang tidur siang akibat kelelahan beres-beres aku terjaga karena hp ku berdering
"Ma, transfer uang dulu ya, papa hari ini mendadak dinas luar, atm kosong"
"Loh, kok mendadak?"
"Nggak tahu ini"
"Kapan pulang?"
"Dua hari mungkin".
"Kok mungkin?"
"Ya kan papa belum tahu jadwalnya"
"Oh gitu, lah terus pakaiannya?, apa papa nggak pulang dulu ke rumah?"
"Mama aja ya yang siapin, terus antar ke kantor"
"Loh kok gitu?, malu ah"
"Ya ampun timbang antar ke kantor aja kok nggak mau"
"Bukan nggak mau, tapi malu pa"
"Ya sudahlah, biar papa nggak usah ganti-ganti baju"
Aku menarik nafas panjang ketika suamiku telah keras kepala dan merajuk
"Iya, mau berapa banyak?, baju formal semua apa campur?"
"Nah gitu dong, baju campur, sekitar lima pasang ya"
"He em"
Lalu panggilan berakhir dan aku segera berdiri, berjalan naik ke kamar
Selesai mengisi koper, aku tarik koper tersebut kebawah, lalu ku letakkan di teras
Perlu waktu hampir satu jam untuk sampai di kantor suamiku, dan aku menjalankan motor matic yang saat itu aku gunakan dengan kecepatan sedang
Sampai di depan kantor suamiku, aku segera menghentikan motor dan mengambil hp yang ada dalam saku bajuku, lalu menghubungi suamiku
"Pa aku sudah diluar pagar kantor" ucapku
Setelah mendapat jawaban dari suamiku aku segera memasukkan kembali hp kedalam saku bajuku, turun dari motor dan celingukan melihat ke kanan kiri jalan
"Ma?"
Aku segera menoleh kearah suamiku yang berjalan ke arahku. Segera aku menurunkan koper yang aku letakkan di bagian tengah motor
"Ya ampun, apa kamu tidak punya baju lain selain memakai daster?"
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan suamiku, meletakkan koper di sebelahnya berdiri
"Emang apa salahnya sih pa kalau aku pakai daster, kan dilapisi jaket juga?" jawabku santai sambil masih cengengesan
"Kamu itu ke kantor aku ma, aku malu jika teman sekantorku lihat model kamu yang kaya gini"
Aku yang tadi cengengesan langsung menutup mulutku mendengar jawaban menohok suamiku
"Oh gitu ya?, ya sudah aku pulang sekarang, takut jika nanti dilihat teman papa dan papa malu" jawabku cepat sambil segera naik keatas motor
Jujur saja sebenarnya aku sakit hati mendengar jawaban jujur suamiku, walau aku sadari jika ini adalah kesalahanku
Aku yang telah memutar motor segera menghentikan motorku ketika suamiku menahan laju motorku dengan tangannya
"Sudah transfer belum?" tanyanya
"Belum" jawabku
"Kalau begitu transfer sekarang!" ucap suamiku sambil mematikan kontak motorku
Aku menarik nafas panjang lalu menurutinya dengan mengeluarkan hp ku
"Berapa?"
"Tiga juta"
"Hah?, banyak banget" protes ku cepat
"Ya ampun perhitungan banget sih sama suami, nanti tanggal satu papa ganti"
Dengan wajah cemberut aku menuruti perkataan suamiku
"Nih sudah" ucapku tak lama kemudian sambil menunjukkan bukti transfer dari hp ku
"Rif...." teriak sebuah suara
Aku cepat menoleh kearah sumber suara, kulihat ada dua pria yang berdiri tidak jauh dari kami
"Woy cepat, kita sudah mau berangkat"
"Iya" jawab suamiku cepat sambil menarik koper
Aku yang masih berada di atas motor hanya menatap kearah suamiku yang berjalan meninggalkanku
"Itu istri kamu?"
"Bukan, itu pembantu di rumah kami"
DUARRRR!!!!
Bagai petir yang menyambar tepat di atas kepalaku ketika aku mendengar jelas jawaban suamiku ketika temannya bertanya
Aku menunduk kearah daster yang saat ini aku kenakan, lalu kearah kaca spion, berkaca melihat wajahku
"Apa begitu kumalnya penampilanku sampai suamiku sendiri malu mengakui ku istrinya di depan teman-temannya?" batinku tercenung
Kembali aku menoleh kearah kantor dimana suamiku sudah tak terlihat lagi, menarik nafas panjang lalu kembali menghidupkan motor
Sepanjang jalan menuju tempat les kedua anakku, aku berpikir keras. Aku terus-terusan melihat kearah daster yang saat ini ku kenakan dan sesekali melihat pantulan wajahku di spion
Bukan, itu pembantu di rumah kami
Kembali kata-kata suamiku tadi terngiang-ngiang jelas di telingaku
Sambil menunggu kedua anakku yang sedang les bahasa Inggris, aku bergabung dengan beberapa mama-mama muda yang juga sedang menunggu anak mereka pulang
"Loh Ntan kok bengong sih?"
Aku menoleh cepat kearah seorang perempuan seumuran aku yang kebetulan Meka satu kelas dengan anaknya
"Ah ini Ya bingung besok mau masak apa untuk bekal anak" bohongku
Mama-mama muda itu tertawa mendengar jawabanku
"Oh iya Ntan, kamu ada barang kaya gini nggak?" tunjuk perempuan muda lainnya
Aku segera melongok kan wajahku ke hpnya
"Oh kalo stok aku nggak ada say, aku pre order dulu, kalo kamu mau aku pesankan"
"Boleh deh, nanti aku japri aku mau pesan apa saja, tapi yang pasti barang ini ya Ntan"
Aku mengangguk. Lalu para mama muda yang lain sibuk bertanya padaku tentang pesanan mereka
"Ntan, skin care aku kok lama sih datangnya, udah kamu pesan belum?"
"Ya ampun say, kalo dari aplikasi yang aku cek sih, besok datangnya. Nanti ketika datang aku antar deh"
Kembali mereka semua sibuk ngerumpi bahkan sesekali tertawa dan aku ikut tersenyum ketika mereka tertawa
"Ntan, nanti kalau lebaran masihkan kamu jualan kerupuk sama kue-kue?"
"Ya ampun lebaran masih lama kali" jawab yang lain
"In Syaa Alloh masih, tenang aja, untuk semua pelanggan aku, aku akan utamakan kualitas" rayuku
Mereka mencibir bahkan ada yang memukul bahuku
"Aku mau dong Ntan jadi reseller kamu kalo lebaran nanti"
"Boleh" jawabku dengan mata berbinar
"Beda harga kan Ntan?"
"He eh" jawabku lagi
Lalu kami melanjutkan kembali obrolan sampai akhirnya seluruh anak kami keluar dari kelas mereka masing-masing lalu kami semua berpisah pulang
Sampai di rumah aku langsung duduk di teras belakang, memandang ke hamparan sawah yang ada di belakang rumah kami
"Ma, kok melamun?"
Aku menoleh kearah Meka yang ikut duduk di sebelahku sambil membawa toples kerupuk
"Ma, kok papa sering sekali sih dinas luar?"
Aku menarik nafas panjang
"Kan papa pegawai pinter kak, jadi andalan kantor, jadi wajar kalo papa yang selalu dikirim untuk dinas luar"
"Kali ini papa kemana ma?"
Aku diam, karena aku juga tidak bertanya kemana suamiku pergi dinas luar kali ini
"Nggak tahu kak, nanti kalau selesai dinasnya kan papa pulang" jawabku pelan
Entah mengapa hatiku jadi melow, kata-kata suamiku yang tadi merendahkan ku rasanya sangat melukai batinku
Aku tidak akan mengapa dikatakan pembantu oleh orang lain, tapi ini oleh suamiku sendiri dan itu rasanya sangat menyakitkan buat ku
Tidakkah sedikit dia bisa menjaga lisannya agar tak melukai hatiku?
Ah, mellow nya aku, dan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Biasanya walau aku sering dibentak dan dikasari aku tidak akan ambil hati, tapi ketika suamiku merendahkan ku di depan teman-temannya mengapa aku jadi baper ya?
Aku menarik nafas panjang, kembali menatap kosong ke hijaunya hamparan sawah
"Adek mandi yok"
Aku hanya melirik ketika Meka bangkit dari kursi dengan berteriak mengajak adiknya mandi
Malamnya pikiranku kembali tertuju pada omongan suamiku sore tadi. Ya Tuhan baper nya aku, padahal itu hanya masalah sepele tapi mengapa aku jadi over thinking ya?
Karena pikiran ku masih kalut aku berpindah ke hp. Aku mencoba berselancar di dunia maya
Iseng-iseng aku melihat siapa saja yang mengirimi pertemanan dengan ku, dan betapa kagetnya aku ketika ada ratusan orang yang mengirimiku permintaan pertemanan
Aku tersenyum, karena aku membuka aplikasi biru hanya untuk promosi jualan online ku, bukan untuk yang lain, jadi jika setiap hari aku membuka aplikasi tersebut tak lain dan tak bukan adalah untuk promosi jualanku
Aku memang seorang pedagang online, apa saja aku jual, diri aku saja yang tidak aku iklan kan disini 🙈🙈
Dan alhamdulillah dari sinilah aku mendapat penghasilan, terlebih karena aku punya cukup banyak reseller, sehingga jika uang bulanan dari suamiku habis aku tidak pusing karena aku punya uang untuk menutupi kekurangan uang dapur
Dan mungkin karena aku sudah bisa cari uang sendirilah maka jatah bulananku sejak tiga tahun ini berada di angka yang sama, tidak pernah nambah
Bahkan untuk skincare dan kebutuhanku aku memakai uangku sendiri, aku sih tidak mempermasalahkan itu selagi aku mampu dan aku punya uang, why not?
Selesai menerima pertemanan yang dikirimkan orang padaku, aku lalu memeriksa pemberitahuan sistem siapa saja yang mengomentari status yang ku bagikan
Dan aku akan semangat ketika barang yang ku iklankan menarik minat orang untuk membelinya
Ting....
Aku melihat bilah notifikasi yang menyatakan ada pesan masuk melalui messenger
"Mario?" batinku
Tadi memang ada yang mengirimiku pertemanan bernama Mario, dan itu sudah satu tahun yang lalu yang baru aku konfirm malam ini
Jantungku tiba-tiba berdebar ketika membaca messenger yang dikirim akun bernama Mario
Apa kabar Ntan
Aku langsung mencari akun tersebut di teman-temanku, membuka dan melihat profil serta status yang pernah dibagikannya
Aku makin deg-degan ketika melihat tanggal lahir yang tertera di sana
11 November 1990
Ya Tuhan.... gumamku
Aku terus men scroll kebawah mencari siapa tahu akun ini pernah memposting gambar wajahnya. Karena di profilnya dia hanya menampilkan gambar burung elang
Ternyata akun ini jarang sekali membuka akunnya, terakhir dia aktif itu empat bulan yang lalu
Lalu kembali hp ku berdenting notifikasi pesan inbox masuk
Kok cuma dibaca aja Ntan? nggak niat buat balas
Dengan jantung yang masih berdebar aku mulai mengetik balasan
Ini siapa ya
Dan kulihat akun tersebut sedang mengetik pesan, dan tak lama balasannya telah aku terima
Mario, Mario Pratama, kamu pasti ingat
Hp yang tadi ku pegang langsung aku letakkan. Dan degup jantungku kian berdegup kencang
"Nggak mungkin ini Mario. Ini pasti Mario orang lain, bukan Mario Pratama yang aku kenal" gumamku
Lalu kembali hp ku berdenting, dan dengan agak takut-takut aku membukanya
Aku langsung menutup mulutku ketika kulihat pesan masuk yang dikirim Mario
Pesan gambar, foto dirinya yang sedang duduk memakai kaos warna hitam dan celana jeans
"Mario....." desis ku
Berkelebat di kepalaku Mario yang dulu. Mario adalah pacar pertamaku, sekaligus cinta pertamaku, kami pacaran ketika kami kelas satu SMA, dan hingga sampai detik ini kami tidak ada kata putus karena saat itu kami berpisah karena Mario ikut tes polisi dan lolos jadi abdi negara
Dan aku yang berasal dari keluarga sederhana akhirnya memilih mundur di tahun kedua dia jadi polisi, karena selain jarak kami yang berjauhan aku juga merasa tidak pantas untuk menjadi pacarnya lagi
Sejak itu aku benar-benar menutup seluruh jenis komunikasi pada Mario, bahkan ketika dia pulang di tahun ketiga masa dinasnya aku tidak menemuinya, padahal rumah kami tidak begitu jauh, hanya berjarak sekitar satu kilo meter
Dan Mario yang saat itu bertamu ke rumah hanya aku temui sebentar. Bahkan ketika dia mengajak jalan aku menolaknya hingga akhirnya tahun 2013 aku menikah dengan Arif kakak kelas kami waktu SMA setelah berpacaran sekitar dua tahun
Ntan?
Aku tergagap dan makin tak berani mengangkat hp ketika hp ku berdering panggilan messenger dari Mario
Aku tahu ini kamu Ntan, kenapa kamu tidak mau angkat panggilan aku
Aku hanya bisa menarik nafas panjang
Maaf Mario, ini sudah malam, aku tidak ingin menggangu aktifitas kamu balasku
Ini nomor hp aku, kali aja kamu bersedia menyimpannya
Aku menarik nafas panjang melihat nomor hp yang barusan dikirim Mario
Lalu pikiranku berkelebat tentang kenangan bahagia aku dan Mario. Mario yang baik dan romantis, selalu perhatian padaku dan menyayangiku
Coba saja aku menikahnya dengan Mario, aku yakin aku tidak se tertekan seperti ini. Sering tidak dihargai suami, bahkan seenaknya dia mengatakan jika aku adalah pembantu
Entah mengapa malam ini aku teringat Mario, pikiranku serasa mengulang ke jaman sewaktu kami bersama
Mario.... desis ku tak sadar.
Bertahun-tahun aku belajar move on dari Mario mengapa malah sekarang dia hadir lagi, umpat ku
Dengan gelisah aku membolak balikkan badanku. Wajah Mario, senyum Mario, kebiasaannya dan ngeyelnya jika berdebat padaku seakan berlompatan keluar dari memori otakku
Andai saja waktu bisa ku putar, tentu lah aku akan memilih waktu kembali dimana aku masih bersama Mario, menikmati indahnya cinta kami dan berkasih sayang berdua, berjanji saling setia dan akan membina rumah tangga berdua, akan memiliki banyak anak dan akan menua bersama
Ya Tuhan Mario.... desis ku dengan menarik nafas panjang
Setelah melihat nomor hp yang diberikan Mario, aku meletakkan hp di dalam lemari, merebahkan tubuhku mencoba untuk tidur
Karena alarm sudah aku setting, jadi pagi ini aku tidak kesiangan lagi seperti kemarin
Setelah selesai melaksanakan kewajibanku aku segera masuk dapur, masak untuk sarapan dan makan siang kami
Ketika jam enam kurang aku telah membangunkan kedua anakku dan telah pula menyiapkan sarapan untuk mereka
Tak lupa bekal mereka juga telah aku masukkan kedalam tas mereka masing-masing
Ketika dua angkutan jemputan mereka tiba di depan rumah, kedua anakku langsung masuk kedalam masing-masing mobil dengan melambaikan tangan ke arahku
Dan kembali aku memulai rutinitas ku seperti kemarin, berulang-ulang terus setiap hari
Tapi siang ini agak berbeda sedikit, karena banyak paket yang sampai, jadi aku mulai memilah paket-paket tersebut karena akan aku antarkan kepada pemesan
Tepat tengah hari, aku keluar dari dalam rumah dengan membawa kantong kresek cukup besar yang aku letakkan di dekat kakiku, hari ini ada sepuluh pesanan yang harus aku antar, dan aku harus mengantarnya dengan cepat karena satu jam lagi Bobi pulang sekolah
Di jalan pulang aku tersenyum senang karena semua pesanan telah semua aku antar
Aku mendadak menghentikan motorku ketika di depan rumah orang tua Mario, mamanya Mario melambaikan tangan memintaku berhenti
Aku segera turun dari atas motor, mengulurkan tangan pada perempuan paruh baya tersebut dan mencium punggung tangannya
"Ada yang bisa aku bantu buk?"
"Ini Ntan, katanya kamu jualan online ya?"
Aku mengangguk
"Iya buk, ada yang bisa aku bantu?"
"Aduh nggak enak ngomong di jalan, yuk masuk dulu"
Aku jadi sedikit bimbang, karena jam kepulangan Bobi sudah dekat
"Aduh maaf buk, kalau sekarang nggak bisa, soalnya anak kedua aku sebentar lagi pulang sekolah"
Tampak sekali raut kecewa dari wajah mamanya Mario
"Gini aja, ibu mau apa?, nanti aku bantu"
"Ibu itu kepengen ngirim makanan buat Mario, kira-kira kamu bisa bantu ngirim nya nggak?"
Mataku langsung membulat dan aku menelan ludahku
"Mario kan dinasnya jauh buk"
"Iya juga sih"
"Begini aja, nanti aku bantu packing terus aku bantu ngirimnya lewat jasa pengiriman"
"Bisa gitu?"
Aku mengangguk
"Ibu simpen nomor hp aku" ucapku sambil menuliskan nomor hp ku di atas kertas, lalu kertas tersebut aku sobek dan kuberikan pada mamanya Mario
"Makasih ya Ntan"
Aku kembali menganggukkan kepalaku lalu berpamitan pada mamanya Mario
Baru saja aku sampai rumah, hp ku berdering dan aku berfikir kira-kira siapa yang meneleponku melalui messenger
Aku harus menelan ludahku dengan susah payah karena kembali ini adalah panggilan dari Mario
Dengan menarik nafas panjang akhirnya aku menerima panggilannya
"Ya Mario?" sapaku
"Akhirnya kamu angkat juga" terdengar suara lega dari seberang
"Terima kasih ya karena kamu tadi mau berhenti saat mama menyetop kamu"
Aku terkekeh
"Oalah, jadi ibu tadi bilang?"
"Iya, kamu tahu lah mama dari dulu tidak berubah, jika dia kangen sama aku pasti ngirimin makanan kesukaan aku"
Aku tersenyum
"Pa kabar Ntan?"
"Baik, kamu sendiri gimana?"
"Nggak enak ngobrol lewat messenger, bisa kirim nomor What app kamu nggak?"
"Iya sebentar" jawabku
Tanpa menaruh curiga aku segera mengetik nomor hp ku lalu mengirimnya pada Mario
Dan tak sampai dua menit telah ada nomor baru yang masuk, panggilan video
Aku langsung berjalan kebingungan ketika menyadari kekeliruanku mengapa aku dengan mudahnya memberikan nomor hp ku pada Mario
Tapi tak urung panggilan video itu aku terima. Dan jantungku rasanya mau copot ketika tampil wajah Mario
"Hai....." sapanya sumringah
Aku berusaha untuk tersenyum dan bersikap biasa saja
"Kamu kenapa Ntan, kok kayanya gugup gitu?"
"Ah nggak....." jawabku cepat
"Mama sudah hubungin kamu?, tadi kata mama kamu ngasih nomor hp kamu ke mama"
"Belum, mungkin nanti"
Lalu aku kembali harus berusaha meredam degup jantungku yang berdetak tak karuan
"Sudah punya anak berapa kamu Ntan?"
"Dua, kamu?"
"Sama"
Aku tersenyum kaku mendengarnya
"Sudah sekolah semua?"
"Yang pertama, kelas satu SD. Kamu?"
"Kelas tiga dan kelas dua" jawabku lagi
Lalu kami sama-sama diam, dan aku makin bingung mau bicara apa, terlebih karena Mario terus menatapku
"Mario, nanti lagi ya?, mobil yang antar jemput anakku sampai" ucapku karena ada suara klakson di depan
"Aku boleh kan Ntan menghubungi kamu tiap hari?"
Aku menggeleng
"Status kita sudah beda Yo" ucapku sambil melambaikan tangan dan dengan cepat mengakhiri panggilan karena Bobi berteriak di depan pintu
Dan ternyata Mario tidak berubah, masih ngeyel seperti dulu, tiap hari dia menghubungiku dan mengirimiku pesan. Terlebih ketika aku ke rumah mamanya, di sana dia melakukan panggilan video pada sang mama dan seperti sengaja memancing-mancing ku agar aku ikut masuk dalam obrolan mereka
Ketika selesai mem packing paket lauk yang akan dikirimkan mamanya Mario aku segera meminta alamat Mario agar bisa aku tulis di kertas yang akan aku tempel
Aku menghentikan gerakan tanganku ketika aku mendengar alamat yang disebutkan mamanya Mario
"Loh buk, sejak kapan Mario pindah tugas?"
Mama Mario tersenyum
"Sejak lima tahun yang lalu"
Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku, karena alamat yang aku tulis jaraknya hanya dua jam dari sini
"Kalau begitu paketnya kita titip travel saja buk, nggak usah lewat jasa pengiriman, kalo lewat travel malah sore ini bisa langsung nyampe ke Mario"
"Ibu sih nurut mana baiknya saja Ntan"
Aku mengangguk lalu menelepon travel yang biasa mengantar pesananku ke daerah yang tak jauh dari tempat Mario dinas
"Travelnya nanti akan kesini bu, sudah aku telepon" ucapku ketika berpamitan
Mamanya Mario mengelus pundakku
"Terima kasih ya Ntan untuk bantuannya, untung ada kamu"
Aku tersenyum dan segera mengambil hp dalam tas ketika benda tersebut berdering
"Ya pa?" jawabku karena itu suamiku yang menelepon
"Ma, papa masih sekitar tiga hari disini, masih ada uang kan?"
Aku memejamkan sebentar mataku
"Mau berapa?"
"Dua juta aja ma"
"Iya, tunggu aja" jawabku pelan
Aku kembali tersenyum kearah mamanya Mario lalu panggilan telepon berakhir dan aku langsung berpamitan pulang
Sampai di rumah aku kembali menimbang-nimbang antara mengirimi suamiku uang atau tidak, karena dia baru pergi tiga hari, masa uang tiga juta kemarin sudah habis?"
Kembali lamunanku buyar ketika kembali hp ku berdering
"Ma kok belum transfer?"
Aku menarik nafas panjang
"Maaf pa, saldo mama abis buat belanja, maaf ya...." alasanku
Karena jujur saja aku benar-benar curiga kali ini. Dan benar, aku langsung mendapatkan makian dari suamiku
Dan aku hanya memejamkan mataku saja mendengarnya yang memaki-makiku
"Masa uang kemarin sudah habis pa?"
"Keperluan kan banyak, ya jelas habis lah, kamu saja yang nggak tahu"
Aku melengos sambil mendecak mendengarnya yang terus menggerutu. Karena aku tak ingin mendengar gerutu nya, dengan segera aku memutuskan panggilan
Dan hari ini adalah hari terakhir suamiku dinas luar, menurut prediksi dia akan pulang besok
Tapi alangkah shock nya aku ketika melihat berita di tivi, berita tentang penggerebekan tiga orang oknum pegawai negeri yang terciduk sedang melakukan perbuatan mesum di hotel dengan wanita yang bukan pasangan mereka
Degup jantungku kian berdebar kencang ketika kulihat jelas mobil yang biasa terparkir di garasi rumah kami ada dalam tayangan berita tersebut
Dengan cepat aku mencari portal berita online, dan hatiku kian yakin jika salah satu oknum yang digerebek itu adalah suamiku, terlebih dengan disebutkannya instansi tempat ketiga pria tersebut berdinas
"Mas Arif....?" gumamku dengan air mata yang langsung mengalir
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!