Aurora Zeto adalah keturunan ke sekian dari CEO somplak legendaris yang bernama Moses Elruno (Kalau mau kenalan sama Moses Elruno, bisa baya novelnya Lizbethsusanti yang berjudul "My Cute Nanny). Aurora Zeto terlahir lahir pasangan romantis yang bernama Cantika ( Cicit ke sekiannya Moses Elruno) dan Dito Zeto.
Namun, Aurora Zeto tidak memiliki kisah cinta yang romantis seperti nenek moyang dan kedua orangtuanya. Aurora Zeto bekerja di sebuah universitas swasta ternama di kota J. Dia sudah menyandang gelas S2 dan menunggu menikah dulu sebelum ia melanjutkan ke S3.
Aurora Zeto berpacaran dengan seorang pengusaha yang bergerak di bidang otomotif Pengusaha itu bernama Theodore Wart. Theo dan Aurora sudah berpacaran selama tiga tahun bahkan mereka sudah tinggal bersama selama satu tahun. Sebelum mereka menikah, mereka memang memutuskan untuk tinggal bersama agar mereka bisa lebih mengenal pribadi masing-masing.
Namun, Aurora tetap menjaga segel kesuciannya meskipun Theo terus berusaha membobolnya dengan berbagai macam cumbu rayu. Dan akhirnya demi mempertahankan Aurora dan demi impiannya untuk bisa menikah dengan kekasih yang sudah ia pacari selama hampir empat tahun, Theo mengalah untuk tidak memaksa Aurora menyerahkan segel kesucian itu.
Hingga pada suatu sore yang indah, Aurora pulang ke apartemen mewah dan luas yang sudah ia tempati bersama Theo selama satu tahun dengan wajah lelah dan stres. Aurora pulang dengan membawa beban permasalahan yang cukup berat di sore hari itu dan berharap pulang ke apartemen disambut senyum ceria kekasihnya karena dia tahu di sore hari itu, Theo tidak ada acara di luar dan tidak juga pergi ke kantor.
Aurora mengernyit saat ia menemukan ada dua gelas anggur di meja ruang tamu. Ada dua sandwich yang masih utuh dan potongan buah melon. "Apa akan ada tamu? Tapi, siapa?"
Aurora kemudian melangkah naik ke lantai dua untuk bertanya ke Theo, siapa tamu yang tengah Theo tunggu. Aurora menautkan kedua alisnya saat ia melihat pintu kamarnya sedikit terbuka dan ada tas wanita yang bukan miliknya tergelak di depan pintu kamar. Aurora memungut tas itu dan berjalan ke depan untuk membuka pintu kamar. Seketika darah Aurora mendidih saat ia melihat Theo sedang bercinta dengan seorang wanita yang tampak masih sangat muda di atas kasurnya.
Aurora langsung mengusap air mata yang menetes deras di pipinya berulangkali sambil berteriak, "Mas! Tega sekali kau!"
Wanita yang berada di bawah tubuhnya Theo, sontak mendorong Theo dengan berteriak kaget, "Aaaaaaa!!!!!"
Theo sontak mengumpat, "Sial" Lalu, ia melompat dari atas tempat tidur dan sambil memakai kembali celana boxernya, dia mengejar Aurora.
Aurora mengentikan langkahnya di depan pintu keluar saat Theo mencekal lengannya dan berkata, "Tolong dengarkan penjelasanku dulu!"
Aurora menarik lengannya, berputar badan untuk menghadap ke Theo dan dengan wajah penuh air mata ia berkata, "Kau sudah jelas-jelas berselingkuh masih mau menjelaskan apalagi, Mas?
"Iya! Aku akui aku bercinta dengan wanita lain. Tapi, aku membayangkan kamu. Aku sangat ingin bercinta denganmu selama ini, tapi kamu selalu menolaknya dan........"
"Hanya itu penjelasan kamu?" Aurora berucap sambil mengusap air matanya.
"Aku juga lelah belakangan ini mendengar keluh kesah kamu soal kerjaan kamu padahal kerjaanku sendiri juga lagi banyak tekanan. Aku lelah dengan sikap keras kepala kamu, sikap temperamen kamu, dan aku butuh pelampiasan"
"Oh! Jadi, selama ini kamu tertekan dengan masalah aku, dengan sikap aku, dengan watak aku? Lalu, sudah berapa kali kamu butuh pelampiasan, Mas? Sudah berapa kali kamu tidur dengan wanita lain, hah?!" Aurora berteriak kencang di depan Theo.
"Sial! Bukan begitu maksud aku Maksudku, aku menerima kamu apa adanya cuma terkadang aku butuh kamu lebih dari sekadar teman curhat dan........"
"Sudah berapa kali kamu tidur dengan wanita lain?!" Aurora melotot di depan Theo.
"Sial! Baru sekali ini aku melakukannya dan tidak akan aku ulangi lagi, Rora! Tolong dengarkan aku dulu!"
"Kau gila atau apa, hah?! Yang namanya selingkuh tetaplah selingkuh. Mau sekali atau berkali-kali. Bereskan urusan kamu dengan wanita itu. Kamu belum menuntaskan hasrat kamu, kan? Tuntaskan, Mas! Aku akan menyuruh orang ke sini dua jam lagi untuk mengambil semua barang-barangku. Kita putus. Aku juga akan ambil ranjang dan kasur yang aku beli, tapi akan aku bakar karena ranjang dan kasur itu sudah bau dan busuk" Aurora kemudian berbalik badan dengan cepat dan pergi meninggalkan Theo, kekasih yang sudah ia pacari selama hampir empat tahun dan tahun depan akan ia nikahi.
Aurora melajukan mobil sedan mewah berwarna merah menyala kesayangannya ke rumah sahabatnya yang bernama Shasha. Marsha Amber dan panggilannya Shasha sudah bersahabat dengan Aurora sejak mereka masih berumur tiga tahun.
Shasha juga seorang dosen, namun jiwa dan karakter Shasha lebih liar daripada Aurora. Setelah mendengar keluh kesah Aurora soal Theo, Shasha mengajak Aurora bangkit berdiri sambil berkata, "Ayo aku akan buat kamu melupakan pria brengsek itu dengan bersenang-senang!"
Saat Shasha memarkirkan mobil di halaman depan klub malam yang mewah dan terkenal mahal, Aurora sontak bertanya, "Kenapa kita ke sini?"
Shasha menarik tangan Aurora dan dengan senyum lebar Shasha berkata, "Karena ini tempat terbaik untuk melupakan pria brengsek macam Theo. Ayo masuk dan kita akan bersenang-senang. Yuhuuuu!!!!"
Aurora terkekeh geli melihat sikap konyol sahabatnya.
Tak berapa lama kemudian, Aurora bisa bersenang-senang di dalam klub malam mewah itu. Aurora berdansa dengan Shasha dengan wajah ceria dan penuh tawa.
Tiba-tiba datang dua orang pria yang berdansa di dekat mereka. Salah satu dari dua orang pria itu mendesak di tengah dan memisahkan Aurora dengan Shasha.
Pria yang bergoyang mengikuti irama menghentak yang dimainkan DJ tersenyum ke Aurora dan berkata dengan suara keras agar suaranya kedengaran sampai ke telinganya Aurora, 'Kamu sangat cantik. Ayo kita pergi ke rumahku dan kita akan berkenalan lebih dekat"
Aurora menelengkan kepalanya ke kiri untuk melihat Shasha, namun sahabatnya itu telah menghilang entah ke mana. Pria yang berada di depan Aurora menoleh ke belakang sambil berkata, "Teman kamu telah pergi" Lalu, pria itu kembali menatap Aurora dan berkata masih dengan suara yang cukup keras, "Di sini berisik! Ayo kita keluar cari tempat sepi untuk saling mengenal"
Aurora sontak menarik tangan pria itu yang nekat memeluk pinggang rampingnya.
Pria itu kembali memeluk pinggang Aurora dan berbisik di telinga Aurora, "Nggak usah jual mahal. Kau juga menginginkan aku, kan?"
Aurora langsung mendorong kasar pria itu dan di saat pria itu hendak menampar Aurora karena ia tidak terima diperlakukan kasar oleh Aurora, sebuah tangan kekar menghalangi tangan pria kurang ajar itu. Lalu, pria bertangan kekar berdiri memunggungi Aurora untuk melindungi Aurora sambil berkata ke pria kurang ajar itu, "Pergilah! Nona ini tidak mau kau ajak pergi. Jadi, pergilah dan jangan ganggu dia!"
Alih-alih pergi, pria kurang ajar itu nekat menyerang pria bertangan kekar dan pria bertangan kekar itu berhasil membanting pria kurang ajar itu di atas lantai dansa. Setelah pria bertangan kekar itu menegakkan badan, pria kurang ajar itu bergegas bangun dan melarikan diri.
Pria bertangan kekar berputar badan untuk menatap wanita cantik yang sudah ia tolong. "Hi! Apa aku boleh berdansa dengan kamu?"
Aurora tersenyum, "Sebelum berdansa dengan kamu, aku mau ucapkan terima kasih dulu"
"Ucapan terima kasih aku terima dengan sepenuh hati" Pemuda yang sangat tampan dengan rambut ikal itu tersenyum lebar ke Aurora.
Kemudian Aurora dan pemuda itu berdansa dengan tawa ceria sampai akhirnya Aurora berkata, "Aku harus pulang. Aku sudah terlalu banyak minum dan menari. Kepalaku pusing. Di mana Shasha"
Shasha berlari menghampiri Aurora dan berkata, "Aku serahkan kamu ke pemuda ini. Dia orang baik"
"Hei! Kau mau ke mana?"
"Aku dapat teman kencan yang oke. Sayang kalau aku lewatkan. Aku nitip sahabatku, ya?! antarkan dia sampai di rumahnya dengan selamat" Shasha menepuk bahu pemuda tampan berambut ikal itu.
Pemuda tampan itu mengabaikan Shasha dan terus menatap Aurora sambil berucap, "Teman kamu sudah menyerahkan kamu ke aku. Aku akan antarkan kamu dengan selamat sampai di rumah"
Aurora kemudian menatap pemuda itu, ia meringis canggung dan berkata dengan nada terpaksa, "Baiklah. Aku akan serahkan diriku sepenuhnya ke dalam tangan pria tampan di depanku ini"
"Dan pria tampan tidak akan pernah menyakiti wanita cantik. Jadi, kau akan aman di tangan pria tampan ini, hehehehehe"
"Pede bener kamu, ya" Aurora terkekeh geli dan pemuda tampan itu tersenyum lebar di depan Aurora.
Pemuda tinggi, tampan, dengan rambut berombak itu mengajak Aurora keluar dari dalam bar dan berjalan menyusuri trotoar sebentar ke arah timur hingga sampailah mereka berdua di depan sebuah mobil Jeep mahal keluaran terbaru.
"Mobil Jeep?" Aurora tertegun. melihat mobil Jeep berwarna hitam dan gagah itu dan di saat ia hampir jatuh karena ia sudah mabuk berat, pemuda tampan itu langsung memeluk Aurora.
"Kenapa? Kamu belum pernah naik mobil Jeep?" Pemuda tampan itu menoleh ke Aurora dengan senyum tampannya.
Aurora tersenyum ke pemuda itu dan berkata, "Aku justru sangat familier dengan mobil Jeep. Aku jadi ingat sama masa kecilku bersama dengan. Papa tercintaku, hehehehe" Aurora berkata sambil mengelus pelan dada bidang pria tampan itu.
Karena sudah sangat mabuk dan kepalanya pusing, Aurora lupa berkenalan dengan benar Dia lupa menanyakan siapa nama pemuda tampan yang sudah banyak membantunya di malam ini dan membiarkan pemuda tampan itu membopongnya dan menaikannya ke atas mobil Jeep. Pemuda itu juga membantu memasangkan sabuk pengaman.
Beberapa menit kemudian, sambil mengemudikan mobil Jeep kebanggaannya, pemuda tampan yang belum memberitahukan siapa namanya itu, melirik Aurora sambil berkata, "Kau melirikku terus tadi waktu di bar. Kenapa? Aku mengingatkan kamu pada seseorang atau kamu tertarik padaku?"
Oh! Astaga! Bocah ini tahu kalau aku terus meliriknya waktu di bar tadi. Aku tertarik pada ketampanan wajah dan fisik bocah ini. Aku juga menyukai rambut cokelat bergelombangnya. Dia sangat tampan. Tapi, sepertinya dia bad boy dan sedikit berbahaya untuk didekati. Batin Aurora.
Pemuda itu kembali melirik Aurora dan bertanya, "Kenapa cuma tersenyum? Apa arti senyum kamu itu? Kamu tertarik padaku?"
"Yeeeaahh, anggap saja seperti itu. Aku mabuk saat ini dan aku nggak akan ingat apa yang aku katakan saat ini. Jadi, yeeaahhh, anggap saja aku tertarik padamu. Lagipula wanita mana yang tidak akan tertarik pada pemuda tampan, dengan fisik yang sempurna, dengan dsenyum manis penuh misteri, dan rambut bergelombang seksi ini" Tanpa Aurora sadari ia menyentuh rambut pemuda tampan itu.
Pemuda tampan itu menarik tangan Aurora dari atas kepalanya, lalu ia genggam tangan itu dan ia arahkan ke bibirnya.
Ada desir hangat di hati Aurora saat ia melihat dan merasakan tangannya digenggam dan dicium oleh pemuda itu.
Aurora lalu menarik tangannya dari genggaman pemuda itu sambil berkata, "Oke! Kita belum salin mengenal dengan benar. Jadi, jangan cium tanganku!"
"Benarkah kita belum saling mengenal dengan benar? Kita saling pandang waktu di bar, aku sudah menolongmu dari pria mesum tadi di bar, dan kamu sudah menyentuh rambutku. kita sudah cukup kenal lewat itu semua, bukan?"
Aurora sontak tertawa lepas dan berkata, "Aku suka guyonan kamu. Kamu sepertinya pendiam, penuh misteri, tapi ternyata punya selera humor yang sangat bagus. Aku suka. Aku menyukaimu" Aurora mengusap pelan pipi pemuda itu.
"Oh! Sekarang kau sentuh pipiku. Kau boleh menyentuhku sesuka hati kamu dan aku tidak boleh hanya sekadar mencium tangan kamu? Itu curang namanya"
Aurora langsung menarik tangannya dari pipi pemuda itu dan berkata, "Maafkan aku"
"Kau sudah menyentuh pipiku, maka kau harus membayarnya"
"Membayarnya? Dengan apa?"
"Aku akan ajak kamu ke rumahku dan kamu harus masak untukku. Aku lapar saat ini dan aku malas mengantre di restoran"
"Hah?! Kenapa tidak ke rumahku?"
"Oke! Boleh. Katakan di mana rumah kamu. Kita sudah jalan selama empat puluh lima menit dan kamu belum katakan alamat rumah kamu. Jadi, aku pikir kamu ingin ke rumahku dulu"
"Yeeaaahhh, ke rumah kamu dulu saja. Aku tiba-tiba lupa di mana rumahku" Sahut Aurora dengan meringis.
Pemuda tampan itu menoleh sekilas ke Aurora untuk memberikan senyum tampannya dan berkata, "Baiklah. Kau yang memintanya dan kau jangan menyesalinya"
"Aku tidak akan menyesalinya. Aku lebih percaya sama kamu, pria asing yang baru beberapa jam aku temui daripada memercayai kekasihku yang sudah berpacaran denganku selama hampir empat tahun" Sahut Aurora di tengah mabuk beratnya.
Pemuda dengan rambut cokelat bergelombang itu menoleh sekilas ke Aurora dan seketika menemukan Aurora sudah tertidur pulas dengan pelipis kiri menempel ke kaca jendela mobil.
Pemuda itu kembali mengarahkan pandangannya ke depan dan sambil tersenyum bahagia ia bergumam, "Kamu tidak mengenaliku, Kak Rora. Tapi, aku bisa dengan mudahnya mengenali kamu. Kamu yang introvert, kamu yang cantik, dan kamu yang unik, sangat mudah untuk aku kenali. Aku senang akhirnya kita bisa bertemu lagi. Kamu tumbuh dengan sangat baik dan cantik, Kak Rora"
Beberapa jam kemudian, Pemuda itu membaringkan Aurora Zeto di atas ranjangnya dan setelah itu ia menyibukkan diri di dapur. Dia memasak sup ayam dan membuat teh hijau hangat untuk Aurora.
Satu jam kemudian, pemuda itu meletakkan sup ayam dan teh hijau di atas nakas. Lalu, ia menepuk pelan pipi Aurora sambil berkata, "Aku buat sup ayam dan teh hijau yang sangat bagus untuk menghilangkan mabuk kamu"
Aurora membuka kedua kelopak matanya dan ketika ia menemukan dirinya bersitatap dengan pemuda tampan itu, ia langsung menarik tengkuk pemuda tampan itu dan mengajak pemuda tampan itu berciuman.
Pemuda tampan itu langsung mendorong kedua bahu Aurora saat wanita itu memperdalam ciumannya. Dia menatap lekat kedua bola mata indah milik Aurora yang sedari kecil sangat ia kagumi itu, lalu pemuda tampan itu bertanya, "Kau yakin? Kau memercayaiku untuk melakukannya? Karena, kalau kau memperdalam ciuman kamu, aku tidak bisa mengontrol diriku lagi"
"Aku yakin dan aku memercayaimu" Aurora kembali menarik tengkuk pemuda tampan itu dan mengajak pemuda itu untuk berciuman lebih dalam.
Ketika tangan pemuda itu menangkup dada, Aurora refleks menahan tangan pemuda itu dan menarik bibirnya. Dia menatap pemuda itu dengan gamang.
Pemuda itu tersenyum dan berkata, "Kenapa? Katanya kau memercayaiku? Kenapa kau menahanku saat ini?"
"A......aku belum pernah melakukannya"
"Benarkah?" Pemuda itu membeliak kaget di depan Aurora.
Aurora berkata, "Aku berkata jujur. Aku belum pernah melakukannya"
"Maka aku akan mengajarimu" Pemuda itu memagut bibir Aurora dan tangannya asyik bermain di titik kenyal.
Aurora seketika gemetar saat ia merasakan gairah pemuda itu. Dirinya terasa rapuh dan sekujur tubuhnya terasa nyeri membutuhkan sentuhan pemuda itu. Dengan tersiksa Aurora menekankan bibir ke leher pemuda itu, lalu ke rahang, bibir, dan dengan penuh gairah yang tengah berputus asa ingin segera dipuaskan, wanita cantik itu menyusuri garis rahang pria itu dengan lidah.
Pemuda itu lalu berbisik di telinga Aurora, "Kamu sangat cantik dan wangi. Aku tidak akan menahan diriku lagi dan aku akan membantumu bersiap diri untuk penyatuan raga kita" Pemuda itu bergerak ke bawah, mencium paha Aurora, kemudian bermain asyik di lembah kenikmatan.
Beberapa menit kemudian, Penyatuan raga kedua sejoli itu terjadi dengan sangat liar. Bukan hanya sekali Aurora dan pemuda itu memekikkan kepuasan mereka secara bersamaan, namun entah berapa kali mereka memekik puas yang mereka reguk dari bermacam gaya permainan yang pemuda itu ajarkan. Kedua sejoli itu kemudian jatuh terkulai lemas di atas ranjang dan tertidur pulas dengan berpelukan.
Keesokan harinya, Aurora tersentak kaget ketika ia menoleh ke kanan dan menemukan wajah seorang pemuda yang sangat tampan. Untuk sejenak, Aurora mengagumi ketampanan pemuda itu, lalu ia bergumam lirih, "Sial!" Ketika ia merasakan sekujur tubuhnya berdenyut nyeri. Ia sontak duduk tegak dan bersandar di ranjang, lalu membuka selimut dan ia membeliak kaget saat menemukan dirinya dalam keadaan polos tanpa sehelai kain pun. Wanita cantik berbola mata biru itu sontak menyibak selimut, melompat dari atas ranjang dengan perlahan dan mendesis pelan saat ia merasakan kepala dan sekujur tubuhnya berdenyut nyeri. Lalu, wanita cantik itu memungut kembali semua bajunya dan memakainya dengan cepat tanpa mengeluarkan suara, kemudian ia tinggalkan selembar cek senilai lima juta rupiah di atas nakas dan berjingkat pergi meninggalkan pemuda itu tanpa mengeluarkan suara.
Pemuda tampan itu meraba kasur dengan kedua kelopak mata yang masih terpejam. Ketika ia tidak menemukan tubuh wanita yang semalam bermain cinta dengannya secara habis-habisan, pemuda itu langsung membuka kedua kelopak mata. Lalu, dengan sekujur tubuh yang masih terasa sangat penat dan lelah, pemuda tampan itu mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamarnya. Dia mengernyit kaget saat ia menemukan ada bercak darah di sprei.
"What! Kak Rora masih suci di umurnya yang sudah menginjak dua puluh lima tahun? Seriously? Dan aku yang ia beri kehormatan untuk membuka segel kesuciannya?" Pemuda itu membeliak tidak percaya, kemudian ia melepaskan tawa bahagianya dan berteriak, "Yes! Aku akan mengejarmu sampai dapat setelah ini, Kak! Sampai dapat! Semoga Kak Rora masih ada di rumah ini dan dia ada di bawah tengah memasak sesuatu untuk sarapan aku dan dia"
Lalu, pemuda itu melompat turun dari atas kasur dan bergegas memakai kaos juga celana boxernya dengan tergesa-gesa. Namun, ketika pandangannya menemukan secarik kertas di atas nakas, bayangan untuk sarapan berdua dengan wanita pujaan hatinya lenyap sudah. Pemuda itu mengambil kertas di atas nakas dan setelah meraup wajah tampannya dengan helaan napas panjang, pemuda berambut cokelat bergelombang itu menyeringai dan bergumam, "Kau memang unik sedari dulu, Kak. Teganya kau hargai kerja kerasku yang sangat luar biasa semalam semurah ini. Lima juta rupiah, Seriously? Wah! Sepertinya aku masih perlu bekerja lebih keras lagi untuk membuatmu merasa puas" Pemuda itu kemudian terkekeh geli dan setelah memasukkan cek itu ke dalam tasnya, ia bergegas masuk ke kamar mandi.
Aurora melemparkan tasnya ke sofa, lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Ia melupakan semua rasa nyeri di sekujur tubuhnya karena waktu terus berjalan dan dia ada kelas mengajar di jam sepuluh.
Pemuda tampan itu membuka pintu rumahnya dan dikejutkan dengan pelukan seorang gadis cantik.
"Nancy? Kenapa kau ke sini?" Pemuda itu berucap sambil mengurai gelungan tangan gadis Cantik, lalu ia mendorong gadis itu.
"Kenapa? Aku ini pacar kamu. Aku ke sini karena semalam kamu tidak datang ke restoran favorit kita, tempat kita janjian untuk makan malam dan merayakan hari jadian kita yang sudah genap empat bulan. Kenapa kau tidak datang?" Gadis cantik berambut cepak itu mengusap pipi pemuda tampan itu dengan senyum penuh cinta.
Pemuda tampan itu langsung menepis tangan gadis cantik itu dan menggeram kesal, "Bukankah kita sudah putus sebulan yang lalu dan kapan aku janjian dengan kamu untuk bertemu di restoran itu semalam? Aku sudah tidak pernah menghubungi kamu lagi sejak kita putus. Lagian, otak kamu kabur ke mana, hah? Mana bisa aku berada di restoran itu semalam. Restoran itu ada di Belanda"
"Kamu yang memutuskan aku dan aku tidak menyetujuinya. Jadi, kita belum putus, Mikha Mahesa. Kita belum putus dan semalam kamu mengirim pesan text ke aku, lihatlah sendiri!" Gadis yang bernama Nancy itu memperlihatkan layar telepon genggamnya ke pemuda tampan yang bernama Mikha Mahesa itu.
"Cih! Dasar bodoh. Kau banting telepon genggamku yang itu. Kenapa kau masih percaya kalau nomer yang mengirimi kamu pesan text itu adalah nomerku? Aku sudah ganti nomer dan ganti ponsel sejak ponselku yang itu kamu banting. Kau ingat sekarang?" Mikha Mahesa kemudian mendorong bahu wanita itu yang masih bengong dan Mikha langsung berlari kencang untuk segera masuk ke dalam mobilnya.
Saat mobil Mikha melaju, barulah gadis cantik yang bernama Nancy itu berputar badan dan berlari mengejar mobilnya Mikha Mahesa sambil berteriak, "Jangan tinggalkan aku Mikha!!!!!! Aku masih sangat mencintaimu!!!!"
Mikha sampai di kampus dan bertemu dengan partner in crime-nya yang bernama Dave. Mikha dan Dave bersahabat sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Mereka berdua bertemu di luar negri dan memutuskan untuk kuliah di dalam negri. Di hari itu adalah hari pertama mereka menginjakkan kaki mereka di Universitas swasta ternama dan terkenal di kota J.
"Jam pertama dosennya wanita. Semoga dia cantik dan menarik kalau nggak, aku bisa ketiduran di kelas. Aku masih mengalami jetlag" Ucap Dave.
Mikha merangkul bahu Dave dan dengan senyum lebar ia berkata, "Aku nggak mengalami jetlag, tapi aku tengah mabuk cinta saat ini"
Dave menoleh kaget ke Mikha dan bertanya, "Mabuk cinta? Dengan siapa kali ini? Kau sudah putus dengan nancy, kan? Kau dapat cewek lagi?"
Mikha tersenyum semakin lebar dan menganggukkan kepalanya.
Dave melotot dan kembali bertanya, "What?! Kita baru sampai di Indonesia tiga hari ini dan kamu sudah dapat cewek lagi? Lalu, kali ini cewek ini akan kamu ajak bermain selama berapa bulan? Sebulan, dua bulan, atau tiga bulan saja sama seperti Nancy pacar terakhir kamu, hah?!"
"Kali ini aku serius. Aku nggak akan main-main. Karena wanita ini adalah cinta pertamaku. Wanita yang aku cari selama ini dan aku beruntung bisa bertemu lagi dengannya semalam. Aku akan mencari dan mengejarnya sampai dapat, lalu aku akan mendekapnya selama-lamanya"
Dave sontak tertawa dan berkata, "Benarkah! Playboy macam kamu yang selalu mendorong orang untuk menjauhi kamu, akan mendekap seorang cewek selama-lamanya?"
Mikha langsung mendorong bahu Dave sambil menggeram kesal ia berkata, "Kita lihat saja nanti. Kalau aku berhasil kau harus traktir aku makan"
"Oke. Bertahanlah satu tahun saja dengan gebetan baru kamu ini, maka aku akan traktir kamu makan sepuasnya" Sahut Dave dengan seringai meremehkan.
"Deal!" Ucap Mikha dengan senyum lebar. Lalu, pemuda itu bertanya ke Dave, "Nancy muncul di rumahku tadi pagi. Kenapa dia bisa ada di sini dan kenapa dia bisa tahu rumahku?" Mikha menatap Dave dengan sorot mata penuh kecurigaan.
"Hei! Bukan aku yang kasih tahu ke Nancy di mana rumah kamu. Kamu tanya aja langsung ke Nancy kenapa dia bisa tahu rumah kamu"
"Sial! Siapa yang sudah kasih tahu Nancy? Ah! Lupakan saja nggak penting. Lagian aku juga malas menemui Nancy lagi" Sahut Mikha sembari merangkul kembali bahu sahabat terbaiknya itu.
Sejak Mamanya meninggal dunia dan papanya menarik dia kembali ke Indonesia, Mikha berubah menjadi pemuda yang dingin, menutup diri, kekanak-kanakkan, dan dia menjadi suka bergonta-ganti wanita. Sebenarnya ia tengah mencari sosok wanita yang ia cintai yang mirip dengan mamanya dan mirip dengan cinta pertamanya. Mikha Mahesa mengalami cinta pertama saat ia masih berumur lima tahun, namun kemudian dia harus berpisah dengan wanita pujaan hatinya itu. Dan di saat hatinya belum bisa merasa puas dan belum bisa menemukan sosok wanita yang ia cari, ia langsung memutuskan wanita yang sedang ia kencani dengan dingin, tanpa basa-basi, dan tanpa alasan yang logis.
Dia sangat membenci papanya yang otoriter, suka mengatur hidupnya, dan papanya telah mengabaikan mamanya sampai mamanya meninggal dunia di saat ia masih berumur sepuluh tahun. Luka batin itu membuat Mikha menjadi suka memberontak dan membuat pusing papanya.
Beberapa jam kemudian, wanita cantik itu berakhir di kantin kampus tempat ia biasa sarapan dan setelah menghabiskan sandwichnya, ia meminum pil pencegah kehamilan yang dia beli di apotek yang ia lewati di perjalanan menuju ke kampus tadi.
Setelah menghela napas panjang, wanita cantik itu bangkit berdiri dan melangkah lebar menuju ke kelasnya.
Mikha Mahesa hampir saja bangkit berdiri dan melompati mejanya saat ia melihat wanita cantik yang melangkah masuk ke dalam kelas adalah Aurora Zeto.
Dan Dave sontak memekik lirih dan menepuk pundak Mikha, "Hei! Lihatlah! Dosennya sangat cantik dan menarik. Aku nggak akan ngantuk, nih"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!